• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Menurut Slameto (1995: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono (1999: 9), menyatakan bahwa “belajar adalah suatu perilaku”. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Menurut Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutijan (1999: 6), “belajar merupakan suatu kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku, baik potensial maupun aktual. Jadi, dengan belajar akan membawa perubahan yang positif bagi pebelajar”.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses atau kegiatan yang dapat mengubah pola perilaku peserta didik kearah yang lebih baik, yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku, baik potensial maupun aktual.

Untuk mendukung peserta didik dalam belajar, maka perlu diadakan kegiatan belajar yang sudah terencana atau lebih dikenal dengan pembelajaran. Menurut Gino et al, (1999: 32), pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar mengajar.. Proses pembelajaran pada hakikatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar dan pembelajaran sangat erat hubungannya dalam mengusahakan perubahan yang positif bagi peserta didik baik dalam lingkup akademik maupun perubahan tingkah laku yang prosesnya melibatkan berbagai komponen yaitu tujuan, materi, metode atau strategi, media, serta evaluasi.

commit to user

10 b. Tujuan Belajar dan Pembelajaran

Kegiatan belajar dan pembelajaran dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan belajar merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat penting, karena semua komponen dalam sistem pembelajaran dilaksanakan atas dasar pencapaian tujuan belajar, sehingga program-program belajar dapat berjalan secara terprogram dan terarah.

Tujuan belajar menurut Bloom dalam Gino et al (1999: 19) dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kognitif, psikomotor dan afektif.

1) Ranah kognitif, meliputi enam tingkatan yaitu: a) Pengetahuan (Knowledge) b) Pemahaman (Comprehension) c) Penerapan (Aplication) d) Analisis (Analysis) e) Sintesis (Synthesis) f) Evaluasi (Evaluation) 2) Ranah afektif/sikap

a) Kemampuan menerima (Receiving) b) Kemampuan menanggapi (Responding) c) Berkeyakinan (Valuing)

d) Penerapan kerja (Organization) e) Ketelitian (Correcterzation by value) 3) Ranah psikomotor

a) Gerak tubuh (Body movement)

b) Koordinasi gerak (F inaly coordinated movement) c) Komunikasi non verbal (Non verbal communication) d) Perilaku bicara (Speech behaviours)

Tujuan pembelajaran merupakan apa yang ingin dicapai oleh guru dan siswanya pada akhir suatu pembelajaran. Jadi, tujuan pembelajaran merupakan hasil akhir dari proses pembelajaran. Menurut Djiwandono dalam Gino et al (1999: 40), ada dua tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran, yaitu Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK). TIU menggariskan hasil-hasil di bidang studi yang seharusnya dicapai oleh siswa, sedangkan TIK merupakan penjabaran yang lebih konkrit dari suatu TIU menyangkut satu pokok bahasan atau topik pelajaran tertentu.

commit to user

11 c. Komponen dan Unsur-Unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran

Untuk mencapai tujuan dari pembelajaran, kegiatan pembelajaran melibatkan beberapa komponen yang mendukung, antara lain sebagai berikut:

1) Siswa, merupakan seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima dan penyimpan setiap isi pelajaran yang disampaikan untuk mencapai tujuan dari pembelajaran.

2) Guru, merupakan seseorang yang bertindak sebagai pendidik yang memberikan pengajaran kepada anak didiknya serta sebagai pengelola dalam pembelajaran agar dapat terlaksana dengan efektif.

3) Tujuan, pernyataan tentang sesuatu yang diinginkan setelah terjadinya pembelajaran yang bisa menjadikan pedoman dalam proses pembelajaran. 4) Bahan Ajar, adalah informasi atau materi yang berupa konsep-konsep yang

diperlukan untuk mencapai tujuan.

5) Metode, cara atau strategi yang digunakan dalam penyampaian materi kepada siswa.

6) Media, alat, perlengkapan atau perantara yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa.

Unsur-unsur dinamis dalam belajar merupakan unsur-unsur yang dapat berubah dalam proses belajar. Unsur-unsur dinamis yang terkait dalam belajar diantaranya sebagai berikut:

1) Motivasi dan upaya memotivasi siswa dalam belajar. 2) Bahan belajar dan upaya penyediaannya.

3) Alat bantu belajar dan upaya penyediaannya. 4) Suasana belajar dan upaya penyediaannya.

