• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Implementasi a. Pengertian Implementasi

Di dalam bukunya Syafruddin Nurdin menyatakan, “secara sederhana implementasi bisa diartikian pelaksanaan atau penerapan”. Majoe dan Wildavsky (1979) mengemukakan,

“implementasi sebagai evaluasi”. Browne dan Wildavsky (1983) juga mengemukakan bahwa, “implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”. “Implementasi merupakan aktivitas yang saling menyesuaikan” juga dikemukakan oleh Mclaughlin. Pengertian lain dikemukakan oleh Schubert (1986) bahwa, “Implementasi merupakan sistem rekayasa”.6

Di dalam jurnalnya Nisa Cullen menyatakan, Implementasi dimaksudkan membawa ke suatu hasil (akibat) melengakapi dan menyelesaikan. Implementasi juga dimaksudkan menyediakan sarana (alat) untuk melaksanakan sesuatu, memberikan hasil yang bersifat praktis terhadap sesuatu. Pressman dan Wildavsky

mengemukakan bahwa : “implimentation as to carry out, accomplish, fullfil, produce, complete” maksudnya: membawa, menyelesaikan, mengisi, menghasilkan, melengkapi.7

Pengertian-pengertian ini memperlihatkan bahwa kata Implementasi bermuara pada aktivitas, adanya tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu implementasi tidak berdiri sendiri. tetapi dipengaruhi objek berikutnya yang dalam pembahasan ini yaitu metode ponit counterpoint.

6

Syafruddin Nurdin, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, (Padang: Quoantum Teaching: 2008), h. 70

7

Nisa cullen, Implementasi Kebijakan, 2013, h. 1, (www.scribd.com/doc/57310777/implementasi-adalah)

2. Teori Belajar Konstruktivisme

Kaitannya dengan pembelajaran, menurut teori konstruktivisme yang menjadi dasar bahwa siswa memperoleh pengetahuan adalah karena keaktifan siswa itu sendiri. Teori ini merupakan peningkatan dari teori yang dikemukakan Piaget, Vigotsky, dan Burner. Konsep pembelajaran menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru, pengertian baru dan pengetahuan baru berdasarkan data. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna. Jadi, dalam pandangan konstruktivisme sangat penting peran siswa untuk dapat membangun contructive habits of mind. Agar siswa memiliki kebiasaan berpikir, maka dibutuhkan kebebasan dan sikap belajar.8

Menurut Bodner, konstruktivis yang pertama ialah piaget. Melalui perspektif piaget, pengetahuan diperoleh menurut proses konstruksi selama hidup melalui suatu proses ekuilibrasi antara skema pengetahuan dan pengalaman baru.9

Lawson menyarankan tiga tipe siklus belajar dalam belajar sains menurut model konstruktivis berpendapat betapa pentingnya peranan bahasa dalam bentuk argumentasi, terampil pula dalam menalar. Dari pengalaman mengajar selama ini, kita rasakan bahwa dengan meminta para siswa berargumentasi, kita pupuk keterbukaan dalam diri mereka, yang merupakan suatu syarat untuk memperoleh daya nalar tinggi.10

Sementara itu Driver and Bell mengungkapkan karakteristik pembelajaran konstruktivisme sebagai berikut, (i) siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan, (ii) belajar harus mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa, (iii) pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar, melainkan dikonstruksi secara personal, (iv) pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi lingkungan belajar, (v) kurikulum

8

Sukarjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: RajaGrafindo, 2009), h. 54

9

Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar & Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2006), h152. 10

13

bukanlah sekedar hal yang dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi dan sumber.11

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengkondisikan kelas dimana siswa untuk turut aktif dalam proses pembelajaran. Pada prinsip teori konstruktivisme yang diungkapkan oleh Driver and Bell, dimana pada pembelajaran siswa tidak dipandang pasif, pembelajaran harus seoptimal mumgkin, pengetahuan dibangun secara personal, pembelajaran melibatkan situasi lingkungan dan kurikulum merupakan seperangkat pembelajaran. 3. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme yang lahir dari gagasan piaget dan Vygostsky. Bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak.

