ANALISIS PEMASARAN KENTANG DAN KUBIS UNTUK
TUJUAN EKSPOR PADA TINGKAT GABUNGAN
KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) KABUPATEN KARO
SKRIPSI
OLEH
RONNY ONTAMA SIHALOHO 070304051
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS PEMASARAN KENTANG DAN KUBIS UNTUK
TUJUAN EKSPOR PADA TINGKAT GABUNGAN
KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) KABUPATEN KARO
SKRIPSI
OLEH :
RONNY ONTAMA SIHALOHO 070304051
Skripsi Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec) (HM. Mozart B. Darus, M.Sc NIP : 196304021997031001 NIP : 196210051987031005 )
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
ABSTRAK
Ronny Ontama Sihaloho (070304051) dengan judul skripsi ”Analisis Pemasaran Kentang Dan Kubis Untuk Tujuan Ekspor Pada Tingkat Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kabupaten Karo“. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak H.M. Mozart B. Darus, MSc sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui saluran pemasaran kentang dan kubis oleh gapoktan bermitra dan gapoktan tidak bermitra untuk tujuan ekspor, untuk mengetahui fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran sayur kentang dan kubis untuk tujuan ekspor, untuk mengetahui perbedaan biaya pemasaran, margin tata niaga dan distribusinya pada masing-masing lembaga pemasaran sayur kentang dan kubis untuk tujuan ekspor, dan untuk mengetahui efisiensi pemasaran untuk setiap saluran pemasaran di daerah penelitian.
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara secara purposive dan metode pengambilan sampel adalah Simple Random Sampling dengan sampel petani sebanyak 60 sampel. Untuk lembaga pemasaran yang terlibat ditentukan dengan metode penelusuran dimana 4 sampel gapoktan, 8 sampel pedagang pengumpul, dan 2 sampel eksportir.
merupakan margin keuntungan, dengan nisbah margin keuntungan terbesar diperoleh eksportir yaitu sebesar 3,2. Semua saluran pemasaran kubis dan kentang untuk tujuan ekspor pada tingkat gapoktan bermitra dengan gapoktan tidak bermitra di daerah penelitian sudah efisien, karena biaya pemasaran yang dikeluarkan lebih kecil daripada nilai produk yang dipasarkan dan besar persen efisiensinya tidak lebih dari 50%, namun jika dibandingkan untuk kedua komoditi, maka pemasaran kentang lebih efisien dibanding pemasaran kubis.
RIWAYAT HIDUP
Ronny Ontama Sihaloho, lahir pada tanggal 06 Juni 1989 di Medan sebagai
anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak L. Sihaloho dan Ibu
R. br. Simarmata.
Pendidikan yang pernah ditempuh adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1995 masuk Sekolah Dasar Bersubsidi Markus Medan tamat tahun
2001.
2. Tahun 2001 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Medan tamat
tahun 2004.
3. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Atas Swasta Santo Thomas 3 Medan
tamat tahun 2007.
4. Masuk Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur SPMB tahun 2007 di Program
Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
5. Melakukan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) bulan Juni - Juli tahun 2011 di
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Adapun judul dari penelitian ini adalah “Analisis Pemasaran Kentang Dan Kubis Untuk Tujuan Ekspor Pada Tingkat Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kabupaten Karo”. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec sebagai ketua komisi pembimbing
sekaligus sebagai Sekretaris Program Studi Agribisnis FP USU dan Bapak
H.M. Mozart B. Darus, MSc selaku anggota komisi pembimbing yang telah
meluangkan waktunya membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
2. Ibu Dr. Ir. Salmiah MSi, selaku Ketua Program Studi Agribisnis FP USU yang
telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam hal kuliah dan
administrasi serta kegiatan organisasi di kampus.
3. Seluruh staf pengajar dan pegawai tata usaha di Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.
4. Seluruh instansi dan petani yang terkait dalam penelitian penulis.
5. Ayahanda dan ibunda tercinta, L. Sihaloho dan R. br. Simarmata atas kasih
sayang, motivasi, dan dukungan baik secara materi maupun doa yang
kehidupan sehari-hari, juga adinda Novita Anim Sihaloho dan Niarta Saorana
Sihaloho atas doa, semangat dan bantuannya yang diberikan.
