• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Landasan Pemikiran

Dalam setiap penelitian berbagai bidang ilmu, dapat dipastikan bahwa tidak akan terlepas dari suatu landasan pokok yang menjadi acuan penelitiannya. Landasan disini merupakan suatu panduan ataupun suatu dasar yang menjadi arah akan dibawa kemanakah penelitian tersebut. Secara singkat dapat dikatakan landasan tersebut merupakan teori. Teori-teori tersebut merupakan suatu alat untuk dapat menjawab dalam setiap pertanyaan dan permasalahan yang hendak dikaji dalam suatu penelitian sehingga dapat dikatakan bahwa teori-teori merupakan sesuatu yang substansial dalam suatu penelitian. Menurut Miriam

Budiardjo, teori merupakan suatu generalisasi yang abstrak mengenai beberapa fenomena.16 Lebih lanjut lagi dikatakan bahwa dalam menyusun suatu jawaban umum atau generalisasi dari sebuah permasalahan, teori selalu berangkat dari konsep-konsep. Konsep-konsep itu sendiri lahir atau muncul dari dalam pikiran manusia sehingga bersifat abstrak. Namun demikian, dari sesuatu yang abstrak tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah batu loncatan dalam menjawab sebuah permasalahan yang dikaji dalam suatu penelitian.

Dalam penulisan skripsi berjudul Pelaksanaan Kebijakan Ekonomi Batig Slot Politiek Kolonial Belanda Dan Dampaknya Bagi Masyarakat Jawa Tahun 1864-1867 ini, akan nampak sekali bagaimanakah pemerintah kolonial Belanda mencoba untuk memaksakan otoritas kekuasaannya di tanah Jawa melalui kebijakan-kebijakan yang diciptakan. Melalui pemerintahan tradisional yang ada, kekuasaan kolonial dalam bentuk kebijakan-kebijakan disosialisasikan kepada rakyat yang berdampak pada kepatuhan rakyat terhadap pada pemegang otoritas tersebut. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, skripsi ini akan mencoba melihat sejauh mana otoritas pemerintah kolonial mampu mempengaruhi masyarakat terutama dalam kaitannya dengan kemunculan kebijakan ekonomi Batig Slot Politiek.

Dalam menjawab permasalahan di atas, kembali akan mengacu pada Teori Kekuasaan yang ditekankan oleh Miriam Budiardjo. Kekuasaan merupakan suatu kemampuan dari suatu individu atau kelompok untuk dapat mempengaruhi orang lain terutama dalam tingkah lakunya, sehingga dengan demikian orang yang

16

Miriam Budiardjo. 1982. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT.Gramedia. Hal. 30

dipengaruhi tersebut akan mencapai atau menuruti apa yang diinginkan oleh sang pemilik kekuasaan.17Salah satu bentuk kekuasaan yang penting adalah kekuasaan politik yang seringkali digunakan dalam suatu pemerintahan tertentu. Pengertiannya sendiri adalah sebagai berikut :

Kekuasaan Politik adalah “kemampuan untuk mempengaruhi

kebijaksanaan umum (pemerintah) baik terbentuknya maupun akibat-akibatnya sesuai dengan tujuan-tujuan pemegang kekuasaan sendiri”18

Kekuasaan politik cenderung terfokus pada bagaimanakah cara memperoleh kekuasaan secara penuh melalui negara sebagai suatu lembaga yang mampu mengendalikan tingkah-laku sosial masyarakat. Singkatnya adalah bagaimana suatu kekuasaan individu atau kelompok mencoba memanfaatkan pemerintahan yang ada untuk dapat mempengaruhi masyarakatnya, dengan demikian akan mempermudah mereka dalam memenuhi apa yang menjadi tujuan mereka. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui sebuah kebijakan yang dibentuk atau telah dibentuk sebelumnya dengan mengatasnamakan negara atau pemerintah. Melalui kebijakan tersebut, akan semakin mudah untuk memasuki ranah masyarakat yang cenderung untuk mengikuti segala kebijakan yang telah ditentukan oleh pemerintah mereka.

