commit to user
i
STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN
METODESTUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI
SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KARTASURA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh:
DWI ANJANI DYAH. S .
NIM: K7407063
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN
METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI
SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KARTASURA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh:
DWI ANJANI DYAH. S .
NIM: K7407063
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Juni 2011
Pembimbing I
Prof. Dr. Sigit Santosa, M.Pd.
NIP: 19500930 197603 1 001
Pembimbing II
Sri Sumaryati S.Pd, M.Pd.
commit to user
iv REVISI
Skripsi ini telah direvisi sesuai arahan dan anjuran Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Tim Penguji skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Wahyu Adi, M.Pd .…….
Sekretaris : Drs. Sukirman, M.M ...
Anggota I : Prof. Dr. Sigit Santosa, M.Pd ...
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan:
Pada hari : Selasa
Tanggal : 05 Juli 2011
Tim Penguji skripsi
Nama terang
Ketua : Drs. Wahyu Adi, M.Pd .…….
Sekretaris : Drs. Sukirman, M.M ...
Anggota I : Prof. Dr. Sigit Santosa, M.Pd ...
Anggota II : Sri Sumaryati S.Pd, M.Pd. ...
Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd
commit to user
vi ABSTRAK
Dwi Anjani Dyah. S. STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN METODE
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DITINJAU DARI
PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2010/2011, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2011.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui adanya perbedaan dalam pencapaian prestasi belajar siswa antara pembelajaran yang menggunakan metode
Number Heads Together (NHT) dengan pembelajaran yang menggunakan metode
Student Teams Achievement Division (STAD). (2) Untuk mengetahui prestasi belajar
siswa yang lebih baik antara pembelajaran yang menggunakan metode Numbered
Heads Together (NHT) dengan metode Student Teams Achievement Division
(STAD).
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain penelitian
“Randomized Subjects Postest - Only Design”. Populasi penelitian ini adalah siswa
Data penelitian ini berupa prestasi belajar akuntansi siswa yang diperoleh dari tes obyektif yang berbentuk pilihan ganda. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas metode Liliefors yang digunakan untuk menguji keadaan distribusi sampel, uji homogenitas dengan metode Bartlett. Uji hipotesis menggunakan uji t untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar.
Hasil dari penelitian ini adalah (1) Terdapat perbedaan dalam pencapaian prestasi belajar siswa antara pembelajaran yang menggunakan metode Number
Heads Together (NHT) dengan pembelajaran yang menggunakan metode Student
Teams Achievement Division (STAD). Hasil ini diperoleh berdasarkan perolehan
rata-rata nilai kelompok eksperimen I yang menggunakan metode Number Heads
Together (NHT) sebesar 82,7442, sedangkan kelompok eksperimen II yang
menggunakan metode Student Teams Achievement Division (STAD) diperoleh rata-rata nilai sebesar 77,5455, jadi ada perbedaan dalam pencapaian prestasi belajar siswa yang menggunakan metode NHT dengan yang menggunakan metode STAD, sehingga H1 dalam penelitian ini telah terbukti. (2) Prestasi belajar siswa kelompok ekperimen I yang menggunakan metode Numbered Heads Together (NHT) lebih baik daripada kelompok eksperimen II yang menggunakan metode Student Teams
Achievement Division (STAD) dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil analisis data
commit to user
vii
1,7368 > 1,67) dengan α = 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa pencapaian prestasi belajar siswa yang menggunakan metode Numbered Heads Together (NHT) lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar siswa yang menggunakan metode
Student Teams Achievement Division (STAD), sehingga H2 dalam penelitian ini
commit to user
viii ABSTRACT
Dwi Anjani Dyah. S. A COMPARATIVE STUDY OF NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) METHOD AND STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) METHOD OF COOPERATIVE LEARNING VIEWED FROM THE ACCOUNTING LEARNING ACHIEVEMENT OF XI GRADERS OF SMA NEGERI 1 KARTASURA IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Thesis. Surakarta. Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta, July 2011.
The objectives of research are (1) to find out whether or not there is difference of accounting learning achievement between the students taught using Number Heads Together (NHT) method and those taught using Student Teams Achievement Division (STAD) method, and (2) to find out which one is the better student learning achievement between learning with Number Heads Together (NHT) method or that with Student Teams Achievement Division (STAD) method.
This study employed an experimental method with “randomized subjects posttest-only design”. The population of research was the XI graders of SMA Negeri 1 Kartasura in the school year of 2010/2011, consisting of 4 classes. The sample consisted of 3 classes: class XI IPS II as the experiment group I, class XI IPS 1 as the experiment group II and XI IPS 4 as the control group selected using random sampling technique, while class IPS 3 was used as the research instrument test.
The data of research contains the student accounting learning achievement obtained from the multiple choice objective test. The data analysis in this research was done using normality test with Liliefors method used to examine the condition of sample distribution, homogeneity with Bartlett method. The hypothesis test was done using t-test to find out the difference of learning achievement.
commit to user
ix MOTTO
”Sesungguhnya setiap kesulitan itu ada kemudahan” ( Q.S Al Insyiroh: 6)
Perjuangan ini mengajarkanku pada makna sebuah usaha, kesabaran dan keikhlasan
untuk merealisasikan mimpi menjadi keberhasilan yang nyata.
(Penulis)
Berawal dari mimpi sebuah cita-cita terangkai, berbekal semangat, usaha dan doa
kesuksesan akan tercapai
(Penulis)
commit to user
x
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada: Ibu dan Bapakku
Doa dan kasih sayangnya senantiasa bisa membangkitkan semangatku untuk
menggapai angan dan cita-citaku. Mas Jun dan dek Difa
Bersamamu bisa memotivasiku untuk terus melanjutkan perjuangan ini. Pak Sigit dan Bu Mar
Bimbingan dan motivasinya memacuku untuk menyelesaikan skripsi ini. Nero (Dian, Dyah, Dessy, Erlin), Nurul, Arni, Atta’, Lita, Sapto, Edi,
Derin, Agnes, Devina, Rohmad, Trahari, Eri, Samsul, Ilmi.