6. Artha Marlina Siahaan, SH yang telah banyak membantu penulis, memberi
semangat dan motivasi baik di dalam masa perkuliahan maupun dalam proses
penyelesaian skripsi ini, juga teman-teman saya Dendy Trifonius SP, Xaverius
Ginting SP, Adolf Paskaris Sitohang, Meidianta Ginting SP, Holong Hasugian
SP, Alexander Sinaga SP, Fachreza SP, Romanto Sinurat dan teman-teman di
Program Studi Agribisnis Angkatan 2007 yang telah banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, dan semoga apa yang kita
cita-citakan dapat terwujud dan semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu
memberikan yang terbaik bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dengan
segala kerendahan hati penulsi sangat terbuka serta mengharapkan kritik yang
membangun dari pembaca agar skripsi ini dapat lebih baik. Akhir kata,
penulisberharap kiranya tulisan ini dapat berguna untuk kita semua.
Medan, Januari 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ... 1
I.2 Identifikasi Masalah ... 6
I.3 Tujuan Penelitian ... 7
I.4 Kegunaan Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN II.1 Tinjauan Pustaka ... 9
II.2 Landasan Teori ... 14
II.3 Kerangka Pemikiran ... 22
II.4 Hipotesis Penelitian ... 25
BAB III METODE PENELITIAN III.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 26
III.2 Metode Penentuan Sampel ... 28
III.3 Metode Pengambilan Data ... 30
III.4 Model Analisis Data ... 30
III.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 33
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL IV.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 35
Desa Sukanalu ... 37
Desa Bunuraya ... 41
Desa Dokan ... 45
Kecamatan Naman Teran ... 50
IV.2 Karakteristik Petani Sampel ... 53
Petani ... 53
Gapoktan ... 54
Pedagang Pengumpul ... 56
Eksportir ... 57
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN V.1 Saluran Pemasaran... 59
V.2 Fungsi Pemasaran ... 64
V.3 Biaya Pemasaran, Sebaran harga (Price Spread) dan Share Margin ... 69
V.4 Efisiensi Pemasaran Kentang dan Kubis oleh Gapoktan Bermitra dengan Gapoktan Tidak Bermitra ... 82
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN84 VI.1 Kesimpulan ... 84
VI.2 Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1. Data Produksi Sayur Mayur Per Kecamatan di Kabupaten
Karo Tahun 2012 ... 4
2. Data Realisasi Ekspor Kentang dan Kubis di Kabupaten Karo Tahun 2008 - 2012 ... 5
3. Data Produksi, Luas Lahan dan Produktivitas Komoditi Kentang Per Kabupaten di Sumatera Utara Tahun 2011 ... 26
4. Data Produksi, Luas Lahan dan Produktivitas Komoditi Kubis Per Kabupaten di Sumatera Utara Tahun 2011 ... 26
5. Luas Panen, Produksi, Produktifitas Kentang Per Kecamatan di Kabupaten Karo ... 27
6. Luas Panen, Produksi, Produktifitas Kubis Per Kecamatan di Kabupaten Karo ... 28
7. Jumlah Sampel ... 29
8. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Sukanalu 2012 ... 38
9. Persentase Mata Pencaharian Penduduk Desa Sukanalu 2012 ... 38
10. Keadaan Tata Guna Tanah Desa Sukanalu 2012 ... 39
11. Prasarana Perhubungan Desa Sukanalu 2012 ... 40
12. Sarana Angkutan Desa Sukanalu 2012 ... 40
13. Sarana dan Prasarana Desa Sukanalu ... 41
14. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Bunuraya 2012 ... 42
15. Keadaan Tata Guna Tanah Desa Bunuraya 2012 ... 43
16. Prasarana Perhubungan Desa Bunuraya 2012 ... 44
17. Sarana dan Prasarana Desa Bunuraya 2012 ... 44
18. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Dokan 2012 ... 45
20. Sarana dan Prasarana Desa Dokan 2012 ... 47
21. Sarana angkutan Desa Dokan 2012 ... 47
22. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Tiga
Panah 2012 ... 48
23. Persentase Mata Pencaharian Penduduk Desa Tiga Panah
