• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Landasan Teori

Bab ketiga metode penelitian yang berisikan jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, instrumen penelitian, uji coba instrumen penelitian, metode pengumpulan data dan teknik pengumpulan data.

Bab keempat deskripsi dan analisis data, yang berisikan deskripsi data dan analisis data

Bab kelima penutup terdiri dari kesimpulan dan saran. Bagian akhir adalah daftar pustaka lampiran dan daftar riwayat hidup.

8 BAB II

LANDASAN TEORI A. Landasan Teori

1. Pengertian Pembinaan Kesadaran

Pembinaan merupakan usaha untuk mendidik atau membina suatu keadaan kearah yang lebih baik yang sesuai dengan tuntutan yang dikehendaki. Pembinaan secara etimologi berasal dari kata bina mendapat awalan pe dan akhiran an. Pembinaan adalah proses pembuatan, cara pembinaan, pembaruan, usaha dan tindakan atau kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan baik (KBBI, 2001:152).

Selain itu pembinaan dapat diartikan Pembinaan adalah suatu proses, hasil atau pertanyaan menjadi lebih baik, dalam hal ini mewujudkan adanya perubahan, kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evaluasi atau berbagai kemungkinan atas sesuatu (Thoha, 2001:7). Dalam pelaksanaan konsep pembinaan hendaknya didasarkan pada hal bersifat efektif dan fragmatis dalam arti dapat memberikan pemecahan persoalan yang dihadapi dengan sebaik-baiknya dan praktis dalam arti mendasarkan fakta-fakta yang ada sesuai dengan kenyataan supaya bermanfaat karena dapat diterapkan dalam praktek.

Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa pembinaan adalah sebagai upaya memperbaiki, memelihara dan membawa suatu keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana seharusnya, agar tidak terjadi apa yang tidak diharapkan.

Arti sadar dalam kamus ilmiah adalah ingat akan dirinya, merasa dan insyaf akan dirinya, siuman, depan, permulaan. (Satrio, 2005:524) berarti kesadaran adalah ingat akan dirinya untuk melakukan sesuatu berdasarkan dorongan yang ada dari dalam jiwa. Dalam rangka untuk menumbuhkan kesadaran santri dalam pentingnya lingkungan hidup maka diperlukan pembinaan dengan sebaik-baiknya atas dasar sistem islam.

Kesadaaran adalah langkah awal dalam pikiran manusia bagi semua perkara terutamanya dalam memahami suatu keadaan (Mahmood, 2007:30).

Adapun kesadaran yang peneliti maksud adalah kesadaran santri pondok pesantren Nurul Asna di kelurahan kecandran kecamatan sidomukti kota salatiga untuk mementingkan lingkungan pesantren dalam kehidupan sehari-harinya.

Maka dari beberapa uraian di atas dapat dipahami pembinaan kesadaran adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pembina untuk memberikan arahan secara efektif dan fragmatis kepada santri pondok pesantren Nurul Asna supaya mereka mengetahui bahwa lingkungan adalah suatu tempat yang harus dijaga guna untuk hidup sehat dan guna menunjang keberhasilan dalam belajar dipesantren.

2. Lingkungan Hidup

Menurut Bimo Walgito, lingkungan adalah lingkungan masyarakat yang didalamnya terdapat interaksi antara orang-perorang, perorang dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok (walgito,

2003:46). Sedangkan menurut sastrawijaya lingkungan hidup adalah jumlah semua benda yang hidup dan tidak hidup serta kondisi yang ada dalam ruangan kita tempati. (Sastrawijaya, 2000:6)

Menurut S.J McNaughton dan Larry L Wolf mengartikannya dengan semua factor eksternal yang bersifat biologis dan fisika yang langsung mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi organisme (Siahaan, 2004:4) Sedangkan menurut pengertian yuridis, seperti yang diberikan dalam pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlingdungan Dan Pengelolahan Lingkungan Hidup, lingkungan hidup diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain (Tim Redaksi Pustaka Yustisia, 2010:130)

