• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN AYAH SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL DALAM MENDIDIK AKHLAK ANAK (Studi Kasus pada Keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga 2018) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERAN AYAH SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL DALAM MENDIDIK AKHLAK ANAK (Studi Kasus pada Keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga 2018) SKRIPSI"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERAN AYAH SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL

DALAM MENDIDIK AKHLAK ANAK

(Studi Kasus pada Keluarga TKW

di Desa Blotongan Salatiga 2018)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Hani Latifah

NIM: 11114190

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

iii

PERAN AYAH SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL

DALAM MENDIDIK AKHLAK ANAK

(Studi Kasus pada Keluarga TKW

di Desa Blotongan Salatiga 2018)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Hani Latifah

NIM: 11114190

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii MOTTO

اَهَعْسُو َّلاِإ ًاسْفَن ُ ّاللّ ُفِّلَكُي َلا

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat serta karuniaNya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayah dan ibundaku tersayang, M. Yazid dan Issemiyati yang selalu membimbingku, memberikan nasehat, dan mendoakanku tanpa henti.

2. Saudara kandungku, Adib Irfani dan Ahmad Arief yang menjadi salah satu semangatku untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Afit Munandar yang selalu memberikan motivasi dan semangat. 4. Rosidi, Naim K Ihsan, dan Arifah Nurlaili.

5. Sahabat seperjuanganku yang telah memberi dukungan Farida, Tutik, Endah, , Nely, Novi.

6. Keluarga PPL SMPN 3 Getasan Atika, Yurvista, Syahril, Iis, dll.

7. Keluarga KKN posko 20 Bateh Karisna, Laela, Zul, April, Novi, Mamik, dll.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya. Penulis

menyadari keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, sehingga pengarahan dan bantuan telah banyak penulis peroleh dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Ibu Dr. Lilik Sriyanti, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan dari awal hingga akhir dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Dosen Pembimbing Akademik Bapak Dr. Mukti Ali, S.Ag., M.Hum yang telah membantu penulis selama menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

6. Seluruh dosen IAIN Salatiga yang telah membekali ilmu pengetahuan, serta karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S1.

(10)

x

Penulis menyadari atas keterbatasan yang dimiliki dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Amin.

Salatiga, 30 Agustus 2018

(11)

xi ABSTRAK

Latifah, Hani. 2018. Peran Ayah sebagai Orang tua Tunggal dalam Mendidik Akhlak Anak (Studi Kasus pada Keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga

2018). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Pendidikan Agama Islam.

Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Lilik Sriyanti, M.Si. Kata Kunci: Peran ayah, mendidik, keluarga TKW

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran ayah sebagai orang tua tunggal dalam mendidik anak pada keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga. dilakukan di Desa Blotongan Salatiga. Pelaksanaannya menggunakan pendekatan kualitatif diskriptif analisis dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu wawancara, pengamatan, serta penelaahan dokumen. Karakteristik informan yang diteliti adalah seorang ayah dan anak pada keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga, dengan usia anak yang berkisar antara 12-17 tahun.

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR ... i

LEMBAR BERLOGO IAIN ... ii

HALAMAN SAMPUL DALAM ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Penegasan Istilah ... 6

(13)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A.Landasan Teori ... 10

1. Peran Ayah ... 10

a. Pengertian Peran Ayah ... 10

b. Pengertian Orang tua Tunggal ... 12

c. Pengertian Mendidik ... 14

d. Pengertian Akhlak ... 16

e. Pengertian Anak ... 16

f. Upaya Mendidik Anak ... 17

g. Kendala Mendidik Akhlak Anak ... 24

h. Akhlak Anak ... 25

2. Keluarga TKW ... 29

a. Pengertian Keluarga ... 29

b. Fungsi Keluarga ... 30

c. Tujuan Keluarga ... 32

d. Tipe Keluarga ... 33

e. Tenaga Kerja Wanita (TKW) ... 34

B. Kajian Pustaka ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 40

B. Lokasi Penelitian ... 40

C. Sumber Data ... 41

(14)

xiv

E. Analisis Data ... 43

F. Pengecekan Keabsahan Data ... 45

G. Tahap-tahap Penelitian ... 45

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA ... 48

A. Paparan Data ... 48

1. Letak Geografis ... 48

2. Keadaan Penduduk ... 48

3. Data Informan ... 54

4. Profil Subjek Penelitian ... 54

5. Temuan Penelitian ... 62

B. Analisis Data ... 102

1. Upaya ayah sebagai orang tua tunggal dalam mendidik akhlak anak pada keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga ... 102

2. Kendala dalam mendidik akhlak anak pada keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga ... 110

3. Akhlak yang dimiliki anak pada keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga ... 112

BAB V PENUTUP ... 118

A. Kesimpulan ... 118

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Usia ... 49

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Agama ... 50

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ... 51

Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 52

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi Lampiran 2 Lembar Bimbingan Skripsi Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 4 Surat Pernyataan selesai Penelitian Lampiran 5 Pedoman Wawancara

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kaum wanita secara alamiah diciptakan untuk melahirkan, membina, dan mengasuh anak. Wanita tidak perlu mengemban tugas berat sosial dan ikut serta dengan kaum laki-laki membanting tulang dalam menjalankan aktivitasnya (Mansur, 2007:208). Wanita cenderung memiliki hati dan perasaan yang lembut, sedangkan laki-laki cenderung memiliki hati yang kuat, tegas, dan memiliki sifat pemimpin. Namun, adanya tuntutan persamaan gender antara kaum laki-laki dan perempuan seakan telah mengubah dunia. Dapat dilihat bahwasannya dalam dunia pekerjaan pun juga kini telah diperluas bagi kaum wanita. Sekarang ini sudah tidak mengherankan lagi apabila wanita yang sudah berumah tangga juga ikut ambil alih membantu suami mencari nafkah. Dengan berbagai alasan, kini perempuan dapat membantu memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya. Itu semua dilakukan demi tercukupinya kebutuhan yang harus dipenuhi pasangan suami istri dalam berumah tangga, terlebih lagi jika sudah dikaruniai anak tentu kebutuhan akan semakin bertambah.

(18)

2

yang dimaksud adalah pekerjaan yang bertempat di luar kota bahkan hingga luar negeri. Padahal, peran ibu sebagai orang tua sangatlah penting untuk anaknya, tanpa hadirnya figur seorang ibu tentu anak akan merasakan adanya sesuatu yang kurang. Sayangnya, banyak wanita yang sudah menjadi ibu justru rela berjauhan dengan anak, suami, dan keluarga dengan mengatasnamakan ekonomi. Alasan ekomoni itu pula yang membuat akhirnya para suami mengizinkan istrinya untuk menjadi TKW.

Penelitian yang dilakukan oleh Kumalasari (2008) yang berjudul TKW dan Pengaruhnya Terhadap Kelangsungan Hidup Berkeluarga dan Kelangsungan Pendidikan Anak di Kabupaten Sleman, memaparkan hasil bahwa alasan utama para TKW memilih profesi tersebut terutama karena alasan ekonomi. Para suami yang tidak bekerja atau jika bekerjapun dengan penghasilan yang relatif masih kurang akhirnya dengan terpaksa mengijinkan istrinya bekerja sebagai TKW. Pilihan pekerjaan ini akhirnya mengorbankan fungsi istri sekaligus ibu yang berperan penting dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Dampak paling dirasakan bagi anak-anak para TKW adalah hilangnya perhatian orangtua khususnya ibu secara emosional dalam mendukung pendidikan formal mereka. Motivasi dan dorongan untuk belajar lebih lanjut tidak didapatkan ketika para ibu memilih bekerja sebagai TKW. Ironis sekali sementara alasan para TKW ini bekerja adalah untuk kelangsungan pendidikan anak-anak mereka.

