• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persediaan merupakan harta perusahaan yang dimiliki dengan tujuan untuk dijual kembali kepada konsumen. Persediaan umumnya mempunyai nilai yang signifikan dalam harta lancar perusahaan.

Menurut PSAK 14, persediaan adalah “asset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, baik barang dagang dalam usaha dagang maupun barang jadi untuk manufaktur, barang dalam proses produksi (barang dalam proses manufaktur dan pekerjaan dalam proses untuk kontraktor) dan dalam bentuk bahan baku atau perlengkapan (bahan pembantu) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa”.

Menurut Soemarso S.R (2003:384), “Persediaan barang dagang (merchandise inventory) adalah barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali. Untuk perusahaan pabrik, termasuk dalam persediaan adalah barang-barang yang akan digunakan untuk proses produksi selanjutnya. Persediaan dalam perusahaan pabrik terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan dalam proses, dan persediaan barang jadi”.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Dari kedua pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa persediaan diklasifikasikan berdasarkan bentuk dari usaha perusahaan, yaitu perusahaan dagang atau perusahaan manufaktur. Persediaan pada perusahaan dagang hanya satu, yaitu persediaan barang dagang. Persediaan barang dagang ini dapat terdiri dari beberapa jenis barang, seperti makanan kaleng, produk susu, minuman, dan lain-lain. Sedangkan pada perusahaan manufaktur persediaan yang dimiliki dibagi menjadi tiga kategori, yaitu persediaan bahan baku (bahan mentah), persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.

Persediaan pada umumnya mempunyai dua karakteristik, yaitu dimiliki oleh perusahaan dan memiliki bentuk siap jual. Persediaan barang dagang pada perusahaan dagang mempunyai dua karakteristik tersebut. Sedangkan perusahaan manufaktur persediaan juga merupakan milik perusahaan, tetapi beberapa barang merupakan barang yang belum siap untuk dijual, yaitu persediaan bahan baku yang masih akan diproses dalam proses produksi dan persediaan barang dalam proses yang masih ada dalam proses produksi sebelum akhirnya menjadi persediaan barang jadi yang siap untuk dijual.

Salah satu karakteristik persediaan seperti yang disebutkan diatas adalah persediaan merupakan barang milik perusahaan. Perusahaan harus dengan jelas membedakan antara persediaan yang merupakan milik perusahaan maupun yang bukan milik perusahaan. Hal ini menjadi penting karena perusahaan perlu memastikan bahwa barang yang bukan milik perusahaan tidak dimasukkan dalam perhitungan persediaan perusahaan. Berikut ini

commit to user

adalah barang yang menjadi perhatian dalam menentukan hak kepemilikan oleh perusahaan:

a. Barang dalam perjalanan

Barang dalam perjalanan merupakan barang yang masih berada dalam proses pengangkutan. Barang dalam perjalanan ini diakui oleh perusahaan berdasarkan pada syarat dalam penjualan maupun pembelian, yaitu:

a. FOB shipping point: kepemilikan barang berpindah pada pembeli setelah barang berada diatas kendaraan angkut dan akan dikirimkan dari gudang penjual ke gudang pembeli.

b. FOB destination: kepemilikan barang berpindah dari penjual ke pembeli saat barang sudah sampai pada gudang pembeli.

b. Barang konsinyasi

Barang konsinyasi merupakan barang titipan dari konsinyor pada perusahaan yang menjadi konsinyi. Hak kepemilikan tetap menjadi milik konsinyor sampai barang tersebut dijual, karena itu perusahaan konsinyi tidak akan memasukkan barang konsinyasi tersebut pada persediaannya. 2. Sistem Akuntansi Persediaan

Menurut Mulyadi (2001:3) mengemukakan bahwa, “Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan”.

Sistem akuntansi terdiri atas dokumen bukti transaksi, alat-alat pencatatan, laporan-laporan, dan prosedur-prosedur yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

perusahaan untuk mencatat transaksi-transaksi serta melaporkan hasil-hasilnya (Al. Haryono Jusup, 2001:395).

