• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Pemahaman Konsep Matematika a. Pengertian Pemahaman

Pemahaman berasal dari kata paham yang dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai “mengerti benar” 1. Pemahaman atau

- mempunyai beberapa tingkat kedalaman arti yang berbeda. Pemahaman dapat diartikan kemampuan untuk menangkap makna dari suatu konsep. Pemahaman juga dapat diartikan sebagai kemampuan menerangkan suatu hal dengan kata?kata yang berbeda dengan yang terdapat dalam buku teks, kemampuan menginterpretasikan atau kemampuan menarik kesimpulan. “Pemahaman tampak pada alih bahan dari suatu bentuk ke bentuk lainnya, penafsiran dan memperkirakan.”2 Misalnya menerjemahkan bahan dari suatu bentuk ke bentuk lainnya, menafsirkan bagan, menerjemahkan bahan verbal ke rumus matematika. Sedangkan Hamalik mengatakan, “Pemahaman adalah kemampuan melihat hubungan?hubungan antara berbagai faktor atau unsur dalam situasi yang poblematis.”3

Bloom membagi ranah kognitif menjadi 6 bagian, yaitu: mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisa, mengevaluasi, dan mengkreasi. (1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Mengingat berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori,

1Departemen Pendidikan Nasional,

# , , 0 , (Jakarta: Balai

Pustaka, 2007). Edisi Ke?3, Cet. Ke?3. h.811.

2 Oemar Hamalik,

# ! , (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 80.

3 Oemar Hamalik,

10

prinsip, atau metode; (2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari; (3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru; (4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian?bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik; (5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk pendapat suatu pola baru; dan (6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.4

“Memahami” merupakan ranah kognitif setelah mengingat. Anderson dan krathwohl dalam bukunya & 1 +

& mengemukakan definisi tentang “memahami” sebagai berikut, 23

+ + +

'45 “memahami” didefinisikan sebagai membangun makna pesan instruksional meliputi lisan, tulisan dan komunikasi grafik.

b. Pengertian Konsep

Para ahli berbeda?beda dalam mendifinisikan suatu konsep. Hamalik menyatakan bahwa “Konsep adalah suatu kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri?ciri umum.”6 Sedangkan menurut Kuslan dan Stone, “konsep adalah sifat khas yang diberikan pada sejumlah objek , proses, fenomena, atau peristiwa yang dapat dikelompokkan berdasarkan kelompok itu.”7 Rumusan definisi diatas mempunyai

4Oemar Hamalik,

, ! ! + (Bandung:PT

Citra Aditya Bakti, 2005), h. 120.

5Lorin W. Anderson, and David R. Krathwohl,

& 1 +

& , (New York: Addison Wesley Longman, Inc.,2001) p. 30.

6 Oemar Hamalik,

, ! ! +(Jakarta:

Bumi Aksara, 2005), Cet. Ke?4, h. 162.

7Reviandari Widyatiningtyas, ! + !

11

makna yang sama, yaitu konsep merupakan suatu abstraksi yang menggambarkan ciri?ciri umum dari suatu kelompok objek, proses, peristiwa, fakta atau pengalaman lainnya.

Mengajarkan konsep kepada siswa dapat dibantu dengan instruksi verbal, yakni sebagai berikut:

1. Lebih dahulu diajarkan benda?benda yang mengandung konsep yang dipelajari.

2. Guru menanyakan konsep itu dalam situasi?situasi yang belum dihadapi anak lalu ditanya ”Apa ini? ” atau “ Di mana sudutnya? “. Bila respon salah kita dapat memperbaikinya.

3. Kemudian anak dihadapkan kepada berbagai situasi yang baru yang mengandung konsep itu dan menanyakan rangkaian verbal yang belum pernah dipelajarinya.

Dalam menerima konsep baru hendaknya dalam proses belajar mengajar siswa diarahkan untuk dapat mencoba melakukannya sendiri. Siswa diharapkan dapat menemukan konsep yang baru tersebut sebagai sesuatu yang bermakna baginya. Sehingga dalam menyelesaikan suatu masalah matematika siswa akan menggunakan konsep yang sudah ia miliki. Hal ini sejalan dengan pendapat Bruner yang dikutip Suherman yang menyatakan, bahwa:

“ jika anak ingin mempunyai kemampuan dalam hal menguasai konsep, teorema, definisi, dan semacamnya, anak harus dilatih untuk melakukan penyusunan representasinya. Untuk meletakkan ide atau definisi tertentu dalam pikiran, anak?anak harus menguasai konsep dengan mencoba dan melakukannya sendiri. Dengan demikian, jika anak aktif dan terlibat dalam kegiatan mempelajari konsep yang dilakukan dengan jalan memperlihatkan representasi konsep tersebut, maka anak akan lebih memahaminya. ”8

Seorang guru dapat mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap suatu konsep yang diberikan dengan melihat dari apa yang

8 Erman Suherman,

" ! # '(Bandung: Jurusan

12

diperbuatnya, seperti ia dapat membedakan dari contoh dan bukan contoh, ia dapat menyebutkan ciri?ciri dari suatu konsep sampai kepada kemampuannya dalam memecahkan masalah.

