• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENJUALAN JAVALAVA TAHUN 2013

LANDASAN TEORETIS Biaya Produksi

Mulyadi (2010) mendefinisikan biaya produksi sebagai biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk yang siap untuk dijual. Sedangkan Sugiri(2009) mendefinisikan biaya produksi sebagai biaya yang diperlukan untuk memperoleh bahan baku (mentah) dari pemasok dan mengubahnya menjadi

5

produk selesai yang siap dijual. Menurut Hansen dan Mowen (2011), biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Biaya produksi dapat diklasifikasikan lebih lanjut menjadi tiga jenis biaya (Mulyadi, 2010), yaitu:

1. Biaya Bahan Baku Langsung

Suatu biaya produksi disebut sebagai biaya bahan baku langsung jika bahan tersebut merupakan bagian yang integral, dapat dilihat atau diukur secara jelas dan mudah serta dapat ditelusuri baik fisik maupun nilainya dalam wujud produksi yang dihasilkan.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Suatu biaya produksi disebut sebagai biaya tenaga kerja langsung jika biaya itu dikeluarkan atau dibebankan karena adanya pembayaran upah kepada tenaga kerja yang langsung ikut serta bekerja dalam membentuk produksi akhir.

Biaya ini dapat ditelusuri karena secara jelas dapat diukur dengan waktu yang dipergunakannya dalam keikutsertaannya secara langsung membentuk produksi akhir.

3. Biaya Overhead

Biaya overhead adalah semua biaya pabrik yang bukan bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung yang timbul dan dibebankan terhadap pabrik karena sifatnya sebagai bagian yang memiliki eksistensi dalam produksi akhir maupun hanya memberikan pelayanan guna menunjang, memperlancar, mempermudah atau sebagai penggerak kegiatan itu sendiri

Biaya Standar

Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, di bawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor lain tertentu (Mulyadi, 2010). Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2011), biaya standar adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk atau jasa.

6

Menurut Mulyadi (2010), sistem biaya standar sangat bermanfaat bagi manajemen aktivitas perusahaan karena sistem standar biaya bermanfaat untuk mengendalikan biaya,sistem biaya standar memberikan pedoman kepada manajemen berapa biaya yang seharusnya untuk melaksanakan kegiatan tertentu sehingga memungkinkan mereka melakukan pengurangan biaya dengan cara perbaikan metode produksi, pemilihan tenaga kerja, dan kegiatan yang lain.

Sistem biaya standar juga menyajikan analisis penyimpangan biaya yang sesungguhnya dari biaya standar. Menurut Daljono (2009) sistem biaya standar dipakai karena memberikan keuntungan dalam dua hal yaitu sebagai berikut : 1. Untuk memperbaiki planning dan control

Dengan diterapkannya biaya standar per unit, maka perencanaan (planning) dapat dilakukan dengan lebih baik yaitu dengan menyusun anggaran fleksibel (flexible budget). Dengan diterapkan biaya standar, pengendalian biaya juga lebih mudah dilakukan. Yaitu dengan pembandingan antara biaya sesungguhnya yang terjadi dengan biaya menurut standar. Kemudian terhadap selisih biaya yang besar ( diluar daerah yang bisa ditolerir) dilakukan investigasi untuk perbaikan.

2. Untuk memudahkan penghitungan Harga Pokok Produk

Penentuan Harga Pokok Produk lebih mudah karena biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik semua dihitung berdasarkan standar yang telah ditentukan. Dengan demikian penghitungan Harga Pokok Produk per unit maupun keseluruhan, lebih mudah dilakukan pada sistem biaya standar. Kemudahan penetuan Harga Pokok Produk per unit akan memudahkan dalam penentuan harga jual produk.

Sedangkan menurut Mulyadi (2009) kelemahan dari biaya standar adalah tingkat keketatan atau kelonggaran standar tidak dapat dihitung dengan tepat.