2012 ... 49
24. Prasarana Perhubungan Desa Tiga Panah 2012 ... 49
25. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kecamatan
Naman Teran 2012 ... 51
26. Persentase Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Naman
Teran 2012 ... 52
27. Sarana dan Prasarana Kecamatan Naman Teran 2012 ... 52
28. Karakteristik Petani Sampel Kubis dan Kentang di Daerah
Penelitian ... 53
29. Karakteristik Pedagang Pengumpul Kubis di Daerah
Penelitian ... 56
30. Karakteristik Pedagang Pengumpul Kentang di Daerah
Penelitian ... 57
31. Fungsi Pemasaran yang Dilakukan oleh Lembaga Pemasaran
Kentang di Daerah Penelitian ... 65
32. Fungsi Pemasaran yang Dilakukan oleh Lembaga Pemasaran
Kubis di Daerah Penelitian ... 67
33. Biaya Produksi dan Keuntungan Petani Kentang Anggota
Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian ... 69
34. Biaya Pemasaran dan Keuntungan Gapoktan Bermitra di
daerah Penelitian ... 70
35. Biaya Pemasaran dan Keuntungan Eksportir di Daerah
Penelitian ... 70
36. Sebaran harga (Price Spread), Share Margin pada Setiap
37. Rekapitulasi share margin pada Saluran Pemasaran Kentang
untuk Tujuan Ekspor oleh Gapoktan Bermitra di Daerah
Penelitian ... 72
38. Biaya Produksi dan Keuntungan Petani Kubis Anggota
Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian ... 73
39. Biaya Pemasaran dan Keuntungan Gapoktan Bermitra di
daerah Penelitian ... 73
40. Biaya Pemasaran dan Keuntungan Eksportir di Daerah
Penelitian ... 74
41. Sebaran harga (Price Spread), Share Margin pada Setiap
Rantai Pemasaran Kubis di Daerah Penelitian ... 75
42. Rekapitulasi share margin pada Saluran Pemasaran Kubis
untuk Tujuan Ekspor oleh Gapoktan Bermitra di Daerah
Penelitian ... 76
43. Biaya Produksi dan Keuntungan Petani Kentang Anggota
Gapoktan Tidak Bermitra di Daerah Penelitian ... 76
44. Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pedagang Pengumpul di
daerah Penelitian ... 77
45. Biaya Pemasaran dan Keuntungan Eksportir di Daerah
Penelitian ... 77
46. Sebaran harga (Price Spread), Share Margin pada Setiap
Rantai Pemasaran Kentang di Daerah Penelitian ... 78
47. Rekapitulasi share margin pada Saluran Pemasaran Kentang
untuk Tujuan Ekspor oleh Gapoktan Tidak Bermitra di
Daerah Penelitian ... 79
48. Biaya Produksi dan Keuntungan Petani Kubis Anggota
Gapoktan Tidak Bermitra di Daerah Penelitian ... 79
49. Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pedagang Pengumpul di
daerah Penelitian ... 80
50. Biaya Pemasaran dan Keuntungan Eksportir di Daerah
51. Sebaran harga (Price Spread), Share Margin pada Setiap
Rantai Pemasaran Kubis di Daerah Penelitian ... 81
52. Rekapitulasi share margin pada Saluran Pemasaran Kubis
untuk Tujuan Ekspor oleh Gapoktan Tidak Bermitra di
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
1 Skema Kerangka Pemikiran ... 24
2 Skema Pemasaran Kentang Ekspor oleh Gapoktan
Bermitra di Daerah Penelitian ... 60
3 Skema Pemasaran Kubis Ekspor Gapoktan Tidak Bermitra
di Daerah Penelitian ... 61
4 Skema Pemasaran Kubis Ekspor oleh Gapoktan bermitra
di Daerah Penelitian ... 62
5 Skema Pemasaran Kubis Ekspor oleh Gapoktan Tidak
DAFTAR LAMPIRAN
No. lampiran Judul
1. Karakteristik Petani Kubis Anggota Gapoktan Bermitra di Daerah
Penelitian Tahun 2013
2. Biaya Penggunaan Bibit Kubis per Petani Kubis Gapoktan Bermitra
di Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam Tahun 2013
3. Biaya Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Kubis per Petani
Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam
2013
4. Biaya Penggunaan Pestisida Pada Usahatani Kubis per Petani
Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam
Tahun 2013