Piaget dan Vygotsky mengemukakan adanya hakikat sosial dari sebuah proses belajar, juga mengemukakan tentang penggunaan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggota-anggotanya yang beragama sehingga terjadi perubahan konseptual. Piaget menekankan bahwa belajar adalah sebuah proses aktif dan pengetahuan disusun dalam pemikiran siswa. Oleh karena itu, belajar adalah tindakan kreatif dimana konsep dan kesan dibentuk dengan memikirkan objek dan peristiwa, serta bereaksi dengan objek dan peristiwa tersebut.12

Salah satu strategi pembelajaran yang dapat mengomodasi kepentingan untuk mengkolaborasikan pengembangan diri dalam proses pembelajaran adalah Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK).

Sebagaimana yang dikatakan oleh Hamruni, yaitu Ide penting dalam pembelajaran kooperatif adalah membelajarkan kepada siswa kepentingan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting bagi siswa, karena dalam dunia kerja sebagian besar dilakukan secara kelompok. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam

11

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 1, h. 106.

12

kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokkan dengan kemampuan tingkat yang berbeda.13

Jadi, dalam setiap kelompok terdapat peserta didik yang berkemampuan rendah, sedang dan tinggi. Dalam penyelesaian tugas, anggota saling berkerja sama dan membantu untuk memahami bahan pembelajaran. Belajar belum selesai apabila salah satu teman belum menguasai bahan pembelajaran.

a. Konsep dasar strategi pembelajaran kooperatif

Strategi pembelajaran kooperatif adalah serangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah di rumuskan.

Menurut Hamruni, ada empat unsur penting dalam SPK, yaitu adanya peserta, aturan upaya belajar dalam setiap anggota kelompok dan tujuan yang akan dicapai. Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap kelompok belajar. Pengelompokkan siswa bisa ditetapkan berdasarkan beberapa pendekatan. Diantaranya didasarkan atas minat dan bakat siswa, latar belakang kemampuan, campuran baik ditinjau dari minat maupun dari kemampuan. Pendekatan apapun yang digunakan, tujuan pembelajaran haruslah menjadi pertimbangan utama.14

Sri Esti Waryani Djiwandono mengungkapkan, dalam situasi kerja sama setiap individu berusaha untuk memberikan sesuatu yang menguntungkan bagi individu lain maupun pada kelompoknya. Semua siswa dalam kelompok akan bekerja untuk mencapai satu hasil, dan materi-materinya dapat dibagi-bagi ke anggota-anggota kelompok. Interaksi antar pribadi dengan teman sebaya sehingga siswa dapat menikmati merupakan bagian dari proses belajar.15

13

Hamruni, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Insan Madani, 2012), h. 118. 14

Ibid, h. 119. 15

15

SPK merupakan strategi pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan.

Slavin (1995) mengemukakan dua alasan, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain., serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berfikir, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.16

Dari dua alasan tersebut maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan. Kemp mengemukakan, “bahwa

strategi pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai

secara efektif dan efisien”.17

Dikemukakan oleh johnson dkk., struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi dimana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses. Oleh karena itu, untuk meraih tujuan personal mereka anggota kelompok harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apapun guna membuat kelompok mereka berhasil dan mungkin yang lebih penting, mendorong anggota satu kelompoknya untuk melakukan usaha maksimal.18

Pembelajaran kooperatif membuat siswa didalam kelompok saling bekerja sama untuk bisa mencapai kesuksesan di kelompok itu sendiri. salah satu metode pembelajaran di dalam strategi kooperatif adalah

16

Hamruni, loc. Cit. h. 120 17

Lif Khoiru ahmadi dkk, Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011), Cet. 1, h. 5.