(19)

3

sudah memiliki anak, di sisi lain seorang ayah ada yang tetap memiliki tanggung jawab mencari nafkah, dan disalah satu sisi ia harus tetap melakukan tugasnya untuk menjaga serta melindungi anak di rumah. Seorang suami adalah kepala keluarga yang bertugas sebagai nahkoda dalam biduk rumah tangga. Dialah yang akan mengarahkan dan mengendalikan kemana keluarganya akan dibawa (Amirulloh, 2015:47). Mencari nafkah untuk keluarga juga merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh suami. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 34 yang berbunyi:

َمِبَو ٍضْعَ ب ٰىَلَع ْمُهَضْعَ ب ُوَّللا َلَّضَف اَمِب ِءاَسِّنلا ىَلَع َنوُماَّوَ ق ُلاَجِّرلا

ْنِم اوُقَفْ نَأ ا

ْمِهِلاَوْمَأ

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena

Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan

sebagian dari harta mereka. (Q.S. An-Nisa [4]: 34).

Ayat diatas menjelaskan bahwa laki-laki adalah pemimpin, baik dalam lingkup keluarga maupun bermasyarakat, kaum laki-laki ditakdirkan sebagai pemimpin dan pelindung bagi kaum wanita. Di samping itu kaum lelaki diwajibkan untuk memberikan nafkah kepada isterinya sedangkan kaum wanita tidak diwajibkan.

(20)

4

judul “Peran Ayah Sebagai Orang tua Tunggal dalam Mendidik Akhlak Anak (Studi Kasus pada Keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga 2018)”.

B. Fokus Penelitian

Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya seorang ayah sebagai orang tua tunggal dalam mendidik akhlak anak pada keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga?

2. Apa kendala ayah sebagai orang tua tunggal dalam mendidik akhlak anak pada keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga ? 3. Bagaimana akhlak yang dimiliki anak pada keluarga TKW di Desa

Blotongan Salatiga? C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui upaya seorang ayah sebagai orang tua tunggal dalam mendidik akhlak anak pada keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga.

2. Mengetahui kendala ayah sebagai orang tua tunggal dalam mendidik akhlak anak pada keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga.

(21)

5 D. Manfaat Penelitian

Dari penulisan ini diharapkan nantinya akan memberikan manfaat bagi semua kalangan, baik di dunia pendidikan maupun dalam masyarakat, khususnya bagi seorang ayah sebagai orang tua tunggal dalam mendidik anak di Desa Blotongan Salatiga. Adapun manfaat yang diharapkan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan berupa hasil penelitian ilmiah sebagai bahan kajian pendidikan.

b. Memberikan sumbangan pemikiran sebagai solusi atas masalah yang dihadapi seorang ayah yang menjadi orang tua tunggal dalam mendidik akhlak anak pada keluarga TKW.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan dan sumbangan pemikiran mengenai pentingnya orang tua dalam mendidik anak.

b. Bagi peneliti diharapkan dapat menumbuhkan pengetahuan dan memperluas wawasan berdasarkan pengalaman dari apa yang ditemui di lapangan.

E. Penegasan Istilah

(22)

6

maka akan penulis sampaikan batasan-batasan istilah yang terdapat pada judul, yaitu:

1. Peran Ayah

Peran ialah bentuk dan perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu (Soekanto, 2003:242). Istilah peran dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah tokoh pemain sandiwara (film) utama, tukang lawak, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat (Depdiknas, 2007:854). Adapun dalam buku Kamus Besar Indonesia Lengkap, kata peran berarti yang diperbuat, tugas, hal, yang besar pengaruhnya pada suatu peristiwa (Daryanto, 1997:487).

Kata ayah dalam penelitian ini ditujukan bagi seorang laki-laki yang sudah menikah dan memiliki anak, yang istrinya menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW). Peran ayah yang dimaksud penelitian ini adalah suatu peran yang harus dijalankan oleh ayah demi anak-anaknya, tanpa didampingi figur seoran istri yang mendampingi.

2. Orang tua Tunggal

(23)

7 3. Mendidik

Ki Hajar Dewantoro memberikan pengertian bahwa mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya (Surya, 2010:24).

Maksud dari penelitian ini, kata mendidik mengacu pada seorang ayah yang memberikan didikan kepada anaknya agar anak tersebut memiliki perilaku yang baik, karena ayah menjadi satu-satunya orang tua yang di rumah, sehingga peran untuk mendidik anak mutlak terlimpahkan sepenuhnya kepada seorang ayah.

4. Akhlak

Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan, atau penelitian (Syafei, 2006:76).

5. Anak

Anak adalah keturunan kedua (Depsdiknas, 2007:41). Menurut pasal 1 (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah seorang yang belum berumur 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan.

(24)

8

orang tua yang lengkap lagi, hanya ada seorang ayah. Usia anak pada penelitian ini berkisar antara 12-17 tahun.

6. Keluarga TKW

Keluarga merupakan unit terkecil yang penting dalam pembentukan karakter bangsa (Amirulloh, 2015:v). Dalam penelitian ini, keluarga TKW yang akan menjadi informan adalah ayah dan anak. F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan bagi para pembaca dalam mempelajari dan memahami skripsi ini, penulis telah membagi sistematika penulisan sebagai berikut:

1. Bab 1 adalah pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan.

2. Bab 2 adalah kajian pustaka yang berisi atas pengertian peran ayah, orang tua tunggal, mendidik, akhlak, anak, keluarga TKW, upaya dalam mendidik akhlak anak, kendala dalam mendidik, dan akhlak anak.

(25)

9

4. Bab 4 adalah paparan tentang gambaran umum lokasi penelitian di Desa Blotongan Salatiga yang mencakup profil setiap keluarga, letak geografis, keadaan penduduk menurut usia, agama, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian. Serta analisis mengenai upaya yang dilakukan ayah dalam mendidik akhlak, kendala yang dihadapi dalam mendidik, dan akhlak yang dimiliki anak.

(26)

10 BAB II

LANDASAN TEORI A. Landasan Teori

1. Peran Ayah

a. Pengertian Peran Ayah

Peran ialah bentuk dan perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu (Soekanto, 2003:242). Istilah peran dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah tokoh pemain sandiwara (film) utama, tukang lawak, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat (Depdiknas, 2007:854). Adapun dalam buku Kamus Besar Indonesia Lengkap, kata peran berarti yang diperbuat, tugas, hal, yang besar pengaruhnya pada suatu peristiwa (Daryanto, 1997:487).

Pengertian ayah; pertama, secara hukum adalah mereka yang secara legal mendapatkan tanggung jawab melalui ikatan pernikahan yang sah dengan ibu si anak baik anak kandung maupun angkat. Kedua, ayah biologis adalah ayah kandung si anak (Erawati, 2009:79).

(27)

11

anaknya. Hal ini bahwa cinta ayah didasarkan pada syarat tertentu, berbeda dengan cinta ibu yang tanpa syarat. Dengan demikian, cinta ayah meberi motivasi anak untuk lebih menghargai nilai-nilai dan tanggung jawab (Yuniardi, 2009:20).

Hart (dalam Yuniardi, 2009:25-27) menegaskan bahwa ayah memiliki peran dalam keterlibatannya dengan keluarga yaitu :

1) Economic Provider, yaitu ayah dianggap sebagai pendukung

finansial dan perlindungan bagi keluarga. Sekalipun tidak tinggal satu rumah dengan anak, namun ayah tetap dituntut untuk menjadi pendukung finansial.

2) Friend & Playmate, ayah dianggap sebagai “fun parent” serta

memiliki waktu bermain yang lebih banyak dibandingkan dengan ibu. Ayah banyak berhubungan dengan anak dalam memberikan stimulasi yang bersifat fisik. Selain itu, melalui permainan dengan anak, ayah dapat bergurau yang sehat, dapat menjalin hubungan yang baik sehingga problem, kesulitan dan stres dari anak dapat dikeluarkan.

3) Caregiver, ayah dianggap sering memberikan stimulasi afeksi

dalam berbagai bentuk, sehingga memberikan rasa nyaman dan penuh kehangatan.

4) Teacher & Role Model, sebagaimana dengan ibu, ayah juga

(28)

12

untuk masa mendatang melalui latihan dan teladan yang baik bagi anak.

