• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Peran Ayah

a. Pengertian Peran Ayah

Peran ialah bentuk dan perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu (Soekanto, 2003:242). Istilah peran dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah tokoh pemain sandiwara (film) utama, tukang lawak, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat (Depdiknas, 2007:854). Adapun dalam buku Kamus Besar Indonesia Lengkap, kata peran berarti yang diperbuat, tugas, hal, yang besar pengaruhnya pada suatu peristiwa (Daryanto, 1997:487).

Pengertian ayah; pertama, secara hukum adalah mereka yang secara legal mendapatkan tanggung jawab melalui ikatan pernikahan yang sah dengan ibu si anak baik anak kandung maupun angkat. Kedua, ayah biologis adalah ayah kandung si anak (Erawati, 2009:79).

Peran ayah atau fathering merupakan suatu peran yang dijalankan oleh seorang ayah dalam kaitannya adalah tugas untuk mengarahkan anak menjadi mandiri di masa dewasanya, baik secara fisik dan biologis. Peran ayah tidak kalah penting dengan peran ibu, peran ayah juga memiliki pengaruh dalam perkembangan anak, walaupun kedekatan antara ayah dan anak tidak sedekat ibu dan

11

anaknya. Hal ini bahwa cinta ayah didasarkan pada syarat tertentu, berbeda dengan cinta ibu yang tanpa syarat. Dengan demikian, cinta ayah meberi motivasi anak untuk lebih menghargai nilai-nilai dan tanggung jawab (Yuniardi, 2009:20).

Hart (dalam Yuniardi, 2009:25-27) menegaskan bahwa ayah memiliki peran dalam keterlibatannya dengan keluarga yaitu :

1) Economic Provider, yaitu ayah dianggap sebagai pendukung

finansial dan perlindungan bagi keluarga. Sekalipun tidak tinggal satu rumah dengan anak, namun ayah tetap dituntut untuk menjadi pendukung finansial.

2) Friend & Playmate, ayah dianggap sebagai “fun parent” serta

memiliki waktu bermain yang lebih banyak dibandingkan dengan ibu. Ayah banyak berhubungan dengan anak dalam memberikan stimulasi yang bersifat fisik. Selain itu, melalui permainan dengan anak, ayah dapat bergurau yang sehat, dapat menjalin hubungan yang baik sehingga problem, kesulitan dan stres dari anak dapat dikeluarkan.

3) Caregiver, ayah dianggap sering memberikan stimulasi afeksi

dalam berbagai bentuk, sehingga memberikan rasa nyaman dan penuh kehangatan.

4) Teacher & Role Model, sebagaimana dengan ibu, ayah juga

12

untuk masa mendatang melalui latihan dan teladan yang baik bagi anak.

5) Monitor and disciplinary, ayah memenuhi peranan penting dalam

pengawasan terhadap anak, terutama begitu ada tanda-tanda awal penyimpangan, sehingga disiplin dapat ditegakkan.

6) Protector, yaitu ayah mengontrol dan mengorganisasi lingkungan

anak, sehingga anak terbebas dari kesulitan atau bahaya, serta mengajarkan bagaimana anak seharusnya menjaga keamanan diri mereka terutama selagi ayah atau ibu tidak bersamanya, misalnya agar tidak berbicara dengan orang asing.

7) Advocate, ayah menjamin kesejahteraan anaknya dalam berbagai

bentuk, terutama kebutuhan anak ketika berada di institusi di luar keluarganya. Selain itu, ayah siap membantu, mendampingi, dan membela anak jika mendapat masalah, dengan demikian anak merasa aman, terlindungi, tidak sendiri, dan ada tempat untuk berkonsultasi, yaitu adalah ayahnya sendiri.

8) Resource, yaitudengan berbagai cara dan bentuk, ayah mendukung

keberhasilan anak dengan memberikan dukungan di belakang layar. b. Pengertian Orang tua Tunggal

Kata orang tua tunggal dalam Kamus Bahasa Indonesia terdiri dari dua kata yaitu “orang tua” dan “tunggal”. Menurut Undang -Undang Kesejahteraan Anak, bahwa orang tua adalah terdiri dari ayah dan ibu kandung. Jadi, dapat dikatakan bahwa orang tua kandung

13

adalah terdiri dari ayah dan ibu atau salah satu seorang darinya yang memiliki hubungan darah dengan si anak. Mereka inilah yang bertanggung jawab dalam mengawasi pertumbuhan, perkembangan, dan pendidikan anak dari dalam kandungan hingga anak dilahirkan sampai dianggap dewasa dan mandiri (UU No. 4 Tahun 1979, Bab I, Pasal 1 ayat 3a).