Pada masa kolonial sendiri, tujuan kedatangan mereka di tanah Jawa, pada dasarnya adalah untuk memonopoli sektor ekonomi. Melihat begitu melimpahnya kekayaan alam yang ada di tanah Jawa, menjadikan pemerintah kolonial Belanda berusaha untuk mendapatkan pengaruh politik di wilayah tersebut. Terlebih ketika pemerintah kolonial melihat bahwa sistem hidup di hampir seluruh tanah Jawa

17

Ibid,hal. 35 18

masih sangat tradisional. Salah satunya ditandai dengan masih kuatnya sistem feodal yaitu sistem dimana hak penguasaan tanah diserahkan kepada perantara yaitu para bupati yang akan menerima hasil pertanian yang diolah atau dihasilkan petani untuk kemudian diserahkan ke pusat, sedangkan para bupati tersebut akan mendapatkan setengah dari hasil tersebut.

Ikatan tradisional yang diwujudkan dalam sistem feodal, menjadi pintu bagi saluran penyediaan jasa terutama tenaga kerja yang lebih besar. Hasil yang didapat pun sangat besar dan menguntungkan terutama bagi pemerintah, karena sistem kehidupan masyarakatnya yang sederhana dan tidak mengenal adanya modernisasi dalam hal ekonomi atau komersialisasi atas hasil pertaniannya tetapi hanya berupa prinsip pertukaran. Sehingga oleh pemerintah dimanfaatkan untuk meningkatkan penyediaan jasa yang lebih besar dari masyarakat yang justru menjadi beban berat bagi masyarakat sendiri.

Hal ini yang menjadi semacam pemicu bagi kolonial untuk dapat menguasai baik secara politik ataupun ekonomi, tanah Jawa. Mereka menguasai jalannya pemerintahan lokal dengan semakin memperkuat feodalisme di tanah Jawa melalui pemerintahan tidak langsung dimana kekuasaan para bupati semakin dikuatkan. Selain itu, kolonial juga menjadikan alasan keunggulan dalam

teknologi dan ilmu pengetahuan yang dimiliki, sebagai “alat penawaran” untuk

dapat menguasai tanah Jawa, yaitu menjanjikan semacam kemudahan dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, melalui keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh kolonial.

Demikianlah yang terjadi pada masa kolonial terutama pada masa Tanam Paksa , bagaimana pemerintah kolonial pada masa itu mencoba memaksakan keinginan ekonomi mereka dengan menggunakan kekuasaan mereka dan memanfaatkan pemerintahan tradisional yang ada dengan membentuk suatu kebijakan yang diharapkan mendapat kepatuhan dari masyarakatnya. Dalam konteks ini yang akan dikaji adalah bagaimanakah kekuasaan pemerintah kolonial melalui kebijakan ekonomi Batig Slot Politieknya dapat mempengaruhi dan berdampak pada masyarakat Jawa.

Selain teori kekuasaan di atas, penelitian ini juga akan menggunakanTeori Politik Revolusioner (Karl Marx). Dalam teori ini menyatakan bahwa perkembangan kapitalisme berjalan dengan cara memproduksi komoditas dengan nilai dan harga yang cukup untuk mendapatkan tenaga kerja dan kapital yang sama seperti semula sekaligus menghasilkan tenaga kerja dan kapital yang lebih, inilah yang dinamakan dengan surplus.19 Surplus inilah yang dapat dipergunakan untuk berbagai kepentingan meningkatkan investasi yang bermuara pada akumulasi modal. Teori ini akan mencoba menjelaskan bagaimanakah kapitalisasi swasta dapat berkembang pesat di Jawa, sehingga memunculkan istilah kapitalisasi kolonial.

Dokumen terkait