5) Monitor and disciplinary, ayah memenuhi peranan penting dalam

pengawasan terhadap anak, terutama begitu ada tanda-tanda awal penyimpangan, sehingga disiplin dapat ditegakkan.

6) Protector, yaitu ayah mengontrol dan mengorganisasi lingkungan

anak, sehingga anak terbebas dari kesulitan atau bahaya, serta mengajarkan bagaimana anak seharusnya menjaga keamanan diri mereka terutama selagi ayah atau ibu tidak bersamanya, misalnya agar tidak berbicara dengan orang asing.

7) Advocate, ayah menjamin kesejahteraan anaknya dalam berbagai

bentuk, terutama kebutuhan anak ketika berada di institusi di luar keluarganya. Selain itu, ayah siap membantu, mendampingi, dan membela anak jika mendapat masalah, dengan demikian anak merasa aman, terlindungi, tidak sendiri, dan ada tempat untuk berkonsultasi, yaitu adalah ayahnya sendiri.

8) Resource, yaitudengan berbagai cara dan bentuk, ayah mendukung

keberhasilan anak dengan memberikan dukungan di belakang layar. b. Pengertian Orang tua Tunggal

(29)

13

adalah terdiri dari ayah dan ibu atau salah satu seorang darinya yang memiliki hubungan darah dengan si anak. Mereka inilah yang bertanggung jawab dalam mengawasi pertumbuhan, perkembangan, dan pendidikan anak dari dalam kandungan hingga anak dilahirkan sampai dianggap dewasa dan mandiri (UU No. 4 Tahun 1979, Bab I, Pasal 1 ayat 3a).

Sager, dkk dalam Duvall & Miller (1985) menyatakan bahwa orang tua tunggal adalah orang tua yang secara sendirian membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran, dukungan, dan tanggung jawab pasangannya.

(30)

14 c. Pengertian Mendidik

Mendidik adalah menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap materi yang disampaikan pada anak (Putra, 2016:27). Ki Hajar Dewantoro memberikan pengertian bahwa mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya (Ali, 2007:49).

Mendidik adalah menyampaikan pengajaran, norma-norma dan nilai-nilai hidup, aturan, dan hukum (Wijanarko, 2005:3). Bagian pertama dalam mendidik adalah menyampaikan ajaran dan membentuk perilaku, dilakukan dengan membuat peraturan praktis. Peraturan harus di buat di rumah atau di kelas (jika diaplikasikan dalam sekolah). Tanpa peraturan anak akan terbiasa hidup liar, semaunya sendiri, dan menjadi troublemaker (pembuat masalah).

Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwalid dalam bukunya

Manhaj Tarbiyah Nabawiyah Lith Thifli menjabarkan sifat-sifat

pendidik yang sukses, yaitu: 1) Penyabar dan tidak pemarah

2) Lemah lembut dan menghindari kekerasan 3) Penuh kasih sayang

4) Tegas tapi tidak kaku 5) Bijaksana

(31)

15 7) Bertahap dalam memberi nasehat

Peran orang tua dalam mengasuh serta mendidik anak-anaknya hendaknya diniatkan semata-mata untuk mengharap keridhoan Allah SWT, selain itu dalam proses mendidik anak, hendaknya dipenuhi dengan keramahan dan kasih sayang. Anak merupakan amanah besar yang diberikan Allah SWT kepada hamba yang dikendaki-Nya. Memiliki anak bukan berarti orang tua memiliki hak untuk melakukan segala hal sesuai yang diinginkan, anak tidak menjadi milik orang tua yang bisa diperlakukan sekehendak hati. Anak merupakan ujian bagi hamba yang taat kepada Allah untuk mengasuh dan mendidik mereka hingga menjadi manusia yang mulia di hadapan-Nya, sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. Al-Taghabun [64]:15 :

َدْنِع ُوَّللاَو ٌةَنْ تِف ْمُكُدلاْوَأَو ْمُكُلاَوْمَأ اَمَّنِإ

ٌميِظَع ٌرْجَأ ُه

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu)” (Q.S. Al-Taghabun [64]:15)

(32)

16 d. Akhlak

Menurut Ibnu Miskawaih akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dulu. Karakter yang merupakan suatu keadaan jiwa itu menyebabkan jiwa bertindak tanpa berpikir atau dipertimbangkan secara mendalam (Mansur, 2005:221).

Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa proses pemikiran, pertimbangan, atau penelitian. Jika keadaan (hal) tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan akal dan syara’ (hukum Islam), disebut akhlak yang baik. Jika perbuatan-perbuatan yang timbul itu tidak baik, dinamakan akhlak yang buruk (Syafei, 2006:76).

e. Pengertian Anak

Pengertian anak disebutkan dalam peraturan perundang-undangan nasional (UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak), bahwa yang dimaksud anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk yang masih berada dalam kandungan.

(33)

17

wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, dan pemerintah, karena merupakan hak dasar yang diberikan Tuhan terhadap setiap anak. Penghilangan dan pelecehan terhadap hak anak dapat merenggut kebahagiannya sebagai manusia yang utuh.

Anak menurut Islam secara khusus adalah generasi penerus untuk melanjutkan kelangsungan keturunan. Sedangkan dalam pengertian lebih luas, anak adalah generasi penerus yang akan mewarisi kepemimpinan di bidang keagamaan, kebangsaan, dan kenegaraan. Karena itu anak perlu dirawat dan dididik dalam keluarga dengan sebaik-baiknya, agar ia berguna bagi agama, bangsa, dan negara (Anshor dan Ghalib, 2010:53).

Berdasarkan pengertian yang diajabarkan, penulis menyimpulkan bahwa peran ayah sebagai orang tua tunggal dalam mendidik akhlak anak merupakan bagian dari tugas utama yang dipegang oleh seorang ayah dalam kaitannya untuk mendidik akhlak anak sebagai satu-satunya orang tua yang mendampingi anak di rumah.

f. Upaya Mendidik Anak

(34)

18

titipan Allah itu. Sebagai wujud tanggung jawab tersebut adalah mengisi kalbu anak yang masih suci dengan kebaikan demi kebaikan yang dapat membuat derajat kemanusiaan mereka lebih tinggi (Ahmad, 2015:12).

Berikut ini adalah beberapa upaya dalam mendidik akhlak anak: 1) Mengajarkan anak agar tidak mempersektukan Allah

Orang tua berkewajiban mendidik anaknya tentang akidah (ketauhidan), yaitu mengenal dan mengesakan Allah SWT, agar anak tidak mempersekutukan Allah SWT (Masdub, 2015:81). Sebagaimana Luqman mendidik anaknya yang diabadikan dalam QS. Luqman ayat 13 berikut:

ٌمْيِظَع ٌمْلُظَل َكْرِّشلا َّنِإ ِللهاِب ْكِرْشُتَلا َّيَنُ باَي ُوُظِعَيَوُىَو ِوِنْبِلا ُناَمْقُل َلاَق ْذِإَو

“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

(35)

19

semasa hidup di dunia diharapkan dapat tercapai oleh anaknya. Demikian pula kepercayaan yang dianut orang tuanya, disamping budi pekerti yang luhur. Cara Luqman menyampaikan pesan itu wajib dicontoh oleh setiap orang tua yang mengaku dirinya muslim. Potongan tafsir tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap orang tua harus mendidik anaknya dalam hal akidah (Thoha, 1996:61).

2) Mengajarkan anak sholat.

Mengajarkan anak sholat harus dimulai sejak dini, agar anak terbiasa untuk menjalankannya. Orang tua wajib untuk mendidik anaknya agar sholat.

