• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI KERTAS KERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI KERTAS KERJA"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI

(STUDI KASUS PADA USAHA KONVEKSI JAVALAVA AMBARAWA)

Oleh:

MARIA IMACULATA DIAN NATALIA PRIYONO NIM: 232011247

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA 2015

(2)
(3)
(4)

ii

(5)

iii

(6)

iv ABSTRACT

Standard costsystem is beneficial to improve the cost production’s plan and control, and also to facilitate the computation of cost of goods manufactured. By comparing the actual cost with standard cost and dividing variance into the price and quantity component, feedback is available for the managers. The purpose of this research is to find out the standard cost determining in Javalava, analyzing the variance between standard cost and actual cost and finding out the cause of the variance which are occurring between standard cost and actual cost of T-shirt production process in Javalava. By doing variance analysis, the difference between standard cost and actual cost can be found out which determines the further investigations about the cause of occurring variance and the corrective action which can be done by Javalava. The result of this study shows that Favorable (F) and Unfavorable (U) variations occur in raw materials, direct labors, and factory overhead costs which are caused by the cost of raw materials, raw materials’ quality, rework, direct labor rate and the increasing factory overhead cost. The lack of supervision in production process causedunfavorable variance between standard cost and actual cost.

Key Words : standard cost, production cost, variance analysis.

(7)

v SARIPATI

Sistem perhitungan biaya standar digunakan untuk memperbaiki perencanaan dan pengendalian biaya produksi, serta memfasilitasi perhitungan harga pokok produk. Dengan membandingkan hasil aktual dengan standar dan membagi variansi dalam komponen harga dan kuantitas, respons balik tersedia bagi para manajer. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui penentuan biaya standar di Javalava, menganalisis variansi antara biaya standar dan biaya aktual serta mengetahui penyebab dari variansi yang terjadi antara biaya standar dan biaya aktual dalam proses produksi kaos di Javalava. Dengan melakukan analisis variansi dapat diketahui selisih antara biaya standar dengan biaya aktual untuk selanjutnya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penyebab terjadinya variansi dan juga tindakan korektif yang dapat dilakukan oleh pihak Javalava. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi variansi yang Favorable (F) dan Unfavorable (U) pada bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik yang disebabkan oleh harga beli bahan baku, kualitas bahan baku, pengerjaan ulang, tarif tenaga kerja dan kenaikan biaya overhead pabrik.

Kurangnya pengawasan dalam proses produksi menyebabkan variansi yang kurang menguntungkan antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya.

Kata kunci : biaya standar, biaya produksi, analisis variansi.

(8)

vi

KATA PENGANTAR

Secara umum tujuan utama didirikannya perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan semaksimal mungkin agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup dan kegiatan operasional perusahaan. Persaingan usaha yang ketat mengharuskan setiap manajemen perusahaan memiliki perhitungan yang tepat untuk setiap biaya produksi yang dikeluarkan agar tercapai tujuan utama tersebut. Dalam penelitian ini penulis melakukan analisis dari biaya standar yang telah ditetapkan oleh Javalava dan kemudian membandingkannya dengan biaya aktual yang terjadi dalam memproduksi kaos di Javalava. Dengan melakukan analisis variansi maka respon balik akan tersedia bagi manajer.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan kertas kerja ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya masukan berupa kritik maupun saran dari pembaca untuk menyempurnakan kertas kerja ini.

Penulis berharap dikemudian hari kertas kerja ini dapat memberi manfaat dan pengetahuan baru bagi semua pihak yang membutuhkan.

Salatiga, 27 Januari 2015

Penulis

(9)

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur yang sebesar-besarnya dan rasa terimakasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan kertas kerja ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana.

Dalam menyelesaikan kertas kerja ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu, perkenankan penulis untuk menghaturkan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Paskah Ika Nugroho, SE., M.Si., CMA selaku pembimbing.

Terimakasih karena telah menyediakan waktu, pikiran dan memberikan motivasi dalam membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan kertas kerja ini.

2. Kedua orang tua dan kakak tercinta, yang tidak henti-hentinya memberikan doa, semangat dan dukungan selama ini.

3. Bapak Marwata,S.E.,M.Si.,Ph.D selaku wali studi penulis selama masa studi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

4. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana yang sudah memberikan pengajaran dan ilmu selama masa studi kepada penulis.

5. Seluruh staf tata usahaFakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana yang telah memberi bantuan pada penulis selama menjadi mahasiswa di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

6. Bapak Yunus Adi Nugraha selaku pemilik Javalava dan seluruh karyawan Javalava yang membantu dalam pengumpulan data dan informasi tentang Javalava.

(10)

viii

7. Zenzy Famous, Anytime, 99 Merch, dan Ribel yang turut membantu penulis untuk memperoleh ijin penelitian di Javalava.

8. Andrias Dimas atasperhatian, nasihat dan semangat yang diberikan kepada penulis.

9. Sahabat-sahabatku : Mas Agus, Mas Kris, Mas Bayu, Dea, Wiga, Vina, Rini, Dina, Erva, Novi, Ratna, Nurul, Astin, Khambali, keluarga besar Teater TiLaR UKSW, keluarga besar Teater Tawar Ambarawa dan keluarga besar OMK Santo Yusuf Ambarawa.

10. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih.

Penulis tidak dapat membalas setiap bantuan yang kalian berikan dengan sesuatu yang berharga, tetapi hanya dengan doa dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya.

Salatiga, 27 januari 2015

Penulis

(11)

ix Daftar Isi

Halaman Depan ... i

Pernyataan Keaslian Karya Tulis Skripsi ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Abstract ... iv

Saripati ... v

Kata Pengantar ... vi

Ucapan Terima Kasih ... vii

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... xi

Daftar Grafik ... xii

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

Pendahuluan ... 1

Landasan Teoretis ... 4

Metode Penelitian... 14

Objek Penelitian ... 14

Jenis Data ... 14

Metode Pengumpulan Data ... 14

Teknik Analisis Data ... 15

Langkah Analisis ... 17

Analisis dan Pembahasan ... 18

Gambaran Umum Objek Penelitian ... 18

(12)

x

Proses Produksi ... 19

Penentuan Biaya Standar ... 20

Analisis Variansi ... 25

Kesimpulan ... 43

Keterbatasan Penelitian ... 45

Saran ... 45

Daftar Pustaka ... 47

Lampiran ... 49

Daftar Riwayat Hidup ... 70

(13)

xi Daftar Tabel

Tabel 1.Sebab-Sebab Terjadinya Variansi ... 10

Tabel 2.Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Terjadinya Variansi Berdasarkan Penelitian Terdahulu ... 12

Tabel 3. Standar Harga Bahan Baku Langsung ... 21

Tabel 4. Kuantitas Standar Bahan Baku Langsung ... 21

Tabel 5. Analisis Variansi Rata-Rata Harga Bahan Baku Langsung ... 25

Tabel 6.Analisis Variansi Rata-Rata Efisiensi Bahan Baku Langsung... 28

Tabel 7. Analisis Total Variansi Rata-Rata Bahan Baku Langsung ... 32

Tabel 8. Analisis Variansi Rata-Rata Tarif Tenaga Kerja Langsung ... 35

Tabel 9. Analisis Variansi Rata-Rata Efisiensi Tarif Tenaga Kerja Langsung 36 Tabel 10. Analisis Variansi Pengeluaran Overhead Pabrik ... 37

Tabel 11. Analisis Variansi Efisiensi Overhead Pabrik ... 40

Tabel 12. Analisis Variansi Pengeluaran Overhead Tetap... 41

Tabel 13. Ringkasan Hasil Analisis Biaya Produksi ... 42

(14)

xii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Grafik Penjualan Javalava Tahun 2013 ... 3

(15)

xiii

Daftar Gambar

Gambar 1. Proses Pemotongan Kain ... 49

Gambar 2. Proses Pembentukan Pola ... 49

Gambar 3. Proses Penyablonan ... 49

Gambar 4. Proses Pengeringan ... 49

Gambar 5. Proses Pembordiran ... 50

Gambar 6. Proses Menjahit ... 50

Gambar 7. Proses Finishing ... 50

Gambar 8. Kaos Javalava ... 50

(16)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kartu Biaya Standar Kaos Lengan Pendek (Wanita) uk. S ... 51