18

metode point counterpoint. Dimana dalam model pembeljaran ini sangat mengandalkan kerja sama kelompok untuk mencapai kesuksesan. Karena didalam metode ini, dimana tiap kelompok memiliki perspektif yang berbeda dari pembahasan yang didiskusikan. Sehingga tiap kelompok harus bisa mempertahankan argumen mereka agar tidak kalah dari kelompok lain. Maka kerja sama kelompok sangatlah penting di metode pembelajaran point counterpoint ini.

4. Metode Pembelajaran Point Counterpoint

a. Metode Point Counterpoint

Hamruni mengungkapkan, metode Point Counterpoint merupakan Metode Pembelajaran yang mengandalkan kerja sama kelompok untuk mendiskusikan suatu masalah yang dibahas oleh kelompoknya sendiri dimana setelahnya kelompok itu akan beradu argumen, membandingkan pendapat kelompoknya dengan kelompok lain yang memiliki pandangan/perspektif yang berbeda dari suatu masalah yang dibahas dengan kelompoknya.

Pada teori Motivasi, Deutsch menjelaskan, “bahwa ketika para

siswa bekerja bersama-sama untuk meraih sebuah tujuan kelompok, membuat mereka mengekspresikan norma-norma yang baik dalam melakukan apapun yang perli diperlakukan untuk keberhasilan

kelompok”.19

Pada teori kognitif, wadsworth mengungkapkan interaksi di antara siswa dalam tugas-tugas pembelajaran akan terjadi dengan sendirinya untuk mengembangkan pencapaian prestasi siswa. Para siswa akan saling belajar satu sama lain karena dalam diskusi mereka mengenai konten materi, konflik kognitif akan timbul, alasan yang kurang pas

19

17

juga akan keluar dan pemahaman dengan kualitas yang lebih tinggi akan muncul.20

Metode ini merupakan sebuah teknik hebat untuk merangsang diskusi dan mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang berbagai isu yang kompleks. Format tersebut mirip dengan sebuah perdebatan, namun tidak terlalu formal dan berjalan lebih cepat.

b. Prosedur Metode Point Counterpoint.

Hamruni mengungkapkan beberapa langkah-langkah prosedur yang harus dilakukan dalam pelaksanaan metode Point Counterpoint, yaitu:

a) Pilihlah sebuah masalah yang memiliki dua perspektif (sudut pandang) atau lebih.

b) Bagilah kelas ke dalam kelompok-kelompok menurut jumlah perspektif yang telah ditetapkan, dan mintalah tiap kelompok mengungkapkan, mendiskusikan lasan-alasan yang melandasi sudut pandang masing-masing tim. Doronglah mereka bekerja dengan partner tempat duduk atau kelompok-kelompok inti yang kecil.

c) Gabungkan kembali seluruh kelas, tetapi mintalah para anggota dari tiap kelompok untuk duduk bersama dengan jarak antara sub-sub kelompok.

d) Jelaskan bahwa peserta didik bisa memulai perdebatan. Setelah itu peserta didik mempunyai kesempatan menyampaikan sebuah argumen yang sesuai dengan posisi yang telah ditentukan. Teruskan diskusi tersebut, dengan bergerak secara cepat maju-mundur diantara kelompok-kelompok.

e) Simpulkan kegiatan tersebut dengan membandingkan isu-isu sebagaimana anda melihatnya. Berikan reaksi dan diskusi lanjutan.21

c. Keunggulan Metode Point Conterpoint.

Sebagai metode yang mengutamakan kerja sama tim dalam berdiskusi, metode Poin Counterpoint memiliki beberapa keunggulan.

Menurut Ani Septiana, keunggulan tersebut seperti:

20

Ibid., h. 38. 21

a) Kedua segi permasalahan dapat disajikan, yang memiliki ide dan yang mendebat/menyanggah sama-sama berdebat untuk menemukan hasil yang lebih tepat mengenai suatu masalah. b) Siswa dapat terangsang untuk menganalisis masalah didalam

kelompok, asal terpimpin sehingga analisis itu terarah pada pokok permasalahan yang dikehendaki bersama

c) Dalam pertemuan debat itu siswa dapat menyampaikan faktadari kedua sisi masalah, kemudian diteliti fakta mana yang benar/valid dan bisa dipertanggung jawabkan.

d) karena terjadi pembicaraan aktif antara pemrasaran dan penyanggah maka akan membangkitkan daya tarik untuk turut berbicara, turut berpartisipasi mengeluarkan suara.

e) Dapat digunakan dalam kelompok besar.22

d. Keterbatasan Metode Poin Counterpoint

Selain keunggulan, metode Point Counterpoint yang mengutamakan kerja sama tim dalam berdiskusi juga memiliki keterbatasan.