Keberadaanmu selalu membuat hari-hariku menjadi tak biasa serta
menjadi penyemangat dalam keputusasaanku. Sahabat-sahabat CAKA’07
Canda tawa dan dukungan kalian selalu hadir di saat aku jenuh dan hampir
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang memberi
kenikmatan dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik
oleh peneliti untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan. Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.
3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd., selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan
Akuntansi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dengan bijaksana.
4. Prof. Dr. Sigit Santosa, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah memberikan
arahan, bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
5. Sri Sumaryati, S.Pd. M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan
dukungan, semangat, dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen Bidang Keahlian Khusus Akuntansi yang dengan tulus
memberikan ilmu dan masukan-masukan dalam penyusunan skipsi ini.
7. Drs. H. Widodo, MM, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kartasura dan Dra.
Sri Padmiyati selaku guru pamong, beserta seluruh keluarga besar SMA Negeri 1
Kartasura yang telah banyak memberikan bantuan bagi peneliti dalam
penyusunan skripsi ini.
8. Ibu dan Bapak tercinta, yang selalu memberikan semangat, kasih sayang serta
doa dan dukungan yang tak henti-hentinya mengiringi peneliti hingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
commit to user
xii
Peneliti menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sanagat peneliti harapkan.
Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan bagi para pembaca.
Surakarta, Juni 2011
commit to user
xiii DAFTAR ISI
JUDUL ... i
PENGAJUAN SKRIPSI ... ii
PERSETUJUAN ... iii
REVISI ... iv
PENGESAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... viii
MOTTO ... ix
PERSEMBAHAN ... x
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Perumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran ... 9
a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ... 9
b. Tujuan Belajar dan Pembelajaran ... 10
commit to user
xiv
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Siswa Untuk Belajar.. 11
2. Pembelajaran Kooperatif... 13
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 13
b. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif ... 14
c. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif ... 15
d. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ... 16
e. Macam-Macam Metode dalam Pembelajarn Kooperatif . 16 3. Metode Numbered Heads Together (NHT) ... 17
a. Pengertian Metode Numbered Heads Together (NHT) .. 17
b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Numbered Heads Together (NHT) ... 18
c. Langkah-Langkah Metode Numbered Heads Together (NHT) ... 19
4. Metode Student Teams Achievement Division (STAD)... 20
a. Pengertian Metode Student Teams Achievement Division (STAD) ... 20
b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Student Teams Achievement Division (STAD) ... 21
commit to user
xvi
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan ... 58
B. Implikasi ... 58
C. Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 61
commit to user
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif ………... 16
Tabel 2. Perhitungan Skor Perkembangan ……… 22
Tabel 3. Tingkat Penghargaan Kelompok ……… 22
Tabel 4. Fase-Fase Pembelajaran dengan Metode STAD ……… 23
Tabel 5. Jadwal Pelaksanaan Penyusunan Skripsi ……… 32
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ……… 36
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ……… 37
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Suatu Item ……….. 37
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Taraf Pembeda Suatu Item ………. 38
Tabel 10. Rancangan Penelitian “Randomized Subject Posttest–Only Design” 40
Tabel 11. Data Jumlah Siswa SMA Negeri 1 Kartasura Beserta Wali Kelasnya ..48
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Akuntansi Kelompok Eksperimen I ……… 49
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Akuntansi Kelompok Eksperimen II ………. 50
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Akuntansi Kelompok Kontrol ……… 51
Tabel 15. Rata-Rata Nilai Prestasi Belajar Akuntansi ……….. 52
Tabel 16. Data Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa ……… 53
Tabel 17. Data Hasil Uji Honogenitas Nilai Posttest Prestasi Belajar Akuntansi.. 53
commit to user
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Siklus Akuntansi ……….. 26
Gambar 2. Skema Kerangka Berpikir Tentang Penerapan Metode NHT dan
Metode STAD ………. 31 Gambar 3. Struktur Organisasi Sekolah ………. 46 Gambar 4. Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Akuntansi
Siswa Kelompok Eksperimen I ……….... 50
Gambar 5. Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Akuntansi
Siswa Kelompok Eksperimen II ………... 51
Gambar 6. Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Akuntansi
commit to user
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Siswa Kelompok Eksperimen I ………. 63
Lampiran 2. Daftar Siswa Kelompok Eksperimen II ……… 64
Lampiran 3. Daftar Siswa Kelompok Kontrol ……….. 65
Lampiran 4. Daftar Siswa Try Out(Uji Soal) ……….... 66
Lampiran 5. Daftar Kelompok Diskusi Kelompok Eksperimen I ………. 67
Lampiran 6. Daftar Kelompok Diskusi Kelompok Eksperimen II ……… 68
Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen I …. 69
Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen II … 73
Lampiran 9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol …… …. 77
Lampiran 10. Materi Pembelajaran Akuntansi ……… 81
Lampiran 11. Soal Latihan ……….. 86
Lampiran 12. Jawaban Latihan Soal ……….. 87
Lampiran 13. Soal-Soal Posttest……… 88
Lampiran 14. Kunci Jawaban Soal Posttest……….. 95
Lampiran 15. Uji Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran dan Taraf Pembeda Soal ………. 96
Lampiran 16. Contoh Perhitungan Uji Validitas Instrumen ………. 99
Lampiran 17. Contoh Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen ………. 100
Lampiran 18. Contoh Perhitungan Taraf Kesukaran Suatu Item ………. 101
Lampiran 19. Contoh Perhitungan Taraf Pembeda Suatu Item ……… 102
Lampiran 20. Data Kemampuan Awal Siswa ……….. 103
Lampiran 21. Daftar Nilai PosstestSiswa ……… 104
Lampiran 22. Uji Normalitas Kelompok Eksperimen I ……… 105
Lampiran 23. Uji Normalitas Kelompok Eksperimen II ..……… 107
Lampiran 24. Uji Normalitas Kelompok Kontrol ……… 109
Lampiran 25. Uji Homogenitas ……… 111
commit to user
xx
Lampiran 27. Uji t Prestasi Belajar Antara Kelompok Eksperimen I dengan
Kelompok Kontrol ………. 113
Lampiran 28. Uji t Prestasi Belajar Antara Kelompok Eksperimen II dengan Kelompok Kontrol ……….. 114
Lampiran 29. Skor Perkembangan Nilai STAD ……….. 115
Lampiran 30. Daftar Tabel F ………... 118
Lampiran 31. Harga Kritik Chi Kuadrat ………. 119
Lampiran 32. Nilai Kritik Uji Lilliefors ………. 120
commit to user
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam menghadapi era
globalisasi yang semakin pesat dan bagi kelangsungan hidup suatu bangsa, karena
pendidikan merupakan pondasi untuk terciptanya generasi muda yang berkualitas.