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa lingkungan hidup merupakan tempat dimana seseorang melakukan kegiatan sehari-hari untuk melangsungkan kehidupan. Jadi sangatlah penting di lakukan pembinaan agar memperoleh kehidupan yang berkualitas (bersih, indah dan sehat) yang mana akan menghasilkan individu yang memiliki kualitas unggul. Adapun lingkungan yang penulis maksud adalah lingkungan hidup di pondok pesantren Nurul Asna keluruhan kecandran kecamatan sidomukti kota salatiga.

a. Konsepsi Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup yang terdiri dari biotik dan abiotik yang berada dalam suatu ruang tempat manusia berada, mempengaruhi manusia dan jasad hidup lain, di dalamnya terjadi hubungan timbal balik antar masing-masing komponen. Pada setiap pertumbuhan dan proses yang berhubungan dengan makhluk hidup, terutama manusia memiliki kaitan yang erat dengan lingkungan hidupnya untuk mengetahui hubungan dan kaitan makhluk hidup dengan lingkungannya, perlu memahami dan mengetahui konsep ekologi (Zoer‟aini, 2003:81).

Lingkungan biotik adalah semua lingkungan yang terdiri dari komponen-komponen mahluk hidup di permukaan bumi. komponen lingkungan biotik, misalnya tumbuhan, hewan dan manusia. Lingkungan abiotik adalah semua benda mati di permukaan bumi yang bermanfaat dan berpengaruh dalam kehidupan manusia serta mahluk hidup lainnya. Contoh lingkungan abiotik, misalnya tanah, air, udara, dan sinar matahari (Daryanto, 2009:39)

Istilah ekologi berasal dari bahasa Yunani “Oikos” yang berarti “Rumah” atau “tempat untuk hidup” dan “logos” yang berarti “uraian atau ilmu”. Jadi secara etimologi ekologi berarti ilmu kerumahtanggaan atau

ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup (Utina, 2009:10). Sedangkan ekologi secara terminologi merupakan ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya (Soemarwoto, 2001:18).

Dari defenisi ini terlihat bahwa pada hakikatnya permasalahan lingkungan hidup merupakan permasalahan ekologi, karena permasalahan lingkungan hidup merupakan problematika dari interaksi timbal balik antara makhluk hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya. Dengan demikian, meneliti dan mengkaji masalah lingkungan hidup berarti menyelidiki ekologi.

Manusia dengan segala aktivitasnya mempengaruhi lingkungan hidupnya. Manusia, dengan kelebihannya, memberikan pengaruh dominan terhadap makhluk lain dan lingkungannya. Demikian juga sebaliknya, dengan segala apa yang dimilikinya dapat dipengaruhi oleh lingkungannya. Antara manusia dan makhluk lain dan lingkungan hidupnya terjadi hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik antara manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya membentuk sistem yang disebut dengan ekosistem.

Untuk mencapai suatu ekosistem yang seimbang, stabil, dan dinamis, dalam berlangsungnya sistem ekologi yang membentuk jalinan kehidupan antara makhluk hidup dengan sesamanya dan dengan alam lingkungannya, harus mengikuti asas-asas tertentu dalam ekosistem.

Adapun asas-asas tersebut diantaranya: 1) Asas keanekaragaman

Makhluk hidup, baik itu nabati maupun hewani yang ada di alam, baik yang hidup di darat maupun di air, jenis dan jumlahnya beraneka ragam macam. Tiap makhluk hidup mempunyai fungsi dan peran

masing-masing. Tiap makhluk hidup tidak dapat hidup dengan berkembang terus sehingga mendesak keberadaan makhluk hidup lainnya, oleh karena itu ada yang mengontrol atau yang memangsanya. Dengan keanekaragaman jenis makhluk hidup, secara alamiah, membutuhkan yang lainnya.

2) Asas kerja sama

Terwujudnya keseimbangan alamiah dalam suatu ekosistem merupakan hasil adaptasi makhluk-makhluk hidup dengan sesamanya dan dengan lingkungannya. Di antara tumbuh-tumbuhan dengan sesamanya, diantara tumbuh-tumbuhan dengan binatang, di antara binatang dengan binatang atau diantara binatang dengan manusia, terjalin hubungan kerja sama yang saling menguntungkan dan dapat menunjang keseimbangan dan kestabilan.