5. Biaya Sarana Produksi Usahatani Kubis per Petani Gapoktan
Bermitra Selama Satu Musim Tanam di Daerah Penelitian Tahun
2013
6. Curahan dan Biaya Tenaga Kerja Pada Usahatani Kubis per Petani
Gapoktan Mitra Selama Satu Musim Tanam di Daerah Penelitian
7. Biaya Penyusutan Peralatan Pada Usahatani Kubis per Petani
Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu MusimTanam
Tahun 2013
8. Biaya Produksi Petani Usahatani Kubis per Petani Gapoktan
Bermitra Selama Satu Musim Tanam di Daerah Penelitian Tahun
2013
9. Pendapatan Usahatani Kubis per Petani Gapoktan Bermitra di
Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam Tahun 2013
10. Karakteristik Petani Kentang Anggota Gapoktan Bermitra di Daerah
Penelitian 2013
11. Biaya Penggunaan Bibit Kubis per Petani Kubis Gapoktan Bermitra
12. Biaya Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Kentang per Petani
Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam
Tahun 2013
13. Biaya Penggunaan Pestisida Pada Usahatani Kentang per Petani
Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam
Tahun 2013
14. Biaya Sarana Produksi Usahatani Kentang per Petani Gapoktan
Bermitra Selama Satu Musim Tanam di Daerah Penelitian Tahun
2013
15. Curahan dan Biaya Tenaga Kerja Pada Usahatani Kentang per
Petani Gapoktan Bermitra Selama Satu Musim Tanam di Daerah
Penelitian Tahun 2013
16. Biaya Penyusutan Peralatan Pada Usahatani Kentang per Petani
Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam
Tahun 2013
17. Biaya Produksi Petani Usahatani Kentang per Petani Gapoktan
Bermitra Selama Satu Musim Tanam di Daerah Penelitian Tahun
2013
18. Pendapatan Usahatani Kentang oleh Petani Gapoktan Bermitra di
Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam Tahun 2013
19. Karakteristik Petani Kubis Anggota Gapoktan Tidak Bermitra Di
Daerah Penelitian Tahun 2013
20. Biaya Penggunaan Bibit Kubis per Petani Kubis Gapoktan Tidak
Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam Tahun
2013
21. Biaya Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Kubis per Petani
Gapoktan Tidak Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim
Tanam Tahun 2013
22. Biaya Penggunaan Pestisida Pada Usahatani Kubis per Petani
Gapoktan Non Mitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim
23. Biaya Sarana Produksi Usahatani Kubis per Petani Gapoktan Tidak
Bermitra Selama Satu Musim Tanam di Daerah Penelitian Tahun
2013
24. Curahan dan Biaya Tenaga Kerja Pada Usahatani Kubis per Petani
Gapoktan Tidak Bermitra Selama Satu Musim Tanam di Daerah
Penelitian Tahun 2013
25. Biaya Penyusutan Peralatan Pada Usahatani Kubis per Petani
Gapoktan Tidak Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim
Tanam Tahun 2013
26. Biaya Produksi Petani Usahatani Kubis per Petani Gapoktan Tidak
Bermitra Selama Satu Musim Tanam di Daerah Penelitian Tahun
2013
27. Pendapatan Usahatani Kubis per Petani Gapoktan Tidak Bermitra di
Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam Tahun 2013
28. Karakteristik Petani Kentang Anggota Gapoktan Tidak Bermitra Di
Daerah Penelitian Tahun 2013
29. Biaya Penggunaan Bibit Kentang per Petani Gapoktan Tidak
Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam Tahun
2013
30. Biaya Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Kentang per Petani
Gapoktan Tidak Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim
Tanam Tahun 2013
31. Biaya Penggunaan Pestisida Pada Usahatani Kentang per Petani
Gapoktan Tidak Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim
Tanam Tahun 2013
32. Biaya Sarana Produksi Usahatani Kentang per Petani Gapoktan
Tidak Bermitra Selama Satu Musim Tanam di Daerah Penelitian
Tahun 2013