Dengan adanya sumberdaya manusia yang berkualitas dapat menunjang
perkembangan dan kemajuan kehidupan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang No.
20 Tahun 2003 (Sisdiknas, Pasal 3) yang memuat tentang fungsi dan tujuan
pendidikan nasional adalah sebagai berikut:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, dalam tatanan mikro pendidikan
harus mampu menghasilkan SDM berkualitas dan professional sesuai dengan tujuan
pendidikan yang tercantum dalam Sisdiknas Pasal 3 di atas, termasuk di dalamnya
kebutuhan dunia kerja dan respons terhadap terhadap perubahan masyarakat
setempat. Dengan demikian, pendidikan harus mampu menciptakan lulusan yang
mampu berpikir global serta dilandasi oleh akhlak yang mulia. (Mulyasa, 2007: 4).
Pembaharuan pendidikan harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan nasional. Dalam hal ini, kualitas pendidikan dipengaruhi oleh seluruh
komponen pendidikan seperti peningkatan kualitas tenaga pendidik (guru),
kurikulum yang disempurnakan, sumber belajar, sarana dan prasarana yang
memadai, suasana belajar yang kondusif, serta didukung oleh kebijakan pemerintah
pusat dan daerah. Namun demikian, guru merupakan komponen yang paling
menentukan dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan karena guru yang
berinteraksi langsung dengan peserta didiknya sehingga guru yang lebih mengetahui
commit to user
2
Proses pembelajaran juga harus diperhatikan kualitasnya, yang mana
merupakan kegiatan utama yang dilakukan di sekolah sebagai penentu keberhasilan
untuk tercapainya tujuan pendidikan. Siswa yang mengikuti pembelajaran
diharapkan mengalami perubahan baik dalam ilmu pengetahuan maupun
perilakunya. Dengan perubahan yang lebih baik dapat mempengaruhi prestasi belajar
siswa di sekolah, yang mana prestasi belajar merupakan alat ukur untuk mengukur
sejauh mana siswa dapat memahami materi yang disampaikan guru dalam proses
pembelajaran.
Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya
adalah guru. Dalam hal ini guru dipandang sebagai faktor kunci dalam keberhasilan
pembelajaran, karena guru setiap hari berinteraksi secara langsung dengan peserta
didiknya dalam proses belajar mengajar. Guru memiliki kemampuan dalam proses
pembelajaran yang berkaitan erat dengan kemampuannya dalam memilih model
pembelajaran yang dapat memberi keefektivitasan pembelajaran kepada siswa.
Sehingga siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi, minat terhadap pembelajaran
guru, dan berupaya untuk memperoleh hasil yang maksimal.
Strategi guru dalam memilih model pembelajaran yang akan diterapkan
sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
Seorang guru harus mampu menggunakan model-model pembelajaran dalam
mengajar. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan efisiensi
dan efektifitas dalam proses belajar mengajar, karena dengan banyaknya model
pembelajaran yang ada, seorang guru dituntut dapat memilih model yang tepat dan
sesuai dengan kemampuan guru serta siswanya, karena sebenarnya tidak ada model
pembelajaran yang paling baik, setiap model memiliki spesifikasi masing- masing.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti sebelum melakukan
penelitian, SMA Negeri 1 Kartasura merupakan salah satu sekolah negeri yang
mempunyai input atau masukan siswa-siswa yang memiliki kemampuan dan daya
tangkap terhadap materi yang disampaikan sangat bervariasi, sehingga prestasi
belajar yang mampu dicapai masing-masing siswa juga beranekaragam. Salah satu
mata pelajaran yang diberikan kepada siswa kelas XI program IPS (Ilmu
commit to user
3
pembelajaran akuntansi dan diharapkan dapat memahami dan menguasai setiap
materi yang disampaikan oleh guru. Mata pelajaran akuntansi sangat berkaitan erat
dengan kemampuan berpikir logika dan nalar seseorang. Namun, masih banyak
siswa yang kurang paham terhadap pembelajaran akuntansi karena siswa cenderung
pasif dalam setiap proses pembelajaran yang dilakukan dan hanya semata-mata
mendengarkan apa yang dikatakan gurunya tanpa adanya timbal balik dari siswa.
Tingkat penguasaan materi yang rendah akan mempersulit siswa dalam
mencapai prestasi belajar yang maksimal, karena akuntansi selain harus menguasai
teori-teorinya juga harus sering melakukan praktik-praktik mengerjakan soal, jadi
siswa juga harus ikut berperan aktif demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah
direncanakan. Kurang maksimalnya prestasi belajar yang dicapai siswa tidak hanya
disebabkan oleh perbedaan kemampuan dan daya tangkap yang di miliki
masing-masing siswa, tetapi juga karena minimya minat belajar dari siswa itu sendiri. Hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor baik yang muncul dari dalam diri siswa
maupun lingkungan eksternalnya. Misalnya siswa cenderung bosan mengikuti
kegiatan pembelajaran karena keadaan kelas yang kurang kondusif ataupun siswa
bosan terhadap pola pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh guru.