Sedangkan menurut Hamalik, untuk mengetahui apakah siswa telah mengetahui dan memahami suatu konsep, paling tidak ada empat yang diperbuatnya. Yaitu sebagai berikut:

a. Ia dapat menyebutkan nama contoh?contoh konsep bila dia melihatnya.

b. Ia dapat menyatakan ciri?ciri konsep tersebut.

c. Ia dapat memilih, membedakan antara contoh?contoh dari yang bukan contoh

d. Ia mungkin lebih mampu memecahkan masalah yang berkenaan dengan konsep. 9

Begitu pula dalam belajar matematika, siswa harus benar?benar memahami konsep yang dipelajarinya dengan baik karena matematika merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang?lambang matematika bersifat artifisial dan baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Jadi matematika di sini merupakan bahasa yang terdiri dari lambang?lambang yang bersifat artifisial dan sudah merupakan kesepakatan bersama. Tanpa pemberian makna tersebut matematika hanya merupakan kumpulan rumus?rumus mati.

c. Pengertian dan Karakteristik Matematika

Istilah (Inggris), ! (Jerman),

6 (Perancis), (Italia), ! (Rusia) atau !/ ! (Belanda) berasal dari perkataan latin , yang mulanya diambil dari perkataan Yunani,

!e yang berarti “ ”. Perkataan ini mempunyai akar kata yang berarti pengetahuan atau ilmu

9 Oemar Hamalik,

13

(! , ). Secara etimologi matematika mempunya pengertian “ilmu pengetahuan yang diperoleh secara bernalar”10, hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktifitas dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan ilmu lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperimen disamping penalaran.

”Secara simpel matematika diartikan sebagai telaah tentang pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat, karenanya matematika bukan pengetahuan yang menyendiri, tetapi keberadaannya untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.”11

James dan James dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa, ”matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep?konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.”12 Namun pembagian yang jelas sangatlah sukar untuk dibuat, sebab cabang?cabang itu semakin bercampur. Sebagai contoh adanya pendapat yang mengatakan matematika itu timbul karena pemikiran?pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran yang terbagi menjadi 4 wawasan yang luas yaitu aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika yang berkenaan dengan ide?ide, penalaran, struktur?struktur dan hubungan?hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis. Adapun wilayah pembahasan matematika meliputi empat wawasan, yaitu aritmatika, aljabar, analisis dan geometri.

10 Erman Suherman, 7+ h.16. 11 Asep Jihad, # ! 7+h. 152. 12 Mulyono Abdurrahman, ! , & ! , ! , + (Jakarta: PT.

14

Berdasarkan pengertian matematika, maka perlu diperhatikan beberapa karakteristik pembelajaran matematika di sekolah. Karakteristik yang membedakan matematika dengan pelajaran lain yaitu dapat dilihat dari objek pembicaraannya yang abstrak, pembahasan mengandalkan tata nalar artinya info awal dibuat seefisien mungkin, pengertian/konsep atau pernyataan sangat jelas berjenjang, melibatkan perhitungan, dapat dipakai dalam ilmu yang lain serta dalam kehidupan sehari?hari. 13Menurut Suherman, dkk dalam buku yang

berjudul " ! # , beberapa

karakteristik matematika di sekolah diantaranya adalah bahwa pembelajaran matematika adalah berjenjang, mengikuti metoda spiral, menekankan pola pikir deduktif, serta menganut kebenaran konsistensi.14

Karakteristik pembelajaran matematika yang menyatakan pembelajaran matematika adalah berjenjang dimaksudkan bahwa materi matematika diajarkan secara bertahap. Dimulai dari mengajarkan hal yang konkrit dilanjutkan ke hal yang abstrak. Dalam pembelajaran matematika terdapat materi atau konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami materi atau konsep selanjutnya. Oleh karena itu dalam pembelajaran matematika harus dilakukan tahap demi tahap, dimulai dengan hal yang sederhana ke hal yang kompleks. Siswa tidak mungkin mempelajari konsep yang tinggi sebelum siswa menguasai konsep yang lebih rendah, karenanya matematika diajarkan dari konsep yang mudah menuju konsep yang lebih sukar.