3) Asas persaingan

Selain ada kerja sama, dalam ekosistem ada persaingan. Asas persaingan berfungsi mengontrol pertumbuhan suatu komponen yang terlalu pesat, yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Dalam persaingan terjadi proses seleksi, dimana komponen yang serasi akan menciptakan keseimbangan dalam batas tertentu. Secara alamiah, bakteri, hama dan binatang pengganggu merupakan proses persaingan dalam menciptakan kestabilan dalam ekosistem.

4) Asas interaksi Pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup Dalam ekosistem terjadi karena adanya hubungan timbal arah antara makhluk hidup dengan sesamanya dan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Makhluk hidup di samping mempengaruhi perkembangan dan kualitas lingkungan, juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Tanpa adanya interaksi, suatu makhluk hidup disatu pihak dan lingkungan dipihak lain akan ada terdesak, sehingga akan timbul ketimpangan dan keguncangan, yang pada akhirnya akan terjadi kehancuran.

5) Asas kesinambungan

Makhluk yang beranekaragam yang menjalani proses kerja sama, persaingan dan adanya interaksi di antara makhluk hidup serta lingkungannya berlangsung secara terus menerus. Dengan kata lain, hubungan-hubungan tersebut harus berlangsung secara konsisten dan kontiniu. Apabila terputusnya jalinan kehidupan, akan terjadi keguncangan yang dapat menimbulkan kehancuran (Gatot, 2004: 4-7) Dengan terpenuhinya asas-asas tersebut diatas, dapat terciptanya suatu ekosistem yang stabil dan dinamis. Kestabilan ekosistem mewujudkan kehidupan yang selaras dan serasi, sehingga fungsi dan peranan makhluk ciptaan Allah berjalan sesuai dengan kodrat dan ketentuan yang telah ditetapkan-Nya.

b. Kiat-kiat untuk menjaga lingkungan 1) Pola hidup sederhana

Pola hidup sederhana telah dapat diartikan sebagai pola hidup yang wajar dan selaras dengan lingkungannya dengan menggunakan sumberdaya secara halal dan sah, hemat tidak mencemarkan lingkungan hidup dan dengan daya guna yang tinggi. Wajar dan selaras merupakan kriteria yang subyektif tetapi halal menurut agama, sah menurut undang-undang atau peraturan, hemat tidak mencemarkan dan berdaya guna tinggi dapat diukur secara obyekif. (Sastrawijaya, 2000:12)

Dengan demikian dapat dengan lebih jelas menunjuk manakah pola hidup sederhana dan manakah pola hidup mewah. Tinggal mana yang akan dipilih dalam menjalankan kehidupan di lingkungan setempat tanpa meninggalkan pertimbangan kelangsungan hidup dimasa yang akan datang dan juga menggunakan norma-norma agama yang berlaku.

2) Menanamkan perilaku disiplin

Kata disiplin memang mudah diucapkan, namun sringkali sulit untuk dilaksanakan karena perilaku disiplin belum tertanam dengan baik pada semua orang. Seringkali penyelewengan dalam menjaga lingkungannya hal itu ditandai dengan membuang sampah sembarangan, pembakaran hutan dan sebagainya.

Begitupula halnya dengan masalah keselamatan dan kesehatan lingkungan. Seringkali terjadi pencemaran lingkungan karena tidak disiplinnya petugas yang menangani kegiatan industri dan teknologi. Pembuangan limbah dari pabrik atau tempat kerja tanpa terlebih dahulu melalui proses pengolahan limbah seringkali dijumpai sebagai kasus utama penyebab terjadinya pencemaran lingkungan. Sudah menjadi tanggung jawab manusia untuk menanamkan perilaku disiplin sejak dini dalam menjaga dan menjamin lingkungan hidupnya (Wardhana, 2004:105) c. Fungsi lingkungan hidup

Lingkungan hidup merupakan bagian yang mutlak dari kehidupan manusia. Dengan kata lain, lingkungan hidup tidak terlepas dari kehidupan manusia. Manusia mencari makan dan minum serta memenuhi kebutuhan lainnya dari ketersediaan atau sumber-sumber yang diberikan oleh lingkungan hidup dan kekayaan alam sebagai sumber pertama dan terpenting bagi pemenuhan berbagai kebutuhannya. Manusia makan daging hewan, yang juga merupakan bagian dari lingkungan. Dari lingkungan hidupnya, manusia memanfaatkan bagian-bagian lingkungan hidup seperti hewan-hewan, tumbuhtumbuhan, air, udara, sinar matahari, garam, kayu, barang-barang tambang dan lain sebagainya untuk keperluan hidupnya. Tetapi tidak hanya manusia yang hidup seperti itu.