Guru dalam melaksanakan pembelajaran akuntansi masih menggunakan
model pembelajaran konvensional yaitu dengan metode ceramah, tanya jawab dan
pemberian tugas. Meskipun model pembelajaran konvensional saat ini masih bisa
diterapkan dalam pembelajaran akuntansi, tapi sebaiknya guru memberikan
variasi-variasi dengan berbagai metode pembelajaran yang baru untuk mengurangi tingkat
kejenuhan siswa dalam mengikuti pembelajaran akuntansi sehingga diharapkan dapat
memotivasi siswa untuk lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran akuntansi
dan akhirnya prestasi belajar akuntansi pun juga akan meningkat.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti ingin mencoba memberikan
variasi model pembelajaran baru yang belum pernah diterapkan oleh guru dalam
pembelajaran akuntansi. Model pembelajaran yang akan diterapkan pada siswa XI
IPS khususnya mata pelajaran akuntansi adalah dengan model pembelajaran
commit to user
4
pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan
sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif lebih
dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Pada pembelajaran kooperatif
siswa dituntut dapat bekerjasama dengan teman-teman kelompoknya untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan atau kasus yang diberikan oleh guru.
Jadi, siswa mampu berfikir sendiri dalam memecahkan setiap masalah dan tidak
hanya terpusat pada guru.
Pembelajaran kooperatif memiliki bermacam-macam metode, diantaranya
adalah Numbered Heads Together (NHT) dan Student Teams Achievement Division
(STAD). Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik. Metode NHT ini dikembangkan oleh Spencer Kagan dengan
melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran
dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Sedangkan pada
pembelajaran kooperatif dengan metode STAD (Student Teams Achievement
Divisions) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana untuk diterapkan pada kegiatan belajar mengajar bagi guru yang baru akan
menggunakan pendekatan kooperatif.
Dalam STAD para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri dari atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan mereka bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, dimana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling membantu. (Slavin, 2010: 11)
Dalam pelaksanaannya, metode NHT dan STAD menuntut siswa untuk
berperan aktif dalam pembelajaran akuntansi yaitu dengan ikut aktif berdiskusi,
menyampaikan pendapatnya, bertanya, menghargai perbedaan pendapat dan
mengajarkan kepada siswa untuk bisa bekerjasama dalam kelompok. Jadi, siswa
yang paling berperan aktif dalam pembelajaran akuntansi dan guru hanya sebagai
fasilitator. Dengan penerapan metode ini bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
commit to user
5
Namun, pada pembelajaran dengan metode NHT siswa yang bertugas
menyampaikan hasil diskusi dari kelompoknya akan dipilih secara acak oleh guru
berdasarkan nomor yang dimilikinya. Semua anggota kelompok mempunyai peluang
yang sama untuk menjadi wakil dari kelompoknya dalam menyampaikan hasil
diskusinya, jadi setiap anggota kelompok harus benar-benar paham hasil diskusi
kelompoknya.
Berdasarkan pemaparan masalah diatas, peneliti bermaksud untuk
mengadakan penelitian untuk menguji pencapaian prestasi belajar siswa yang lebih
baik antara menggunakan metode NHT dibandingkan dengan metode STAD yang
akan diterapkan oleh guru dalam pembelajaran akuntansi sebagai alternatif
penggunaan metode pembelajaran. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri
1 Kartasura tahun pelajaran 2010/2011 dengan judul: Studi Komparasi Pembelajaran
Kooperatif Metode Numbered Heads Together (NHT) dengan Metode Student
Teams Achievement Division (STAD) Ditinjau Dari Prestasi Belajar Akuntansi
Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kartasura Tahun Pelajaran 2010/2011.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, dapat
diidentifkasi permasalahan sebagai berikut:
1. Mengapa prestasi belajar siswa di SMA Negeri 1 Kartasura kurang
maksimal?
2. Mengapa dalam pembelajaran akuntansi siswa cenderung pasif?
3. Apakah diperlukan suatu pembelajaran yang bervariasi untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa?
4. Apakah terdapat perbedaan dalam pencapaian prestasi belajar siswa antara
pembelajaran yang menggunakan metode Number Heads Together (NHT) dengan pembelajaran yang menggunakan metode Student Teams
commit to user
6
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, diperlukan pembatasan masalah
supaya penelitian ini lebih terfokus dan terarah. Masalah dalam penelitian ini dibatasi
pada:
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini dibatasi pada siswa kelas XI IPS semester 2 SMA
Negeri 1 Kartasura Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Obyek Penelitian
a. Metode Pembelajaran
1) Metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada kelas eksperimen I.
2) Metode pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) pada kelas eksperimen II.
b. Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa dibatasi pada nilai kognitif yang diperoleh siswa
dari hasil post test. c. Materi Pokok
Materi pokok dalam penelitian ini adalah Jurnal Penyesuaian.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan dalam pencapaian prestasi belajar siswa antara
pembelajaran yang menggunakan metode Number Heads Together (NHT) dengan pembelajaran yang menggunakan metode Student Teams
Achievement Division (STAD)?
2. Apakah prestasi belajar siswa yang menggunakan metode Numbered Heads
Together (NHT) lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar siswa yang
commit to user
7
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah di kemukakan di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui adanya perbedaan dalam pencapaian prestasi belajar siswa
antara pembelajaran yang menggunakan metode Number Heads Together
(NHT) dengan pembelajaran yang menggunakan metode Student Teams
Achievement Division (STAD).
2. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa yang lebih baik antara pembelajaran
yang menggunakan metode Numbered Heads Together (NHT ) dengan metode
Student Teams Achievement Division (STAD).
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan:
1. Manfaat Teoretis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai metode pembelajaran yang tepat untuk pencapaian prestasi belajar
siswa yang lebih baik antara pembelajaran yang menggunakan metode
Numbered Heads Together (NHT ) dengan metode Student Teams
Achievement Division (STAD).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Memberikan variasi belajar kepada siswa untuk menghindari
kejenuhan dan memberikan kemudahan kepada siswa dalam mengikuti
pembelajaran akuntansi serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk
lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa lebih
mandiri dan tidak hanya berpusat pada guru.
b. Bagi Guru
Memberikan masukan bagi guru yang berupa alternatif pilihan metode
pembelajaran yang lebih efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
commit to user
8
c. Bagi Peneliti
Untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan dari
proses perkuliahan khususnya yang berkaitan dengan akuntansi, serta untuk
membekali peneliti sebagai calon guru yang nantinya akan menentukan
commit to user
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Menurut Slameto (1995: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono (1999: 9), menyatakan bahwa “belajar adalah suatu perilaku”. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Menurut Gino,
Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutijan (1999: 6), “belajar merupakan suatu
kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku, baik potensial maupun aktual. Jadi, dengan belajar akan membawa perubahan yang positif bagi pebelajar”.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses atau kegiatan yang dapat mengubah pola perilaku peserta
didik kearah yang lebih baik, yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku, baik
potensial maupun aktual.