Mengajarkan anak sholat seperti yang diajarkan oleh Luqman diabadikan Allah dalam QS. Luqman 17 berikut:

اَو ِرَكنُمْلا ِنَع َوْناَو ِفوُرْعَمْلاِب ْرُمْأَو َة َلََّصلا ِمِقَأ َّيَنُ ب اَي

َكَباَصَأ اَم ىَلَع ْرِبْص

روُمُْلْا ِمْزَع ْنِم َكِلَذ َّنِإ

“Wahai anakku, laksanakanlah shalat dan perintahkanlah

mengerjakan yang ma’ruf dan cegahlah dari kemunkaran dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal diutamakan.” (QS. Luqman [31]:17)

(36)

20

membentengi seseorang dari kegagalan yaitu sabar dan tabah. Menyuruh mengerjakan makruf, mengandung pesan untuk mengerjakannya, karena tidaklah wajar menyuruh sebelum diri sendiri mengerjakannya. Demikian juga melarang kemungkaran, menuntut agar yang melarang terlebih dahulu mencegah dirinya,. Itu agaknya yang menjadi sebab mengapa Luqman tidak memerintahkan anaknya melaksanakan yang makruf dan menjauhi mungkar, tetapi memerintahkan, menyuruh dan mencegah. Di sisi lain membiasakan anak melaksanakan tuntunan ini menimbulkan dalam dirinya jiwa kepemimpinan serta kepedulian sosial (Shihab, 2003:136).

3) Mengajarkan Al-Qur’an.

Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam, di dalamnya terdapat berbagai sumber petunjuk dan pedoman, baik yang berhubungan dengan Tuhan (hablum minallah), maupun yang berhubungan dengan sesame manusia (hablum minannas). Orang tua mempunyai kewajiban mengajari anaknya, jika dia tidak mampu, maka hendaknya meminta bantuan kepada orang lain untuk mengajari anaknya belajar Al-Qur’an.

4) Mengajarkan anak agar selalu berbuat baik kepada kedua orang tua.

(37)

21

sebagai contoh teladan anak dalam kesehariannya. Bagaimana sikap, tingkah laku, tutur kata dan perbuatan yang dicontohkan kepada anaknya (Masdub, 2015:82).

Berbuat baik kepada kedua orang tua dijelaskan dalam QS. Luqman ayat 14 yang berbunyi:

ُلاَصِفَو ٍنْىَو ىَلَع اًنْىَو ُوُّمُأ ُوْتَلَمَح ِوْيَدِلاَوِب َناَسْنلإا اَنْ يَّصَوَو

يِف ُو

ُريِصَمْلا َّيَلِإ َكْيَدِلاَوِلَو يِل ْرُكْشا ِنَأ ِنْيَماَع

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya.Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambahdan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua

orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.”

(38)

22

5) Mengajarkan anak agar berbuat baik kepada siapapun.

Orang tua mengajarkan anak agar selalu berbuat baik kepada siapapun dimulai dari dalam keluarga untuk melakukan pembiasaan-pembiasaan yang baik. Bagaimana sikap, tingkah laku, tutur kata dan perbuatan yang menghargai anggota keluarga lainnya. Jika ini sudah diterapkan dalam mendidik anak, maka anak akan mampu menghargai siapapun yang ia temui.

6) Melalui Kasih Sayang dan Hukuman

Memperlakukan anak dengan lemah lembut, kasih sayang, dan bijaksana adalah suatu sikap dan perilaku yang harus dilakukan orang tua terhadap anak-anaknya. Dengan kasih sayanglah akan tumbuh tunas-tunas harapan yang didambakan, sebagaimana bila merawat tanaman dengan penuh perhatian dan kasih sayang akan tumbuh tanaman yang subur dan berbuah baik.

Memperlakukan anak dengan kasih sayang berarti harus berbicara lemah lembut, jangan sampai berbicara kasar atau kotor, bersikap dan bertingkah laku harus baik, serta tidak berbuat kasar dan sewenang-wenang terhadap anak (Muchtar, 2008:96).

(39)

23

bentuk hukuman yang diberikan harus tetap dalam konteks mendidik (Syafei, 2006:94).

7) Memberi teladan terhadap anak-anak.

Mendidik anak harus dimulai dari mendidik diri sendiri sebagai orang tua, untuk menjadi manusia yang penuh teladan secara pribadi maupun sosial (Anshor dan Ghalib, 2010:46).

Teladan merupakan metode pendidikan yang paling ampuh dibandingkan metode-metode lainnya. Contoh dari memberi teladan adalah mengucapkan salam terlebih dahulu kepada anak-anak. Demikianlah, orang tua harus memberi teladan terlebih dahulu apabila ia menghendaki anak-anaknya berperilaku yang baik.

8) Memperhatikan pergaulan anak

Berikut ini langkah-langkah praktis yang bisa dilakukan: a. Orang tua harus mengetahui dengan siapa anak-anaknya

berteman.

b. Orang tua harus mengetahui aktivitas apa saja yang dilakukan oleh anak-anak beserta teman-temannya.

(40)

24

d. Seringlah berkomunikasi dengan anak dimanapun mereka berada. Bila sedang di rumah, ajaklah mereka bercakap atau berdiskusi tentang apa saja dilakukan atau terjadi di sekolah. g. Kendala dalam Mendidik Akhlak Anak.

1) Kendala Internal

Kendala internal bersumber dari dalam diri pribadi anak. Kendala-kendala itu dapat berupa anak malas untuk belajar, keinginan bermain yang berlebihan, sikap tidak mau didik dan sikap melawan, gangguan kesehatan, seperti tuna daksa, tuna grahita, dan lain-lain.

2) Kendala Eksternal

Kendala eksternal bersumber dari luar diri anak. Kendala-kendala itu dapat berupa perilaku orang tua yang terlalu keras, terlalu otoriter, terlalu memanjakan, terlalu khawatir, terlalu lemah, terlalu egois, terlalu pesimistis, terlalu banyak aturan dan permintaan, dan hubungan yang kurang harmonis dengan anak.

(41)

25

konflik di antara sesame anak di dalam sebuah keluarga dengan berbagai penyebabnya.

Keadaan rumah yang kurang memenuhi derajat kesehatan dan kurang akomodatif bagi seluruh anggota keluarga juga menjadi bentuk lain dari kendala eksternal dalam mendidik anak. Selain itu, yang termasuk kendala eksternal adalah keadaan lingkungan dan bentuk pergaulan yang bebas. Keadaan lingkungan yang kurang mendukung terhadap upaya mendidik anak antara lain tidak teraturnya tata bangun perumahan atau pemukiman yang bercampur aduk dengan tempat-tempat hiburan, terlalu dekat dengan pusat-pusat keramaian, pusat perbelanjaan, dan lain-lain. Sedangkan pergaulan bebas adalah pergaulan hidup anak-anak manusia yang mengabaikan berbagai norma kehidupan yang berlaku (Syafei, 2006:89-90).

h. Akhlak Anak

(42)

26

1) Cinta Tuhan dan segala ciptaan-Nya.

Pilar karakter pertama yang harus ditanamkan oleh orang tua kepada anak adalah karakter cinta kepada Tuhan, bukan malah takut kepada-Nya. Selama ini yang biasa ditanamkan oleh orang tua kepada anak adalah karakter takut kepada-Nya. Anak dijejali dan diperkenalkan dengan sifat-sifat Tuhan yang Maha menyiksa, diperkenalkan dengan neraka, dan berbagai ancaman yang akan diberikan oleh Tuhan kepada manusia yang ingkar terhadap-Nya. Jika yang pertama kali diketahui oleh anak adalah mengenai sifat-sifat Tuhan adalah hal yang menakutkan, mengerikan, dan bernada horror, maka ia akan kehilangan spirit cinta kepada Tuhan. Ia beribadah dengan alasan takut, bukan karena cinta. 2) Kemandirian dan tanggung jawab.

Sebagai orang tua wajib membimbing anak agar ia tumbuh menjadi pribadi yang mandiri sekaligus bertanggung jawab. Hal ini penting karena tidak selamanya kita membantu dan menolongnya. Karena itu, tanamkan kemandirian dan tanggung jawab pada diri anak agar kelak ia mampu mengurus hidupnya dengan baik dan benar.

3) Jujur dan dapat dipercaya.

(43)

27 4) Hormat dan santun.

Setiap orang tua memang harus mendidik anak mereka agar menjadi pribadi yang santun dan mampu menghormati orang tua mereka dengan baik.

5) Dermawan.