Makhluk hidup yang lain seperti hewan dan binatangbinatang mikroba serta tumbuh-tumbuhan, juga bisa hidup karena lingkungan hidupnya. Burung mencari makanan dari sumber-sumber yang tersedia dari

lingkungannya, yakni ulat, cacing, air, biji-bijian. Cacing bisa hidup dan berkembang biak dari tanah dan binatang-binatang yang membusuk. Tumbuhtumbuhan dapat hidup karena air, udara, humus, zat-zat hara dan sebagainya.Siahaan, 2004:3)

Dari lingkungan hidup, manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan bisa memperoleh daya atau tenaga. Manusia memperoleh kebutuhan pokok atau primer, kebutuhan sekunder atau bahkan memenuhi lebih dari kebutuhannya sendiri berupa hasrat atau keinginan. Atas dasar lingkungan hidupnya pulalah manusia dapat berkreasi dan mengembangkan bakat atau seni. Adanya sepeda, mobil, rumah, gedung bertingkat, candi borobudur, menara pisa, kota Jakarta, kota Roma dan sebagainya adalah hasil dan kreasi seni umat manusia yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa manusia dan makhluk lainnya tidak bisa hidup dalam kesendirian. Bagian-bagian atau komponen-komponen lain, mutlak harus ada untuk mendampingi dan meneruskan kehidupan atau eksistensinya.(Siahaan, 2004:4)

d. Macam-macam lingkungan

Sejak anak lahir di dunia, anak secara langsung berhadapan dengan lingkungan yang ada di sekitarnya. Lingkungan yang dihadapi anak, pada pokoknya dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1) Lingkungan Fisik

Yaitu lingkungan yang berupa alam di sekitar kita yang meliputi tumbuh-tumbuhan, hewan, keadaan tanah, keadaan musim, rumah,

jenis makanan, benda gas, cair, padat dan lain-lain. Lingkungan alam yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula kepada individu. Misalanya: daerah pengunungan akan memberikan pengaruh yang lain bila dibandingkan dengan daerah pantai. Begitupun dengan daerah yang mempunyai musim dingin akan memberikan pengaruh yang berbeda dengan daerah yang mempunyai musim panas.

2) Lingkungan Sosial

Yaitu lingkungan masyarakat yang di dalamnya terdapat interaksi individu satu dengan individu lain. Keadaan masyarakat pun akan memberikan pengaruh tertentu terhadap perkembangan individu. Lingkungan sosial ini biasanya dibedakan.

3) Lingkungan Sosial Primer

Yaitu lingkungan sosial di mana terdapat hubungan yang erat antara anggota satu dengan anggota lain, anggota satu saling kenal mengenal dengan baik dengan anggota lain.

4) Lingkungan Sosial Sekunder

Yaitu lingkungan sosial yang berhubungan anggota satu dengan anggota lain agak longgar.

5) Lingkungan Budaya

Yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh manusia, baik yang berupa kebendaan maupun yang spiritual, misalnya masjid, gereja, sekolah, ilmu pengetahuan, nilai-nilai dan sebagainya.

Tylor mengemukakan bahwa, “Lingkungan kebudayaan

merupakan keseluruhan yang kompleks, yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan

dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat”.