Sager, dkk dalam Duvall & Miller (1985) menyatakan bahwa orang tua tunggal adalah orang tua yang secara sendirian membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran, dukungan, dan tanggung jawab pasangannya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa orang tua tunggal adalah orang tua yang mengasuh anak tanpa ada didampingi pasangan baik itu istri maupun suami, membesarkan dan mendidik anak hingga mencukupi segala kebutuhan anak secara sendirian. Dalam hal ini orang tua tunggal mempunyai peran ganda yaitu sebagai sosok seorang ayah sekaligus seorang ibu. Selain itu, orang tua tunggal juga mempunyai tugas selain mencari nafkah juga mengasuh anak. Keduanya harus berjalan seimbang agar kebutuhan anak dapat terpenuhi. Menjadi orang tua tunggal tentulah sangat berat, karena lebih tepatnya sesuatu yang harusnya menjadi tanggung jawab dan tugas bersama justru harus seorang diri yang menjalankan.

14 c. Pengertian Mendidik

Mendidik adalah menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap materi yang disampaikan pada anak (Putra, 2016:27). Ki Hajar Dewantoro memberikan pengertian bahwa mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya (Ali, 2007:49).

Mendidik adalah menyampaikan pengajaran, norma-norma dan nilai-nilai hidup, aturan, dan hukum (Wijanarko, 2005:3). Bagian pertama dalam mendidik adalah menyampaikan ajaran dan membentuk perilaku, dilakukan dengan membuat peraturan praktis. Peraturan harus di buat di rumah atau di kelas (jika diaplikasikan dalam sekolah). Tanpa peraturan anak akan terbiasa hidup liar, semaunya sendiri, dan menjadi troublemaker (pembuat masalah).

Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwalid dalam bukunya

Manhaj Tarbiyah Nabawiyah Lith Thifli menjabarkan sifat-sifat

pendidik yang sukses, yaitu: 1) Penyabar dan tidak pemarah

2) Lemah lembut dan menghindari kekerasan 3) Penuh kasih sayang

4) Tegas tapi tidak kaku 5) Bijaksana

15 7) Bertahap dalam memberi nasehat

Peran orang tua dalam mengasuh serta mendidik anak-anaknya hendaknya diniatkan semata-mata untuk mengharap keridhoan Allah SWT, selain itu dalam proses mendidik anak, hendaknya dipenuhi dengan keramahan dan kasih sayang. Anak merupakan amanah besar yang diberikan Allah SWT kepada hamba yang dikendaki-Nya. Memiliki anak bukan berarti orang tua memiliki hak untuk melakukan segala hal sesuai yang diinginkan, anak tidak menjadi milik orang tua yang bisa diperlakukan sekehendak hati. Anak merupakan ujian bagi hamba yang taat kepada Allah untuk mengasuh dan mendidik mereka hingga menjadi manusia yang mulia di hadapan-Nya, sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. Al-Taghabun [64]:15 :

َدْنِع ُوَّللاَو ٌةَنْ تِف ْمُكُدلاْوَأَو ْمُكُلاَوْمَأ اَمَّنِإ

ٌميِظَع ٌرْجَأ ُه

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu)” (Q.S. Al-Taghabun [64]:15)

Firman Allah tersebut mengingatkan bahwa anak merupakan ujian bagi setiap keluarga. Artinya, keluarga dapat bahagia maupun celaka tergantung cara dari orang tua mendidiknya. Hal ini juga berarti apapun yang dimiliki manusia dapat selain dapat membahagiakan dan menyelamatkan hidup, juga dapat menjadi musuh yang menjerumuskan dan menyesatkan. Maka dari itu, orang tua yang baik wajib untuk selalu mengingatkan anak-anaknya agar taat kepada perintah Allah.

16 d. Akhlak

Menurut Ibnu Miskawaih akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dulu. Karakter yang merupakan suatu keadaan jiwa itu menyebabkan jiwa bertindak tanpa berpikir atau dipertimbangkan secara mendalam (Mansur, 2005:221).

Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa proses pemikiran, pertimbangan, atau penelitian. Jika keadaan (hal) tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan akal dan syara’ (hukum Islam), disebut akhlak yang baik. Jika perbuatan-perbuatan yang timbul itu tidak baik, dinamakan akhlak yang buruk (Syafei, 2006:76).

e. Pengertian Anak

Pengertian anak disebutkan dalam peraturan perundang-undangan nasional (UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak), bahwa yang dimaksud anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk yang masih berada dalam kandungan.

Sejalan dengan definisi-definisi ini, seseorang yang belum berusia 18 tahun dikategorikan sebagai anak. Seorang anak tidak dapat dikenakan sanksi hukum hingga ia menjadi orang dewasa, dan segala yang terkait dengan hak-hak anak wajib diterima dan layak didapatkannya. Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang

17

wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, dan pemerintah, karena merupakan hak dasar yang diberikan Tuhan terhadap setiap anak. Penghilangan dan pelecehan terhadap hak anak dapat merenggut kebahagiannya sebagai manusia yang utuh.

Anak menurut Islam secara khusus adalah generasi penerus untuk melanjutkan kelangsungan keturunan. Sedangkan dalam pengertian lebih luas, anak adalah generasi penerus yang akan mewarisi kepemimpinan di bidang keagamaan, kebangsaan, dan kenegaraan. Karena itu anak perlu dirawat dan dididik dalam keluarga dengan sebaik-baiknya, agar ia berguna bagi agama, bangsa, dan negara (Anshor dan Ghalib, 2010:53).

Berdasarkan pengertian yang diajabarkan, penulis menyimpulkan bahwa peran ayah sebagai orang tua tunggal dalam mendidik akhlak anak merupakan bagian dari tugas utama yang dipegang oleh seorang ayah dalam kaitannya untuk mendidik akhlak anak sebagai satu-satunya orang tua yang mendampingi anak di rumah.

f. Upaya Mendidik Anak

Anak dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah), bagaimana keadaan kelak di masa depan bergantung dari didikan orang tuanya. Anak merupakan anugrah yang dititipkan oleh Allah kepada orang tua. Maka dari itu, hendaklah setiap orang tua bertanggung jawab atas

18

titipan Allah itu. Sebagai wujud tanggung jawab tersebut adalah mengisi kalbu anak yang masih suci dengan kebaikan demi kebaikan yang dapat membuat derajat kemanusiaan mereka lebih tinggi (Ahmad, 2015:12).

Berikut ini adalah beberapa upaya dalam mendidik akhlak anak: 1) Mengajarkan anak agar tidak mempersektukan Allah

Orang tua berkewajiban mendidik anaknya tentang akidah (ketauhidan), yaitu mengenal dan mengesakan Allah SWT, agar anak tidak mempersekutukan Allah SWT (Masdub, 2015:81). Sebagaimana Luqman mendidik anaknya yang diabadikan dalam QS. Luqman ayat 13 berikut:

ٌمْيِظَع ٌمْلُظَل َكْرِّشلا َّنِإ ِللهاِب ْكِرْشُتَلا َّيَنُ باَي ُوُظِعَيَوُىَو ِوِنْبِلا ُناَمْقُل َلاَق ْذِإَو

“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

Menyamakan Allah sebagai sumber nikmat dan karunia dengan patung-patung yang tidak berbuat apa-apa adalah perbuatan zalim. Perbuatan itu dianggap sebagai kezaliman yang sangat besar karena yang disamakan dengan makhluk yang tidak bisa berbuat apa-apa itu adalah Allah pencipta dan penguasa semesta alam, yang seharusnya semua makhluk mengabdi dan menghambakan dirinya kepada Allah. Anak adalah generasi penerus dari orang tuanya. Cita-cita yang belum dicapai orang tua

19

semasa hidup di dunia diharapkan dapat tercapai oleh anaknya. Demikian pula kepercayaan yang dianut orang tuanya, disamping budi pekerti yang luhur. Cara Luqman menyampaikan pesan itu wajib dicontoh oleh setiap orang tua yang mengaku dirinya muslim. Potongan tafsir tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap orang tua harus mendidik anaknya dalam hal akidah (Thoha, 1996:61).

2) Mengajarkan anak sholat.

Mengajarkan anak sholat harus dimulai sejak dini, agar anak terbiasa untuk menjalankannya. Orang tua wajib untuk mendidik anaknya agar sholat.