Selain diajarkan secara bertahap, pembelajaran matematika juga mengikuti metoda spiral. Dalam mengajarkan konsep yang baru, perlu dikaitkan dengan konsep yang telah dimiliki siswa sebelumnya, sekaligus untuk mengingatkannya kembali. Pengulangan konsep dengan cara memperluas dan memperdalam diperlukan dalam

13 Asep Jihad,

# ! 7+hlm, 152?153.

14 Erman Suherman,

15

pembelajaran matematika. Metoda spiral yang dimaksud di sini adalah mengajarkan konsep dengan pengulangan atau perluasan dengan adanya peningkatan. Jadi, spiral yang dimaksud adalah spiral naik, bukan spiral datar.

Sifat pembelajaran matematika selanjutnya adalah menekankan pola pikir deduktif. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa matematika merupakan ilmu deduktif. Namun demikian, dalam mengajarkannya, perlu disesuaikan dengan kondisi siswa. Misalnya, sesuai dengan perkembangan intelektual siswa di SMP, maka dalam pembelajaran matematika tidak sepenuhnya menggunakan pendekatan secara deduktif, melainkan dicampur dengan induktif. Seperti dalam pengenalan teorema pythagoras, tidak langsung diberikan teorema tersebut. Tetapi diawali dengan memberikan simulasi untuk mendapatkan teorema tersebut.

Pembelajaran matematika juga menganut kebenaran konsistensi yang didasarkan kepada kebenaran?kebenaran terdahulu yang telah diterima. Kebenaran dalam matematika diperoleh secara deduktif. Walaupun dimulai dengan pembuktian secara induktif, tetapi selanjutnya harus bisa dibuktikan secara deduktif dengan cara pengandaian.

Pemahaman dalam pengertian pemahaman konsep matematika mempunyai beberapa tingkat kedalaman arti yang berbeda?beda. Berikut diuraikan beberapa jenis pemahaman menurut para ahli:

a. Pollastek membedakan dua jenis pemahaman, yaitu:

1) Pemahaman komputasional, yaitu dapat menerapkan sesuatu pada perhitungan rutin/sederhana, atau mengerjakannya secara algoritmik saja.

2) Pemahaman fungsional, yaitu dapat mengkaitkan sesuatu dengan hal lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukan.

16

b. Copeland membedakan dua jenis pemahaman, yaitu:

1) # , yaitu dapat mengerjakan sesuatu secara rutin/algoritmik.

2) # , yaitu dapat mengerjakan sesuatu dengan sadar akan proses yang dikerjakannya.

c. Polya membedakan empat jenis pemahaman suatu hukum, yaitu: 1) Pemahaman mekanikal, yaitu pemahaman yang dimiliki

seseorang bila ia dapat mengingat dan menerapkan hukum secara benar.

2) Pemahaman indukif, yaitu pemahaman yang dimiliki seseorang bila ia telah mencoba hukum itu berlaku dalam kasus serupa. 3) Pemahaman rasional, yaitu pemahaman yang dimiliki seseorang

bila ia dapat membuktikan hukum itu.

4) Pemahaman intuitif, yaitu pemahaman yang dimiliki seseorang bila ia telah yakin akan kebenaran hukum itu tanpa ragu?ragu lagi.15

d. Skemp membedakan dua jenis pemahaman konsep, yaitu

pemahaman instruksional ( ) dan

pemahaman relasional ( ).16 Adapun

masing?masing jenis pemahaman mengandung pengertian sebagai berikut: :

1) Pemahaman instruksional ( ), yaitu

pemahaman atas konsep yang saling terpisah dan hanya hafal rumus dalam perhitungan sederhana. Dalam tahap ini siswa hanya sekedar tahu dan hafal suatu rumus dan dapat menggunakannya untuk menyelesaikan suatu soal, tetapi belum/tidak bisa menerapkannya pada keadaan lain yan berkaitan.