Di dalam keluarga akan di temukan buku bacaan, buku ilmu pengetahuan dan dapat ditemukan pula benda-benda seni seperti hiasan dinding yang semuanya itu dapat mempengaruhi jiwa anak, baik karena dari melihat orang-orang dewasa di sekitarnya memanfaatkan benda-benda itu, maupun dari benda-benda itu sendiri. (https:// hettyherawati2704. wordpress.com/2012/01/28/upaya-stategi-dalam-pengelolaan-lingkungan-hidup/ diakses pada tanggal 07/02/2018 pukul 09:39)

e. Masalah lingkungan

Berbicara masalah lingkungan tidak terlepas dari pada kesehatan. Dewasa ini kita tidak menyadari bahwa masalah lingkungan sangat erat kaitannya dengan kesehatan. Para pakar ilmuan di bidang kesehatan khususnya para dokter sering menjumpai manusia yang mereka sembuhkan,rata-rata karena masalah kesehatan yang tidak memadai disebabkan oleh lingkungan yang tak sehat mereka diami. Di negara-negara maju/Industri khususnya di Indonesia,sering kita menjumpai banyaknya sampah-sampah yang berserakan dimana-mana. Sampah adalah hal sangat dominan di Indonesia ini belum teratasi dengan baik,ini

disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat dan kurangnya perhatian pemerintah menangani masalah sampah itu sendiri.

Setiap hari kita menjumpai sampah bahkan di sisi jalan hingga di aliran sungai tempat pemukiman masyarakat berada. Masalah sampah yang bertumpuk di aliran sungai sehingga arus sungai tak mengalir dan menyebabkan genangan air yang dapat mengundang berbagai penyakit seperti malaria, diare, kolera, penyakit kulit dan lain-lain.

Belum lagi masalah polusi udara disebabkan banyaknya kendaraan setiap harinya,pabrik-pabrik industri yang beroperasi,inilah yang menyebabkan kesehatan kita terganggu. Udara yang kita hirup telah tercemar oleh adanya asap dari mesin-mesin kendaraan dan mesin-mesin industri setiap harinya hingga mengendap diparu-paru kita. Inilah beberapa contoh yang sering kita jumpai disekitar kita atau dilingkungan kita dan masih ada banyak lagi yang sangat mengganggu untuk kesehatan dilingkungan kita tinggal.

Masalah lingkungan adalah aspek negatif dari aktivitas manusia terhadap lingkungan biofisik. Environmentalisme, sebuah gerakan sosialdan lingkungan yang dimulai di tahun 1960, fokus pada penempatan masalah lingkungan melalui advokasi, edukasi, dan aktivisme.

Masalah lingkungan terbaru saat ini yang mendominasi mencakup perubahan iklim, polusi, dan hilangnya sumber daya alam. Gerakan konservasi mengusahakan proteksi terhadap spesies terancam dan

proteksi terhadap habitat alami yang bernilai secara ekologis. Untuk lebih jelasnya, lihat daftar masalah lingkungan

Tingkat pemahaman terhadap bumi saat ini telah meningkat melalui sains terutama aplikasi dari metode sains. Sains lingkungan saat ini adalah studi akademik multidisipliner yang diajarkan dan menjadi bahan penelitian di berbagai universitas di seluruh dunia. Hal ini berguna sebagai basis mengenai masalah lingkungan. Sejumlah besar data telah dikumpulkan dan dilaporkan dalam publikasi pernyataan lingkungan. (https://hettyherawati2704.wordpress.com/2012/01/28/upaya-stategi-dalam-pengelolaan-lingkungan-hidup/ diakses pada tanggal 07/09/2018 pukul 10:16)

3. Kehidupan Santri Di Pesantren a. Pengertian Pesantren

Pengertian pondok pesantren terdapat berbagai variasi, antara lain: Secara etimologis, pondok pesantren adalah gabungan dari pondok dan pesantren. Pondok, berasal dari bahasa Arab funduk yang berarti hotel, yang dalam pesantren Indonesia lebih disamakan dengan lingkungan padepokan yang dipetak-petak dalam bentuk kamar sebagai asrama bagi para santri. Sedangkan pesatren merupakan gabungan dari kata pe-santri-an yang berarti tempat santri. (Nasir, 2005:80) Sehingga dapat disimpulkan bahwa pondok pesantren adalah tempat atau asrama bagi santri yang mempelajari agama dari seorang Kyai atau Syaikh

Pesantren adalah suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen (Malik dkk, 2007:8). Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan islam yang dilaksanakan dengan sistem asrama pondok, kiai dan masjid atau musholla sebagai pusat lembaganya (Haryanto, 2012:39).