Sejak dini, anak sudah harus dididik agar memiliki sikap dermawan. Jika kedermawanan ini sudah dapat dipahami sebagai suatu aktivitas yang penting oleh anak, maka ia tumbuh menjadi pribadi yang dermawan, santun, dan senang membantu orang lain. Orang tua juga perlu menjelaskan kepada anak bahwa harta yang mereka miliki bukan karena hasil jerih payah sendiri, melainkan karena pertolongan Tuhan.

6) Percaya diri dan pekerja keras.

Anak yang memiliki pergaulan luas, mudah menjalin interaksi dengan orang lain akan membuatnya mampu mengembangkan kreativitasnya. Ia akan belajar dari banyak orang di sekitarnya, dan secara tidak langsung kepercayaan diri yang tinggi ini dapat membantunya mengembangkan ide-ide kreativitasnya dengan baik.

(44)

28

karakter kerja keras akan membuat anak selalu bersemangat dalam menjalani kehidupannya di masa-masa yang akan datang. 7) Kepemimpinan dan keadilan.

Anak harus diberi pemahaman bahwa ia adalah pemimpin bagi dirinya sendiri, dan sebagai orang tua penting membentuk karakter kepemimpinan dan keadilan yang kuat pada diri anak. 8) Rendah hati.

Sungguh bahagia rasanya manakala memiliki anak yang kelak ia tumbuh menjadi manusia yang tidak sombong, tidak angkuh, pandai menghormati orang lain, serta rendah hati terhadap sesama. Diperlukan perjuangan dan bahkan perngorbanan yang sangat besar untuk memiliki harapan tersebut. 9) Toleran.

Toleransi adalah kemampuan seseorang dalam menerima perbedaan dari orang lain. Seseorang baru bisa bersikap toleran jika ia sudah merasakan dan memahami makna keterikatan, regulasi diri, afiliasi, dan kesadaran (Isna, 2012:67).

2. Keluarga TKW

a. Pengertian Keluarga

(45)

29

adalah sebuah grup yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Selain itu, kedudukan utama setiap keluarga ialah fungsi pengantar pada masyarakat besar, sebagai penghubung pribadi dengan struktur sosial yang lebih besar (Ahmadi, 2004:108).

Menurut Munir dalam kitab Fi Ijtima’iyah At-Tarbiyah keluarga adalah kesatuan fungsi yang terdiri dari suami, istri, dan anak, yang diikat oleh darah dan tujuan bersama (Buseri, 2010:93).

Abu Ahmadi mengutip pendapat A.M. Rose yang menyatakan bahwa, keluarga ialah kelompok sosial yang terdiri atas dua orang atau lebih yang mempunyai ikatan darah, perkawinan, atau adopsi (Ahmadi, 2004:166).

Keluarga adalah suatu unit masyarakat terkecil, maksudnya ialah bahwa keluarga merupakan kelompok orang sebagai suatu kesatuan atau unit yang terkumpul dan hidup bersama dalam waktu yang berlangsung terus, karena terikat oleh pernikahan dan hubungan darah (Soelaeman, 1994:21).

(46)

30

perkawinan, darah, dan adopsi sesuai dengan hukum dan adat istiadat yang berlaku, (4) anggota keluarga secara khas hidup secara bersama pada satu tempat tinggal yang sama, (5) interaksi dalam keluarga berpola pada norma-norma, peranan, dan posisi status tang ditetapkan oleh masyarakat, dan (5) dalam keluarga terjadi proses reproduksi dan edukasi (Amirulloh, 2015:47).

b. Fungsi Keluarga 1) Fungsi Edukasi

Fungsi edukasi keluarga adalah fungsi yang berkaitan dengan pendidikan anak khususnya dan pendidikan anggota keluarga pada umumnya. Fungsi edukasi ini tidak sekedar menyangkut pelaksanaannya, melainkan menyangkut pula penentuan dan pengukuhan landasan yang mendasari upaya pendidikan itu, pengarahan dan tujuan pendidikan, perencanaan dan pengelolaannya, penyediaan dana dan sarana, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan upaya pendidikan itu (Soelaeman, 1994:85). Pelaksanaan fungsi edukasi keluarga pada dasarnya merupakan realisasi salah satu tanggung jawab yang dipikul orang tua terhadap anak-anaknya.

2) Fungsi Proteksi

(47)

31

mereka menjadi dewasa dan lanjut usia. Perlindungan disini termasuk fisik, mental, dan moral.

3) Fungsi Afeksi

Dalam keluarga terbentuk suatu rasa kebersamaan, rasa kasih sayang, rasa keseikatan dan keakraban yang menjiwai anggotanya. Disinilah fungsi afeksi keluarga dinutuhkan, yaitu sebagai pemupuk dan pencipta rasa kasih sayang dan cinta antara anggota keluarga.

4) Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi keluarga terkait dengan tigas mengantarkan anak ke dalam kehidupan sosial yang lebih nyata dan luas, karena anak harus diantarkan pada kehidupan berkawan, bergaul, bertetangga, dan menjadi masyarakat di lingkungannya. 5) Fungsi Reproduksi

Keluarga sebagai sebuag organisme memiliki fungsi reproduksi, dimana setiap pasangan suami istri yang menikah dapat memberikan keturunan yang berkualitas, sehingga dapat melahirkan anak sebagai keturunan kedua orang tuanya yang akan mewarisi dan menjadi penerus tugas kemanusiaan.

6) Fungsi Religi

(48)

32

untuk menjadi insane yang sadar akan kedudukannya sebagai makhluk yang diciptakan dan dilimpahi nikmat tanpa henti sehingga menggugahnya untuk mengisi dan mengarahkan hidupnya untuk mengabdi kepada Allah, menuju ridha-Nya. 7) Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi bertujuan agar setiap keluarga meningkatkan taraf hidup yang mencerminkan pada pemenuhan alat hidup seperti makan, minum, kesehatan, dan sebagainya yang menjadi prasyarat dasar dalam memenuhi kebutuhan hidup sebuah keluarga dalam perspektif ekonomis.

c. Tujuan Keluarga

(49)

33 d. Tipe Keluarga

Friedman (1986) membagi tipe keluarga seperti berikut ini:

1) Nuclear family (keluarga inti). Terdiri dari orang tua dan anak

yang masih menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari sanak keluarga lainnya.

2) Extended family (keluarga besar). Satu keluarga yang terdiri dari

satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling menunjang satu sama lain.

3) Single parent family. Satu keluarga yang dikepalai oleh satu

kepala keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih bergantung kepadanya.

4) Nuclear dyed. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri

tanpa anak, tinggal dalam satu rumah yang sama.

5) Blended family. Suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan

pasangan, yang masing-masing pernah menikah dan membawa anak hasil perkawinan terdahulu.

6) Three generation family. Keluarga yang terdiri dari 3 generasi,

yaitu kakek, nenenk, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.

7) Single adult living alone. Bentuk keluarga yang hanya terdiri dari

satu orang dewasa yang hidup dalam rumahnya.

8) Middle age atau elderly couple. Keluarga yang terdiri dari

(50)

34 e. Tenaga Kerja Wanita (TKW)

1) Dalam RUU Tenaga Kerja Luar Negeri (versi badan legislatif) mendefinisikan TKI atau pekerja Indonesia di luar negeri adalah setiap orang orang Indonesia dewasa yang sedang dan pasca bekerja di luar negeri di dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain (Tim PSGK, 2007:11).

2) Mugni mendefinisikan buruh migrant Indonesia adalah setiap orang yang akan, sedang, dan pasca bekerja di luar negeri di dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah dan imbalan dalam bentuk lain (Tim PSGK, 2007:11-12).

Perempuan bekerja pada era sekarang ini memang sudah bukan hal yang mengherankan lagi, rasanya sudah tidak ada lagi pekerjaan yang dulunya hanya dikerjakan oleh laki-laki, kini justru dapat pula dikerjakan wanita. Bahkan, karena seakan sudah tidak memadahinya lagi lapangan pekerjaan di dalam negeri, para wanita rela berjauhan dengan keluarga menjadi seorang TKW. Jika dicermati, biasanya yang disebut TKW ini berprofesi sebagai asisten rumah tangga di negeri orang.