Menurut Ani septiana keterbatasan tersebut seperti: a) Terkadang tidak memperhatikan pendapat orang lain.

b) Kemungkinan lain di antara anggota mendapat kesan yang salah tentang orang yang berdebat.

c) Dengan tekik berdebat membatasi partisipasi kelompok, kecuali kalau diikuti dengan diskusi.

d) Karena seringnya perdebatan bisa terjadi banyak emosi yang terlibat, sehingga debat itu semakin gencar dan ramai.

e) Agar bisa terlaksana dengan baik maka perlu persiapan yang teliti sebelumnya.

5. Hasil Belajar a. Hakekat Belajar

Suyono dan Hariyanto mengungkapkan, “belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan

22 Ani Septiana, “Efektifitas Metode Point Counterpoint Dalam Pembelajaran Menemukan

Informasi Melalui Membaca Intensif Pada Siswa Kelas VIII SMP Negri 2Donorojo,

19

pengokohan kepribadian”. 23 Menurut pemahaman sains konvensional,

“belajar adalah proses menjadi tahu atau proses memperoleh

pengetahuan. Kontak manusia dengan alam diistilahkan sebagai

pengalaman”.24

Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan. Definisi ini beranggapan bahwa pengetahuan sudah terserak di alam, tinggal bagaimana siswa atau pembelajar bereksplorasi, menggali dan menemukan kemudian memungutnya untuk memperoleh pengetahuan.

Menurut Winkel, ”Belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan

dan sikap”.25

Belajar dalam konteks pendidikan menurut Wolfolk & Nicolish,

“kegiatan belajar selalu harus memberikan perubahan pada subjek

yang belajar. Perubahan tersebut terjadi karena adanya pengalaman

interaksi pembelajar dengan oranglain atau dengan lingkungannya”.26 Dari beberapa definisi diatas dapatlah diambil kesimpulan bahwa belajar adalah proses perubahan salam diri kita adalah perubahan yang terencana dan bertujuan. Kita belajar belajar dengan tujuan sesuatu lebih dulu kita tetapkan.

b. Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi merupakan unsur penting dalam proses pembelajaran, karena melalui evaluasi dapat diketahui apakah tujuan yang direncanakan atau perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dapat tercapai atau tidak. Evaluasi hasil belajar yang berhubungan dengan

23

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 1, h. 9.

24 Ibid. 25

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2011), Cet. 3, h. 38. 26

tugas guru rutin dapat dilakukan evaluasi hasil, yang juga dapat dijadikan umpan balik.

Purwanto mengungkapkan, hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.27

Hasil belajar perlu dievaluasi. Evaluasi yang dimaksud sebagai cermin untuk melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah proses belajar mengajar telah berlangsung efektif untuk memperoleh hasil belajar.28

Remmer (1967) mengemukakan, paling tidak ada tiga manfaat penting dari hasil evaluasi, yaitu untuk membantu pemahaman perkembangan peserta didik menjadi lebih baik, untuk menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik kepada orang tua, dan membantu pemahaman peserta didik menjadi lebih baik, untuk menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik kepada orang tua, dan membantu guru dalam membuat perencanaan pembelajaran.29

Evaluasi hasil bertujuan menilai apakah hasil belajar dicapai siswa sesuai dengan tujuan. Dengan kata lain Evaluasi hasil atau produk menilai sampai sejauh mana keberhasilan perencanaan pembelajaran dalam mengantarkan siswa kearah tujuan.

6. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) a. Pengertian AMDAL

Mursid Raharjo mengungkapkan, analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan atau kegiatan.30

27 Op. Cit., h. 45. 28 Ibid., h. 46. 29

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. 5, h. 287. 30

21

Analisis mengenai dampak lingkungan perlu dilakukan untuk proses pembangunan. karena dengan begitu maka akan terlihat apa dampak negatif ataupun positif bagi daerah sekitar dari pembangunan proyek tersebut. Dampak itu tidak hanya dilihat dari sisi masyarakat atau penduduk yang tinggal didaerah sekitar proyek, tetapi juga dilihat dampaknya terhadap lingkungan sekitar.

Masriah dan Mujahid didalam bukunya mengungkapkan, dalam penjelasan Undang-undang no 4 tahun 1982 antara lain menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan sebagai kegiatan yang semakin meningkat, mengandung resiko pencemaran dan perusakan lingkungan, sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan dapat rusak pula karenanya. 31

Hal semacam itu akan merupakan beban sosial, karena pada akhirnya masyarakat dan pemerintahlah yang harus menanggung beban pemulihannya. Penjelasan Undang-undang tersebut telah memberikan peringatan bagi kita semua bahwa semakin meningkatnya pembangunan dengan menggunakan teknologi yang begitu maju akan menimbulkan masalah lingkungan yang sangat kompleks.

Oleh sebab itu bagi pihak pemerintah atau pihak swasta yang akan melaksanakan pembangunan wajib dilakukan Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL). Masriah dan Mujahid didalam bukunya, dicantumkan dalam pasal 16 Undang-undang No. 4 Tahun 1982 yang berbunyi: “setiap rencana yang diperkirakan mempunyai

dampak penting terhadap lingkungan wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan yang pelaksanaannya diatur dengan

peraturan pemerintah”.32 b. Prakiraan Dampak 31

Masriah dan Mujahid, Pembangunan Ekonomi Berwawasan Lingkungan, (Semarang: IKIP Malang, 2011), Cet. 1, h. 141.

32 Ibid.

Prakiraan dampak adalah salah satu langkah dalam studi AMDAL yang merupkan proses untuk menentukan dampak (sosial-budaya) yang akan terjadi.

Menurut Sudharto P. Hadi, secara ringkas dalam prakiraan dampak penelitian harus menyajikan:

1) siapa yang terkena dampak. Siapa menunjuk pada beberapa orang yang terkena, ciri-ciri mereka bagaimana (umur, pekerjaan, tingkat kerentanan dan sebagainya). Siapa juga bisa menunjukkan satuan analisa: individu, keluarga, atau masyarakat.

2) dalam bentuk apa mereka terkena dampak. Misalnya, penduduk yang tinggal disepanjang rute menuju ke proyek akan terkena dampak dari aktivitas transportasi peralatan, aktivitas ini akan menimbulkan bising dan debu.

3) berapa lama dampak itu berlangsung. Dampak bising dan debu akan berlangsung selama masa konstruksi. Penyusun studi bisa menghitung berapa lama masa konstruksi itu berjalan. 33

Dampak sosial sangat sangat tergantung pada karakteristik proyek dan kondisi sosialekonomi budaya masyarakat. Meskipun proyeknya sejenis, namun proyek itu dibangun di daerah berbeda, dampak sosial bisa berbeda.

c. Peranan Amdal

1) Peranan amdal dalam pengelolaan proyek

Untuk dapat mengetahui dimana dan sejauh mana peranan andal, RKL, RPL di dalam pengelolaan proyek terlebih dahulu harus diketahui fase-fase dari pengelolaan proyek.

Menurut Gunarwan Suratmo, pada umumnya fase-fase pengelolaan proyek dapat dibagi sebagai berikut:

a) Fase identifikasi. b) Fase studi kelayakan.

c) Fase desain kerekayasaan atau disebut juga fase rancangan.

d) Fase pembangunan proyek.

e) Fase proyek berjalan atau fase proyek beroperasi. f) Fase proyek telah berhenti beroperasi atau pasca

operasi.34 33

Sudharto P. Hadi, Aspek Sosial AMDAL, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), Ed. 2, Cet. 1, h. 62.