Menurut Mujamil pesantren adalah suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen

(Mujamil, 2002:2). Sedangkan menurut A‟la pesantren merupakan

institusi keagamaan yang tidak mungkin bisa dilepaskan dari masyarakat dan tumbuh dan berkembang dari dan untuk masyarakat

dengan memosisikan dirinya sebagai bagian masyarakat (A‟la,

2006:2).

Dengan kata lain, Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (komplek) di mana santri – santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari leadership seseorang atau beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharismatik serta independen dalam segala hal. Menurut lembaga Research Islam, pesantren adalah “suatu tempat yang tersedia untuk

sekaligus tempat berkumpul dan tempat tinggalnya”. Atau dapat juga

difahami Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang tumbuh ditengah masyarakat dengan ciri, santri (murid) diasramakan dalam proses mencari dan mendalami ilmu agama dibawah asuhan dan bimbingan Kyai dan ustad yang berkharisma.

Dalam ajaran Islam yang telah dipelajari di pesantren dalam pembelajaran tentang keislaman bahwa hukummenjaga lingkungan sama halnya cinta kepada Allah sebagaimana telah dijelaskan dalam QS. Ar-Rum ayat 41-42 yang berbunyi sebagai berikut :

Artinya :

Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (41) Katakanlah (muhammad),

“Barang siapa di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang -orang dahulu kebanyakan dari mereka adalah -orang--orang yang

mensekutukan (Allah)”. (42)

Dari ayat di atas dapat dijelaskan bahwa Allah SWT menciptakan alam semesta dan segala isinya adalah untuk dimanfaatkan oleh manusia demi kesejahteraan hidup dan

kemakmurannya. Manusia diangkat sebagai khalifah di bumi yang diamanati agar menjaga kelestarian alam jangan sampai rusak. Manusia diperbolehkan menggali kekayaan alam, mengolahnya, dan memanfaatkan sebagai bekal beribadah kepada Allah dan beramal soleh. Namun kenyataannya karena manusia mempunyai sifat tamak, rakus, (yang berlebihan) sehingga penggalian alam itu tak terkendalikan yang berdampak menjadi bencana alam, seperti tanah longsor, banjir, alam menjadi tandus, kekeringan, alam menjadi gersang, dan udara tercemar dan lain sebagainya. Kerusakan alam itu akan berakibat pula kesengsaraan pada diri manusia itu sendiri.

Dalam kaitannya didalam lingkungan pondok pesantren, yang mana pondok pesantren adalah tempat belajar tempat menuntut ilmu untuk menjalankan kehidupan sekarang dan yang akan datang maka para santri wajib mengerti tentang lingkungan. Bukan hanya mengerti untuk memanfaatkannya tetapi mengerti pula untu menjaganya. Oleh karena itu di pondok pesantren Nurul Asna telah diajarkan bagaimana cara menjaga lingkungan dengan baik, khususnya yang bermanfaat untuk diri sendiri kemudian bermanfaat untuk orang lain.

b. Karakter Pesantren

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan mempunyai karakteristik yang sangat kompleks. Ciri-ciri secara umum ditandai dengan adanya:

2) Santri, yang belajar dari kyai

3) Asrama, sebagai tempat tinggal para santri dimana Masjid sebagai pusatnya

4) Adanya pendidikan dan pengajaran agama melalui sistem pengajian (weton, sorogan, dan bandongan), yang sekarang sebagian sudah berkembang dengan sistem klasikal atau

madrasah. (Nafi‟ dkk, 2007:49)

Adapun karakter pondok pesantren Nurul Asna sebagai berikut : 1) Kiyai, Pemilik pondok Pesantren Nurul Asna

2) Santri, terdapat santriwan dan santriwati yang semuanya kuliah di IAIN Salatiga.

3) Asrama, memiliki 5 gedung ( 2 gedung di pondok putra dan 3 gedung di pondok putri)

4) 3 kolam ikan, yang berfungsi sebagai penunjang kesejukan udara dan menjadi hiburan dalam sehari-hari

5) 2 halaman, yang dijadikan sebagai tempat parkir dan juga ditanami buah jambu sebagai penghijauan pondok dan dapat dimanfaatkan buahnya.

6) 4 lokasi jemuran, tiap-tiap santri putri menjemur pakaian di depan

Dokumen terkait