• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Pengertian Bank

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat (UU No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 1 angka 2).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan, bank berdasarkan sistem operasionalnya dibedakan atas dua jenis, antara lain:

1. Bank Konvensional

Bank Konvensional adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional yang terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat.

Adapun prinsip konvensional yang digunakan bank konvensional menggunakan dua metode, yaitu9 :

a. Menetapkan bunga sebagai harga modal, baik untuk produk simpanan seperti tabungan, deposito berjangka, maupun produk pinjaman (kredit).

9

13

b. Untuk jasa-jasa bank lainnya, pihak bank menggunakan atau menerapkan berbagai biaya dalam nominal tertentu yang disebut fee based.

2. Bank Syariah

Di dalam UU No 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah yang terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Dalam khasanah internasional bank syariah sering disebut juga dengan

Islamic Banking.

Islamic Banking adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada dalam ajaran Islam, berfungsi sebagai badan usaha yang menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat, atau sebagai perantara keuangan. Prinsip Islam yang dimaksud adalah perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank, pihak lain untuk penyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha.10 B. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

Dari segi kelembagaan dan kegiatan usaha yang membedakan antara bank konvensional dan bank syariah adalah cara dan proses melakukan usahanya, yaitu bank konvensional melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip hukum secara konvensional yang pendapatannya berdasarkan sistem bunga (interest), sedangkan bank

10

Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi.(Jakarta:Bumi Aksara, 2010), h. 31.

14

syariah melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah tidak mengenal bunga yang pada dasarnya berdasarkan sistem bagi hasil (profit and loss sharing).

Perbedaan antara bunga dan bagi hasil adalah sebagai berikut11 : Tabel 2.1 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil

Bunga Bagi Hasil

Penetapan bunga dibuat pada waktu perjanjian dengan asumsi harus selalu untung

Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi

Besarnya presentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan

Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan (pendapatan) yang diperoleh

Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi

Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak

Jumlah pembayaran bunga tidak

meningkat sekalipun jumlah

keuntungan berlipat

Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan

Masih banyak perbedaan pendapat tentang bunga oleh semua agama, termasuk Islam

Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.

Adapun perbedaan yang mendasar antara bank syariah dan bankkonvensional adalah sebagai berikut12 :

11

Safii Antonio, Muhammad, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta:Gema Insani, 2001), h. 61.

12

15

Tabel 2.2 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

Kriteria Bank Syariah Bank Konvensional

Fungsi dan

kegiatan Bank

Intermediary unit, Manajer Investasi, Investor, Sosial, Jasa Keuangan

Intermediary unit, Jasa keuangan

Mekanisme dan Objek usaha

Tidak ada spekulasi (Maisir), ketidakjelasan (Gharar), dan Riba.

Adanya spekulasi (Maisir), ketidakjelasan (Gharar), dan riba.

Landasan Operasional

1. Tidak bebas nilai

(berdasarkan prinsip syariah islam) 2. Uang sebagai alat tukar bukan

komoditi

3. Bunga dalam berbagai

bentuknya dilarang.

1. Bebas nilai (berdasarkan prinsip materialistis)

2. Uang sebagai komoditi yang dipertahankan

3. Bunga sebagai instumen imbalan terhadap pemilik uang yang ditetapkan dimuka.

Hubungan dengan nasabah

Kemitraan Pinjam meminjam

Dasar Hukum 1. Alquran dan sunnah rasul 2. Pendapat empat mazhab

(Imam Maliki, Imam Syafi’i, Imam, Imam Hanafi dan Imam Hambali)

3. Fatwa Dewan Syariah Nasional. 4. Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

5. Peraturan Bank Indonesia.

1. Undang-undang No. 10

Tahun 1998 Tentang

Perbankan.

16

Risiko usaha 1. Dihadapi bersama antara bank dengan nasabah dengan prinsip keadilan dan kejujuran

2. Tidakmengenal kemungkinan terjadinya tingkat suku bunga lebih rendah daripada tingkat suku bunga tabungan (Negative Spread) karena sistem yang digunakan.