Untuk mendukung peserta didik dalam belajar, maka perlu diadakan kegiatan
belajar yang sudah terencana atau lebih dikenal dengan pembelajaran. Menurut Gino
et al, (1999: 32), pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk
membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan dan faktor
ekstern dalam kegiatan belajar mengajar.. Proses pembelajaran pada hakikatnya
untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui berbagai
interaksi dan pengalaman belajar.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar dan
pembelajaran sangat erat hubungannya dalam mengusahakan perubahan yang positif
bagi peserta didik baik dalam lingkup akademik maupun perubahan tingkah laku
yang prosesnya melibatkan berbagai komponen yaitu tujuan, materi, metode atau
commit to user
10
b. Tujuan Belajar dan Pembelajaran
Kegiatan belajar dan pembelajaran dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Tujuan belajar merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat
penting, karena semua komponen dalam sistem pembelajaran dilaksanakan atas dasar
pencapaian tujuan belajar, sehingga program-program belajar dapat berjalan secara
terprogram dan terarah.
Tujuan belajar menurut Bloom dalam Gino et al (1999: 19) dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kognitif, psikomotor dan afektif.
1) Ranah kognitif, meliputi enam tingkatan yaitu: a) Pengetahuan (Knowledge)
b) Pemahaman (Comprehension) c) Penerapan (Aplication)
d) Analisis (Analysis) e) Sintesis (Synthesis) f) Evaluasi (Evaluation) 2) Ranah afektif/sikap
a) Kemampuan menerima (Receiving) b) Kemampuan menanggapi (Responding) c) Berkeyakinan (Valuing)
d) Penerapan kerja (Organization) e) Ketelitian (Correcterzation by value) 3) Ranah psikomotor
a) Gerak tubuh (Body movement)
b) Koordinasi gerak (F inaly coordinated movement) c) Komunikasi non verbal (Non verbal communication) d) Perilaku bicara (Speech behaviours)
Tujuan pembelajaran merupakan apa yang ingin dicapai oleh guru dan
siswanya pada akhir suatu pembelajaran. Jadi, tujuan pembelajaran merupakan hasil
akhir dari proses pembelajaran. Menurut Djiwandono dalam Gino et al (1999: 40),
ada dua tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran, yaitu Tujuan Instruksional
Umum (TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK). TIU menggariskan hasil-hasil
di bidang studi yang seharusnya dicapai oleh siswa, sedangkan TIK merupakan
penjabaran yang lebih konkrit dari suatu TIU menyangkut satu pokok bahasan atau
commit to user
11
c. Komponen dan Unsur-Unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran
Untuk mencapai tujuan dari pembelajaran, kegiatan pembelajaran melibatkan
beberapa komponen yang mendukung, antara lain sebagai berikut:
1) Siswa, merupakan seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima dan
penyimpan setiap isi pelajaran yang disampaikan untuk mencapai tujuan dari
pembelajaran.
2) Guru, merupakan seseorang yang bertindak sebagai pendidik yang
memberikan pengajaran kepada anak didiknya serta sebagai pengelola dalam
pembelajaran agar dapat terlaksana dengan efektif.
3) Tujuan, pernyataan tentang sesuatu yang diinginkan setelah terjadinya
pembelajaran yang bisa menjadikan pedoman dalam proses pembelajaran.
4) Bahan Ajar, adalah informasi atau materi yang berupa konsep-konsep yang
diperlukan untuk mencapai tujuan.
5) Metode, cara atau strategi yang digunakan dalam penyampaian materi kepada
siswa.
6) Media, alat, perlengkapan atau perantara yang digunakan untuk menyajikan
informasi kepada siswa.
Unsur-unsur dinamis dalam belajar merupakan unsur-unsur yang dapat
berubah dalam proses belajar. Unsur-unsur dinamis yang terkait dalam belajar
diantaranya sebagai berikut:
1) Motivasi dan upaya memotivasi siswa dalam belajar.
2) Bahan belajar dan upaya penyediaannya.
3) Alat bantu belajar dan upaya penyediaannya.
4) Suasana belajar dan upaya penyediaannya.
5) Kondisi subyek yang belajar dan upaya penyiapan peneguhannya.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Siswa Untuk Belajar
Tercapainya tujuan belajar dan pembelajaran yang sudah dijelaskan diatas,
tidak hanya dipengaruhi oleh komponen-komponen yang ada, tetapi juga dipengaruhi
commit to user
12
Dimyati dan Mudjiono (1999: 239-253), faktor-faktor yang mempengaruhi siswa
untuk belajar adalah sebagai berikut:
1) Faktor Intern, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi siswa untuk belajar
yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri.
a) Sikap terhadap belajar: penilaian atau persepsi siswa terhadap belajar
sangat mempengaruhi keinginannya untuk belajar.
b) Motivasi belajar: merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya
proses belajar.
c) Konsentrasi belajar: merupakan kemampuan memusatkan perhatian
pada pelajaran. Pemusatan perhatian tertuju pada isi bahan belajar
maupun aktivitas belajar.
d) Mengolah bahan belajar: merupakan kemampuan siswa untuk menerima
isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi
siswa.
e) Menyimpan perolehan hasil belajar: merupakan kemampuan
menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan.
f) Menggali hasil belajar yang tersimpan: merupakan proses mengaktifkan
pesan yang telah diterima.
g) Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar: merupakan suatu
puncak proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan
belajar.
h) Rasa percaya diri siswa: merupakan keinginan mewujudkan diri
bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat
timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan.
i) Intelegensi dan keberhasilan siswa: merupakan suatu kecakapan global
atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah,
berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan secara efisien.
j) Kebiasaan belajar: merupakan penguat dalam keberhasilan belajar dapat
mengurangi kebiasaan kurang baik.
k) Cita-cita siswa: merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi diri siswa
commit to user
13
2) Faktor Ekstern, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi siswa untuk belajar
yang timbul dari luar.