Lampiran 2. Kartu Biaya Standar Kaos Lengan Pendek (Wanita) uk. M ... 51

Lampiran 3. Kartu Biaya Standar Kaos Lengan Pendek (Wanita) uk. L ... 52

Lampiran 4. Kartu Biaya Standar Kaos Lengan Pendek (Wanita) uk. XL ... 52

Lampiran 5. Kartu Biaya Standar Kaos Lengan Pendek (Pria) uk. S ... 53

Lampiran 6. Kartu Biaya Standar Kaos Lengan Pendek (Pria) uk. M ... 53

Lampiran 7. Kartu Biaya Standar Kaos Lengan Pendek (Pria) uk. L ... 54

Lampiran 8. Kartu Biaya Standar Kaos Lengan Pendek (Pria) uk. XL ... 54

Lampiran 9. Kartu Biaya Standar Kaos Lengan Panjang (Wanita) uk. S ... 55

Lampiran 10. Kartu Biaya Standar Kaos Lengan Panjang (Wanita) uk. M .. 55

Lampiran 11. Kartu Biaya Standar Kaos Lengan Panjang (Wanita) uk. L ... 56

Lampiran 12. Kartu Biaya Standar Kaos Lengan Panjang (Wanita) uk. XL . 56 Lampiran 13. Kartu Biaya Standar Kaos Lengan Panjang (Pria) uk. S ... 57

Lampiran 14. Kartu Biaya Standar Kaos Lengan Panjang (Pria) uk. M ... 57

Lampiran 15. Kartu Biaya Standar Kaos Lengan Panjang (Pria) uk. L ... 58

Lampiran 16. Kartu Biaya Standar Kaos Lengan Panjang (Pria) uk. XL ... 58

Lampiran 17. Analisis VariansiRata-Rata Harga Bahan Baku Kaos Lengan Pendek (Wanita) Ukuran S... 59

Lampiran 18. Analisis Variansi Rata-Rata Harga Bahan Baku Kaos Lengan Pendek (Wanita) Ukuran M ... 59

Lampiran 19. Analisis Variansi Rata-Rata Harga Bahan Baku Kaos Lengan Pendek (Wanita) Ukuran L ... 59

Lampiran 20. Analisis Variansi Rata-Rata Harga Bahan Baku Kaos Lengan Pendek (Wanita) Ukuran XL ... 60

Lampiran 21. Analisis Variansi Rata-Rata Harga Bahan Baku Kaos Lengan Pendek (Pria) Ukuran S ... 60

Lampiran 22. Analisis Variansi Rata-Rata Harga Bahan Baku Kaos Lengan Pendek (Pria) Ukuran M ... 60

Lampiran 23. Analisis Variansi Rata-Rata Harga Bahan Baku Kaos Lengan Pendek (Pria) Ukuran L ... 61

(17)

xv

Lampiran 24. Analisis Variansi Rata-Rata Harga Bahan Baku Kaos Lengan Pendek (Pria) Ukuran XL ... 61 Lampiran 25. Analisis Variansi Rata-Rata Harga Bahan Baku Kaos Lengan Panjang (Wanita) Ukuran S ... 61 Lampiran 26. Analisis Variansi Rata-Rata Harga Bahan Baku Kaos Lengan Panjang (Wanita) Ukuran M ... 62 Lampiran 27.Analisis Variansi Rata-Rata Harga Bahan Baku Kaos Lengan

Panjang (Wanita) Ukuran L ... 62 Lampiran 28.Analisis Variansi Rata-Rata Harga Bahan Baku Kaos Lengan

Panjang (Wanita) Ukuran XL ... 62 Lampiran 29. Analisis Variansi Rata-Rata Harga Bahan Baku Kaos Lengan Panjang (Pria) Ukuran S... 63 Lampiran 30. Analisis Variansi Rata-Rata Harga Bahan Baku Kaos Lengan Panjang (Pria) Ukuran M ... 63 Lampiran 31. Analisis Variansi Rata - Rata Harga Bahan Baku Kaos Lengan Panjang (Pria) Ukuran L ... 63 Lampiran 32. Analisis Variansi Rata - Rata Harga Bahan Baku Kaos Lengan Panjang (Pria) Ukuran XL ... 64 Lampiran 33. Analisis Variansi Rata–Rata Efisiensi Bahan Baku Kaos Lengan Pendek (Wanita) Ukuran S... 64 Lampiran 34. Analisis Variansi Rata–Rata Efisiensi Bahan Baku Kaos Lengan Pendek (Wanita) Ukuran M ... 64 Lampiran 35. Analisis Variansi Rata–Rata Efisiensi Bahan Baku Kaos Lengan Pendek (Wanita) Ukuran L ... 65 Lampiran 36. Analisis Variansi Rata–Rata Efisiensi Bahan Baku Kaos Lengan Pendek (Wanita) Ukuran XL ... 65 Lampiran 37. Analisis Variansi Rata–Rata Efisiensi Bahan Baku Kaos Lengan Pendek (Pria) Ukuran S ... 65 Lampiran 38. Analisis Variansi Rata–Rata Efisiensi Bahan Baku Kaos Lengan Pendek (Pria) Ukuran M ... 66

(18)

xvi

Lampiran 39. Analisis Variansi Rata–Rata Efisiensi Bahan Baku Kaos Lengan Pendek (Pria) Ukuran L ... 66 Lampiran 40. Analisis Variansi Rata–Rata Efisiensi Bahan Baku Kaos Lengan Pendek (Pria) Ukuran XL ... 66 Lampiran 41. Analisis Variansi Rata–Rata Efisiensi Bahan Baku Kaos Lengan Panjang (Wanita) Ukuran S ... 67 Lampiran 42. Analisis Variansi Rata–Rata Efisiensi Bahan Baku Kaos Lengan Panjang (Wanita) Ukuran M ... 67 Lampiran 43. Analisis Variansi Rata–Rata Efisiensi Bahan Baku Kaos Lengan Panjang (Wanita) Ukuran L ... 67 Lampiran 44. Analisis Variansi Rata–Rata Efisiensi Bahan Baku Kaos Lengan Panjang (Wanita) Ukuran XL ... 68 Lampiran 45. Analisis Variansi Rata–Rata Efisiensi Bahan Baku Kaos Lengan Panjang (Pria) Ukuran S ... 68 Lampiran 46. Analisis Variansi Rata–Rata Efisiensi Bahan Baku Kaos Lengan Panjang (Pria) Ukuran M ... 68 Lampiran 47. Analisis Variansi Rata–Rata Efisiensi Bahan Baku Kaos Lengan Panjang (Pria) Ukuran L ... 69 Lampiran 48. Analisis Variansi Rata–Rata Efisiensi Bahan Baku Kaos Lengan Panjang (Pria) Ukuran XL ... 69

(19)

1 PENDAHULUAN

Perkembangan dunia usaha khususnya dunia bisnis semakin berkembang pesat begitu pula dengan perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dituntut untuk menggunakan modal yang tidak besar dan terbatas secara efisien untuk menghasilkan produk atau jasa dalam proses produksinya. Perusahaan harus mempunyai perhitungan yang tepat untuk biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik agar perusahaan tidak mengalami kerugian dan dapat menjaga keberlangsungan hidup perusahaan. Untuk itu perencanaan dan pengendalian biaya terutama biaya produksi sangatlah dibutuhkan, karena biaya produksi merupakan faktor utama dalam pelaksanaan produksi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Biaya produksi adalah biaya yang terjadi sehubungan dengan kegiatan manufaktur atau memproduksi suatu barang, terdiri atas biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik (Firdaus, 2009).

Pengendalian biaya memerlukan standar sebagai dasar yang dipakai sebagai tolok ukur pengendalian. Biaya yang dipakai sebagai tolok ukur pengendalian ini disebut biaya standar(Mulyadi, 2010). Suatu sistem biaya standar menganggarkan kuantitas dan biaya menggunakan dasar unit.Anggaran unit ini adalah tenaga kerja, bahan baku, dan overhead. Dengan demikian, biaya standar adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk atau jasa. Sistem perhitungan biaya standar digunakan untuk memperbaiki perencanaan dan pengendalian serta memfasilitasi perhitungan harga pokok produk. Dengan membandingkan hasil aktual dengan standar dan membagi variansi dalam komponen harga dan kuantitas, respons balik tersedia bagi para manajer (Hansen dan Mowen, 2011).