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi adalah penyediaan informasi keuangan kepada pihak yang membutuhkan, dalam hal ini adalah manajemen perusahaan, melalui formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian mungkin agar dapat memberikan informasi untuk proses pengambilan keputusan.

Sistem akuntansi memudahkan bagian keuangan suatu perusahaan untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh manajemen dan para pengguna laporan keuangan lain untuk proses pengambilan keputusan. Sistem teersebut juga dapat membantu manajemen dalam merencanakan, mengatur dan mengendalikan operasi perusahaan.

Ada banyak sistem akuntansi yang biasanya digunakan dalam sebuah perusahaan. Salah satu sistem akuntansi tersebut adalah sistem akuntansi persediaan. Sistem akuntansi persediaan ini dibuat oleh perusahaan untuk mengendalikan persediaan yang dimiliki perusahaan.

Tujuan pokok dari akuntansi terhadap persediaan adalah:

a. Penentuan jumlah persediaan yang disajikan dalam neraca (penilaian persediaan).

b. Penentuan laba-rugi periodik, yaitu dengan mempertemukan kos barang dengan hasil penjualan.

commit to user

Sistem akuntansi persediaan meliputi proses pencatatan persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Pencatatan ini dilakukan oleh perusahaan untuk mengetahui aliran barang yang dibeli maupun barang yang sudah dijual.

Menurut Jerry J. Weygandt, Donald E. Kieso, dan Paul D. Kimmel (2007:261), “Sebuah perusahaan dagang mencatat perubahan dalam persediaannya untuk menentukan apa yang tersedia untuk dijual dan apa yang telah dijual. Salah satu dari dua sistem yang digunakan untuk mencatat persediaan adalah sistem persediaan perpetual atau sistem persediaan periodik”

a. Sistem perpetual

Sistem perpetual (perpetual inventory system) atau metode perpetual merupakan metode pencatatan persediaan yang mencatat setiap perubahan saldo persediaan akibat transaksi sehingga penentuan nilai persediaan dapat dilakukan tanpa harus melakukan perhitungan secara fisik.

b. Sistem periodik

Sistem periodik (periodic inventory system) atau metode periodik atau metode fisik merupakan metode pencatatan persediaan yang tidak mencatat perubahan saldo persediaan akibat transaksi, sehingga penentuan nilai persediaannya dilakukan dengan cara perhitungan fisik di akhir periode.

Berikut ini adalah tabel perbandingan kedua sistem pencatatan persediaan berdasarkan transaksi yang terjadi:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

No. Transaksi Sistem Perpetual Sistem Periodik 1. Pembelian Persediaan Kas/ Utang Dagang Pembelian Kas/ Utang dagang 2. Retur Pembelian

Kas/ Utang Dagang Persediaan

Kas/ Utang Dagang Retur Pembeliaan 3. Pelunasan Utang Utang Dagang Persediaan Kas

(jika dalam periode potongan)

Utang Dagang Pot. Pembelian Kas

4. Penjualan Kas/ Piutang Dagang Penjualan HPP

Persediaan

Kas/ Piutang Dagang Penjualan

5. Retur Penjualan Retur Penjualan Kas/ Piutang dagang Persediaan HPP Retur Penjualan Kas/ Piutang dagang 6. Pelunasan Piutang Kas Pot. Penjualan Kas Pot. Penjualan

commit to user

Piutang Dagang Piutang Dagang 7. Beban angkut -Pembelian (shipping

point) Persediaan Kas -Pembelian (shipping point) Beban Angkut Kas -Penjualan (destination) Beban Angkut Kas

3. Penilaian Persediaan dengan Dasar Kos

Seluruh pengeluaran yang dibutuhkan dalam memperoleh barang sampai dengan barang siap untuk dijual merupakan biaya perolehan persediaan. Biaya perolehan persediaan ini terkait dengan dua unsur, yaitu biaya persediaan awal (cost of the beginning inventory) dan harga pokok pembelian

(cost of goods purchased). Jumlah dari kedua biaya tersebut merupakan

harga pokok barang yang tersedia untuk dijual (cost of goods available for

sale).

Pada sistem periodik, persediaan pada akhir periode perlu diketahui nilainya untuk pelaporan pada laporan keuangan. Penilaian persediaan ini juga digunakan untuk menentukan HPP atau harga pokok barang terjual (cost

of goods sold).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Harga pokok barang terjual (HPP) adalah nilai beli yang dikeluarkan untuk barang yang dijual. Harga pokok barang terjual dapat ditentukan dengan rumus:

Ada dua dasar yang digunakan untuk menilai persediaan, yaitu: a. Dasar kos

Dasar kos ini mengasumsikan arus biaya yang mungkin tidak berkaitan dengan arus fisik barang. Penilaian persediaan dengan dasar kos ini ada tiga metode, yaitu:

i.Metode FIFO

Metode FIFO (First-In, First-Out Method) adalah metode yang mengasumsikan bahwa barang yang pertama kali dibeli adalah barang yang pertama kali dijual. Metode FIFO ini lebih logis untuk menilai persediaan akhir karena dapat menggambarkan nilai sekarang. Dengan metode FIFO biaya persediaan akhir ditentukan dengan pembelian paling akhir dan dihitung ke belakang setelah setelah seluruh unit persediaan dihitung biayanya.

ii. Metode LIFO

Metode LIFO (Last-In, First-Out Method) adalah metode yang mengasumsikan bahwa barang yang terakhir dibeli adalah

HPP = persediaan awal + pembeliaan – persediaan akhir

commit to user

barang yang pertama dijual. Metode LIFO ini kurang logis untuk menilai persediaan akhir karena tidak dapat menggambarkan nilai sekarang. Dengan metode LIFO biaya persediaan akhir ditentukan dengan mengambil biaya per unit atas barang paling lama dan dihitung ke depan setelah seluruh unit dihitung biayanya.

iii. Metode Rata-Rata

Metode rata-rata (average method) adalah metode yang mengasumsikan bahwa barang yang tersedia untuk dijual memiliki biaya per unit yang sama (rata-rata). Pada dasarnya barang yang dijual adalah identik. Dengan metode rata-rata ini harga pokok barang tersedia untuk dijual dialokasikan pada dasar biaya rata-rata tertimbang per unit. Rumus perhitungan dari biaya rata-rata per unit adalah sebagai berikut:

Biaya Rata-Rata Tertimbang Per Unit

=

Harga Pokok BTUD Total Unit BTUD

b. Dasar non kos

Dasar non kos ini tidak mengasumsikan arus biaya yang mungkin berkaitan dengan arus fisik barang. Penilaian persediaan dengan dasar non kos ini ada tiga metode, yaitu:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

i. LCM (Low of Cost or Market)

ii. Sales Relative Value

iii. Gross Profit Method

iv. Retail Method.

4. Pengaruh Penilaian Persedian dengan dasar Kos terhadap Laporan Keuangan Persediaan akan disajikan dalam laporan keuangan, baik dalam laporan laba rugi maupun neraca. Persediaan barang dagang dalam neraca mencerminkan nilai barang dagang yang tersedia pada tanggal neraca. Persediaan barang dagang pada laporan laba rugi akan muncul sebagai harga pokok penjualan (HPP).

Menurut Jerry J. Weygandt, Donald E. Kieso, dan Paul D. Kimmel (2007:341), perusahaan menerapkan penilaian persediaan dengan dasar kos dengan berbagai alasan. Biasanya alasan tersebut terkait dengan pengaruhnya terhadap laporan keuangan. Penilaian persediaan akan berpengaruh pada laporan laba rugi, neraca, dan pajak.

a. Pengaruh terhadap laporan laba rugi

Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang melaporkan pendapatan dan beban selama suatu periode tertentu.

Nilai persediaan akhir pada setiap metode yang digunakan untuk menilai persediaan akan berbeda. Perbedaan nilai persediaan akhir tersebut akan berpengaruh pada harga pokok barang yang terjual. Dan setiap perbedaan pada nilai persediaan akhir akan berpengaruh pada perolehan laba sebelum pajak.

commit to user

Hasil penerapan metode penilaian persediaan FIFO akan berbanding terbalik dengan metode penilaian persediaan LIFO jika terjadi kanaikan harga. Sedangkan metode penilaian persediaan rata-rata berada di tengah-tengah.

b. Pengaruh terhadap neraca

Neraca adalah laporan keuangan yang melaporkan aset, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu. Neraca dibuat berdasarkan judul-judul kolom dan data akhir periode yang disajikan.