Mengajarkan anak sholat seperti yang diajarkan oleh Luqman diabadikan Allah dalam QS. Luqman 17 berikut:

اَو ِرَكنُمْلا ِنَع َوْناَو ِفوُرْعَمْلاِب ْرُمْأَو َة َلََّصلا ِمِقَأ َّيَنُ ب اَي

َكَباَصَأ اَم ىَلَع ْرِبْص

روُمُْلْا ِمْزَع ْنِم َكِلَذ َّنِإ

“Wahai anakku, laksanakanlah shalat dan perintahkanlah

mengerjakan yang ma’ruf dan cegahlah dari kemunkaran dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal diutamakan.” (QS. Luqman [31]:17)

Nasihat Luqman pada ayat 17 ini menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan amal-amal shaleh yang puncaknya adalah shalat, serta amal-amal kebajikan yang tercermin dalam amar makruf dan nahi mungkar, juga nasihat berupa perisai yang

20

membentengi seseorang dari kegagalan yaitu sabar dan tabah. Menyuruh mengerjakan makruf, mengandung pesan untuk mengerjakannya, karena tidaklah wajar menyuruh sebelum diri sendiri mengerjakannya. Demikian juga melarang kemungkaran, menuntut agar yang melarang terlebih dahulu mencegah dirinya,. Itu agaknya yang menjadi sebab mengapa Luqman tidak memerintahkan anaknya melaksanakan yang makruf dan menjauhi mungkar, tetapi memerintahkan, menyuruh dan mencegah. Di sisi lain membiasakan anak melaksanakan tuntunan ini menimbulkan dalam dirinya jiwa kepemimpinan serta kepedulian sosial (Shihab, 2003:136).

3) Mengajarkan Al-Qur’an.

Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam, di dalamnya terdapat berbagai sumber petunjuk dan pedoman, baik yang berhubungan dengan Tuhan (hablum minallah), maupun yang berhubungan dengan sesame manusia (hablum minannas). Orang tua mempunyai kewajiban mengajari anaknya, jika dia tidak mampu, maka hendaknya meminta bantuan kepada orang lain untuk mengajari anaknya belajar Al-Qur’an.

4) Mengajarkan anak agar selalu berbuat baik kepada kedua orang tua.

Orang tua mengajarkan anak agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya, yaitu dimulai dari orang tua itu sendiri

21

sebagai contoh teladan anak dalam kesehariannya. Bagaimana sikap, tingkah laku, tutur kata dan perbuatan yang dicontohkan kepada anaknya (Masdub, 2015:82).

Berbuat baik kepada kedua orang tua dijelaskan dalam QS. Luqman ayat 14 yang berbunyi:

ُلاَصِفَو ٍنْىَو ىَلَع اًنْىَو ُوُّمُأ ُوْتَلَمَح ِوْيَدِلاَوِب َناَسْنلإا اَنْ يَّصَوَو

يِف ُو

ُريِصَمْلا َّيَلِإ َكْيَدِلاَوِلَو يِل ْرُكْشا ِنَأ ِنْيَماَع

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya.Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambahdan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua

orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.”

Ayat di atas menjelaskan makna bahwa Allah mewajibkan semua manusia agar patuh dan taat kepada orang tua. Karena seorang ibu mengandung dengan segala kepayahan dan kesulitan. Seorang ibu juga menyusui sampai anak berusia dua tahun. Allah mengharuskan pula agar bersyukur kepada-Nya atas semua nikmat yang diberikan dengan cara melakukan semua bentuk ketaatan. Dan hendaknya berterima kasih pula kepada orang tua dengan cara melakukan kebaikan kepada mereka. Karena semua akan kembali kepada Allah, dan Allah akan membalas semua perbuatan yang dilakukan manusia.

22

5) Mengajarkan anak agar berbuat baik kepada siapapun.

Orang tua mengajarkan anak agar selalu berbuat baik kepada siapapun dimulai dari dalam keluarga untuk melakukan pembiasaan-pembiasaan yang baik. Bagaimana sikap, tingkah laku, tutur kata dan perbuatan yang menghargai anggota keluarga lainnya. Jika ini sudah diterapkan dalam mendidik anak, maka anak akan mampu menghargai siapapun yang ia temui.