Penetapan biaya standar dapat memberikan pedoman untuk mengetahui biaya yang seharusnya terjadi dalam proses produksi. Proses produksi yang dilaksanakan menjadi faktor penting karena berpengaruh terhadap biaya produksi bagi perusahaan, baik itu perusahaan yang berskala besar maupun perusahaan

(20)

2

berskala kecil dan menengah. Pengalaman historis, studi teknis dan input dari personil operasional adalah tiga sumber potensial untuk standar kuantitatif. Meski pengalaman historis dapat memberikan petunjuk awal dalam menyiapkan standar, hal ini seharusnya digunakan dengan hati-hati. Seringkali proses berjalan secara tidak efisien, maka menggunakan hubungan input-output masa lalu akan meneruskan ketidakefisienan ini (Hansen dan Mowen, 2011).

Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Edison dan Untung S.

(2010) mengenai pengaruh biaya standar terhadap pengendalian biaya produksi studi kasus pada PT. ITP Tbk, Kartikasari (2012) mengenai pengendalian biaya produksi dengan menggunakan metode standar cost pada PT.Industri Kereta Api Madiun, Ksheshariani (2012) mengenai analisis biaya standar sebagai alat pengendalian biaya produksi studi kasus pada UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang Semarang, Martusa dan Lim (2012) mengenai penerapan biaya standar terhadap pengendalian biaya produksi, dan Juvita (2013) mengenai pengendalian biaya produksi pada PT. Pertani (PERSERO) cabang Sulawesi Utara (lihat tabel 2).

Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan analisis biaya standar sebagai alat pengendalian biaya produksi dengan studi kasus pada usaha konveksi Javalava Ambarawa. Javalava adalah salah satu unit Usaha Menengah yang bergerak di bidang konveksi yang berada di Jalan Jenderal Sudirman No. 18 Ambarawa. Dalam satu bulan Javalava mampu memproduksi hingga ribuan kaos, kemeja dan jaket. Dalam penelitian ini, penulis hanya akan melakukan penelitian pada satu produk saja yaitu kaos karena kaos adalah jenis pakaian yang paling diminati oleh pelanggan dan menjadi unggulan dari Javalava karena penjualannya paling tinggi dibandingkan produk yang lain. Berikut adalah grafik penjualan Javalava tahun 2013.

(21)

3 Grafik 1

Laporan Penjualan Javalava Tahun 2013

Biaya produksi kaos di Javalava terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Dalam proses produksinya Javalava sudah menetapkan biaya standar untuk mengendalikan biaya produksinya, namun Javalava belum melakukan analisis dari biaya standar yang telah ditetapkan. Sehingga tidak ada analisis dari biaya standar yang telah ditetapkan sebagai bahan evaluasi. Selama ini Javalava melihat efisiensi biaya hanya dengan membaca laporan keuangan saja tanpa melakukan analisis biaya standar untuk memproduksi kaos di Javalava. Dengan melakukan analisis biaya standar maka perusahaan dapat mengetahui biaya manakah yang mengalami pemborosan atau ketidak efisienan dalam proses produksi sehingga dapat dilakukan pengendalian biaya produksi sehingga dapat mengoptimalkan keuntungan perusahaan dan dapat digunakan untuk menentukan pengambilan keputusan manajemen kedepannya.

Pengendalian biaya produksi sangatlah diperlukan untuk mengetahui apakah proses produksi telah berjalan dengan efisien dengan memanfaat segala sumber daya yang dimiliki dengan baik dan juga untukmencapai keuntungan yang optimal serta dapat menjaga kelangsungan hidup usaha Javalava. Dengan menetapkan biaya standar dan kemudian membandingkan dengan biaya aktual yang terjadi maka Javalava dapat mengetahui berapakah selisih yang terjadi antara

0 5000 10000 15000 20000

LAPORAN PENJUALAN JAVALAVA TAHUN 2013

Kaos Kemeja Jaket

(22)

4

biaya standar dengan biaya biaya aktual dan kemudian menganalisis selisih tersebut untuk mengetahui kebijakan apa yang dapat dilakukan agar proses produksi di Javalava dapat berjalan dengan efisien dan efektif.

Pentingnya analisis variansi antara biaya standar dengan biaya aktual untuk pengendalian produksi dalam efisiensi biaya produksi mendorong penulis untuk mengetahui penetapan biaya standar di Javalava dan kemudian melakukan analisis biaya standar yang digunakan sebagai alat pengendalian biaya produksi pada usaha konveksi Javalava Ambarawa serta mengkaji ulang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya selisih antara biaya standar dan biaya produksi sesungguhnya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penentuan biaya standar untuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik di Javalava, menganalisis variansi antara biaya standar dan biaya aktual pada proses produksi kaos di Javalava dan apakah variansi tersebut masih dalam batas pengendalian manajemen atau tidak serta mengetahui penyebab dari variansi yang terjadi antara biaya standar dan biaya aktual dalam proses produksi kaos di Javalava.

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan alternatif untuk penetapan strategi Javalava dalam penentuan biaya standar sehingga dapat meningkatkan laba dan kinerja bagi Javalava. Sedangkan untuk pembaca, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai analisis biaya standar sebagi alat pengendalian biaya produksi yang dapat dipakai sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.

LANDASAN TEORETIS Biaya Produksi

Mulyadi (2010) mendefinisikan biaya produksi sebagai biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk yang siap untuk dijual. Sedangkan Sugiri(2009) mendefinisikan biaya produksi sebagai biaya yang diperlukan untuk memperoleh bahan baku (mentah) dari pemasok dan mengubahnya menjadi

(23)

5

produk selesai yang siap dijual. Menurut Hansen dan Mowen (2011), biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Biaya produksi dapat diklasifikasikan lebih lanjut menjadi tiga jenis biaya (Mulyadi, 2010), yaitu:

1. Biaya Bahan Baku Langsung

Suatu biaya produksi disebut sebagai biaya bahan baku langsung jika bahan tersebut merupakan bagian yang integral, dapat dilihat atau diukur secara jelas dan mudah serta dapat ditelusuri baik fisik maupun nilainya dalam wujud produksi yang dihasilkan.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Suatu biaya produksi disebut sebagai biaya tenaga kerja langsung jika biaya itu dikeluarkan atau dibebankan karena adanya pembayaran upah kepada tenaga kerja yang langsung ikut serta bekerja dalam membentuk produksi akhir.

Biaya ini dapat ditelusuri karena secara jelas dapat diukur dengan waktu yang dipergunakannya dalam keikutsertaannya secara langsung membentuk produksi akhir.

3. Biaya Overhead

Biaya overhead adalah semua biaya pabrik yang bukan bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung yang timbul dan dibebankan terhadap pabrik karena sifatnya sebagai bagian yang memiliki eksistensi dalam produksi akhir maupun hanya memberikan pelayanan guna menunjang, memperlancar, mempermudah atau sebagai penggerak kegiatan itu sendiri

Biaya Standar

Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, di bawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor lain tertentu (Mulyadi, 2010). Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2011), biaya standar adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk atau jasa.

(24)

6

Menurut Mulyadi (2010), sistem biaya standar sangat bermanfaat bagi manajemen aktivitas perusahaan karena sistem standar biaya bermanfaat untuk mengendalikan biaya,sistem biaya standar memberikan pedoman kepada manajemen berapa biaya yang seharusnya untuk melaksanakan kegiatan tertentu sehingga memungkinkan mereka melakukan pengurangan biaya dengan cara perbaikan metode produksi, pemilihan tenaga kerja, dan kegiatan yang lain.

Sistem biaya standar juga menyajikan analisis penyimpangan biaya yang sesungguhnya dari biaya standar. Menurut Daljono (2009) sistem biaya standar dipakai karena memberikan keuntungan dalam dua hal yaitu sebagai berikut : 1. Untuk memperbaiki planning dan control

Dengan diterapkannya biaya standar per unit, maka perencanaan (planning) dapat dilakukan dengan lebih baik yaitu dengan menyusun anggaran fleksibel (flexible budget). Dengan diterapkan biaya standar, pengendalian biaya juga lebih mudah dilakukan. Yaitu dengan pembandingan antara biaya sesungguhnya yang terjadi dengan biaya menurut standar. Kemudian terhadap selisih biaya yang besar ( diluar daerah yang bisa ditolerir) dilakukan investigasi untuk perbaikan.

2. Untuk memudahkan penghitungan Harga Pokok Produk

Penentuan Harga Pokok Produk lebih mudah karena biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik semua dihitung berdasarkan standar yang telah ditentukan. Dengan demikian penghitungan Harga Pokok Produk per unit maupun keseluruhan, lebih mudah dilakukan pada sistem biaya standar. Kemudahan penetuan Harga Pokok Produk per unit akan memudahkan dalam penentuan harga jual produk.