23

Andal merupakan salah satu studi kelayakan lingkungan yang diisyaratkan untuk mendapatkan perizinan selain studi kelayakan teknis dan studi kelayakan ekonomis, dengan melaksanakan kedua studi ini dapat saling memberikan masukan sehingga dapat dilakukan optimasi untuk mendapatkan keadaan yang optimum bagi proyek tersebut, terutama dampak lingkungan dapat dikendalikan melalui pendekatan teknis atau dapat disebut sebagau penekanan dampak negatif dengan engineering approach, pendekatan ini biasanya akan dapat menghasilkan biaya pengolaan dampak yang murah.35

Menurut Gunawan Suratmo, bagian dari Andal yang dikaji dalam bidang teknis dan ekonomis proyek adalah sejauh mana keadaan lingkungan dapat menunjang perwujudan proyek, terutama sumber daya diperlukan proyek tersebut seperti air, energi, tenaga manusia, sarana dan prasarana angkutan dan lain sebagainya, serta bahaya-bahaya alam apa yang dapat mengancam proyek.36

2) Peranan Amdal bagi pemerintah

Menurut Gunawan Suratmo, salah satu tugas dari pemerintah dalam mengarahkan dan mengawasi pembangunan adalah menghindarkan dampak negatif dari proyek pembangunan pada lingkungan hidup dan sumber daya alam disamping menghindarkan pula terjadinya perselisihan yang dapat timbul antara proyek dengan proyek pembangunan lainnya.

Keputusan yang dapat diambil ialah:

34

Gunarwan Suratmo, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2008), Cet. 11, h. 14.

35 Ibid. 36

a) proyek tidak boleh dibangun

b) proyek boleh dibangun sesuai dengan usulan (tanpa persyaratan).37

3) kegunaan Amdal bagi pemilik modal

Untuk membangun proyek modal yang dipinjam dari bank, baik bank nasional atau bank internasional seperti Bank Dunia (Word Bank) atau Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank) akan diminta laporan Amdal sebagai persyaratannya. Untuk bank internasional biasanya setiap permintaan pinjaman diminta penyertaan laporan Andal. Bank nasionalpun akan memintakan Andal pula terutama untuk proyek-proyek yang besar. Dengan demikian Andalpun bermanfaat bagi pemilik modal. 38

Menurut Gunawan Suratmo, Keuntungan laporan Amadal biasanya dirumuskan sebagai berikut:

a) Untuk dapat menjamin bahwa modal yang dipinjamkan pada proyek dapat mencapai tujuan dari misi bank dalam membantu pembangunan atau pemilik modal yang memberikan pinjaman

b) Untuk dapat menjamin bahwa modal yang dipinjamkan dapat dibayar kembali oleh proyek sesuai pada waktunya, sehingga modal tidak hilang

c) Menentukan prioritas peminjaman sesuai dengan misinya

d) Pengaturan modal dan promosi dari berbagai sumber modal

e) Menghindari duplikasi dari proyek-proyek lain yang tidak perlu

f) Dan lain sebagainya.39 4) Kegunaan bagi masyarakat

37 Ibid., h 16 38 Ibid., h. 21 39 Ibid.

25

Menurut Gunawan Suratmo, kegunaan amdal bagi masyarakat yaitu seperti:

a) Dapat mengetahui rencana pembangunan di daerahnya, hingga dapat mempersiapkan diri di dalam penyesuaian kehidupan apabila diperlukan

b) Mengetahui perubahan lingkungan di masa sesudah proyek dibangun hingga dapat memanfaatkan kesempatan yang dapat menguntungkan dirinya dan menghindarkan diri dari kerugian-kerugian yang dapat diderita akibat adanya proyek tersebut

c) Turut serta dalam pembangunan didaerah sejak dari

Dokumen terkait