Penilaian persediaan dengan menggunakan metode FIFO mempunyai keuntungan yaitu nilai persediaan yang dilaporkan sesuai dengan nilai pada saat ini. Sedangkan penilaian dengan metode LIFO pelaporan nilai persediaan akhir tidak sesuai dengan harga yang berlaku pada saat ini. c. Pengaruh terhadap pajak

Seperti telah dibahas diatas, antara penilaian persediaan dengan metode FIFO, LIFO, dan rata-rata akan menghasilkan jumlah laba yang berbeda. Apabila trjadi kenaikan harga maka metode FIFO akan menghasilkan laba yang paling besar, diikuti dengan metode rata-rata dan terakhir adalah metode LIFO.

Saat terjadi kenaikan harga maka perusahaan akan cenderung melaporkan persediaan dengan metode LIFO. Hal ini dikarenakan LIFO menghasilkan laba yang paling rendah. Karena laba yang dihasilkan rendah, maka akan menghasilkan pajak penghasilan yang lebih rendah selama periode tersebut. Hal ini mengakibatkan kewajiban utang pajak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

akan lebih rendah. Sebaliknya dengan metode FIFO laba yang dihasilkan akan lebih tinggi dan pajak penghasilan juga akan lebih tinggi. Hal ini mengakibatkan kewajiban utang pajak akan lebih tinggi.

5. Kesalahan Penilaian Persediaan

Kesalahan juga sering terjadi pada perhitungan biaya persediaan. Hal ini dikarenakan karena penentuan harga pada persediaan tidak tepat. Kesalahan juga dapat terjadi karena kesalahan dalam pengakuan hak milik barang dalam perjalanan. Kesalahan yang terjadi akan berpengaruh pada laporan keuangan, baik laporan laba rugi maupun neraca.

a. Pengaruh pada laporan laba rugi

Nilai persediaan akhir pada akhir periode akan menjadi nilai persediaan awal pada periode berikutnya. Jika terjadi kesalahan pada penilaian persediaan maka akan berpengaruh pada penentuan harga pokok barang terjual dan laba bersih yang diperoleh. Jika persediaan awal dilaporkan terlalu rendah, harga pokok barang terjual juga dilaporkan terlalu rendah. Dan jika persediaan akhir dilaporkan terlalu rendah, maka harga pokok barang terjual akan dilaporkan terlalu tinggi.

Pengaruh kesalahan penilaian persediaan terhadap laporan laba rugi ditunjukkan sebagai berikut:

Kesalahan Persediaan HPP Laba Bersih Persediaan awal disajikan terlalu rendah Kurang saji Lebih saji

commit to user

Persediaan akhir disajikan terlalu rendah Lebih saji Kurang saji Persediaan akhir disajikan terlalu tinggi Kurang saji Lebih saji

Pelaporan nilai persediaan akhir yang salah pada periode berjalan akan memberikan pengaruh yang berlawanan pada pelaporan periode berikutnya.

b. Pengaruh pada neraca

Kesalahan penilaian persediaan akhir yang dilaporkan juga akan berpengaruh terhadap laporan keuangan yang lain, yaitu neraca. Pengaruh kesalahan ini ditentukan dengan persamaan akuntansi dasar, yaitu:

Pengaruh kesalahan penilaian persediaan terhadap neraca ditunjukkan sebagai berikut:

Aset = Kewajiban + Ekuitas Pemilik

Kesalahan Persediaan Akhir

Aset Kewajiban Ekuitas Pemilik

Lebih saji Lebih saji Tidak ada Lebih saji Tabel II.2 Tabel Pengaruh Kesalahan Penilaian

Persediaan Terhadap Laporan Laba Rugi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kesalahan penilaian persediaan akhir dalam neraca akan memiliki pengaruh yang sama pada total aset dan total ekuitas pemilik, serta tidak memiliki pengaruh pada kewajiban.

B. ANALISIS DATA

Dokumen terkait