Sedangkan menurut Mulyadi (2009) kelemahan dari biaya standar adalah tingkat keketatan atau kelonggaran standar tidak dapat dihitung dengan tepat.

Meskipun telah ditetapkan dengan jelas jenisstandar apa yang dibutuhkan oleh perusahaan, tetapi tidak ada jaminan bahwa standar telah ditetapkan dalam perusahaan secara keseluruhan dengan ketaatan atau kelonggaran yang relatif sama. Seringkali standar cenderung untuk menjadi kaku atau tidak flexible,

(25)

7

meskipun dalam jangka waktu pendek. Keadaan produksi selalu mengalami perubahan, sedangkan perbaikan standar jarang dilakukan.

Penentuan biaya standar dibagi dalam tiga bagian, yaitu biaya bahan baku langsung standar, biaya tenaga kerja langsung standar, dan biaya overhead pabrik standar.

1. Biaya Bahan Baku Langsung Standar

Terdiri dari masukan fisik yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah keluaran fisik tertentu, atau lebih dikenal dengan nama kuantitas standar dan harga per satuan masukan fisik tersebut atau harga standar.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Standar

Terdiri atas tarif upah tenaga kerja langsung standar dan jam tenaga kerja langsung standar.

 Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung Standar Dapat ditentukan atas dasar :

a. Perjanjian dengan organisasi karyawan.

b. Data upah masa lalu.

c. Penghitungan tarif upah dalam keadaan operasi normal.

d. Upah Minimum Regional (UMR).

 Jam Tenaga Kerja Langsung Standar Dapat ditentukan dengan cara :

a. Menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dari kartu harga pokok periode yang lalu.

b. Membuat test-run operasi produksi di bawah keadaan normal yang diharapkan.

c. Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja karyawan di bawah keadaan nyata yang diharapkan.

d. Mengadakan taksiran yang wajar, yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan operasi produksi dan produk.

(26)

8 3. Biaya Overhead Pabrik Standar

Biaya overhead pabrik standar dapat dihitung dengan membagi jumlah biaya overhead yang dianggarkan pada kapasitas normal dengan kapasitas normal.

Jenis – Jenis Standar

Garrison, Norren, dan Brewer (2006) menyatakan bahwa standar dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu :

1. Standar ideal adalah standar yang dapat dicapai hanya dalam kondisi terbaik.

Standar ini tidak memperkenankan adanya kerusakan mesin atau gangguan pekerjaan lainnya dan dibutuhkan dibutuhkan tingkat usaha tertentu yang hanya dapat dicapai oleh pekerja yang terlatih dan efisien yang bekerja dengan maksimal selama 100% waktunya.

2. Standar praktis yaitu standar yang ketat tetapi bisa dicapai. Standar ini memperkenankan penghentian mesin secara normal dan periode istirahat karyawan dan dapat dicapai melalui usaha yang wajar dan efisiensi yang tinggi dari rata – rata karyawan.Variansi dari standar inimencerminkan penyimpangan yang melenceng dari kondisi operasi normal dan pertanda perlunya perhatian manajemen.

Dalam penelitian ini menggunakan standar praktis sebagai standar dalam memproduksi kaos di Javalava karena standar praktis merupakan standar yang ketat tetapi tetap bisa dicapai oleh perusahaan dan memperkenankan penghentian mesin secara normal sesuai dengan keadaan yang terjadi dalam proses produksi di Javalava. Variansi dari standar yang dihasilkan merupakan penyimpangan dari biaya standar yang telah ditetapkan oleh Javalava dan memerlukan penelitian lebih lanjut mengenai penyebab terjadinya variansi serta tindakan korektif yang harus diambil oleh manajemen Javalava.

Konsep Pengendalian

Pengendalian dibutuhkan dalam setiap pekerjaan untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan agar sesuai dengan yang direncanakan semula.

(27)

9

Pengendalian adalah melihat ke belakang, memutuskan apakah yang sebenarnya telah terjadi dan membandingkannya dengan hasil yang direncanakan sebelumnya (Hansen dan Mowen, 2011). Menurut Rony (1990), pengendalian berkaitan dengan usaha, prosedur, metode, dan langkah yang harus ditempuh agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik untuk mencapai sasaran yang ditetapkan. Biaya produksi harus dapat dikendalikan agar tidak terjadi pemborosan. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang dapat mengendalikan biaya produksi agar berjalan secara efisien.

Analisis Variansi

Penggunaan sistem biaya standar, selain mencatat biaya menurut standar juga mencatat biaya sesungguhnya yang terjadi. Kedua biaya tersebut diperbandingkan dan akan diperoleh selisih biaya yang terjadi antara biaya yang sesungguhnya yang terjadi dan biaya menurut standar (Daljono, 2009). Variansi atau selisih menurut Horngren (2008) adalah perbedaan antara jumlah berdasarkan hasil aktual dan jumlah yang dianggarkan, yakni jumlah aktual dan jumlah yang diperkirakan berdasarkan anggaran. Variansi adalah perbedaan yang terjadi antara biaya standar dengan biaya sebenarnya yang mungkin menguntungkan atau sebaliknya.

Kuswadi (2005) mendefinisikan variansi adalah selisih antara biaya standar dan biaya aktual. Variansi dianggap baik jika biaya aktualnya lebih kecil daripada biaya standar dan sebaliknya. Jumlah variansi untuk suatu periode biasanya terdiri atas variansi yang baik (favorable) dan variansi yang kurang baik(Unfavorable).

Variansi ini berasal dari biaya standar bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Dengan membandingkan biayastandar dan biaya aktual, manajemen diharapkan dapat memperhatikan variansi-variansi yang terjadi dan dapat mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan.

Horngren (2008) menyatakan bahwa manajer sering kali menggunakan analisis variansi untuk mengevaluasi kinerja bawahannya. Ada dua hal yang biasanya dievaluasi:

(28)

10

a. Efektivitas:Tingkat pencapaian tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya, penjualan, kepuasan pelanggan, dan kualitas telepon seluler baru dari Motorola.

b. Efisiensi: Jumlah relatif input yang digunakan untuk mencapai tingkat output tertentu semakin sedikit kuantitas input yang digunakan untuk membuat sejumlah telepon seluler atau semakin banyak jumlah telepon seluler dibuat dengan kuantitas input tertentu, semakin tinggi efisiensi.

Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Variansi

Batty dalam Winata (1997) mengemukakan sebab-sebab terjadinya variansi, yaitu sebagai berikut:

Tabel 1

Sebab-Sebab Terjadinya Variansi

Variansi Sebab Terjadinya

Harga Bahan Baku

1. Perubahan Harga bahan baku

2. Tidak mengambil potongan tunai sebagaimana yang diperhitungkan dalam penetapan standar.

3. Perubahan dalam ongkos-ongkos transport, pembelian,dan penyimpanan.

4. Kegagalan membeli bahan baku yang memenuhi mutu standar Pemakaian

Bahan Baku

1. Pemborosan karena metode produksi yang tidak efisien atau pegawai yang kurang ahli.

2. Mutu bahan baku yang tidak sesuai spesifikasinya.

3. Kombinasi pemakaian bahan baku yang tidak memenuhi standar.

Upah Tenaga Kerja

1. Perubahan tarif dasar upah buruh.

2. Penempatan tenaga kerja yang tidak tepat.

3. Upah lembur yang dibayarkan lebih besar daripada standar yang ditetapkan.

Efisiensi Tenaga Kerja

1. Pemakaian tenaga kerja yang kurang memenuhi standar.

2. Kegagalan mendapatkan hasil yang paling baik dari pekerja.

Budget Overhead Pabrik

1. Perubahan harga.

2. Perubahan efisiensi pemakaian jasa.

3. Kurangnya pengendalian atas pengeluaran.

4. Kenaikan harga atas jasa dari luar perusahaan.

Volume Overhead Pabrik

1. Penghentian mesin.

2. Bahan baku yang rusak.

3. Perencanaan yang tidak efisien.

(29)

11 Usaha Menengah

Usaha konveksi Javalava adalah salah satu unit usaha menengah yang bergerak di bidang konveksi. Menurut Undang Undang No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah (UMKM), Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha kecil atau Usaha Besar dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 ( dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah).

Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Edison dan Untung S. (2010) mengenai pengaruh biaya standar terhadap pengendalian biaya produksi studi kasus pada PT. ITP Tbk, Kartikasari (2012) mengenai pengendalian biaya produksi dengan menggunakan metode standar cost pada PT.Industri Kereta Api Madiun, Ksheshariani (2012) mengenai analisis biaya standar sebagai alat pengendalian biaya produksi studi kasus pada UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang Semarang, Martusa dan Lim (2012) mengenai penerapan biaya standar terhadap pengendalian biaya produksi, dan penelitian Juvita (2013) mengenai pengendalian biaya produksi pada PT. Pertani (PERSERO) cabang Sulawesi Utara didapatkan beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya variansi yang disajikan dalam tabel berikut ini.

(30)

12 Tabel 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Variansi Berdasarkan Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Hasil Penelitian

Edison dan

Untung S.

(2010)

Faktor-Faktor yang mempengaruhi terjadinya variansi adalah sebagai berikut:

1. Perubahan volume produksi.

2. Perubahan harga bahan baku.

3. Jumlahjam tenaga kerja langsung aktual yang melebihi jumlah jam tenaga kerja langsung standar.

Kartikasari (2012)

Faktor-Faktor yang mempengaruhi terjadinya variansi adalah sebagai berikut:

1. Tarif Anggaran yang terlalu kecil sehingga penggunaan unit bahan baku melebihi standar.

2. Terjadi perubahan harga bahan baku.

3. Perusahaan kurang efisien dalam menetapkan standar biaya tenaga kerja langsung.

Ksheshariani (2012)

Faktor-Faktor yang mempengaruhi terjadinya variansi adalah sebagai berikut:

1. Adanya potongan pembelian bahan baku langsung.

2. Kelangkaan bahan baku langsung karena faktor musiman.

3. Tarif upah aktual kurang dari standar karena penambahan upah pada hari Sabtu.

4. Penambahan jam tenaga kerja langsung karena adanya gangguan teknis seperti penundaan kerja yang tidak dapat dihindari.

Martusa dan Lim (2012)

Faktor-Faktor yang mempengaruhi terjadinya variansi adalah sebagai berikut:

1. Kuailitas bahan baku yang rendah.

2. Penurunan volume produksi.

3. Jumlah produksi yang dibawah standar mengakibatkan meningkatnya tarif overhead variabel terhadap produk per unitnya.

Juvita (2013) Faktor-Faktor yang mempengaruhi terjadinya variansi adalah sebagai berikut:

1. Rendahnya biaya standar karena penawaran oleh perusahaan penangkaran-penangkaran benih padi

(31)

13 Kerangka Pemikiran

Penjelasan kerangka pemikiran dalam bentuk skema tersebut adalah sebagai berikut. Biaya produksi merupakan biaya utama dalam perusahaan manufaktur yang terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya produksi merupakan faktor utama yang ingin ditekan oleh pihak manajemen agar laba perusahaan dapat meningkat. Ada beberapa cara untuk menekan biaya diantaranya adalah dengan menggunakan metode biaya standar, dimana biaya standar ini merupakan biaya yang ditentukan diawal dan akan dibandingkan dengan biaya aktual atau biaya yang sebenarnya terjadi dalam proses produksi perusahaan.

Biaya Produksi

Biaya Standar Biaya Aktual

BBB L

BTKL BOP BBBL BTKL BOP

Biaya Produksi Standar Biaya Produksi Aktual

Varians i

Analisis Variansi

Efisiensi

Laba dan Kinerja Perusahaan

Efektifitas

(32)

14

Pembandingan biaya standar dengan biaya aktual akan menghasilkan variansi biaya yang merupakan selisih antara biaya standar dengan biaya aktual kemudian variansi tersebut dapat dianalisis oleh pihak manajemen melalui analisis efektivitas maupun efisiensi dengan hasil analisisnya adalah apakah variansi tersebut Favorable(F)atau Unfavorable(U). Dengan metode biaya standar diharapkan dapat meningkatkan efisiensi biaya terutama dalam biaya produksi.

Ketika biaya dapat ditekan semaksimal mungkin maka akan meningkatkan laba dan kinerja perusahaan.

METODE PENELITIAN Objek dan Waktu Penelitian

Objek Penelitian ini adalah usaha konveksi Javalava yang berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman No. 18 Ambarawa. Waktu penelitian dilakukan pada bulan September 2014.

Jenis Data

Jenis data yang digunakan peneliti adalah data internal. Berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti langsung dari perusahaan kemudian diolah sendiri oleh peneliti, berupa informasi mengenai aktivitas-aktivitas produksi yang dilakukan perusahaan dan gambaran umum perusahaan sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dalam bentuk jadi yang berupa data historis Javalava seperti laporan keuangan, data produksi, data pembelian, data penjualan, dan data tentang perusahaan.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menggunakan studi lapangan. Studi lapangan dilakukan dengan menggunakan observasi untuk memberikan gambaran tentang proses produksi dan implikasi biaya terhadap variansi yang terjadi di dalam perusahaan, wawancara langsung dengan pihak manajemen, dan dokumentasi.

(33)

15 Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu peneliti mengumpulkan data dan informasi yang berhubungan dengan penelitian dan menyederhanakannya untuk mengetahui adanya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi antara biaya standar dan biaya aktual.

Adapun metode yang digunakan adalah metode analisa variansi yaitu metode untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi dalam kaitannya dengan pengendalian biaya produksi. Analisis variansi digunakan untuk mengukur variansi yang terjadi antara biaya standar yang seharusnya terjadi dengan biayayang sebenarnya terjadi atau realisasi. Berikut adalah cara penghitungan analisis variansi untuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik (Hansen dan Mowen,2011) :

1. Penghitungan Variansi Bahan Baku Langsung a. Penghitungan Variansi Harga Bahan Baku Langsung

Variansi harga bahan baku langsung (material price variance-MPV) dihitung menggunakan rumus:

MPV = (AP – SP) AQ ... (1) Keterangan:

AP = Harga aktual per unit SP = Harga standar per unit

AQ = Kuantitas aktual bahan baku yang digunakan

b. Penghitungan Variansi Efisiensi Bahan Baku Langsung

Variansi efisiensi bahan baku langsung (material usagevariance-MUV) dihitung menggunakan rumus:

MUV = (AQ – SQ) SP ... (2) Keterangan:

AQ = Kuantitas aktual bahan baku yang digunakan

SQ = Kuantitas standar bahan baku yang diperbolehkanuntuk output aktual SP = Harga standar per unit

2. Penghitungan Variansi Tenaga Kerja Langsung a. Penghitungan Variansi Tarif Tenaga Kerja Langsung

(34)

16

Variansi tarif tenaga kerja langsung (labor rate variance-LRV) dihitung menggunakan rumus:

LRV = (AR – SR) AH ... (3) Keterangan:

AR = Tarif upah aktual per jam SR = Tarif upah standar per jam

AH = Jam tenaga kerja langsung aktual yang digunakan b. Penghitungan Variansi Efisiensi Tenaga Kerja Langsung

Variansi efisiensi tenaga kerja langsung (labor efficiencyvariance-LEV) dihitung menggunakan rumus:

LEV = (AH – SH) SR ... (4) Keterangan:

AH = Jam aktual tenaga kerja langsung yang digunakan

SH = Jam standar tenaga kerja langsung yang seharusnyadigunakan SR = Tarif upah standar per jam

3. Penghitungan Variansi Overhead a. Penghitungan Variansi Overhead Variabel

i. Penghitungan Variansi Pengeluaran OverheadVariabel

Variansi pengeluaran overhead variabel dihitungmenggunakan rumus:

VPOV = (AVOR – SVOR) AH ... (5) Keterangan:

VPOV = Variansi pengeluaran overhead variabel

AVOR = Tarif aktual overhead variabel(actual variable overhead rate) SVOR = Tarif standar overhead variabel(standard variable overhead rate) AH = Jam aktual tenaga kerja langsung yangdigunakan

ii.Penghitungan Variansi Efisiensi Overhead Variabel

Variansi efisiensi overhead variabel dihitungmenggunakan rumus:

VEOV = (AH – SH) SVOR ... (6) Keterangan:

VEOV= Variansi efisiensi overhead variabel

AH= Jam aktual tenaga kerja langsung yangdigunakan

(35)

17

SH= Jam standar tenaga kerja langsung yangseharusnya digunakan

SVOR = Tarif standar overhead variabel(standard variable overhead rate) b. Penghitungan Variansi Overhead Tetap

Overhead tetap yang dibebankan dihitung menggunakanrumus:

OTYB = Tarif standar overhead tetap x Jam standar Keterangan:

OTYB = Overhead tetap yang dibebankan

Variansi total overhead tetap adalah perbedaan antaraoverhead tetap aktual dan overhead tetap yang dibebankan.Variansi total overhead tetap dihitung menggunakan rumus:

VTOT = Biaya aktual overhead tetap – OTYB ... (7) Keterangan:

VTOT = Variansi total overhead tetap OTYB = Overhead tetap yang dibebankan

i. Penghitungan Variansi Pengeluaran Overhead Tetap

Variansi pengeluaran overhead tetap pada intinyarelatif kecil dan dapat ditoleransi karena lebih sedikitoverhead tetap dikeluarkan daripada yangdianggarkan.

ii.Penghitungan Variansi Volume Overhead Tetap

Variansi volume overhead tetap dihitungmenggunakan rumus:

Variansi volume = OTYA – OTYB ... (8) Keterangan:

OTYA = Overhead tetap yang dianggarkan OTYB = Overhead tetap yang dibebankan.