5) Kondisi subyek yang belajar dan upaya penyiapan peneguhannya.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Siswa Untuk Belajar

Tercapainya tujuan belajar dan pembelajaran yang sudah dijelaskan diatas, tidak hanya dipengaruhi oleh komponen-komponen yang ada, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang senantiasa mempengaruhi siswa untuk belajar. Menurut

commit to user

12 Dimyati dan Mudjiono (1999: 239-253), faktor-faktor yang mempengaruhi siswa untuk belajar adalah sebagai berikut:

1) Faktor Intern, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi siswa untuk belajar yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri.

a) Sikap terhadap belajar: penilaian atau persepsi siswa terhadap belajar sangat mempengaruhi keinginannya untuk belajar.

b) Motivasi belajar: merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar.

c) Konsentrasi belajar: merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tertuju pada isi bahan belajar maupun aktivitas belajar.

d) Mengolah bahan belajar: merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa.

e) Menyimpan perolehan hasil belajar: merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan.

f) Menggali hasil belajar yang tersimpan: merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterima.

g) Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar: merupakan suatu puncak proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar.

h) Rasa percaya diri siswa: merupakan keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan.

i) Intelegensi dan keberhasilan siswa: merupakan suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan secara efisien.

j) Kebiasaan belajar: merupakan penguat dalam keberhasilan belajar dapat mengurangi kebiasaan kurang baik.

k) Cita-cita siswa: merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi diri siswa yang ingin diwujudkannya dengan berbagai cara.

commit to user

13 2) Faktor Ekstern, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi siswa untuk belajar

yang timbul dari luar.

(a) Guru sebagai Pembina siswa belajar: guru harus bisa memusatkan perhatian pada kepribadian siswa, khususnya berkenaan dengan semangat belajar yang merupakan wujud emansipasi siswa.

(b) Prasarana dan sarana pembelajaran: kelengkapan dan pengelolaan prasarana dan sarana pembelajaran yang baiklah yang dapat mendukung proses pembelajaran berhasil dengan baik.

(c) Kebijakan penilaian: sekolah dan guru diharapkan berlaku arif dan bijak dalam menyampaikan keputusan hasil belajar siswa.

(d) Lingkungan sosial siswa di sekolah: suasana lingkungan sosial siswa berpengaruh pada semangat dan proses belajar siswa.

(e) Kurikulum sekolah: kurikulum yang diberlakukan di sekolah adalah kurikulum nasional yang disyahkan oleh pemerintah atau suatu kurikulum yang disahkan oleh yayasan pendidikan.

2. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin dalam Isjoni (2010: 15), pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Pembelajaran kooperatif menurut Eggen dan Kauchak dalam Trianto (2007: 42), merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.

Pembelajaran dengan model kooperatif, siswa dituntut agar dapat bekerjasama dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, semua anggota kelompok harus memahami dan menguasai hasil dari diskusi kelompok tersebut. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk berperan aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar.

commit to user

14 Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang heterogen, dan satu sama lain saling bekerjasama untuk menyelesaikan tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru.

b. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2005: 31-36), unsur-unsur dalam model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan adalah sebagai berikut: 1) Saling Ketergantungan Positif, 2) tanggung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota, 5) evaluasi proses kelompok

Unsur saling ketergantungan positif, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut. Jadi, semua siswa dalam satu kelompok saling bekerjasama dan saling membantu untuk menyelesaikan tugas atau kasus yang diberikan oleh guru.

Tanggung jawab perseorangan merupakan kunci untuk menjamin anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama secara individu.

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan dampak positif bagi anggota kelompok. Hasil pemikiran dari beberapa siswa akan lebih baik dibandingkan dengan pemikiran individual.

Siswa sebaiknya dibekali berbagai keterampilan berkomunikasi dalam kelompok. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru sebaiknya memberikan cara-cara berkomunikasi yang baik. Hal ini akan bermanfaat untuk siswa yang nantinya akan mewakili kelompoknya untuk memaparkan hasil diskusi kelompoknya.

commit to user

15 Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.

c. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif tentunya mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan model pembelajaran yang lainnya. Menurut Isjoni (2010: 20), ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: 1) Setiap anggota memiliki peran, 2) terjadi interaksi langsung di antara siswa, 3) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman kelompoknya, 4) guru membantu mengembangkan keterampilan interpersonal kelompok, 5) guru hanya berinteraksi dengan siswa saat diperlukan.

Setiap anggota dalam kelompok belajar kooperatif memiliki peran sendiri-sendiri dalam kelompoknya, tetapi tetap bekerjasama dalam menyelesaikan masalah atau tugas yang diberikan oleh guru. Semua anggota memiliki peran yang sama dalam untuk keberhasilan kelompoknya.