(51)

35 B. Kajian Pustaka

Penelitian terdahulu dibutuhkan untuk memperjelas, menegaskan, melihat kelebihan, dan kelemahan berbagai teori yang digunakan penulis lain dalam penelitian atau pembahasan masalah yang serupa. Selain itu, penelitian terdahulu perlu disebutkan dalam sebuah penelitian untuk memudahkan pembaca melihat dan membandingkan perbedaan teori yang digunakan dan perbedaan hasil kesimpulan oleh penulis dengan peneliti yang lain dalam melakukan pembahasan tema yang hamper serupa. Berikut ini penelitian yang mempunyai topik atau tema yang hampir serupa dengan skripsi ini:

(52)

36

2. Peneltian yang dilakukan oleh Syilfiah (2012) yang berjudul Peran Ayah sebagai Orang tua Tunggal dalam Keluarga (Studi Kasus 7 Orang Ayah di Turikale Kabupaten Maros). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang dilakukan sebagai suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran dan mencari kembali suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa Peran Ayah sebagai Orang Tua Tunggal dalam Keluarga sangatlah penting karena mereka harus bekerja untuk mencari nafkah, mengurus rumah tangga yang selayaknya seorang ibu yang menjalankan tetapi ini semua ayah yang menjalankan seorang diri demi keutuhan keluarganya. Jika melihat fenomena yang ada, berbagai masalah terkait dengan penjelasan diatas yang terjadi di Kelurahan Turikale Kabupaten Maros yaitu masalah dalam keluarga diantaranya suami-istri dalam hal ini Ayah dan Ibu. Hal ini dilatar belakangi oleh banyak faktor dan secara umum yang penulis temukan yaitu: pertama, perceraian antara suami-istri yang disebabkan oleh ketidak cocokan diantara mereka sehingga harus berpisah. Kedua, kematian salah satu pasangan sehingga pihak yang ditinggalkan menjadi orang tua tunggal bagi anak-anaknya. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Riyanti (2013) yang berjudul Pola

(53)

37

Cimerak Kabupaten Ciamis Jawa Barat). Penelitian ini adalah penelitin lapangan (field research) yang bersifat Deskriptif Analitik.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pola asuh orang tua yang berbeda menghasilkan kepribadian yang berbeda-beda pula. Kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh yang diterapkan oleh pengasuhnya. Ada dua dampak yang terjadi pada anak di Desa Legokjawa yang ditinggal ibunya pergi bekerja ke luar negeri. Dampak positifnya adalah anak menjadi mandiri, pintar bersosialisasi, dan rajin. Adapun dampak negatifnya adalah nakal, putus sekolah dan pergaulan bebas. Hal ini diakibatan dari kurang nya perhatian orang tua.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Umami (2015) yang berjudul Pola Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga TKW (Studi Kasus di Keluarga TKW Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang 2014). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan dengan jenis penelitian fenomenologis. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pihak yang terlibat dalam pendidikan akhlak anak adalah orang tua, keluarga, guru atau ustadz, dan masyarakat. Strategi pendidikan akhlak anak dengan pemberian nasihat, peneladanan, dan pemberian hadiah. Nilai akhlak yang ditanamkan ada jujur, rajin, sabar, disiplin, ketuhanan.

(54)

38

Kabupaten Kendal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidakberadaan ibu di rumah yang bekerja ke luar negeri sebagai TKW sangat berpengaruh pada hasil belajar anak karena kurangnya perhatian yang didapatkan anak dari ibunya. Dalam hal ini peran ayah sangat penting dalam memberikan perhatian yang lebih serta dukungan yang tidak didapatkan anak dari ibunya.

Perbedaan dengan penelitian pertama: Pada penelitian tersebut memaparkan fakta bagaimana perubahan yang dialami oleh keluarga TKW, mulai dari segi ekomoni hingga emosionalnya. Sedangkan pada penelitian kali ini tidak memaparkan fakta tersebut, karena peneliti ingin melihat sejauh mana peran ayah mendidik anaknya di rumah. Perbedaan dengan penelitian kedua: Penelitian tersebut subjeknya adalah seorang ayah yang menjadi orang tua tunggal karena bercerai atau ditinggal istrinya meninggal. Sedangkan, penelitian kali ini subjeknya adalah seorang ayah yang menjadi orang tua tunggal dalam mendidik anaknya karena istri menjadi TKW.

Perbedaan dengan penelitian ketiga: Penelitian tersebut tujuannya adalah mengetahui pola asuh anak pada keluarga TKW, kemudian dianalisis menurut sosiologi hukum keluarga Islam.

(55)

39

penelitian sekarang, lebih dispesifikasikan tentang peran ayah sebagai orang tua tunggal dalam mendidik anak pada keluarga TKW.

(56)

40 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field

research) dalam pelaksanaannya menggunakan metode pendekatan

kualitatif diskriptif analisis yang umumnya menggunakan strategi multi metode yaitu wawancara, pengamatan, serta penelaahan dokumen atau studi documenter yang antara satu dengan yang lain saling melengkapi, memperkuat dan menyempurnakan (Sukmadinata, 2008:108). Studi kasus adalah metode yang bertujuan untuk mempelajari dan menyelidiki suatu kejadian atau fenomena mengenai individu, seperti riwayat hidup seseorang yang menjadi objek penelitian (Walgito, 2010:46).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Adapun, peneliti memilih lokasi di Desa Blotongan ini karena fenomena di tempat ini belum pernah diteliti sebelumnya oleh peneliti sehingga peneliti tertarik dan ingin meneliti lebih jauh lagi. C. Sumber Data

Ada dua sumber data yang digunakan oleh peneliti yaitu : a. Data primer

(57)

41

keluarga TKW, dan dapat juga diperoleh dari informan pendukung yakni tetangga. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang peran ayah sebagai orang tua tunggal dalam mendidik akhlak anak pada keluarga TKW.

b. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi berupa monografi Desa Blotongan Salatiga, selain itu juga dari buku yang memuat tentang peran ayah dalam mendidik akhlak anak. Peneliti mengunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan keluarga TKW.

D. Prosedur Pengumpulan Data a. Wawancara mendalam

Wawancara pada penelitian ini dilakukan secara mendalam yang diarahkan pada masalah tertentu dengan informan yang sudah dipilih, yakni ayah dan anak pada keluarga TKW. Wawancara dilakukan untuk menggali informasi tentang upaya seorang ayah dalam mendidik akhlak anak, kendala yang dihadapi, dan akhlak yang dimiliki anak.

b. Observasi

(58)

42

kondisi lingkungan di Desa Blotongan Salatiga. Pengamatan disini termasuk juga didalamnya peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun langsung diperoleh dari data (Moleong, 2007:174).

Observasi ini dilakukan dengan melakukan serangkaian pengamatan dengan menggunakan alat indera penglihatan dan pendengaran secara langsung terhadap objek yang diteliti. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik observasi berperan pasif dimana observasi bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dapat dikategorikan sebagai dokumen pribadi, dokumentasi resmi dan dokumen budaya populer. Dokumen digunakan dalam hubungannya untuk mendukung dalam wawancara ( Emzir, 2011: 75).

(59)

43 E. Analisis Data

Penelitian ini bersifat kualitatif, artinya mengunakan data yang dinyatakan secara verbal dan kualifikasinya secara teoritis. Sedangkan pengolahan datanya dilakukan secara rasional dengan menggunakan pola induktif. Analisis data, menurut Moleong (2009: 280) adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Dalam tahapan ini, peneliti menganalisis data yang terkumpul dari hasil wawancara dan dokumentasi. Menganalisis data meliputi mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengkategorikannya.

1. Reduksi Data

(60)

44

memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus masalah penelitian. Sesudah satuan diperoleh, langkah berikutnya memberikan kode disetiap satuan supaya dapat ditelusuri datanya dan berasal dari sumber yang jelas (Moleong, 2010:288).

2. Display Data

Upaya menampilkan, memaparkan atau menyajikan data sebagai sebuah langkah kerja analisis, display data dapat dimaknai sebagai upaya menampilkan, memaparkan dan menyajikan secara jelas data-data yang dihasilkan dalam bentuk gambar, bagan, tabel dan semacamnya.