Langkah Analisis :

Untuk menjawab persoalan penelitian pada bagian sebelumnya dapat terjawab, diperlukan langah–langkah analisis sebagai berikut :

1. Menganalisis perhitungan biaya standar dalam memproduksi kaos di Javalava.

2. Melakukan perbandingan antara biaya standar dan biaya aktual yang terjadi dalam proses produksi kaos di Javalava.

(36)

18

3. Melakukan perhitungan variansi yang terjadi antara biaya standar dengan biaya aktual.

4. Mendeskripsikan penyebab dari variansi yang terjadi antara biaya standar dengan biaya aktual.

5. Membuat kesimpulan dari hasil analisis yang ada.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Objek Penelitian

Usaha konveksi Javalava adalah salah satu unit Usaha Menengah yang berada di Jalan Jenderal Sudirman No. 18 Ambarawa. Nama Javalava diambil dari nama merk dagang kaosyang diproduksi oleh CV.Yuanugraha Production.

Javalava merupakan sebuah perusahaan konveksi & sablon yang telah berdiri dari tahun 2008 dengan visi memenuhi kebutuhan konsumen dalam kaitannya dengan pakaian maupun seragam. Nama CV. Yuanugraha sendiri diambil dari nama pemilik yaitu Bapak Yunus Adi Nugraha. Pada awalnya usaha ini hanya berbentuk usaha konveksi kecil-kecilan namun seiring berjalannya waktu usaha ini mulai berkembang dan dikenal oleh masyarakat khususnya masyarakat Ambarawa. Awal mulanya perusahaan ini bernama Yuanugraha Production, namun setelah tahun 2010 berganti nama menjadi Javalava.

Javalava memiliki misi menambah citra Anda ataupun perusahaan Anda semakin baik danberkembang dengan menggunakan produk kami. Javalava juga memiliki motto Performance and Quality, dimana perusahaan inilebih mengunggulkan kualitas dan penampilan produk untuk kepuasan pelanggan. Pada awalnya Javalava hanya menerima pesanan saja,seiring berkembangnya usaha ini Javalava mulai memasuki wilayah pasar dengan mendistribusikan produknya di Matahari Department Store dan beberapa distro di wilayah Ambarawa, Semarang dan beberapa kota–kota besar. Selain itu Javalava juga mengeksport ke beberapa negara seperti Singapore, Malaysia dan Thailand. Javalava juga mendirikan toko untuk menjual produknya seperti kaos, kemeja, dan jaket.

Javalava memiliki jumlah karyawan sebanyak tiga puluh orang.

Departemen produksidi Javalava terdiri dari tiga bagian yaitu office dan

(37)

19

production. Untuk office sendiri terdiri dari customer service, design, accounting dan purchase order. Untuk bagian production terdiri dari cutting, embroidery, screen printing, sewing, quality control, finishing, dan packing.

Proses Produksi

Proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah kegunaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada.

Tahapan dari proses produksi di Javalava adalah sebagai berikut : 1. Tahap pemilihan bahan

Tahap pertama dalam proses produksi pembuatan pakaian adalah pemilihan bahan. Dalam pemilihan bahan, Javalava sangat memperhatikan kualitas dari bahan baku. Pemilihan bahan juga bisa disesuaikan dengan kebutuhan atau berdasarkan pesanan.

2. Pemeriksaan bahan baku

Tahap selanjutnya adalah pemeriksaan bahan baku. Bahan yang sudah dipersiapkan sebelumnya diperiksa lebih lanjut apakah ada bahan yang cacat atau tidak untuk menjamin kualitas dari produk yang dihasilkan nantinya.

3. Mempersiapkan pola

Setelah bahan siap untuk diproses, tahap selanjutnya adalah mempersiapkan pola atau desain pakaian termaasuk pemilihan ukuran.

Dalam memproduksi Javalava mengikuti perkembangan desain pakaian di pasaran agar produk dari Javalava dapat diterima dan disukai oleh masyarakat. Untuk pesanan, desain bisa mengikuti sesuai keinginan pelanggan.

4. Tahap pemotongan

Proses pemotongan kain atau cutting dilakukan setelah pola atau desain sudah selesai dan siap untuk diproses lebih lanjut. Pemotongan kain dilakukan dengan mesin cutting atau mesin pemotong.

(38)

20 5. Tahap penyablonan

Setelah kain dipotong dan menjadi pola tahap selanjutnya adalah penyablonan. Dalam proses sablon tentu telah dilakukan artwork, afdruk, dan menyablon sesuai dengan jumlah warna dan jenis sablonnya.

6. Jahit

Proses selanjutnya adalah menjahit bahan sesuai dengan ukuran dan jenis yang diinginkan.

7. Pencucian

Setelah pakaian jadi, tahap berikutnya adalah pencucian.Pakaian yang sudah jadi dimasukan ke dalam mesin pencuci agar pakaian bersih.

8. Pengecekan kualitas

Setelah tahap pencucian selesai dilakukan, tahap selanjutnya adalah pengecekan kualitas atau sering disebut dengan quality control. Pada tahap ini dilakukan pengecekan hasil produksi jahitan seperti membersihkan kaos, memotong dan merapikan benang sehingga produk yang dihasilkan benar – benar sesuai dengan kualitas yang diinginkan.

9. Finishing

Setelah semua proses dilakukan, tahap selanjutnya adalah finishing.

Pakaian yang sudah di cek kemudian disetrika dan dikemas ke dalam plastik.

Setelah melewati tahap finishing, produk pun siap dipasarkan.

Penentuan Biaya Standar

Penentuan biaya standar pada Javalava dibagi dalam tiga bagian, yaitu biaya bahan baku langsung standar, biaya tenaga kerja langsung standar, dan biaya overhead pabrik standar yang ditentukan berdasarkan pengalaman historis Javalava.

1. Biaya Bahan Baku Langsung Standar

Biaya bahan baku langsung standar terdiri atas harga bahan baku langsung standar dan kuantitas bahan baku langsung standar.

(39)

21 a. Harga Bahan Baku Langsung Standar

Harga bahan baku langsung standar ditetapkan berdasarkan tingkat harga rata-rata dari daftar harga toko grosir yang ditentukan oleh pemilik Javalava.Berikut adalah penentuan harga bahan baku langsung standar untuk memproduksi kaos di Javalava.

Tabel 3

Standar Harga Bahan Baku Langsung Usaha Konveksi Javalava Bulan September 2014

Nama Bahan Harga

Kain Cotton combed (bahan baku untuk kaos) Rp. 86.000,00/kilogram

Benang Obras Rp. 35.000,00/kilogram

Benang Jahit Rp. 40.000,00/kilogram

Sablon Rp. 45.000/kaleng

Kantong Plastik Rp. 114,00/pcs

Sumber : Data Internal Javalava yang diolah.

b. Kuantitas Bahan Baku Langsung Standar

Kuantitas bahan baku langsung standar ditetapkan sendiri oleh pemilik dengan menghitung pemakaian standar jumlah bahan baku per produksi.

Berikut adalah penentuan kuantitas bahan baku langsung standar selama bulan September 2014.

Tabel 4

Kuantitas Standar Bahan Baku Langsung Usaha Konveksi JavalavaBulan September 2014

Jumlah Produksi

Kain Cotton Combed

(kg)

Benang Jahit (cones)

Benang Obras (cones)

Sablon (kg)

Kantong Plastik

(pcs)

19.000 kaos 6.870 767 2.277,5 190 19.000

Sumber : Data Internal Javalava yang diolah.