1. Risiko bank tidak terkait langsung dengan debitur dan sebaliknya

2. Kemungkinanterjadi tingkat suku bunga lebih rendah daripada tingkat suku bunga tabungan (NegativeSpread) antara pendapatan bunga dan beban bunga

Sistem pengawasan

Adanya dewan pengawas syariah untuk memastikan operasional bank tidak menyimpang dari syariah disamping tuntutan moralitas pengelola bank dan nasabah sesuai dengan akhlakul karimah

Aspek moralitas seringkali terlanggar karena tidak adanya nilai-nilai religius operasional.

C. Fungsi Bank Syariah

Secara garis besar fungsi dari bank syariah antara lain adalah sebagai berikut13:

1. Manajer Investasi

Salah satu fungsi bank yang utama adalah sebagai manajer investasi, dimana bank syariah merupakan manajer investasi dari pemilik dana yang dihimpun, karena besar kecilnya pendapatan (bagi hasil) yang diterima sangat tergantung pada keahlian, kehati-hatian, dan profesionalisme dari bank syariah. Penyaluran dana yang

13

Sofyan S. Harahap, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah (Jakarta: LPFE Usakti, 2006), h. 5.

17

dilakukan oleh bank syariah diharapkan mendapatkan hasil yang mempunyai implikasi langsung kepada pemilik dana.

2. Investor

Bank syariah menginvestasikan dana dengan jenis investasi yang sesuai dengan syariah. Investasi tersebut berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah dan Musyarakah), berdasarkan prinsip jual beli (Murabahah, Salam, dan Istishna), berdasarkan prinsip sewa-menyewa (Ijarah), dan berdasarkan prinsip pinjaman (Qardh).

3. Jasa Keuangan

Bank syariah menjalankan fungsi sebagai pemberi jasa keuangan, yaitu memberi jasa kliring, transfer, inkaso, pembayaran gaji, jasa untuk memperoleh imbalan atas dasar sewa, dan sebagainya denganprinsip syariah.

4. Fungsi Sosial

Konsep perbankan syariah mengharuskan bank-bank Islam memberikan pelayanan sosial apakah melalui danapinjaman (Qardh) atau zakat, dana sumbangan, dan memberikan kontribusi bagi kesejahteraan sosial sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

Dalam menjalankan kegiatan usahanya bank syariah harus menghindari beberapa hal, yaitu14:

1. Menjauhkan diri dari unsur riba, caranya :

14

Muhammad, Bank Syariah Problem dan Proses Perkembangan di Indonesia

18

a. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka secara pasti keberhasilan suatu usaha.

b. Menghindari penggunaan sistem persentase untuk pembebanan biaya terhadap hutang atau pemberian imbalan terhadap simpanan.

c. Menghindari penggunaan sistem perdagangan/penyewaan barang ribawi dengan imbalan barang ribawi lainnya.

d. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka tambahan atas hutang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai hutang secara sukarela.

2. Menerapkan sistem bagi hasil dan perdagangan.

Dengan mengacu pada Al-Quran Surat Al Baqarah ayat 275 dan An Nisa ayat 29, maka setiap transaksi kelembagaan syariah harus dilandasi atas dasar sistem bagi hasil dan perdagangan atau transaksinya didasari oleh adanya pertukaran antara uang dengan barang.

D. Produk Bank Syariah

Produk - produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah terbagi tiga bagian, yaitu produk penyaluran dana (Financing), produk penghimpun dana (Funding), dan produk jasa (Service).15

1. Penghimpunan Dana (Funding)

15

Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta:Rajawali, 2006), h. 97.

19

Pada dasarnya, dilihat dari sumbernya, dana bank syariah terdiri atas:

a. Modal

Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner). Dana modal dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah, perlengkapan, dan sebagainya yang secara tidak langsung menghasilkan (fixed asset/non earning asset). Selain itu, modal juga dapat digunakan untuk hal-hal yang produktif, yaitu disalurkan menjadi pembiayaan. Mekanisme penyertaan modal pemegang saham dalam perbankan syariah dapat dilakukan melalui

musyarakah fi sahm asy-syarikah atau atau equity participation pada saham perseroan bank.

b. Titipan (Wadi’ah)

Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam memobilisasi dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan. Akad yang sesuai dengan prinsip ini ialah

al-wadi’ah. Dalam prinsip ini, bank menerima titipan dari nasabah dan bertanggung jawab penuh atas titipan tersebut. Nasabah sebagai penitip berhak untuk mengambil setiap saat, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

20

Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah

mudharabah yang mempunyai tujuan kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dana

(mudharib), dalam hal ini adalah bank. Pemilik dana sebagai deposan di bank syariah berperan sebagai investor murni yang menanggung aspek sharing risk dan return dari bank.