33. Curahan dan Biaya Tenaga Kerja Pada Usahatani Kentang per
Petani Gapoktan Tidak Bermitra Selama Satu Musim Tanam di
34. Biaya Penyusutan Peralatan Pada Usahatani Kentang per Petani
Gapoktan Tidak Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim
Tanam Tahun 2013
35. Biaya Produksi Petani Usahatani Kentang per Petani Gapoktan
Tidak Bermitra Selama Satu Musim Tanam di Daerah Penelitian
Tahun 2013
36. Pendapatan Usahatani Kentang oleh Petani Gapoktan Tidak
Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam Tahun
2013
37. Analisis Usahatani Kubis Selama Satu Musim Tanam oleh Petani
Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian Tahun 2013
38. Analisis Usahatani Kentang Selama Satu Musim Tanam oleh Petani
Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian Tahun 2013
39. Analisis Usahatani Kubis Selama Satu Musim Tanam oleh Petani
Gapoktan Tidak Bermitra di Daerah Penelitian Tahun 2013
40. Analisis Usahatani Kentang Selama Satu Musim Tanam oleh Petani
Gapoktan Tidak Bermitra di Daerah Penelitian Tahun 2013
41. Karakteristik Gapoktan Bermitra di Kabupaten Karo Tahun 2013
42. Karakteristik Pedagang Pengumpul Kubis di Kecamatan
Namanteran Tahun 2013
43. Karakteristik Pedagang Pengumpul Kentang di Kecamatan
Namanteran Tahun 2013
44. Biaya Komponen Pemasaran Untuk Komoditi Kubis Oleh Gapoktan
Bermitra di Daerah Penelitian per Minggu Tahun 2013
45. Penerimaan Gapoktan Bermitra Untuk Komoditi Kubis Selama Satu
Minggu di Daerah Penelitian Tahun 2013
46. Biaya Pemasaran Gapoktan Bermitra Untuk Komoditi Kubis Selama
Satu Minggu di Daerah Penelitian Tahun 2013
47. Biaya Pemasaran Untuk Komoditi Kentang Oleh Gapoktan Bermitra
di Daerah Penelitian per Minggu Tahun 2013
48. Penerimaan Gapoktan Bermitra Untuk Komoditi Kentang Selama
49. Biaya Pemasaran Gapoktan Bermitra Untuk Komoditi Kentang
Selama Satu Minggu di Daerah Penelitian Tahun 2013
50. Biaya Komponen Pemasaran Untuk Komoditi Kubis Untuk
Gapoktan Tidak Bermitra oleh Pedagang Pengumpul di Daerah
Penelitian per Hari Tahun 2013
51. Penerimaan Pedagang Pengumpul Untuk Komoditi Kubis Selama
Satu Hari di Daerah Penelitian Tahun 2013
52. Biaya Pemasaran Pedagang Pengumpul Untuk Komoditi Kubis
Selama Satu Hari di Daerah Penelitian Tahun 2013
53. Biaya Pemasaran Untuk Komoditi Kentang Untuk Gapoktan Tidak
Bermitra oleh Pedagang Pengumpul di Daerah Penelitian Selama
Satu Hari Tahun 2013
54. Penerimaan Pedagang Pengumpul Untuk Komoditi Kentang Selama
Satu Hari di Daerah Penelitian Tahun 2013
55. Biaya Pemasaran Pedagang Pengumpul Untuk Komoditi Kentang
Selama Satu Hari di Daerah Penelitian tahun 2013
56. Biaya Komponen Pemasaran Untuk Komoditi Kubis dan kentang
oleh PT. Alamanda Sejati Utama per Minggu Tahun 2013
57. Biaya Komponen Pemasaran Untuk Komoditi Kubis dan kentang
oleh PT. Rama Putra (CV. Buana Agri Sejahtera) Untuk Satu Hari
ABSTRAK
Ronny Ontama Sihaloho (070304051) dengan judul skripsi ”Analisis Pemasaran Kentang Dan Kubis Untuk Tujuan Ekspor Pada Tingkat Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kabupaten Karo“. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak H.M. Mozart B. Darus, MSc sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui saluran pemasaran kentang dan kubis oleh gapoktan bermitra dan gapoktan tidak bermitra untuk tujuan ekspor, untuk mengetahui fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran sayur kentang dan kubis untuk tujuan ekspor, untuk mengetahui perbedaan biaya pemasaran, margin tata niaga dan distribusinya pada masing-masing lembaga pemasaran sayur kentang dan kubis untuk tujuan ekspor, dan untuk mengetahui efisiensi pemasaran untuk setiap saluran pemasaran di daerah penelitian.