15Asep, Jihad,

# ! " ! +(Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008), Cet. Ke?1, h.167

16Muli,

! 0 &'

17

2) Pemahaman relasional ( ), yaitu

pemahaman yang termuat dalam suatu skema atau struktur yang dapat digunakan pada penyelesaian masalah yang lebih luas. Dalam tahap ini siswa tidak hanya sekedar tahu dan hafal suatu rumus, tetapi juga tahu bagaimana dan mengapa rumus itu dapat digunakan.

e. Menurut Bloom pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga kategori yakni pengubahan ( ), pemberian arti ( ), dan Pembuatan ekstrapolasi ( 1 ).17 Pengubahan ( ), yaitu pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menerjemahkan kalimat dalam soal menjadi bentuk kalimat lain, misalnya menyebutkan variabel?variabel yang diketahui dan yang ditanyakan. Pemberian arti (0 ) yaitu pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menentukan konsep? konsep yang tepat untuk digunakan dalam menyelesaikan soal. Pembuatan ekstrapolasi (81 ) yaitu pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan siswa menerapkan konsep dalam perhitungan matematis untuk menyelesaikan soal atau menyimpulkan dari sesuatu yang telah diketahui.

Dari pendapat para ahli diatas, dapat dikatakan bahwa tingkat penguasaan konsep dalam matematika meliputi:

a. Kemampuan mengucapkan konsep dengan tepat dan benar. b. Kemampuan menjelaskan konsep dengan kata?kata sendiri. c. Kemampuan mengidentifikasi sesuatu yang diberikan. d. Kemampuan menginterpretasikan konsep.

Konsep dalam matematika tidak cukup hanya dihafalkan tetapi harus dipahami melalui suatu proses berfikir dan aktifitas pemecahan masalah. Sehingga dapat dinyatakan bahwa matematika merupakan

17 Gusni Satriawati, “

! 8 ! " ! !

# # ! " ! " ”, dalam ALGORITMA Jurnal

Matematika dan Pendidikan Matematika, Vol. 1 No.1 Juni 2006, (Jakarta: CEMED UIN Jakarta, 2006), h. 108

18

suatu ilmu yang dinyatakan dengan bahasa simbolis untuk menyampaikan suatu informasi dengan jelas dan singkat.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan pemahaman konsep adalah kemampuan siswa untuk menerangkan suatu hal meliputu aspek penerjemahan, penafsiran dan ekstrapolasi dalam menyelesaikan soal atau menyimpulkan dari sesuatu yang telah diketahui.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Kata “pembelajaran” dalam “# , , 0 4

adalah kata benda yang diartikan sebagai proses, cara, menjadikan orang atau mahluk hidup belajar.18 Suyitno mengemukakan bahwa “pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta siswa dengan siswa.”19

Menurut Fontana dalam Suherman, “pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal.”20 Sedangkan Suherman mengemukakan pengertian lain tentang pembelajaran antara lain:

a. Menurut konsep sosiologi, pembelajaran adalah proses yang mempengaruhi sosio?psikologis untuk memelihara kegiatan belajar tersebut sehingga tiap individu yang belajar akan belajar secara optimal dalam mencapai tingkat kedewasaan dan dapat hidup sebagai anggota masyarakat yang baik.

18Departemen pendidikan Nasional,

# , , 0 , (Jakarta: Balai

Pustaka, 2007). Edisi Ke?3, Cet. Ke?3, h. 17.

19www.mathematic.transdigit.com. 20 Suherman,

19

b. Menurut konsep komunikasi, pembelajaran adalah proses perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan melalui komunikasi fungsional yang terjasi antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa.21

Pembelajaran dapat pula dikatakan sebagai suatu proses belajar mengajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar tercapai tujuan?tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Pada dasarnya pembelajaran merupakan interaksi antara pendidik dalam mengajar ( ) dan peserta didik dalam belajar ( ).

Proses pembelajaran terjadi secara optimal jika pengetahuan dipelajari dalam tahap?tahap sebagai berikut :

a. Tahap Enaktif

Suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan dipelajari secara aktif dengan menggunakan benda?benda konkret atau situasi nyata.

b. Tahap Ikonik

Suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan diwujudkan dalam bentuk bayangan visual, gambar atau diagram yang menggambarkan kegiatan konkret.

c. Tahap Simbolik

Suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan diwujudkan dalam bentuk simbol?simbol abstrak, baik simbol verbal, lambang? lambang matematika maupun lambang abstrak lainnya.22

Suherman menyatakan bahwa, “pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama.”23 Menurut Lie, “sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas?tugas

21 Suherman, " ! ' ' ',h. 9. 22 www.mathematic.transdigit.com 23 Erman Suherman, 7, h. 218.

20

terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran gotong royong” atau pembelajaran kooperatif.”24

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mendorong siswa bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah pada akhir ayat 159 dalam surat Ali Imran:

...