(40)

22 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Standar

Biaya tenaga kerja langsung standar terdiri atas jam tenaga kerja langsung standar dan tarif upah tenaga kerja langsung standar.

a. Jam Tenaga Kerja Langsung Standar

Standar jam tenaga kerja langsung di Javalava dibuat berdasarkan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan. Perhitungan jam tenaga kerja langsung standar untuk proses produksi kaos adalah sebagai berikut :

1. Kapasitas normal perusahaan dalam 1 bulan adalah 19.000 buah.

2. Jumlah hari yang diperkirakan dalam 1 bulan adalah 26 hari kerja.

3. Efektifitas standar jam kerja per hari untuk memproduksi kaos adalah 4 jam.

4. Jumlah pekerja dalam 1 hari adalah 30 orang.

5. Banyaknya jam kerja efektif dalam 1 bulan adalah : 30 orang x 4 jam/hari x 26 hari = 3.120 jam

b. Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung Standar

Tarif upah tenaga kerja langsung standar ditetapkan berdasarkan tarif upah yang distandarkan oleh pemilik Javalava yaitu sesuai dengan Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Semarang sebesar Rp.

1.200.000,00 per bulan. Tarif upah tenaga kerja langsung standar adalah sebagai berikut :

1. Standar biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah:

30 orang x Rp. 1.200.000,00/bulan = Rp. 36.000.000,00

2. Standar tarif upah untuk memproduksi 19.000 pcs kaos adalah : Tarif : Jumlah biaya standar tenaga kerja langsung

Banyaknya jam kerja langsung (jam tersedia) : Rp. 36.000.000,00

3.120

: Rp. 11.538,00/ jam

(41)

23

3. Standar biaya tenaga kerja langsung per satu pcs kaos adalah:

 Dalam satu jam rata– rata setiap orang menghasilkan 6 pcs kaos.

 Setiap satu pcs kaos membutuhkan waktu pengerjaan:

60 menit / 6 pcs = 10menit

10 menit /60 jam = 0,166666667 jam

 Standar biaya tenaga kerja langsung per satu pcs kaos adalah :

0,166666667 jam x Rp. 11.538,00 =Rp 1.923 /buah 3. Biaya Overhead Pabrik Standar

Dalam menentukan biaya overhead pabrik, perusahaan menentukan kapasitas yang dianggarkan terlebih dahulu yaitu kapasitas normal berdasarkan rata–rata produksi aktual untuk satu bulan dengan perhitungan dasar pembebanan jumlah jam tenaga kerja langsung. Penetapan standar biaya overhead pabrik ini didasarkan atas anggaran flexibel yang ditetapkan oleh perusahaan atau dengan kata lain membagi anggaran flexibel yang dialokasikan untuk proses produksi kaos dengan jumlah jam tenaga kerja langsung yang tersedia dalam proses pembuatan kaos di Javalava untuk penghitungan variansi biaya overhead pabrik variabel serta melakukan pembandingkan besarnya biaya yang dianggarkan dengan biaya overhead tetap yang sesungguhnya terjadi untuk menganalisis variansi overhead tetap dalam memproduksi kaos di Javalava. Biaya overhead pabrik standar terdiri atas biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap.

a. Biaya Overhead Pabrik Variabel Standar

Biaya overhead pabrik variabel standar terdiri atas:

- Biaya tenaga kerja tidak langsung.

- Biaya listrik.

- Biaya telepon.

- Biaya internet.

- Biaya bahan penolong.

(42)

24 - Biaya tidak langsung lainnya.

b. Biaya Overhead Pabrik Tetap Standar

Biaya overhead pabrik tetap standar terdiri atas:

- Biaya penyusutan gedung.

- Biaya penyusutan mesin.

- Biaya penyusutan peralatan.

Biaya Produksi

Data mengenai biaya produksi di Javalava meliputi biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

1. Bahan Baku Langsung

Bahan baku langsung yang digunakan untuk memproduksi kaos adalah kain cotton combed, benang jahit, benang obras, sablon dan kantong plastik.

Dalam satu bulan Javalava dapat memproduksi sebanyak 19.000 kaos yang akan dipasarkan ke beberapa kota besar dan akan di export ke beberapa negara.

2. Tenaga Kerja Langsung

Javalava memiliki tenaga kerja langsung sebanyak tiga puluh orang.

Dalam satu kali produksi membutuhkan waktu 4 jam setiap harinya.Upah pegawai dibayarkan secara bulanan yaitu sebesar Rp1.200.000,00.

3. Overhead Pabrik

a. Biaya Standar Overhead Pabrik Variabel

Biaya standar overhead pabrik variabel meliputi biaya tenaga kerja tidak langsung,biaya listrik, biaya telepon, biaya internet, biaya bahan penolong dan biaya tidak langsung lainnya.

b. Biaya Overhead Pabrik Tetap

Biaya overhead tetap meliputi penyusutan gedung, mesin dan peralatan yang akan dihitung dalam bulanan untuk mengetahui besarnya penyusutan gedung, mesin dan peralatan pada bulan September.

(43)

25 Analisis Variansi

Variansi atau selisih menurut Horngren (2008) adalah perbedaan antara jumlah berdasarkan hasil aktual dan jumlah yang dianggarkan, yakni jumlah aktual dan jumlah yang diperkirakan berdasarkan anggaran. Variansi antara standar yang telah ditetapkan dengan keadaan aktual yang sebenarnya terjadi dapat diukur dengan menggunakan analisis variansi. Perhitungan analisi variansi dikenakan pada harga dan efisiensi penggunaan dalam memproduksi pakaian.

Berikut adalah hasil analisis variansi untuk masing–masing bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik.

1. Analisis Variansi Bahan Baku Langsung

Analisis variansi bahan baku langsung terdiri dari variansi harga dan variansiefisiensi penggunaan.

a. Analisis Variansi Harga Baku Langsung

Analisis variansi rata-rata harga bahan baku langsung disajikan dalam Tabel 5 sebagai berikut.

Tabel 5

Analisis Variansi Rata-Rata Harga Bahan Baku Langsung Usaha Konveksi Javalava Bulan September 2014

Nama Bahan Baku

Analisis Variansi Rata - Rata Harga Bahan Baku Kaos

Standar Harga (SP)

Satuan (per)

Realisasi Harga (AP)

Satuan (per)

Realisasi Kuantitas

(AQ)

Satuan Analisis Variansi

(MPV) U/F Variansi Kain

Cotton Combed

Rp. 86.000 Kilogram Rp. 83.000 Kilogram 6913,25 Kilogram (Rp. 20.739.750) F 3,5%

Benang

Jahit Rp. 35.000 Cones Rp. 33.000 Cones 771,83 Cones (Rp. 1.543.660) F 5,7%

Benang

Obras Rp. 40.000 Cones Rp. 37.500 Cones 2291,4 Cones (Rp. 5.728.500) F 6,3%

Sablon Rp. 45.000 Kilogram Rp. 42.500 Kilogram 191,1 Kilogram (Rp. 477.750) F 5,6%

Kantong

Plastik Rp. 114 Pcs Rp. 100 Pcs 19000 Pcs (Rp. 266.000) F 12,3%

Sumber : Data Internal Javalava yang diolah.

(44)

26 1. Kain Cotton Combed

Rata–rata harga standar bahan baku langsung kain cotton combed pada bulan September 2014 memiliki rataan sebesar Rp. 86.000,00 per kilogramnya dengan rataan realisasi Rp. 83.000,00 per kilogram.

Berdasarkan hasil analisis variansi, variansi yang terjadi sebesar Rp.

20.739.750,00 dengan rataan presentase sebesar 3,5% yang dapat dikategorikan Favorable (F)

Variansi ini terjadi karena adanya potongan harga dari supplier sebesar Rp. 3000/ kilogram karena melakukan pembelian dalam porsi yang besar dan sudah menjadi langganan Javalava dari tahun ke tahun. Sehingga untuk memproduksi 19.000 pcs kaos atau 6.913,25 kilogram cotton combed, Javalava memperoleh keuntungan sebesar Rp. 20.739.750,00.

Variansi ini sangatlah menguntungkan bagi pihak Javalava, karena dapat menghemat pengeluaran untuk proses produksi. Bahan baku langsung cotton combed diperoleh dari supplier yang biasa memasok bahan baku untuk pabrik dan konveksi-konveksi sehingga harga realisasinya lebih rendah dari harga standar di pasaran.