Meskipun telah ditetapkan dengan jelas jenisstandar apa yang dibutuhkan oleh perusahaan, tetapi tidak ada jaminan bahwa standar telah ditetapkan dalam perusahaan secara keseluruhan dengan ketaatan atau kelonggaran yang relatif sama. Seringkali standar cenderung untuk menjadi kaku atau tidak flexible,

7

meskipun dalam jangka waktu pendek. Keadaan produksi selalu mengalami perubahan, sedangkan perbaikan standar jarang dilakukan.

Penentuan biaya standar dibagi dalam tiga bagian, yaitu biaya bahan baku langsung standar, biaya tenaga kerja langsung standar, dan biaya overhead pabrik standar.

1. Biaya Bahan Baku Langsung Standar

Terdiri dari masukan fisik yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah keluaran fisik tertentu, atau lebih dikenal dengan nama kuantitas standar dan harga per satuan masukan fisik tersebut atau harga standar.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Standar

Terdiri atas tarif upah tenaga kerja langsung standar dan jam tenaga kerja langsung standar.

 Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung Standar Dapat ditentukan atas dasar :

a. Perjanjian dengan organisasi karyawan.

b. Data upah masa lalu.

c. Penghitungan tarif upah dalam keadaan operasi normal.

d. Upah Minimum Regional (UMR).

 Jam Tenaga Kerja Langsung Standar Dapat ditentukan dengan cara :

a. Menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dari kartu harga pokok periode yang lalu.

b. Membuat test-run operasi produksi di bawah keadaan normal yang diharapkan.

c. Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja karyawan di bawah keadaan nyata yang diharapkan.

d. Mengadakan taksiran yang wajar, yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan operasi produksi dan produk.

8 3. Biaya Overhead Pabrik Standar

Biaya overhead pabrik standar dapat dihitung dengan membagi jumlah biaya overhead yang dianggarkan pada kapasitas normal dengan kapasitas normal.

Jenis – Jenis Standar

Garrison, Norren, dan Brewer (2006) menyatakan bahwa standar dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu :

1. Standar ideal adalah standar yang dapat dicapai hanya dalam kondisi terbaik.

Standar ini tidak memperkenankan adanya kerusakan mesin atau gangguan pekerjaan lainnya dan dibutuhkan dibutuhkan tingkat usaha tertentu yang hanya dapat dicapai oleh pekerja yang terlatih dan efisien yang bekerja dengan maksimal selama 100% waktunya.

2. Standar praktis yaitu standar yang ketat tetapi bisa dicapai. Standar ini memperkenankan penghentian mesin secara normal dan periode istirahat karyawan dan dapat dicapai melalui usaha yang wajar dan efisiensi yang tinggi dari rata – rata karyawan.Variansi dari standar inimencerminkan penyimpangan yang melenceng dari kondisi operasi normal dan pertanda perlunya perhatian manajemen.

Dalam penelitian ini menggunakan standar praktis sebagai standar dalam memproduksi kaos di Javalava karena standar praktis merupakan standar yang ketat tetapi tetap bisa dicapai oleh perusahaan dan memperkenankan penghentian mesin secara normal sesuai dengan keadaan yang terjadi dalam proses produksi di Javalava. Variansi dari standar yang dihasilkan merupakan penyimpangan dari biaya standar yang telah ditetapkan oleh Javalava dan memerlukan penelitian lebih lanjut mengenai penyebab terjadinya variansi serta tindakan korektif yang harus diambil oleh manajemen Javalava.

Konsep Pengendalian

Pengendalian dibutuhkan dalam setiap pekerjaan untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan agar sesuai dengan yang direncanakan semula.

9

Pengendalian adalah melihat ke belakang, memutuskan apakah yang sebenarnya telah terjadi dan membandingkannya dengan hasil yang direncanakan sebelumnya (Hansen dan Mowen, 2011). Menurut Rony (1990), pengendalian berkaitan dengan usaha, prosedur, metode, dan langkah yang harus ditempuh agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik untuk mencapai sasaran yang ditetapkan. Biaya produksi harus dapat dikendalikan agar tidak terjadi pemborosan. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang dapat mengendalikan biaya produksi agar berjalan secara efisien.