(a) Guru sebagai Pembina siswa belajar: guru harus bisa memusatkan
perhatian pada kepribadian siswa, khususnya berkenaan dengan
semangat belajar yang merupakan wujud emansipasi siswa.
(b) Prasarana dan sarana pembelajaran: kelengkapan dan pengelolaan
prasarana dan sarana pembelajaran yang baiklah yang dapat mendukung
proses pembelajaran berhasil dengan baik.
(c) Kebijakan penilaian: sekolah dan guru diharapkan berlaku arif dan bijak
dalam menyampaikan keputusan hasil belajar siswa.
(d) Lingkungan sosial siswa di sekolah: suasana lingkungan sosial siswa
berpengaruh pada semangat dan proses belajar siswa.
(e) Kurikulum sekolah: kurikulum yang diberlakukan di sekolah adalah
kurikulum nasional yang disyahkan oleh pemerintah atau suatu
kurikulum yang disahkan oleh yayasan pendidikan.
2. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin dalam Isjoni (2010: 15), pembelajaran kooperatif adalah
suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat
merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Pembelajaran kooperatif menurut
Eggen dan Kauchak dalam Trianto (2007: 42), merupakan sebuah kelompok strategi
pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai
tujuan bersama.
Pembelajaran dengan model kooperatif, siswa dituntut agar dapat
bekerjasama dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
guru, semua anggota kelompok harus memahami dan menguasai hasil dari diskusi
kelompok tersebut. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk
memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk berperan aktif dalam proses
commit to user
14
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berpusat kepada siswa.
Siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang
siswa yang heterogen, dan satu sama lain saling bekerjasama untuk menyelesaikan
tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru.
b. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2005: 31-36),
unsur-unsur dalam model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan adalah sebagai
berikut: 1) Saling Ketergantungan Positif, 2) tanggung jawab perseorangan, 3) tatap
muka, 4) komunikasi antar anggota, 5) evaluasi proses kelompok
Unsur saling ketergantungan positif, menunjukkan bahwa dalam
pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama,
mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua
anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut. Jadi,
semua siswa dalam satu kelompok saling bekerjasama dan saling membantu untuk
menyelesaikan tugas atau kasus yang diberikan oleh guru.
Tanggung jawab perseorangan merupakan kunci untuk menjamin anggota
yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok
belajar bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama
secara individu.
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan dampak positif bagi anggota
kelompok. Hasil pemikiran dari beberapa siswa akan lebih baik dibandingkan
dengan pemikiran individual.
Siswa sebaiknya dibekali berbagai keterampilan berkomunikasi dalam
kelompok. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru sebaiknya
memberikan cara-cara berkomunikasi yang baik. Hal ini akan bermanfaat untuk
siswa yang nantinya akan mewakili kelompoknya untuk memaparkan hasil diskusi
commit to user
15
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus untuk mengevaluasi proses kerja
kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan
lebih efektif.
c. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif tentunya mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan
model pembelajaran yang lainnya. Menurut Isjoni (2010: 20), ciri-ciri pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut: 1) Setiap anggota memiliki peran, 2) terjadi
interaksi langsung di antara siswa, 3) setiap anggota kelompok bertanggung jawab
atas belajarnya dan juga teman kelompoknya, 4) guru membantu mengembangkan
keterampilan interpersonal kelompok, 5) guru hanya berinteraksi dengan siswa saat
diperlukan.
Setiap anggota dalam kelompok belajar kooperatif memiliki peran
sendiri-sendiri dalam kelompoknya, tetapi tetap bekerjasama dalam menyelesaikan masalah
atau tugas yang diberikan oleh guru. Semua anggota memiliki peran yang sama
dalam untuk keberhasilan kelompoknya.
Hubungan interaksi secara langsung terjadi diantara siswa dalam kelompok.
Interaksi ini terjadi akibat adanya saling ketergantungan positif antar siswa dalam
kelompok untuk saling membantu, menyampaikan pendapatnya, dan memberikan
motivasi dalam kegiatan diskusi kelompok.
Pembelajaran kooperatif menuntut siswa untuk bisa bertanggung jawab atas
belajarnya sendiri dan juga teman kelompoknya. Siswa yang sudah menguasai topik
yang diberikan guru berkewajiban untuk menjelaskan kepada teman kelompoknya
yang belum mengerti.
Guru sangat berperan dalam membangun dan mengembangkan ketrampilan
interpersonal kelompok dalam berkomunikasi dengan teman kelompoknya baik
dalam menyampaikan pendapatnya maupun menyampaikan hasil kelompoknya
kepada kelompok lain.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang hanya akan berinteraksi bila siswa
commit to user
16
d. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif mempunyai langkah-langkah pembelajaran yang
berbeda dengan model pembelajaran yang lainnya, yang sesuai dengan ciri-ciri yang
telah dijelaskan pada uraian sebelumnya. Menurut Agus Suprijono (2010: 65-66),
langkah-langkah pembelajaran kooperatif terdiri dari enam fase. Fase-fase itu
ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1: P resent goals and set
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik.
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar.
Fase 2: P resent information Menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal.
Fase 3: Organize student into learning teams
Mengorganisir peserta didik kedalam tim-tim belajar
Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien.
Fase 4: Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya. Fase 5: Test on the materials
mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresen-tasikan hasil kerjanya.
Fase 6: P rovide recognition
Memberikan pengakuan atau penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan presentasi individu maupun kelompok.
e . Macam-Macam Metode dalam Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif selain mempunyai unsur-unsur, ciri-ciri dan tahapan
pembelajaran yang berbeda dengan model pembelajaran yang lain juga mempunyai
beberapa macam metode. Menurut Trianto (2010: 67-87), macam-macam metode
dalam pembelajaran kooperatif yaitu: 1) Student Teams Achievement Division
(STAD), 2) Jigsaw, 3) Investigasi Kelompok, 4) Think P air Share (TPS), 5)
Numbered Heads Together (NHT), 6) Teams Games Tournaments (TGT).
Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode
dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil
commit to user
17
diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan
kelompok, kuis dan penghargaan kelompok.
Jigsaw atau yang dikenal dengan “Tim Ahli” merupakan metode
pembelajaran dimana siswa dibagi dalam kelompok secara heterogen.
Masing-masing anggota kelompok ditugaskan secara acak untuk menjadi ahli untuk tiap
topik yang berbeda. Untuk ahli yang mempunyai topik yang sama bergabung
menjadi satu untuk menyelesaikan tugasnya, kemudian kembali ke kelompok semula
untuk mengajarkan topik yang sudah mereka kuasai kepada teman sekelompoknya.
Terakhir diberikan tes pada semua topik yang diberikan secara individu.
Investigasi Kelompok merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif
yang paling kompleks dan sulit untuk diterapkan. Guru membagi kelas menjadi
kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Selanjutnya siswa
memilih topik untuk diselidiki dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas
topik yang sudah dipilihnya, kemudian mempresentasikan laporannya kepada
seluruh kelas.
Think P air Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
TPS memberikan kesempatan kepada siswa untuk banyak berpikir, merespons dan
saling membantu pasangan diskusinya dalam menyelesaikan tugas dari guru.
Numbered Heads Together (NHT) merupkan pembelajaran kooperatif yang
terdiri dari empat fase yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama
dan menjawab. Dalam pembelajaran ini siswa juga dibagi menjadi
kelompok-kelompok yang tiap anggota kelompok-kelompok mempunyai nomor sendiri-sendiri.
Teams Games Tournaments (TGT) atau Pertandingan Permainan Tim. Pada
model ini siswa akan memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain agar
memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.
3. Metode Numbered Heads Together (NHT) a. Pengertian Metode Numbered Heads Together (NHT)
Metode Number Heads Together (NHT) merupakan salah satu bagian dari
commit to user
18
Together (NHT) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang rancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur
kelas tradisional. Menurut Spenser Kagan dalam Anita Lie (2005: 59-60), metode ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, metode ini juga
mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode Number
Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan
dirinya dalam kelompok belajar serta mendorong siswa untuk meningkatkan
semangat kerjasama mereka.
b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Numbered Heads Together (NHT)
Setiap metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan
masing-masing, karena pada dasarnya tidak ada metode pembelajaran yang paling baik untuk
diterapkan pada semua topik pembelajaran. Menurut Spencer Kagan dalam Herta
Delima Sitorus et al (2010: 2), kelebihan dan kelemahan metode NHT diantaranya
sebagai berikut:
Kelebihan metode NHT:
1) Kelas menjadi hidup dan dinamis
2) Setiap siswa mendapat kesempatan untuk berekspresi dan mengeluarkan
pendapatnya.
3) Munculnya jiwa kompetensi yang sehat.
4) Waktu untuk mengoreksi hasil kerja siswa, lebih efektif dan efisien.
Kelemahan metode NHT:
1) Adanya alokasi waktu yang panjang.
2) Ketidakbiasaan siswa melakukan pembelajaran kooperatif, sehingga siswa
commit to user
19
c. Langkah-Langkah Metode Numbered Heads Together (NHT)
Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 42), langkah-langkah
pembelajaran metode Number Heads Together (NHT) adalah sebagai berikut:
1) Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2) Guru memberikan tugas dan masing- masing kelompok mengerjakannya. 3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang dianggap paling benar dan
memastikan setiap anggota kelompok dapat mngerjakannya atau mengetahui jawabannya.
4) Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
5) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain. 6) Kesimpulan
Menurut Trianto (2007: 62-63), dalam mengajukan pertanyaan kepada
seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai langkah-langkah
pembelajaran yang menggunakan metode Number Heads Together (NHT) adalah
sebagai berikut:
1) Fase 1 : Penomoran
Dalam fase ini guru membagi siswa kedalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1-5.
2) Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat sangat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.
3) Fase 3 : Berfikir Bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
4) Fase 4 : Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan
metode Number Heads Together (NHT) dalam kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5-6
siswa dan setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1-6.
2) Guru memberikan tugas yang sesuai dengan materi yang telah dibahas
commit to user
20
3) Setiap kelompok mendiskusikan tugas yang diberikan oleh guru, dan
memastikan bahwa semua anggota dalam kelompok tersebut mengetahui
jawaban yang benar dan dapat mengerjakannya.
4) Guru memanggil salah satu nomor. Siswa yang nomornya dipanggil akan
menyampaikan hasil diskusi dari kelompok mereka.
5) Tanggapan siswa dari kelompok lain, kemudian guru memanggil nomor yang
lain.
6) Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil diskusi.
3. Metode Student Teams Achievement Division (STAD) a. Pengertian Metode Student Teams Achievement Division (STAD)
Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana untuk diterapkan pada kegiatan
belajar mengajar bagi guru yang baru akan menggunakan pendekatan kooperatif
yang dikembangkan oleh Robert Slavin. Slavin (2010: 11) mengatakan bahwa:
Dalam STAD para siswa dabagi dalam tim belajar yang terdiri dari atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan mereka bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, dimana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling membantu.
Menurut Trianto (2010: 68), STAD merupakan model pembelajaran kooperatif
dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan anggota tiap kelompok 4-5
orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran,
penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa STAD merupakan metode
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang
terdiri dari 4-5 orang dalam setiap kegiatan pembelajaran, yang dilaksanakan dalam
beberapa tahapan yaitu: penyampaian materi, diskusi, presentasi, kuis dan
commit to user
21
b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Student Teams Achievement Division
(STAD)
Metode Student Teams Achievement Division (STAD) juga mempunyai kelebihan dan kelemahan, seperti halnya dengan metode kooperatif yang lainnya.