6) Melalui Kasih Sayang dan Hukuman

Memperlakukan anak dengan lemah lembut, kasih sayang, dan bijaksana adalah suatu sikap dan perilaku yang harus dilakukan orang tua terhadap anak-anaknya. Dengan kasih sayanglah akan tumbuh tunas-tunas harapan yang didambakan, sebagaimana bila merawat tanaman dengan penuh perhatian dan kasih sayang akan tumbuh tanaman yang subur dan berbuah baik.

Memperlakukan anak dengan kasih sayang berarti harus berbicara lemah lembut, jangan sampai berbicara kasar atau kotor, bersikap dan bertingkah laku harus baik, serta tidak berbuat kasar dan sewenang-wenang terhadap anak (Muchtar, 2008:96).

Meskipun orang tua dituntut untuk memberikan rasa cinta dan kasih sayang dalam mendidik anak, namun tidak berarti tidak boleh menghukum anak yang dinilai bersalah atau lalai melakukan suatu kewajiban. Hanya perlu diingat bahwa sifat dan

23

bentuk hukuman yang diberikan harus tetap dalam konteks mendidik (Syafei, 2006:94).

7) Memberi teladan terhadap anak-anak.

Mendidik anak harus dimulai dari mendidik diri sendiri sebagai orang tua, untuk menjadi manusia yang penuh teladan secara pribadi maupun sosial (Anshor dan Ghalib, 2010:46).

Teladan merupakan metode pendidikan yang paling ampuh dibandingkan metode-metode lainnya. Contoh dari memberi teladan adalah mengucapkan salam terlebih dahulu kepada anak-anak. Demikianlah, orang tua harus memberi teladan terlebih dahulu apabila ia menghendaki anak-anaknya berperilaku yang baik.

8) Memperhatikan pergaulan anak

Berikut ini langkah-langkah praktis yang bisa dilakukan: a. Orang tua harus mengetahui dengan siapa anak-anaknya

berteman.

b. Orang tua harus mengetahui aktivitas apa saja yang dilakukan oleh anak-anak beserta teman-temannya.

c. Mengikat silahturahmi atau sering berkomunikasi dengan para orang tua teman anaknya, supaya bisa memantau keadaan dan pergaulan anak-analnya.

24

d. Seringlah berkomunikasi dengan anak dimanapun mereka berada. Bila sedang di rumah, ajaklah mereka bercakap atau berdiskusi tentang apa saja dilakukan atau terjadi di sekolah. g. Kendala dalam Mendidik Akhlak Anak.

1) Kendala Internal

Kendala internal bersumber dari dalam diri pribadi anak. Kendala-kendala itu dapat berupa anak malas untuk belajar, keinginan bermain yang berlebihan, sikap tidak mau didik dan sikap melawan, gangguan kesehatan, seperti tuna daksa, tuna grahita, dan lain-lain.

2) Kendala Eksternal

Kendala eksternal bersumber dari luar diri anak. Kendala-kendala itu dapat berupa perilaku orang tua yang terlalu keras, terlalu otoriter, terlalu memanjakan, terlalu khawatir, terlalu lemah, terlalu egois, terlalu pesimistis, terlalu banyak aturan dan permintaan, dan hubungan yang kurang harmonis dengan anak.

Kendala lain yang termasuk kendala eksternal ini adalah keadaan ekonomi keluarga yang kurang menguntungkan, hubungan ayah dan ibu yang tampak di mata anak kurang harmonis karena sering bertengkar di hadapan anak. Sementara itu, hubungan dengan kakak atau adik yang kurang harmonis pun dapat menjadi kendala eksternal. Tidak sedikit kasus keributan,

25

konflik di antara sesame anak di dalam sebuah keluarga dengan berbagai penyebabnya.

Keadaan rumah yang kurang memenuhi derajat kesehatan dan kurang akomodatif bagi seluruh anggota keluarga juga menjadi bentuk lain dari kendala eksternal dalam mendidik anak. Selain itu, yang termasuk kendala eksternal adalah keadaan lingkungan dan bentuk pergaulan yang bebas. Keadaan lingkungan yang kurang mendukung terhadap upaya mendidik anak antara lain tidak teraturnya tata bangun perumahan atau pemukiman yang bercampur aduk dengan tempat-tempat hiburan, terlalu dekat dengan pusat-pusat keramaian, pusat perbelanjaan, dan lain-lain. Sedangkan pergaulan bebas adalah pergaulan hidup anak-anak manusia yang mengabaikan berbagai norma kehidupan yang berlaku (Syafei, 2006:89-90).

h. Akhlak Anak

Memiliki anak yang sempurna adalah harapan setiap orang tua. Alangkah bahagianya para orang tua apabila anaknya tumbuh berkembang dengan baik, tidak rewel, mudah beradaptasi dengan lingkungan, patuh kepada orang tua, lagi taat beribadah (Achroni, 2012:5). Berikut ini adalah beberapa perilaku anak yang sesuai dengan harapan orang tuanya:

26

1) Cinta Tuhan dan segala ciptaan-Nya.