2. Penyaluran Dana (Financing)

Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan tiga model, yaitu:

a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli. Prinsip jual beli dikembangkan dalam bentuk pembiayaan murabahah, salam, dan istishna’.

b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa (Ijarah). Transaksi

ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada obyek transaksinya yang berupa jasa.

c. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil

21

yangdioperasionalkan dengan pola-pola musyarakah dan

mudharabah.

3. Jasa Layanan Perbankan, yang dioperasionalkan dengan pola pemindahan hutang (Hiwalah), gadai (Rahn), pinjaman (Qardh),

pemberian kuasa/perwalian (Wakalah), dan jaminan (Kafalah). E. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Rasio Kecukupan Modal/Capital Adequacy Ratio adalah modal berbanding aktiva atau rasio kecukupan modal minimum. Modal merupakan aspek penting bagi suatu unit bisnis bank. Hal itu dikarenakan beroperasi atau tidaknya dan dipercaya atau tidaknya suatu bank salah satunya dipengaruhi oleh kondisi kecukupan modal. Dalam kaitannya dengan fungsi dari modal bank, Brenton C. Leavitt menekankan ada 4 hal, yaitu16 :

1. Untuk melindungi deposan yang tidak diasuransikan, pada saat bank likuidasi.

2. Untuk menyerap kerugian yang tidak diharapkan guna menjaga kepercayaan masyarakat bahwa bank dapat terus beroperasi. 3. Untuk memperoleh sarana fisik dan kebutuhan dasar lainnya yang

diperlukan untuk menawarkan pelayanan bank.

4. Sebagai alat pelaksanaan peraturan pengendalian ekspansi aktiva yang tidak tepat.

16

Muhammad, Bank Syariah Problem dan Proses Perkembangan di Indonesia

22

Kecukupan modal berkaitan dengan penyediaan modal sendiri yang diperlukan untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul dari pergerakan aktiva bank yang pada dasarnya sebagian besar dana berasal dari dana pihak ketiga atau masyarakat. Tingginya rasio modal dapat melindungi deposan, dan memberikan dampak meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada bank, yang pada akhirnya dapat meningkatkan ROA.

Pembentukan dan peningkatan peranan aktiva bank sebagai penghasil keuntungan harus memperhatikan kepentingan pihak-pihak ketiga sebagai pemasok modal bank. Dengan demikian bank harusmenyediakan modal minimum yang cukup untuk menjamin kepentingan pihak ketiga.17

CAR dihitung dengan cara membandingkan antara modal bank dan total Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Pengertian modal disini meliputi modal inti dan modal pelengkap. Komponen modal inti bank terdiri atas modal disetor, cadangan umum, laba tahun lalu dan laba tahun berjalan.18 Perhitungan CAR dapat dirumuskan sebagai berikut19:

CAR =

Rasio ini memisahkan kelompok modal menjadi modal inti dan modal pelengkap. Modal inti terdiri dari modal disetor dan cadangan

17

Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank (Jakarta : Bumi Aksara,

2000), h. 162.

18

Moh. Ramli Faud dan M. Rustan D.M, Akuntansi Perbankan (Petunjuk Praktis Operasional Bank) (Yogyakarta:Graha Ilmu, 2005), h. 37.

19

23

tambahan modal. Cadangan tambahan modal terdiri dari agio (disagio), modal sumbangan, cadangan umum modal, cadangan tujuan modal, laba (rugi) tahun-tahun lalu setelah diperhitungkan pajak, laba (rugi) tahun berjalan setelah diperhitungkan taksiran pajak (50%), selisih lebih (kurang) penjabaran laporan keuangan kantor cabang luar negeri, dana setoran modal dan penurunan nilai penyertaan pada portofolio yang tersedia untuk dijual.