ِUْnَ ْrا sِS ْhُھْرِو`َuَو

ۖ◌

ِﱠﷲ xَ\َy ْzﱠ{َ[َ|َS َdْnَ}َy اَذِ•َS

ۚ◌

ﱡ‚ِƒُK َ ﱠﷲ ﱠنِإ

﴿jWِ\ﱢ{َ[َ|ُ]ْMا

١٥٩

Artinya: 2' ' ' ! ' # ! ! ! + ! ! ! & ' & ! '25

Pembelajaran kooperatif juga dapat diartikan sebagai pembelajaran yang mendorong siswa aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui keterampilan proses. Siswa aktif belajar dalam kelompok kecil yang kemampuannya heterogen.

Eggen dan Kauchak dalam Trianto mendefinisikan pembelajaran kooperatif yaitu sebuah kelompok pengajaran yang melibatkan siswa bekerja sama dan berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.26 Pembelajaran kooperatif adalah “suatu pembelajaran teman sebaya dimana siswa bekerjasama dalam kelompok?kelompok kecil yang

24 Anita Lie,

- 9 " ! !!

-# . (Jakarta: Grasindo, 2002), h. 12. 25 Depag, Alquran dan terjemahannya, (Jakarta:

CV.Kathoda, 2005), h. 90.

26 Trianto,

" " 0 : +(Jakarta: Kencana Prenada

21

mempunyai tanggung jawab bagi individu maupun kelompok terhadap tugas?tugas”. 27

Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama?sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Dalam pembelajaran kooperatif ini siswa dapat lebih menemukan dan memahami konsep?konsep yang sulit melalui diskusi dan bila dibandingkan dengan pembelajaran individual, pembelajaran kooperatif lebih dapat mencapai kesuksesan akademik dan sosial siswa. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru.

Berdasarkan pendapat?pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dalam kelompok kecil atau tim untuk saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi dalam menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama dalam pembelajaran.

b. Karakteristik dan Urgensi Pembelajaran Kooperatif

Arends dalam Trianto, dkk mengemukakan bahwa kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif dapat memiliki ciri?ciri sebagai berikut:

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

27 Ani Kurniasari, “Komparasi Hasil Belajar Antara Siswa yang Diberi Metode TGT

( 8&" &"8 3 ;&"8; ) dengan STAD ( 3(8; 8&" &-/08<8"8; (0<0 0 ;) Kelas X Pokok Bahasan Hidrokarbon”, (UNS: MIPA, 2006), Skripsi, t.d, h. 28.

22

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda?beda.

4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.28 Karakteristik yang utama dalam pembelajaran kooperatif adalah pengelompokkan heterogenitas. Kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender dan kemampuan akademis. Kelompok ini biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang. Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota saling bekerjasama dan membantu dalam memahami suatu bahan ajar. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi dan saling membantu teman sekelompok mencapai ketuntasan

Menurut Roger dan Johnson seperti yang dinyatakan oleh Lie, bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif sehingga untuk mencapai hasil yang maksimal perlu diterapkan lima unsur model pembelajaran kooperatif, yaitu:

1. Saling ketergantungan positif, artinya keberhasilan kelompok sangat dipengaruhi oleh usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.

2. Tanggung jawab perseorangan, artinya setiap anggota kelompok harus melaksanakan tugasnya dengan baik untuk keberhasilan kelompok.

28 Trianto,

" " 0 : , # ! : !+

23

3. Tatap muka, artinya setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan mendorong siswa untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota kelompoknya. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing?masing.

4. Komunikasi antar anggota, unsur ini menghendaki agar siswa dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi, karena keberhasilan kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

5. Evaluasi proses kelompok, guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama secara efektif.29

Perlu diterapkan pembelajaran kooperatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa karena pembelajaran kooperatif tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan belajar, meningkatkan kehadiran siswa dan kerja siswa yang lebih positif, menambah motivasi dan percaya diri serta menambah rasa senang berada di sekolah. Selain itu menurut Johnson&Johson dan Sutton, pembelajaran kooperatif sangat penting dikarenakan memberikan nilai positif bagi siswa dengan adanya saling ketergantungan dalam kelompoknya, meningkatkan interaksi antara siswa dalam hal tukar?menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari, siswa belajar bertanggung jawab dalam hal membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas kelompoknya, berkembangnya tingkat keterampilan

29 Anita Lie,

- 9 " ! !!

24

interpersonal siswa sebagai anggota kelompok juga ketika siswa menyampaikan ide dalam kelompoknya.30

Selanjutnya menurut Slavin mengemukakan konsep utama dari belajar kooperatif, adalah sebagai berikut:

1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.

2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompoknya. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.

3. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama?sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota sangat bernilai.31

Dokumen terkait