3. Penyimpulan dan Verifikasi

Langkah analisis ini biasanya dilakukan sebagai implementasi prinsip indukatif dengan mempertimbangkan pola-pola data yang ada, atau kecenderungan dari display data yang telah dibuat. Pada tahapan ini, peneliti dapat melakukan konfirmasi dalam rangka mempertajam data dan memperjelas pemahaman dan tafsiran yang telah dibuat sebelum peneliti sampai pada kesimpulan akhir penelitian (Ibrahim, 2015: 108-110).

F. Pengecekan Keabsahan Data

(61)

45

dengan beberapa teknis yang berbeda, sehingga akan dihasilkan jawaban yang beragam dan kemudian data tersebut akan penulis simpulkan. Tujuan triangulasi adalah mengecek kembali data-data yang sudah terkumpul, agar tidak terjadi kesalahan dalam memasukkan data.

Triangulasi dapat diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2012:273). G. Tahap-tahap Penelitian

Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu: tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan laporan. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh adalah sebagai berikut:

a. Tahap sebelum ke lapangan

Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan permohonan ijin kepada subjek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

(62)

46 c. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh melalui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam tentang peran ayah sebagai orangt tua tunggal dalam mendidik akhlak anak pada keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga. Kemudian, dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang di dapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.

d. Tahap Penulisan Laporan

(63)

47 BAB IV

PAPARAN DAN ANALISI DATA A. Paparan Data

1. Letak Geografis

Desa Blotongan adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Desa Blotongan terdiri dari 15 RW yang terbagi menjadi 71 RT.

Luas wilayah desa Blotongan adalah 423,8 ha, dengan 74,644 ha lahan sawah, 329,156 ha lahan kering, dan 20 ha lahan lainnya. Adapun, jarak desa blotongan dengan desa yang lain adalah sebagai berikut:

a. Jarak 2,3 km dengan desa/kelurahan Pulutan b. Jarak 1,6 km dengan desa/kelurahan Sidorejo Lor c. Jarak 3,1 km dengan desa/kelurahan Salatiga d. Jarak 2,5 km dengan desa/kelurahan Bugel

e. Jarak 6,3 km dengan desa/kelurahan Kauman Kidul 2. Keadaan Penduduk

(64)

48 Tabel 3.1

Jumlah Penduduk menurut Usia

Usia Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 647 599 1246

5-9 529 489 1018

10-14 504 480 984

15-19 478 506 984

20-24 550 479 1029

25-29 521 549 1070

30-34 628 603 1231

35-39 536 540 1076

40-44 474 476 950

45-49 450 499 949

50-54 380 444 824

55-59 389 352 741

60-64 215 168 383

65-69 103 108 211

70-74 80 100 180

>74 62 102 164

Jumlah 6546 6494 13040

(65)

49

Berdasarkan data pada tabel 3.1 dapat diketahui bahwa, total penduduk di Desa Blotongan Salatiga adalah 13040 jiwa, yang terdiri dari 6546 jiwa berjenis kelamin laki-laki, dan 6494 jiwa berjenis kelamin perempuan. Mayoritas kelompok usia di Desa Blotongan yakni kelompok usia antara 0-4 tahun dengan jumlah 1246 jiwa, dengan urutan paling sedikit pada kelompok usia >74 tahun yang berjumlah 164 jiwa.

Tabel 3.2

Jumlah Penduduk menurut Agama

Islam 10720

Kristen 1601

Katolik 669

Hindu 1

Budha 49

Konghucu -

(66)

50 Tabel 3.3

Jumlah Penduduk menurut Tingkat pendidikan

Tidak/Belum Sekolah 2136

Tidak Tamat SD/Sederajat 1261

Tamat SD 2338

Tamat SLTP 1949

Tamat SLTA 3427

Diploma I/II 112

Diploma III 444

Strata I/Diploma IV 1238

Strata II 115

Strata III 20

Jumlah 13040

(67)

51 Tabel 3.4

Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian

No. Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Belum/tidak bekerja 2594

2 Mengurus rumah tangga 1317

(68)

52

(69)

53 3. Data Informan

Tabel 3.5

Daftar Informan Keluarga TKW

Nama Usia Hubungan dalam keluarga

JM 52 tahun Ayah

RP 14 tahun Anak

HT 41 tahun Ayah

IAP 14 tahun Anak

RS 47 tahun Ayah

SAP 12 tahun Anak

MS 45 tahun Ayah

DU 17 tahun Anak

4. Profil Subjek Penelitian 1. Keluarga Bapak JM

(70)

54

beternak ayam agar dapat memiliki penghasilan tambahan. Salah satu alasan beliau untuk tetap semangat mencari nafkah adalah karena putri bungsunya yakni RP yang masih membutuhkan biaya untuk sekolah, dan bapak JM juga berharap agar masa depan RP jauh lebih baik dari beliau dan kedua kakaknya.

Beliau sempat menuturkan bahwa, meskipun istrinya mengirim uang dari hasil sebagai TKW, namun beliau tidak menggantungkan sepenuhnya kebutuhan keluarga pada istrinya. Beliau tidak mau hanya bersantai menikmati hasil kerja istrinya. Bapak JM juga mengatakan jika sebenarnya sudah sangat lama tidak berkomunikasi dengan istrinya. Istri bapak JM sering menelpon ke rumah, namun beliau menyuruh anaknya yang bicara. Ternyata, saat anaknya menikah, istrinya tidak pulang.

(71)

55

namun tetap menegur bahkan menghukum RP jika RP berbuat kesalahan dan dirasa kesalahan itu patut untuk diberi hukuman. 2. Keluarga Bapak HT

Bapak HT adalah seorang karyawan swasta yang memiliki 2 orang anak, seorang anak laki-laki berusia 7 tahun dan seorang anak perempuannya yaitu IAP yang berusia 14 tahun. Bapak HT menjadi orang tua tunggal dalam mendidik anaknya sejak IAP duduk dibangku kelas III SD, kini IAP sudah kelas 1X di salah satu SMP Negeri di Salatiga.

Bapak HT mengaku mengizinkan istrinya menjadi TKW karena faktor ekonomi, meski pada awalnya beliau merasa sangat keberatan karena kasihan dengan anak-anaknya. Beliau mengaku bahwa kebutuhan rumah tangga dan biaya untuk anaknya sekolah menjadi terpenuhi ketika istrinya menjadi TKW di Hongkong, karena pada saat istrinya masih di rumah, semua kebutuhan rumah tangga dan biaya untuk anaknya sekolah dirasanya belum cukup, dapat dikatakan pas-pasan.

(72)

56

untuk berlibur bersama. Bapak HT sangat bersyukur, karena meskipun istrinya pulang 2 tahun sekali, namun keberadaan istrinya di rumah selama kurang lebih sebulan membuat dirinya dan anak-anaknya bahagia. Rasa rindu anak-anaknya terobati, walaupun anak bapak HT yang kecil sering merengek saat ibunya akan kembali bekerja ke Hongkong.

Bapak HT tidak pernah menutupi sesuatu dari istrinya, hal baik atau kurang baik yang dilakukan anak-anaknya selalu beliau sampaikan pada istri. Beliau berpendapat, bahwa istri sekaligus ibu dari anaknya tersebut haruslah tetap ikut andil dalam mendidik anaknya. Karena, bagi beliau meskipun istri bekerja sebagai TKW, namun nurani seorang ibu harus tetap berjalan. Beliau tidak mau sampai anaknya kehilangan kasih sayang seorang ibu sepenuhnya. Bapah HT berharap istrinya akan terus ikut mendidik anaknya, salah satunya adalah ikut menasehati agar IAP selalu mengalah dengan adiknya saat bertengkar dan mengingatkan anak-anaknya untuk belajar dengan rajin.