Menurut Sunarto (2009: 3), kelebihan dan kelemahan dari metode STAD diantaranya
sebagai berikut:
Kelebihan metode STAD:
1) Siswa lebih mampu mendengar, menerima, dan menghormati orang lain. 2) Siswa mampu mengidentifikasi akan perasaannya, juga perasaan orang lain. 3) Siswa dapat menerima pengalaman dan dimengerti orang lain.
4) Siswa mampu menyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan menyakinkan dirinya untuk saling memahami dan mengerti. 5) Mampu mengembangkan potensi yang berhasil guna, berdaya guna, kreatif
dan bertanggungjawab. Kelemahan metode STAD:
1) Membutuhkan alokasi waktu yang lama.
2) Anggota kelompok yang malas hanya mengandalkan pada teman mereka yang rajin, sehingga menjadikannya tidak berpikir mandiri.
3) Penilaian terhadap individu dan kelompok dan pemberian hadiah menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.
b. Langkah-Langkah Metode Student Teams Achievement Division (STAD) Menurut Slavin dalam Agus Suprijono (2010: 51-53), dalam proses
pembelajarannya, STAD melalui lima tahapan yang meliputi:
1) Tahap penyajian materi
Guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai dan
memotivasi rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang akan dipelajari. Selanjutnya,
guru menyampaikan materinya.
2) Tahap kegiatan kelompok
Pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan
dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu
memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi
commit to user
22
3) Tahap tes individual
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan
tes secara individual mengenai materi yang telah dibahas.
4) Tahap penghitungan skor perkembangan individu
Dihitung berdasarkan skor awal, hal ini dimaksudkan agar siswa terpacu
untuk memperoleh prestasi yang terbaik sesuai dengan kemampuaannya.
5) Tahap pemberian penghargaan kelompok.
Diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi
kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok super. Tahap pemberian kelompok
dilakukan dengan menjumlahkan skor perkembangan individu dari masing-masing
kelompok. Menurut Slavin dalam Trianto (2007: 55), kriteria perkembangan skor
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Perhitungan Skor Perkembangan
Nilai Tes Skor
- Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor awal)
0 poin 10 poin 20 poin 30 poin 30 poin
Perhitungan skor perkembangan individu dilakukan dengan menghitung selisih
antara nilai awal dan nilai posstest, selanjutnya skor kelompok dihitung dengan
menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi
dengan jumlah anggota kelompok. Menurut Trianto (2007: 56), sesuai dengan
rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh kategori kelompok sebagai berikut:
Tabel 3. Tingkat Penghargaan Kelompok
commit to user
23
Menurut Trianto (2010: 70-71), langkah-langkah pembelajaran STAD
didasarkan pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau
fase. Fase-fase dalam pembelajaran ini dijelaskan dalam tabel 4.
Tabel 4. Fase-Fase Pembelajaran dengan Metode STAD
Fase Kegiatan Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi
Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2
Menyajikan/menyampaikan informasi
Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan. Fase 3
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5
Evaluasi Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarakan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6
Memberikan penghargaan
Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini peneliti akan
menggunakan metode Student Teams Achievement Division (STAD) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5
orang.
2) Guru menyajikan materi yang akan dipelajari.
3) Siswa mendiskusikan tugas yang diberikan oleh guru dengan kelompoknya.
4) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan
kelompok lain menanggapinya.
5) Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil diskusi.
commit to user
24
4. Prestasi Belajar Akuntansi
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar
mengajar, karena dengan prestasi belajar dapat menjadi pedoman untuk mengetahui
sejauh mana keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah
dilaksanakan.
Menurut Sutratinah Tirtonegoro (1988: 43), prestasi belajar adalah penilaian
hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf
maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak
dalam periode tertentu. Prestasi belajar siswa merupakan suatu bukti keberhasilan
dari usaha belajar siswa, yang dapat diketahui siswa yang bersangkutan ketika telah
menyelesaikan suatu aktivitas belajar tertentu. Dengan mengetahui prestasi belajar
siswa, guru dapat mengetahui kemampuan dan kedudukan anak didiknya di dalam
kelas.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, prestasi
belajar adalah hasil yang telah dicapai pebelajar setelah melakukan kegiatan belajar
yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf maupun kalimat.
b. Fungsi Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan masalah yang sangat penting, karena sepanjang
hidupnya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuannya
masing-masing. Menurut Zainal Arifin (2010: 12-13), fungsi utama dari prestasi
belajar antara lain:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berperan sebagai umpan balik (F eedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern suatu institusi
commit to user
25
kesuksesan anak didik dalam masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerapkan seluruh materi pelajaran.
c. Prestasi Mata Pelajaran Akuntansi
Menurut Komite Terminologi AICPA (The Committee on Terminology of the
American Institute of Certified P ublic Accountants) dalam Ahmed Riahi-Belkaoui
(2000: 37), mendefinisikan akuntansi sebagai seni pencatatan, penggolongan dan
peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya
guna dan dalam bentuk satuan uang, dan penginterpretasian hasil proses tersebut.
Menurut American accounting Association (AAA) dalam Agus Suranto, Maksum Habibi, Kardiman dan Sudibyo (2005: 2), mendefinisikan akuntansi sebagai proses
pengidentifikasian, pengukuran dan penyampaian informasi ekonomi yang
memungkinkan dilakukannya penilaian dan keputusan yang tepat bagi para pemakai
informasi tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa akuntansi
merupakan suatu proses identifikasi, pencatatan, penggolongan dan peringkasan
yang berkaitan dengan informasi keuangan yang bermanfaat sebagai pertimbangan
dalam pengambilan keputusan bagi para pemakainya.
Menurut Yoga Firdaus et al (2005:7-8), manfaat akuntansi sebagai berikut:
1) Untuk mendapatkan informasi ekonomi (informasi keuangan perusahaan)
yang akurat sehingga pemakai dapat mengambil keputusan dengan tepat.
2) Untuk memberikan pertanggungjawaban manajemen kepada para pemilik
perusahaan.
3) Untuk mengetahui perkembangan perusahaan dari tahun ke tahun.
4) Memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva,
kewajiban, serta modal suatu perusahaan.
5) Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam