• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

III.2 Landasan Teori

II.2.1 Kelompok Tani

Pada dasarnya pengertian kelompok tani tidak bisa dilepaskan dari pengertian kelompok itu sendiri. Menurut Mulyana (2005), kelompok adalah sekumpulan

orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.

Departemen Pertanian RI memberi batasan bahwa kelompok tani adalah sekumpulan orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas petani dewasa pria dan wanita maupun petani taruna atau pemuda tani yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan kontak tani (Anonimous, 1980).

Dalam rangka pembangunan sub sektor pertanian, kelompok tani adalah sebagai berikut :

− Anggota pengurus kelompok tani pertanian, baik yang merupakan kegiatan proyek maupun kegiatan pembangunan swadaya.

− Merupakan pengorganisasian petani yang mengatur kerjasama dan pembagian tugas anggota maupun pengurus dalam kegiatan usahatani kelompok di hamparan kebun.

− Besaran kelompok tani disesuaikan dengan jenis usahatani dan kondisi di lapangan, dengan jumlah anggota berkisar 20-30 orang.

− Keanggotaan kelompok tani bersifat non formal (Anonimous, 2007).

Gabungan kelompok tani (Gapoktan) merupakan kumpulan dari beberapa kelompok tani yang beranggotakan produsen petani, yang dalam hal ini adalah petani sayur mayur. Petani biasanya memasarkan sayur dan buah kepada Gapoktan. Hal ini dikarenakan petani tidak memiliki kemampuan untuk menjalankan fungsi pemasaran seperti penjualan, pembelian, pengangkutan,

penyimpanan, pengolahan dan fungsi yang lainnya yang berhubungan dengan pemasaran. Petani juga tidak memiliki pengetahuan dan fasilitas yang diperlukan untuk berbagai hasil taninya dapat di jual ke pasar ekspor. Karena itu diperlukan lembaga pemasaran untuk menyalurkan komoditi dari sentra produksi ke tujuan ekspor.

II.2.2 Pemasaran

Pada dasarnya manajemen pemasaran merupakan suatu kegiatan menyangkut perencanaan pelaksanaan, peorganisasian, pengendalian atau pengawasan dari kegiatan pemasaran untuk membentuk atau memelihara keuntungan yang diperoleh, baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka waktu panjang. Karena perkembangan teknologi yang ada di masyarakat, maka pengertian “marketing”, atau pemasaran yang lebih populer adalah atas dasar sistem pertukaran, artinya memperoleh barang dan jasa dengan jalan membayar dengan alat tukar (uang, cek, dan sebagainya).

Sistem pertukaran barang dan jasa ini dapat berhasil dengan baik kalau didukung oleh faktor pendukungnya seperti transfortasi, perbankan, asuransi, peraturan-peraturan pemerintah, kelembagaan (pedagang, tengkulak, pengecer, eksportir, importir) dan sebagainya. Begitu pula hanya dengan faktor eksternalitas yang mempengaruhi sistem pertukaran barang dan jasa tersebut. Beberapa faktor yang sering ditemukan dan mampu mempengaruhi berubahnya sistem petukaran barang dan jasa tersebut adalah faktor “behavioral”, sosial, struktural, lingkungan, ekonomi, dan manajerial (Soekartawi, 2003).

Sebagai proses produksi yang komersial maka pemasaran pertanian merupakan syarat mutlak yang diperlukan dalam pembangunan pertanian yang memberikan nilai tambah yang dapat dianggap sebagai kegiatan produktif. Pemasaran pertanian adalah proses aliran komoditi yang disertai dengan perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu, guna tempat, dan guna bentuk yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran dengan melaksanakan satu atau lebih fungsi-fungsi pemasaran ( Sudiyono, 2004 ).

Dalam mendesain konsep pemasaan, peranan konsumen, masyarakat dan lingkungan perlu mendapatkan perhatian khusus. Paling ada tiga hal yang perlu di perhatikan dalam mendesain konsep pemasaran yaitu :

a. Identifikasi keinginan konsumen. Untuk mengetahuinya diperlukan penelitian yang cermat .

b. Identifikasi terhadap produk yang di pasarkan. Hal ini mendukung pengertian bahwa buat apa produk itu dipasarkan dan bukan sebaliknya membuat produk untuk di jual; dan

c. Identifikasi dan sekaligus menciptakan dan membina konsumen. Disinilah faktor dari konsep pemasaran yaitu tindakan untuk menciptakan dan membina langganan pada semua segmen yang ada. Oleh karena itu identifikasi konsumen ini perlu di ikuti dengan identifikasi segmen pasar, karena konsumen pada segmen pasar tertentu akan menentukan macam dan kualitas barang yang akan diminta. (Soekartawi, 2003)

Saluran pemasaran/ saluran distribusi terdiri dari seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan (fungsi) yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status kepemilikannya dari produsen ke konsumen (Kotler, 1995).

Istilah saluran (channel) adalah berasal dari bahasa latin canalis, yang berarti kanal. Suatu saluran pemasaran dapat dilihat sebagai suatu kanal yang besar atau saluran pipa yang di dalamnya mengalir sejumlah produk, kepemilikan, komunikasi, pembiayaan dan pembayaran, resiko yang menyertai mengalir ke pelanggan. Secara formal, suatu saluran pemasaran (juga disebut sebuah channel of distribution) merupakan suatu struktur bisnis dari organisasi yang saling

bergantung yang menjangkau dari titik awal suatu produk sampai ke pelanggan dengan tujuan konsumsi akhir (Lamb, C. dkk, 2001).

Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Menurut penguasaannya terhadap komoditi yang diperjualbelikan, lembaga pemasaran dapat dibedakan menjadi (3) tiga, yaitu : Pertama, lembaga yang tidak memiliki tapi menguasai benda, seperti agen perantara, makelar (broker, selling broker, dan buying broker). Kedua, lembaga yang memiliki dan menguasai komoditi-komoiti pertanian yang diperjualbelikan, seperti pedagang pengumpul, tengkulak, eksportir dan importir, dan ketiga, lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan menguasai komoditi-komoditi pertanian yang diperjualbelikan, seperti perusahaan-perusahaan penyediaan fasilitas-fasilitas transportasi.

Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

a. Tengkulak, yaitu lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan petani. Tengkulak ini melakukan transaksi dengan petani baik secara tunai, ijon maupun kontrak pembelian.

b. Pedagang besar, untuk meningkatkan efisiensi pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran, maka jumlah komoditi yang ada pada pedagang pengumpul ini harus dikonsentrasikan lagi oleh lembaga pemasran yang disebut dengan pedagang besar. Pedagang besar melakukan proses distribusi (penyebaran) ke agen penjualan ataupun pengecer.

c. Agen penjualan, produk pertanian yang belum ataupun sudah mengalami proses pengolahan ditingkat pedagang besar harus didistribusikan kepada agen penjualan ataupun pengecer.

d. Pengecer, lembaga yang berhadapan langsung dengan konsumen.

Dengan demikian, tingginya marjin pemasaran melalui lembaga kebijaksanaan pedagang perantara yang terlibat. Dilihat dari fungsinya, pedagang tersebut terlibat dalam pelaksanaan fungsi pemasaran baik fungsi pertukaran, fungsi fisik, maupun fungsi fasilitas. Dihadapkan dengan sifat produk pertanian yang “perishable” maka setelah produsen, perantara merupakan lembaga yang paling besar menganggung resiko, sehingga tidak mengherankan kalau selama ini untuk mengurangi kerugian, para perantara menekan pihak produsen dan konsumen (Ginting, 2006).

Fungsi-fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pemasaran bermacam-macam, pada prinsipnya terdapat tiga tipe pemasaran, yaitu 1) fungsi pertukaran (exchange function), 2) fungsi fisik (physical function) dan 3) fungsi penyediaan fasilitas (facilitating function).

Fungsi pertukaran dalam pemasran produk-produk pertanian meliputi kegiatan yang menyangkut pengalihan hal pemilikan dalam sistem pemasaran. Fungsi pertukaran ini terdiri dari fungsi penjualan dan pembelian. Fungsi fisik meliputi kegiatan-kegiatan yang secara langsung diberlakukan terhadap komoditi pertanian, sehingga komoditi-komoditi pertanian tersebut mengalami tambahan guna tempat dan guna waktu. Berdasarkan definisi fungsi fisik di atas, maka fungsi fisik ini meliputi pengangkutan dan penyimpanan. Fungsi penyediaan fasilitas, pada hakekatnya adalah untuk memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Fungsi penyediaan fasilitas merupakan usaha-usaha perbaikan sistem pemasaran untuk meningkatkan efisiensi operasional dan efisiensi penetapan harga. Fungsi penyediaan fasilitas ini meliputi standarisasi, penggunaan resiko, informasi harga, dan penyediaan dana (Sudiyono, 2004).

Untuk menanggulangi besarnya biaya-biaya, pedagang besar akan mengambil kebijakan-kebijakan di dalam usahanya, khususnya kebijakan di dalam pemasaran dan lebih khusus lagi adalah kebijakan harga penjualnya. Salah satu masalah dari pemasaran hasil pertanian adalah kecilnya persentase harga yang diterima oleh petani dari harga yang diterima konsumen. Harga yang rendah ditingkat petani akan menyebabkan menurunnya kegairahan petani untuk meningkatkan produksinya (Ginting, 2006).

Biaya pemasaran suatu produk baiasanya diukur secara kasar dengan price spread dan share margin. Price spread menyatakan perbedaan dua tingkat harga dan

menunjukkan jumlah yang diperlukan untuk menutupi biaya barang-barang di dua tingkat pasar, misalnya pasar lokal dan grosir (wholeseller market) atau antara grosir dan eceran (Hanafiah dan Saefuddin, 1986).

Marketing marjin/ marketing charge atau farm retail spread adalah perbedaan

harga yang dibayar oleh konsumen akhir untuk suatu produk dengan harga yang diterima oleh produsen. Besarnya marketing marjin ini oleh lembaga pemasaran disebarkan atau dialokasikan, di antaranya untuk biaya-biaya pengumpulan, pengolahan, pergudangan, packing, dan keuntungan pedagang (Ginting, 2006).

Dari biaya pemasaran dan harga jual akan didapatkan margin keuntungan yang merupakan pengukuran untuk efisiensi pemasaran. Berarti semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam suatu usahatani maka akan mengakibatkan semakin tinggi harga yang nantinya harus dibayarkan oleh konsumen akhir. Dari sini dapat disimpulkan bahwa semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam suatu usaha tani maka saluran pemasaran itu dapat dikatakan semakin tidak efisien. Di samping itu, menurut (Mubyarto, 1977) kriteria yang menyatakan bahwa pemasaran itu efisien atau tidak adalah antara lain :

1. Pemasaran akan semakin efisien jika mampu menyampaikan hasil-hasil dari produsen ke konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya.

2. Pemasaran akan semakin efisien jika mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan tataniaga.

Ekspor adalah mengeluarkan barang-barang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing. Suatu produk dapat dijual di pasar dalam negeri, tetapi bisa juga dijual di luar negeri tanpa memerlukan perubahan. Penjualan semacam ini disebut penjualan ekspor (export selling) tetapi kalau produk itu sebelum dijual ke luar negeri perlu diubah bentuknya, ukurannya, bahannya, maupun warnanya, maka penjualan ke luar negeri itu disebut Pemasaran Ekspor (Amir, 2004).

Dokumen terkait