3. Keluarga Bapak RS

(73)

57

tentunya karena persoalan keuangan. Gaji yang diterima bapak RS tidaklah cukup untuk memenuhi semua kebutuhan dan biaya anak-anaknya, apalagi pada saat itu keempat anaknya masih bersekolah. Kini, anak pertama dan kedua bapak RS sudah menikah, hanya tinggal anak ketiga dan si bungsu SAP, yang masih sepenuhnya menjadi tanggung jawab bapak RS.

Bapak RS merupakan warga asal Grobogan yang menetap di Desa Blotongan sejak menikah dengan ibu RB. Pekerjaan bapak RS adalah sopir, beliau sering mendapat tugas untuk mengirim barang ke Yogyakarta, Semarang, dan Pacitan. Saat SAP libur sekolah, beliau sering mengajaknya untuk mengirim barang sekaligus sekedar jalan-jalan. Namun, hal tersebut dilakukan jika jarak yang ditempuh dekat, karena bapak RS merasa kasihan jika nantinya SAP terlalu lelah.

(74)

58

mengingat saat ibunya menjadi TKW usia SAP saat itu baru 4 tahun. Namun, kini SAP sudah bisa lebih paham dengan kondisi keluarganya. Ia sudah jarang menunjukkan kesedihan di hadapan ayah dan kakaknya, ia juga sudah tidak pernah mengeluh karena ditinggalkan ibunya menjadi TKW. Bapak RS menilai tindakan SAP lantaran istrinya yang selalu memberi nasehat dan penjelasan kepada SAP. Beliau berharap agar istrinya selalu menjaga komunikasi dengan keluarga, ikut menasehati, dan mengingatkan anak-anaknya agar memiliki akhlak yang baik.

4. Keluarga Bapak SY

Bapak SY lahir pada 6 Juni 1972, beliau warga asli Desa Blotongan, pekerjaan beliau serabutan. Bapak SY dan istrinya masih memiliki tanggung jawab untuk menyekolahkan anak kedua dan ketiga mereka. Anak kedua bapak SY tahun ini akan memasuki jenjang SMA, sedangkan anak bungsunya masih duduk di bangku kelas VI SD.

Salah satu alasan istri bapak SY menjadi TKW selain faktor ekonomi, adalah karena yang mengajak istri beliau merupakan saudaranya sendiri. Sehingga, harapan memperoleh pendapatan yang lebih menunjang dari sebelumnya akan terpenuhi dengan perasaan yang mantap.

(75)

59

paham bagaimana menjadi orang tua tunggal, sehingga anak-anak beliau terutama anak kedua, yakni DAA tidak pernah berulah. DAA adalah anak yang sedikit pendiam, dia tidak pernah keluar rumah kecuali sekolah ataupun ada hal penting lainnya. Bapak SY tidak pernah menekan anak-anaknya, beliau memberi kebebasan pada mereka, namun kebebasan yang dimaksud bukanlah kebebasan dimana anak bebas melakukan hal yang buruk.

Hal tersebut sudah menjadi komitmen beliau dan istrinya, istri bapak SY selalu mengingatkan agar jangan sampai anak-anak kehilangan kasih sayang dan perhatian dari beliau. Meskipun sang istri sekarang hanya bisa memberikan nasehat pada anaknya dari jarak jauh, namun setidaknya hal tersebut bisa dimaklumi oleh anaknya.

Selama menjadi TKW, istri bapak SY setiap hari selalu menyempatkan telepon anaknya di rumah, saat pekerjaannya sudah selesai. Istri bapak SY selalu menjaga komukasi dengan baik, menanyakan tentang kegiatan yang dilakukan anaknya, dan menasehati agar tidak terjerumus pada hal yang buruk.

5. Keluarga Bapak MS

(76)

60

Alasan istrinya menjadi TKW adalah karena pada waktu itu bapak MS dan istrinya ingin memiliki rumah, dengan modal tekad, istri beliau berinisiatif bekerja di luar negeri. Meskipun, pada awalnya beliau keberatan karena anak mereka yakni DU masih 5 tahun, namun akhirnya beliau tetap mengizinkan istrinya dan mendoakan agar istrinya selalu sehat, serta tidak melupakan keluarganya.

Komunikasi yang terbina antara beliau dan istrinya tetap lancar, bahkan saat teknologi belum canggih seperti sekarang, sekedar untuk bertukar kabar, dahulu beliau dan istrinya selalu berkirim surat. Beliau bersyukur karena memiliki istri yang setia, bahkan di tengah kesulitan ekonomi yang pada waktu dialami rumah tangganya, dengan segala kerendahan hati, istrinya bersedia untuk menjadi TKW demi merubah nasib mereka. Istrinya akan pulang dalam waktu dekat, dan rencananya tidak akan kembali menjadi TKW.

(77)

61 5. Temuan Penelitian

Setelah dilakukan observasi dan wawancara terhadap keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga, ditemukan bagaimana peran ayah sebagai orang tua tunggal dalam mendidik akhlak anak sebagai berikut: a. Upaya ayah sebagai orang tua tunggal dalam mendidik akhlak anak

pada keluarga TKW.

Keberadaan seorang ibu dalam keluarga sangatlah penting, tugas mendidik akan menjadi sangat berat apabila hanya dilakukan oleh seorang ayah saja, namun adanya alasan lain membuat si ibu harus rela berjauhan dengan keluarganya. Peran seorang ayah yang akhirnya menjadi orang tua tunggal dalam mendidik sangatlah dibutuhkan.

Dalam hal ini, terkait dengan adanya beberapa pertimbangan, penulis memaparkan beberapa upaya yang dilakukan ayah sebagai orang tua tunggal dalam mendidik anak pada keluarga TKW sebagai berikut:

1) Mengajarkan sholat.

(78)

62

ditengah kesibukan para ayah dalam bekerja, mereka akan tetap melaksanakan dan mengingatkan anak-anaknya untuk sholat. Namun, dalam hal ini, orang tua tidak sepenuhnya mengajarkan dalam TPQ, dengan harapan anak-anak akan lebih rajin dan fasih dalam membaca Al-Qur’an. Selain itu, ilmu agama anak juga akan bertambah. Hal ini berdasarkan wawancara dengan ayah pada keluarga TKW berikut ini:

Penuturan bapak JM:

“Saya pasrahkan ke TPA mbak, yang penting saya sebagai bapak ya ingatkan biar rajin ngaji mbak, ngajinya di langgar situ.”

Penuturan bapak JM juga diperkuat dengan jawaban RP sebagai berikut:

“Dulu sih sering diajari bapak mengaji, kalau sekarang

nggak pernah. Paling sekarang mengingatkan jangan lupa

TPA. Perhatian mbak dari dulu ngajinya, sholatnya, ngajinya di mushola situ. Soalnya kalau pas bapak pulang kerja kok saya di rumah nggak ngaji, ditakutin paginya

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
+6

Referensi

Dokumen terkait

Jika alat ini digunakan untuk jasa pengeboran dengan kedalaman minimal 35 meter, maka biaya dalam 2 (dua) kali jasa pengeboran tersebut sudah dapat mengembalikan

Isolasi Dan Uji Aktivitas Antibakteri Fungi Endofit Bawang Bombay ( Allium Cepa L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus ATCC 6538.. dengan maksud untuk memenuhi

Bertolak dari permasalahan di atas, maka tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu: Tujuan umum yang akan dicapai adalah mendeskripsikan penerapan

Persentase terbesar penyebab cacat disebabkan oleh jumlah jahitan muka mleot (C1) dengan penyebab ketidaksesuaian Aspek manusia (Personel) meliputi ngantuk, bekerja secara

Jika pemberi materi dengan pembuat soal adalah dosen yang sama, maka pola baca mahasiswa memiliki keterkaitan signifikan dengan prestasi akademik, atau dapat

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan terhadap masyarakat mengenai nikah siri dan akibat dari nikah nikah siri bagi wanita (istri)

Tata ruang kantor harus disusun secara ilmiah dan hal ini memerlukan pengetahuan tentang arus pekerjaan, tentang syarat-syarat perseorangan, pekerjaan apakah yang akan

Setelah percobaan dilakukan maka ditemukan setting mesin yang dapat menghasilkan nilai Bursting Strength yang optimum yaitu apabila kecepatan mesin dan suhu mesin diset pada