Variansi ini dipengaruhi oleh faktor siapa yang melakukan pembelian bahan baku kaincotton combed, diskon yang diberikan oleh supplier, dan kualitas dari bahan baku tersebut.

2. Benang Jahit

Rata–rata harga standar bahan baku langsung benang jahit pada bulan September 2014 memiliki rataan sebesar Rp. 35.000,00 per cones dengan rataan realisasi Rp. 33.000,00 per cones. Berdasarkan hasil analisis variansi yang telah dilakukan, terdapat selisih sebesarRp. 1.543.660,00 atau sebesar 5,7% yang dikategorikanFavorable (F).

Variansi ini disebabkan karena potongan harga yang diberikan tokolangganan kepada Javalava sebesar Rp. 2.000 per cones nya. Karena Javalava membeli dalam jumlah yang banyak dan juga sudah menjadi

(45)

27

pelanggan tetap maka Javalava selalu memperoleh diskon. Dengan begitu Javalava dapat menghemat pengeluaran untuk pembelian bahan baku langsung benang jahit sebesar Rp.1.543.660,00 untuk bulan September 2014.

3. Benang Obras

Rata–rata harga standar bahan baku langsung benang obras pada bulan September 2014 memiliki rataan sebesar Rp. 40.000,00 per cones dan rataan realisasi sebesar Rp. 37.500,00 per cones. Setelah dilakukan analisis variansi, terdapat selisih sebesar Rp. 5.728.500,00 atau sebesar 6,3% yang dikategorikan Favorable (F).

Variansi ini terjadi karena harga aktual bahan baku langsung benang obras lebih rendah dari harga standar bahan baku benang obras di pasaran. Hal ini terjadi karena adanya potongan harga yang diberikan kepada pihak Javalava. Javalava membeli bahan baku langsung benang obras dan benang jahit pada toko yang sama, sehingga bisa memperoleh potongan harga yang cukup besar. Dengan potongan harga Rp. 2.500,00 untuk per conesnya, maka Javalava dapat menghemat pengeluaran untuk pembelian bahan baku langsung sebesar Rp. 5.728.500,00 sehingga variansi ini sangat menguntungkan bagi pihak Javalava.

4. Sablon

Rata – rata harga standar bahan baku langsung sablon pada bulan September 2014 memiliki rataan sebesar Rp. 45.000,00 dengan rataan realisasi sebesar Rp.42.500,00. Berdasarkan hasil analisis variansi yang sudah dilakukan, terdapat variansi sebesar Rp. 477.750,00 atau sebesar 5,6% yang dikategorikan Favorable (F).

Variansi ini terjadi karena ada adanya potongan harga yang diberikan kepada Javalava sebesar Rp. 2.500,00 per kilogramnya karena Javalava membeli dalam kuantitas yang besar sehingga selisih tersebut menguntungkan bagi pihak Javalava.

5. Kantong Plastik

(46)

28

Rata–rata harga standar bahan baku langsung kantong plastik pada bulan September 2014 adalah sebesar Rp 114,00 per pcs dengan rataan realisasi Rp. 100,00. Setelah dilakukan analisis variansi terlihat bahwa terdapatvariansi sebesar Rp.266.000,00 atau sebesar 12,3% yang dikategorikan Favorable (F).

Variansi ini terjadi karena adanya potongan harga yang diberikan kepada Javalava karena sudah menjadi pelanggan dari toko tersebut.

Realisasi harga yang lebih rendah dari harga standar di pasaran memberikan keuntungan bagi pihak Javalava.

b. Analisis Variansi Rata – Rata Efisiensi Bahan Baku Langsung

Analisis variansi rata-rata efisiensi bahan baku langsung disajikan dalam Tabel 6 sebagai berikut.

Tabel 6

Analisis Variansi Rata-Rata Efisiensi Bahan Baku Langsung Usaha Konveksi Javalava Bulan September 2014

Nama Bahan Baku

Analisis Variansi Rata - Rata Efisiensi Bahan Baku Kaos

Standar Kuantitas

(SQ)

Satuan (per)

Realisasi Kuantitas

(AQ)

Satuan (per)

Standar Harga (SP)

Satuan (per)

Analisis Variansi (MUV)

U/F Varians i

Kain Cotton

Combed 6870 Kilogram 6913,25 Kilogram Rp. 86.000 Kilogram Rp. 3.719.500 U -0,63%

Benang Jahit 767 Cones 771,83 Cones Rp. 35.000 Cones Rp. 169.050 U -0,63%

Benang

Obras 2277,5 Cones 2291,4 Cones Rp. 40.000 Cones Rp. 556.000 U -0,61%

Sablon 190 Kilogram 191,1 Kilogram Rp. 45.000 Kilogram Rp. 49.500 U -0,58%

Kantong

Plastik 19000 Pcs 19028 Pcs Rp. 114 Pcs Rp. 3.192 U -0,15%

Sumber : Data Internal Javalava yang diolah.

(47)

29 1. Kain Cotton Combed

Standar efisiensi bahan baku langsung kain cotton combed pada bulan September 2014 untuk memproduksi 19.000 pcs kaos memiliki rataan sebesar 6.870 kilogram dengan rataan realisasi kuantitas sebesar 6.913,25 kilogram. Berdasarkan analisis variansi yang telah dilakukan, variansi yang terjadi sebesar Rp. 3.719.500,00 atau sebesar 0,6% yang dikategorikan Unfavorable (U). Selisih tersebut dinilai tidak signifikan atau masih berada dalam batas pengendalian manajemen (10% dari jumlah standar).

Variansi ini disebabkan oleh realisasi penggunaan bahan baku langsung yang melebihi standar dikarenakan ada 110 pcs kaos yang reject atau tidak memenuhi standar kualitas dan juga kualitas dari beberapa kilogram kain yang tidak terlalu bagus sehingga menyebabkan ketidak efisienan. Adanya kesalahan pada saat penyablonan menyebabkan pembuatan ulang kaos yang reject agar memenuhi standar kualitas dan siap untuk dipasarkan.

Minimnya tenaga kerja pada divisi penyablonan yang hanya berjumlah dua orang saja berbanding terbalik dengan banyaknya jumlah yang harus diproduksi membuat rentan sekali terjadi kesalahan. Rasa lelah dan kantuk sering menjadi penyebab kesalahan pada saat penyablonan.Selain itu kualitas kain yang tidak terlalu bagus atau adanya beberapa noda pada kain menjadikan ada beberapa bagian kain yang harus dibuang agar layak untuk diproses lebih lanjut sehingga hal ini menyebabkan pemborosan dalam pemakaian bahan baku. Karena pembelian bahan baku dilakukan dalam porsi besar sehingga sulit bagi pihak Javalava untuk mengecek satu per satu kualitas dari kain yang dibelinya.

2. Benang Jahit

Standar efisiensi bahan baku langsung benang jahit pada bulan September 2014 memiliki rataan sebesar 767 cones dengan realisasi kuantitas sebesar 771,83 cones. Berdasarkan analisis variansi yang telah

Gambar

Grafik 1. Grafik Penjualan Javalava Tahun 2013  ........................................
GAMBAR 1.                    GAMBAR 2.
GAMBAR 5.                           GAMBAR 6.

Referensi

Dokumen terkait

Abdul Manap Kota Jambi akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan barang sebagai berikut:..

(6) Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan atas nama Kepala Daerah menerbitkan Sertifikat Laik Tangkap Operasional (SLTO) bagi kapal ikan yang dinyatakan Laik

Jarak jangkauan yang terjauh yang dapat dicapai oleh orang coba dari dua kali percobaan, yang diukur dalam

Gracias a las continuas innovaciones de WINTERSTEIGER, con la sierra alternativa para cortes delgados extra y altos DSG 200 / 400 ahora pueden serrarse bloques de madera con una

D Raja Ismail dilantik menjadi Sultan atas desakan pembesar Perak bukannya kelayakan Dasar tidak campur tangan Dasar campur tangan. Kongsi

Kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 diberikan untuk penggunaan tanah secara tidak langsung oleh pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik yang

Berdasarkan hasil penelitian dengan metode turbidimetri, konsentrasi hambat minimum ekstrak kulit nanas terhadap bakteri Staphylococcus aureus yaitu pada konsentrasi

Most of these had projective space as the target of the stable maps, and in this case the moduli space M g,n (P r , d ) depends on four nonnegative integer parameters: the genus g