Sedangkan modal pelengkap terdiri dari cadangan revaluasi aktiva tetap, cadangan umum PPAP (maksimal 1,25% dari ATMR), modal pinjaman, pinjaman subordinasi (maksimal 50% dari modal inti) dan peningkatan nilai penyertaan pada portofolio yang tersedia untuk dijual setinggi-tingginya sebesar 45%.20

F. Financing To Deposit Ratio (FDR)

Rasio Pembiayaan/Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. FDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank membayar kembali penarikan dana yang dilakukan pihak ketiga dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

Artinya seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaandeposan

20

24

yang ingin menarik kembali uangnya yang digunakan oleh bank untuk memberikan kredit.21

Secara regulasi, dilihat dari surat edaran Nomor 10/40/DPM tanggal 17 November 2008 perihal perubahan atas surat edaran Nomor 10/16/DPM tanggal 31 Maret 2008 perihal Tata Cara Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Melalui Lelang Besarnya, menetapkan Bank Umum syariah yang dapat mengikuti lelang SBIS jika memiliki FDR > 80%.

Selain itu, menurut Asosiasi Perbankan Syariah Indonesia (Asbisindo), idealnya bank syariah memiliki FDR 80% - 90%. Batas toleransi FDR perbankan syariah sekitar 90%, hal ini dimaksudkan agar likuiditas bank syariah tetap terjaga. FDR perbankan syariah yang tinggi (diatas 100%) akan menjadi ancaman serius bagi likuiditas bank syariah itu sendiri. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/27/DPM 1 Desember 2011, rumus untuk menghitung FDR sebagai berikut:

FDR =

Keterangan:

FDR = Financing to Deposit Ratio

TP = Total Pembiayaan

TDPK = Total Dana Pihak Ketiga

21

Lukman Dendawijaya. Manajemen Perbankan (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), h. 116.

25

Total pembiayaan adalah keseluruhan pembiayaan (kredit) yang diberikan kepada pihak ketiga, tidak termasuk pembiayaan (kredit) kepada bank lain. Total penghimpunan dana masyarakat adalah total dana yang berhasil dikumpulkan oleh bank dari masyarakat yang berupa tabungan, giro dan deposito (tidak termasuk giro dan deposito antar bank)

G. Non Performing Financing (NPF)

Rasio Pembiayaan Bermasalah/Non Performing Financingadalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang ada dapat dipenuhi dengan aktiva produktif yang dimiliki oleh suatu bank.22

Dalam laporan keuangan NPF terbagi menjadi dua yaitu NPF Gross dan NPF Nett. NPF Gross ialah pembiayaan bermasalah sebelum dikurangi dengan Penyisihan Penghapusan Aktiva bersangkutan (PPA) sedangkan NPF Nett ialah pembiayaan bermasalah yang telah dikurangi oleh PPA yang sudah dibentuk atau ditetapkan.

Pembiayaan dalam hal ini adalah pembiayaan yang diberikan kepada pihak ketiga dan tidak termasuk pembiayaan kepada bank lain yang dihitung berdasarkan nilai tercatat dalam neraca per posisi tidak disetahunkan.Sedangkanpembiayaan bermasalah adalah pembiayaan dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet yang dihitung berdasarkan nilai tercatat dalam neraca per posisi tidak disetahunkan.

22

Teguh Pudjo Mulyono, Analisis Laporan Keuangan Perbankan (Jakarta:Djambatan, 2000), h. 56.

26

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/11/DPNP tanggal 31 Maret 2010 Rasio NPF dihitung dengan rumus sebagai berikut:

NPF = x 100 Keterangan:

NPF = Non Performing Financing

PMB = Pembiayaan bermasalah (KL, D, M ) TPM = Total Pembiayaan

Pembiayaan bermasalah tersebut, dari segi produktivitasnya (performance-nya), yaitu dalam kiatannya dengan kemampuan menghasilkan laba bagi bank sudah berkurang atau menurun dan mungkin sudah tidak ada lagi. Bahkan dari sisi bank, sudah tentu mengurangi pendapatan dan memperbesar biaya pencadangan, yaitu Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA). Sedangkan dari sisi nasional, mengurangi kontribusinya terhadap pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Pembentukan cadangan umum PPA untuk Aktiva Produktifyang digolongkan lancar. Pembentukan cadangan khusus PPA ditetapkan paling rendah sebesar:

a. 5% (lima persen) dari Aktiva Produktif yang digolongkan Dalam Perhatian Khusus setelah dikurangi agunan;

b. 15% (lima belas persen) dari Aktiva Produktif dan Aktiva Non Produktif yang digolongkan Kurang Lancar setelah dikurangi nilai agunan;

27

c. 50% (lima puluh persen) dari Aktiva Produktif dan Aktiva Non Produktif yang digolongkan Diragukan setelah dikurangi nilai agunan;atau

d. 100% (seratus persen) dari Aktiva Produktif dan Aktiva Non Produktif yang digolongkan macet setelah dikurangi nilai agunan.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/11/DPNP tanggal 31 Maret tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, semakin tinggi nilai NPF (di atas 5%) maka bank tersebut tidak sehat. Jadi apabila nilai NPF masih di bawah 5%, maka bank masih dianggap sehat.

H. Profitabilitas Bank Syariah

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu dengan toal aktiva atau modal yang dimilikinya. Tingkat Asset Keseluruhan/Return on Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang penting bagi bank karena digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan untuk menghasilkan laba dengan memanfaatkan total aktivanya.23

Penggunaan ROA pada penelitian ini karena dapat dilihat dari bagaimana kemampuan bank dalam memperoleh laba dengan asset yang dimilikinya. Rasio ROAakan menunjukan baik tidaknya pengelolaan

23

28

kredit/pembiayaan yang dilakukan oleh bank, dilihat dari laba yang diperoleh pada akhir periode.

Bank Indonesia menilai kondisi profitabilitas perbankan di Indonesia didasarkan pada dua indikator yaitu ROA atau tingkat pengembalian asset dan Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Suatu bank dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi sehat apabila:

1. Rasio tingkat pengembalian atau ROA mencapai sekurang-kurangnya 1,2%.

2. Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional tidak melebihi 93,5%.

ROA adalah salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. ROA sangat penting, karena rasio ini mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset produktif yang dananya sebagian besar berasal dari Dana Pihak Ketiga (DPK).

Semakin besar ROA suatu bank maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut, dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/11/DPNP tanggal 31 Maret 2010 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan prinsip Syariah, rumus yang digunakan untuk mencari ROA adalah sebagai berikut24 :

24

29

ROA = x 100 Keterangan :

ROA =Return on Asset

LSP =Laba Sebelum Pajak TA = Total Aset

Tujuan analisis profitabilitas sebuah bank adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Semakin tinggi return semakin baik, berarti dividen yang dibagikan atau ditanamkan kembali sebagai retained earning juga semakin besar.25

I. Review Studi Terdahulu

Penelitian mengenai pengaruh CAR, FDR dan NPF terhadap profitabilitas bank syariah telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain:

1. Penelitian Rahim, dkk (2008), dalam jurnal yang berjudul Analisa Efisiensi Operasional terhadap Profitabilitas pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah menunjukkan bahwa pada Bank Umum Syariah CAR berpengaruh positif terhadap ROA, BOPO dan NPF berpengaruh negatif terhadap ROA dan FDR tidak berpengaruh terhadap ROA.

2. Penelitian Aulia Fuad Rahman dan Ridha Rochmanika (2012), dalam jurnal yang berjudul Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi hasil dan Rasio Non Performing

25

Kuncoro, dkk, Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi. (Yogyakarta: BPFE UGM, 2002) h. 551.

30

Financingterhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia, menunjukan bahwa NPF secara parsial berpengaruh positif terhadap ROA.

3. Penelitian Muh.Sabir,dkk. (2012) dalam jurnal yang berjudul Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia (2012), menunjukkan bahwa FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, CAR dan NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.

4. Penelitian Dhian Dayinta Pratiwi (2012), dalam jurnal yang berjudul Pengaruh CAR, BOPO, NPF dan FDR terhadap Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah, menunjukkan bahwa CAR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA, FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, dan NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah objek dan sampel penelitian yaitu CAR, FDR, NPF dan ROA pada PT Bank Mega Syariah. Perbedaan dalam hal periode waktu dan data yang digunakan. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan triwulan, dimulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2013 dan menggunakan data Z-score sebagai data tambahan untuk memperakurat hasil penelitian.

31

BAB III

Dokumen terkait