Analisis Variansi

Penggunaan sistem biaya standar, selain mencatat biaya menurut standar juga mencatat biaya sesungguhnya yang terjadi. Kedua biaya tersebut diperbandingkan dan akan diperoleh selisih biaya yang terjadi antara biaya yang sesungguhnya yang terjadi dan biaya menurut standar (Daljono, 2009). Variansi atau selisih menurut Horngren (2008) adalah perbedaan antara jumlah berdasarkan hasil aktual dan jumlah yang dianggarkan, yakni jumlah aktual dan jumlah yang diperkirakan berdasarkan anggaran. Variansi adalah perbedaan yang terjadi antara biaya standar dengan biaya sebenarnya yang mungkin menguntungkan atau sebaliknya.

Kuswadi (2005) mendefinisikan variansi adalah selisih antara biaya standar dan biaya aktual. Variansi dianggap baik jika biaya aktualnya lebih kecil daripada biaya standar dan sebaliknya. Jumlah variansi untuk suatu periode biasanya terdiri atas variansi yang baik (favorable) dan variansi yang kurang baik(Unfavorable).

Variansi ini berasal dari biaya standar bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Dengan membandingkan biayastandar dan biaya aktual, manajemen diharapkan dapat memperhatikan variansi-variansi yang terjadi dan dapat mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan.

Horngren (2008) menyatakan bahwa manajer sering kali menggunakan analisis variansi untuk mengevaluasi kinerja bawahannya. Ada dua hal yang biasanya dievaluasi:

10

a. Efektivitas:Tingkat pencapaian tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya, penjualan, kepuasan pelanggan, dan kualitas telepon seluler baru dari Motorola.

b. Efisiensi: Jumlah relatif input yang digunakan untuk mencapai tingkat output tertentu semakin sedikit kuantitas input yang digunakan untuk membuat sejumlah telepon seluler atau semakin banyak jumlah telepon seluler dibuat dengan kuantitas input tertentu, semakin tinggi efisiensi.

Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Variansi

Batty dalam Winata (1997) mengemukakan sebab-sebab terjadinya variansi, yaitu sebagai berikut:

Tabel 1

Sebab-Sebab Terjadinya Variansi

Variansi Sebab Terjadinya

Harga Bahan Baku

1. Perubahan Harga bahan baku

2. Tidak mengambil potongan tunai sebagaimana yang diperhitungkan dalam penetapan standar.

3. Perubahan dalam ongkos-ongkos transport, pembelian,dan penyimpanan.

4. Kegagalan membeli bahan baku yang memenuhi mutu standar Pemakaian

Bahan Baku

1. Pemborosan karena metode produksi yang tidak efisien atau pegawai yang kurang ahli.

2. Mutu bahan baku yang tidak sesuai spesifikasinya.

3. Kombinasi pemakaian bahan baku yang tidak memenuhi standar.

Upah Tenaga Kerja

1. Perubahan tarif dasar upah buruh.

2. Penempatan tenaga kerja yang tidak tepat.

3. Upah lembur yang dibayarkan lebih besar daripada standar yang ditetapkan.

Efisiensi Tenaga Kerja

1. Pemakaian tenaga kerja yang kurang memenuhi standar.

2. Kegagalan mendapatkan hasil yang paling baik dari pekerja.

Budget Overhead Pabrik

1. Perubahan harga.

2. Perubahan efisiensi pemakaian jasa.

3. Kurangnya pengendalian atas pengeluaran.

4. Kenaikan harga atas jasa dari luar perusahaan.

Volume Overhead Pabrik

1. Penghentian mesin.

2. Bahan baku yang rusak.

3. Perencanaan yang tidak efisien.

11 Usaha Menengah

Usaha konveksi Javalava adalah salah satu unit usaha menengah yang bergerak di bidang konveksi. Menurut Undang Undang No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah (UMKM), Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha kecil atau Usaha Besar dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 ( dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah).

Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Edison dan Untung S. (2010) mengenai pengaruh biaya standar terhadap pengendalian biaya produksi studi kasus pada PT. ITP Tbk, Kartikasari (2012) mengenai pengendalian biaya produksi dengan menggunakan metode standar cost pada PT.Industri Kereta Api Madiun, Ksheshariani (2012) mengenai analisis biaya standar sebagai alat pengendalian biaya produksi studi kasus pada UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang Semarang, Martusa dan Lim (2012) mengenai penerapan biaya standar terhadap pengendalian biaya produksi, dan penelitian Juvita (2013) mengenai pengendalian biaya produksi pada PT. Pertani (PERSERO) cabang Sulawesi Utara didapatkan beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya variansi yang disajikan dalam tabel berikut ini.

12 Tabel 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Variansi Berdasarkan Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Hasil Penelitian

Edison dan

Untung S.

(2010)

Faktor-Faktor yang mempengaruhi terjadinya variansi adalah sebagai berikut:

1. Perubahan volume produksi.

2. Perubahan harga bahan baku.

3. Jumlahjam tenaga kerja langsung aktual yang melebihi jumlah jam tenaga kerja langsung standar.

Kartikasari (2012)

Faktor-Faktor yang mempengaruhi terjadinya variansi adalah sebagai berikut:

1. Tarif Anggaran yang terlalu kecil sehingga penggunaan unit bahan baku melebihi standar.

2. Terjadi perubahan harga bahan baku.

3. Perusahaan kurang efisien dalam menetapkan standar biaya tenaga kerja langsung.

Ksheshariani (2012)

Faktor-Faktor yang mempengaruhi terjadinya variansi adalah sebagai berikut:

1. Adanya potongan pembelian bahan baku langsung.

2. Kelangkaan bahan baku langsung karena faktor musiman.

3. Tarif upah aktual kurang dari standar karena penambahan upah pada hari Sabtu.

4. Penambahan jam tenaga kerja langsung karena adanya gangguan teknis seperti penundaan kerja yang tidak dapat dihindari.

Martusa dan Lim (2012)

Faktor-Faktor yang mempengaruhi terjadinya variansi adalah sebagai berikut:

1. Kuailitas bahan baku yang rendah.

2. Penurunan volume produksi.

3. Jumlah produksi yang dibawah standar mengakibatkan meningkatnya tarif overhead variabel terhadap produk per unitnya.

Juvita (2013) Faktor-Faktor yang mempengaruhi terjadinya variansi adalah sebagai berikut:

1. Rendahnya biaya standar karena penawaran oleh perusahaan penangkaran-penangkaran benih padi

13 Kerangka Pemikiran

Penjelasan kerangka pemikiran dalam bentuk skema tersebut adalah sebagai berikut. Biaya produksi merupakan biaya utama dalam perusahaan manufaktur yang terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya produksi merupakan faktor utama yang ingin ditekan oleh pihak manajemen agar laba perusahaan dapat meningkat. Ada beberapa cara untuk menekan biaya diantaranya adalah dengan menggunakan metode biaya standar, dimana biaya standar ini merupakan biaya yang ditentukan diawal dan akan dibandingkan dengan biaya aktual atau biaya yang sebenarnya terjadi dalam proses produksi perusahaan.

Biaya Produksi

Biaya Standar Biaya Aktual

BBB L

BTKL BOP BBBL BTKL BOP

Biaya Produksi Standar Biaya Produksi Aktual

Varians i

Analisis Variansi

Efisiensi

Laba dan Kinerja Perusahaan

Efektifitas

14

Pembandingan biaya standar dengan biaya aktual akan menghasilkan variansi biaya yang merupakan selisih antara biaya standar dengan biaya aktual kemudian variansi tersebut dapat dianalisis oleh pihak manajemen melalui analisis efektivitas maupun efisiensi dengan hasil analisisnya adalah apakah variansi tersebut Favorable(F)atau Unfavorable(U). Dengan metode biaya standar diharapkan dapat meningkatkan efisiensi biaya terutama dalam biaya produksi.

Ketika biaya dapat ditekan semaksimal mungkin maka akan meningkatkan laba dan kinerja perusahaan.

METODE PENELITIAN

Dokumen terkait