Hubungan interaksi secara langsung terjadi diantara siswa dalam kelompok. Interaksi ini terjadi akibat adanya saling ketergantungan positif antar siswa dalam kelompok untuk saling membantu, menyampaikan pendapatnya, dan memberikan motivasi dalam kegiatan diskusi kelompok.

Pembelajaran kooperatif menuntut siswa untuk bisa bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan juga teman kelompoknya. Siswa yang sudah menguasai topik yang diberikan guru berkewajiban untuk menjelaskan kepada teman kelompoknya yang belum mengerti.

Guru sangat berperan dalam membangun dan mengembangkan ketrampilan interpersonal kelompok dalam berkomunikasi dengan teman kelompoknya baik dalam menyampaikan pendapatnya maupun menyampaikan hasil kelompoknya kepada kelompok lain.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang hanya akan berinteraksi bila siswa membutuhkannya, tetapi tetap memantau dan membimbing jalannya diskusi.

commit to user

16 d. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif mempunyai langkah-langkah pembelajaran yang berbeda dengan model pembelajaran yang lainnya, yang sesuai dengan ciri-ciri yang telah dijelaskan pada uraian sebelumnya. Menurut Agus Suprijono (2010: 65-66), langkah-langkah pembelajaran kooperatif terdiri dari enam fase. Fase-fase itu ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1: P resent goals and set

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik.

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar.

Fase 2: P resent information Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal.

Fase 3: Organize student into learning teams

Mengorganisir peserta didik kedalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien.

Fase 4: Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya. Fase 5: Test on the materials

mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresen-tasikan hasil kerjanya.

Fase 6: P rovide recognition

Memberikan pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan presentasi individu maupun kelompok.

e . Macam-Macam Metode dalam Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif selain mempunyai unsur-unsur, ciri-ciri dan tahapan pembelajaran yang berbeda dengan model pembelajaran yang lain juga mempunyai beberapa macam metode. Menurut Trianto (2010: 67-87), macam-macam metode dalam pembelajaran kooperatif yaitu: 1) Student Teams Achievement Division (STAD), 2) Jigsaw, 3) Investigasi Kelompok, 4) Think P air Share (TPS), 5)

Numbered Heads Together (NHT), 6) Teams Games Tournaments (TGT).

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode

dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Metode ini

commit to user

17 diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok.

Jigsaw atau yang dikenal dengan “Tim Ahli” merupakan metode

pembelajaran dimana siswa dibagi dalam kelompok secara heterogen. Masing-masing anggota kelompok ditugaskan secara acak untuk menjadi ahli untuk tiap topik yang berbeda. Untuk ahli yang mempunyai topik yang sama bergabung menjadi satu untuk menyelesaikan tugasnya, kemudian kembali ke kelompok semula untuk mengajarkan topik yang sudah mereka kuasai kepada teman sekelompoknya. Terakhir diberikan tes pada semua topik yang diberikan secara individu.

Investigasi Kelompok merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan sulit untuk diterapkan. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang sudah dipilihnya, kemudian mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.

Think P air Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis

pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS memberikan kesempatan kepada siswa untuk banyak berpikir, merespons dan saling membantu pasangan diskusinya dalam menyelesaikan tugas dari guru.

Numbered Heads Together (NHT) merupkan pembelajaran kooperatif yang

terdiri dari empat fase yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama dan menjawab. Dalam pembelajaran ini siswa juga dibagi menjadi kelompok-kelompok yang tiap anggota kelompok-kelompok mempunyai nomor sendiri-sendiri.

Teams Games Tournaments (TGT) atau Pertandingan Permainan Tim. Pada

model ini siswa akan memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain agar memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.

3. Metode Numbered Heads Together (NHT) a. Pengertian Metode Numbered Heads Together (NHT)

Metode Number Heads Together (NHT) merupakan salah satu bagian dari model pembelajaran kooperatif. Menurut Trianto (2007: 62), metode Number Heads

commit to user

18

Together (NHT) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang rancang

untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Menurut Spenser Kagan dalam Anita Lie (2005: 59-60), metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, metode ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode Number

Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya dalam kelompok belajar serta mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka.

b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Numbered Heads Together (NHT)

Setiap metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing, karena pada dasarnya tidak ada metode pembelajaran yang paling baik untuk diterapkan pada semua topik pembelajaran. Menurut Spencer Kagan dalam Herta Delima Sitorus et al (2010: 2), kelebihan dan kelemahan metode NHT diantaranya sebagai berikut:

Kelebihan metode NHT:

1) Kelas menjadi hidup dan dinamis

2) Setiap siswa mendapat kesempatan untuk berekspresi dan mengeluarkan pendapatnya.