Pilar karakter pertama yang harus ditanamkan oleh orang tua kepada anak adalah karakter cinta kepada Tuhan, bukan malah takut kepada-Nya. Selama ini yang biasa ditanamkan oleh orang tua kepada anak adalah karakter takut kepada-Nya. Anak dijejali dan diperkenalkan dengan sifat-sifat Tuhan yang Maha menyiksa, diperkenalkan dengan neraka, dan berbagai ancaman yang akan diberikan oleh Tuhan kepada manusia yang ingkar terhadap-Nya. Jika yang pertama kali diketahui oleh anak adalah mengenai sifat-sifat Tuhan adalah hal yang menakutkan, mengerikan, dan bernada horror, maka ia akan kehilangan spirit cinta kepada Tuhan. Ia beribadah dengan alasan takut, bukan karena cinta. 2) Kemandirian dan tanggung jawab.

Sebagai orang tua wajib membimbing anak agar ia tumbuh menjadi pribadi yang mandiri sekaligus bertanggung jawab. Hal ini penting karena tidak selamanya kita membantu dan menolongnya. Karena itu, tanamkan kemandirian dan tanggung jawab pada diri anak agar kelak ia mampu mengurus hidupnya dengan baik dan benar.

3) Jujur dan dapat dipercaya.

Berilah pujian jika anak telah melakukan kejujuran sekecil apapun bentuknya. Sebab, dengan begitu anak merasa bahwa kejujuran itu dapat membuat orang lain bahagia.

27 4) Hormat dan santun.

Setiap orang tua memang harus mendidik anak mereka agar menjadi pribadi yang santun dan mampu menghormati orang tua mereka dengan baik.

5) Dermawan.

Sejak dini, anak sudah harus dididik agar memiliki sikap dermawan. Jika kedermawanan ini sudah dapat dipahami sebagai suatu aktivitas yang penting oleh anak, maka ia tumbuh menjadi pribadi yang dermawan, santun, dan senang membantu orang lain. Orang tua juga perlu menjelaskan kepada anak bahwa harta yang mereka miliki bukan karena hasil jerih payah sendiri, melainkan karena pertolongan Tuhan.

6) Percaya diri dan pekerja keras.

Anak yang memiliki pergaulan luas, mudah menjalin interaksi dengan orang lain akan membuatnya mampu mengembangkan kreativitasnya. Ia akan belajar dari banyak orang di sekitarnya, dan secara tidak langsung kepercayaan diri yang tinggi ini dapat membantunya mengembangkan ide-ide kreativitasnya dengan baik.

Selain membangun rasa percaya diri yang tinggi, orang tua juga perlu membentuk anak agar memiliki karakter sebagai pekerja keras. Perpaduan antara kepercayaan diri yang tinggi serta

28

karakter kerja keras akan membuat anak selalu bersemangat dalam menjalani kehidupannya di masa-masa yang akan datang. 7) Kepemimpinan dan keadilan.

Anak harus diberi pemahaman bahwa ia adalah pemimpin bagi dirinya sendiri, dan sebagai orang tua penting membentuk karakter kepemimpinan dan keadilan yang kuat pada diri anak. 8) Rendah hati.

Sungguh bahagia rasanya manakala memiliki anak yang kelak ia tumbuh menjadi manusia yang tidak sombong, tidak angkuh, pandai menghormati orang lain, serta rendah hati terhadap sesama. Diperlukan perjuangan dan bahkan perngorbanan yang sangat besar untuk memiliki harapan tersebut. 9) Toleran.

Toleransi adalah kemampuan seseorang dalam menerima perbedaan dari orang lain. Seseorang baru bisa bersikap toleran jika ia sudah merasakan dan memahami makna keterikatan,

Dokumen terkait