3) Munculnya jiwa kompetensi yang sehat.

4) Waktu untuk mengoreksi hasil kerja siswa, lebih efektif dan efisien. Kelemahan metode NHT:

1) Adanya alokasi waktu yang panjang.

2) Ketidakbiasaan siswa melakukan pembelajaran kooperatif, sehingga siswa terkadang merasa kaget dan merasa bosan.

commit to user

19 c. Langkah-Langkah Metode Numbered Heads Together (NHT)

Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 42), langkah-langkah pembelajaran metode Number Heads Together (NHT) adalah sebagai berikut:

1) Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

2) Guru memberikan tugas dan masing- masing kelompok mengerjakannya. 3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang dianggap paling benar dan

memastikan setiap anggota kelompok dapat mngerjakannya atau mengetahui jawabannya.

4) Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.

5) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain. 6) Kesimpulan

Menurut Trianto (2007: 62-63), dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai langkah-langkah pembelajaran yang menggunakan metode Number Heads Together (NHT) adalah sebagai berikut:

1) Fase 1 : Penomoran

Dalam fase ini guru membagi siswa kedalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1-5.

2) Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat sangat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.

3) Fase 3 : Berfikir Bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

4) Fase 4 : Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan metode Number Heads Together (NHT) dalam kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa dan setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1-6.

2) Guru memberikan tugas yang sesuai dengan materi yang telah dibahas sebelumya.

commit to user

20 3) Setiap kelompok mendiskusikan tugas yang diberikan oleh guru, dan

memastikan bahwa semua anggota dalam kelompok tersebut mengetahui jawaban yang benar dan dapat mengerjakannya.

4) Guru memanggil salah satu nomor. Siswa yang nomornya dipanggil akan menyampaikan hasil diskusi dari kelompok mereka.

5) Tanggapan siswa dari kelompok lain, kemudian guru memanggil nomor yang lain.

6) Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil diskusi.

3. Metode Student Teams Achievement Division (STAD) a. Pengertian Metode Student Teams Achievement Division (STAD)

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana untuk diterapkan pada kegiatan belajar mengajar bagi guru yang baru akan menggunakan pendekatan kooperatif yang dikembangkan oleh Robert Slavin. Slavin (2010: 11) mengatakan bahwa:

Dalam STAD para siswa dabagi dalam tim belajar yang terdiri dari atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan mereka bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, dimana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling membantu.

Menurut Trianto (2010: 68), STAD merupakan model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa STAD merupakan metode pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dalam setiap kegiatan pembelajaran, yang dilaksanakan dalam beberapa tahapan yaitu: penyampaian materi, diskusi, presentasi, kuis dan penghargaan kelompok.

commit to user

21 b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Student Teams Achievement Division

(STAD)

Metode Student Teams Achievement Division (STAD) juga mempunyai kelebihan dan kelemahan, seperti halnya dengan metode kooperatif yang lainnya. Menurut Sunarto (2009: 3), kelebihan dan kelemahan dari metode STAD diantaranya sebagai berikut:

Kelebihan metode STAD:

1) Siswa lebih mampu mendengar, menerima, dan menghormati orang lain. 2) Siswa mampu mengidentifikasi akan perasaannya, juga perasaan orang lain. 3) Siswa dapat menerima pengalaman dan dimengerti orang lain.

4) Siswa mampu menyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan menyakinkan dirinya untuk saling memahami dan mengerti. 5) Mampu mengembangkan potensi yang berhasil guna, berdaya guna, kreatif

dan bertanggungjawab. Kelemahan metode STAD:

1) Membutuhkan alokasi waktu yang lama.

2) Anggota kelompok yang malas hanya mengandalkan pada teman mereka yang rajin, sehingga menjadikannya tidak berpikir mandiri.

3) Penilaian terhadap individu dan kelompok dan pemberian hadiah menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.

b. Langkah-Langkah Metode Student Teams Achievement Division (STAD) Menurut Slavin dalam Agus Suprijono (2010: 51-53), dalam proses pembelajarannya, STAD melalui lima tahapan yang meliputi:

1) Tahap penyajian materi

Guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai dan memotivasi rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang akan dipelajari. Selanjutnya, guru menyampaikan materinya.

2) Tahap kegiatan kelompok

Pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas, dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok.

commit to user

22 3) Tahap tes individual

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes secara individual mengenai materi yang telah dibahas.

4) Tahap penghitungan skor perkembangan individu

Dihitung berdasarkan skor awal, hal ini dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi yang terbaik sesuai dengan kemampuaannya.

Dokumen terkait