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara secara purposive dan metode pengambilan sampel adalah Simple Random Sampling dengan sampel petani sebanyak 60 sampel. Untuk lembaga pemasaran yang terlibat ditentukan dengan metode penelusuran dimana 4 sampel gapoktan, 8 sampel pedagang pengumpul, dan 2 sampel eksportir.
merupakan margin keuntungan, dengan nisbah margin keuntungan terbesar diperoleh eksportir yaitu sebesar 3,2. Semua saluran pemasaran kubis dan kentang untuk tujuan ekspor pada tingkat gapoktan bermitra dengan gapoktan tidak bermitra di daerah penelitian sudah efisien, karena biaya pemasaran yang dikeluarkan lebih kecil daripada nilai produk yang dipasarkan dan besar persen efisiensinya tidak lebih dari 50%, namun jika dibandingkan untuk kedua komoditi, maka pemasaran kentang lebih efisien dibanding pemasaran kubis.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sektor Pertanian merupakan salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan
karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam mengatasi krisis
yang sedang terjadi. Keadaan inilah yang memperlihatkan sektor pertanian
sebagai salah satu sektor yang handal dan mempunyai potensi besar untuk
berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional (Husodo, dkk, 2004).
Indonesia memiliki sumberdaya hortikultura tropika yang berlimpah berupa
keanekaragaman genetik yang luas. Demikian pula keanekaragaman genetik
sumber daya lahan, iklim, dan cuaca yang dapat dijadikan suatu kekuatan untuk
menghadapi persaingan yang semakin ketat dalam agribisnis di masa depan.
Produk-produk agribisnis hortikultura tropik nusantara yang terdiri dari
buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat merupakan salah satu andalan
Indonesia baik di Pasar domestik, regional maupun internasional (Rasahan, dkk,
1999).
Pengembangan pertanian terutama sayuran tidak cukup hanya mengandalkan
potensi lahan atau sistem produksi yang baik saja, karena dapat menghambat
perkembangan pertanian tersebut. Untuk meningkatkan kegiatan pertanian
diperlukan sistem agribisnis yang baik dan terencana. Lembaga pemasaran
dan kinerjanya, karena lembaga pemasaran berperan dalam sistem tataniaga hasil
pertanian sejak lepas dari produsen sampai ke tangan konsumen.
Sayuran mempunyai sifat mudah rusak. Sifat ini menyebabkan munculnya
ketergantungan yang tinggi antara konsumen dan pasar, juga antara pasar dan
produsen. Selain itu, terdapat sifat-sifat lain yang perlu diketahui pengusaha yaitu,
a. Tidak tergantung musim; Sayur-sayuran dibedakan menjadi tanaman sayuran
semusim dan tahunan.
b. Mempunyai resiko tinggi; Produk sayuran bersifat mudah busuk sehingga
umur tampilannya pendek. Seiring dengan berlalunya waktu, harganya pun
semakin turun hingga akhirnya tidak bernilai sama sekali. Oleh karena
sifatnya mudah busuk/ rusak dan umur tampilannya pendek maka letak lokasi
usaha dari produsen ke konsumen sebaiknya lebih dekat. Selain menjaga
mutu, kedekatan lokasi juga menghemat biaya.
c. Perputaran modalnya cepat; Walaupun beresiko tinggi, perputaran modal
usaha sayuran cukup cepat. Hal ini terkait dengan umur tanaman untuk
produksi yang singkat dan adanya permintan pasar yang tidak pernah berhenti
karena setiap hari orang membutukan sayuran
(Tim Penulis PS, 2008).
Harga sayuran di tingkat petani selalu lebih rendah dibandingkan dengan harga
sayuran di tingkat pemasok, hal ini disebabkan karena petani tidak memiliki
bargaining position yang kuat dibandingkan dengan lembaga pemasaran lainnya.
rendahnya harga jual sayuran tergantung dari informasi pasar (Rosdiana Batubara,
2009).
Pada umumnya struktur pasar yang dihadapi oleh komoditi pertanian biasanya
bersifat bersaing sempurna, sehingga petani bertindak sebagai penerima harga
(price taker). Pemasaran komoditi pertanian, khususnya sayuran organik harus
melalui beberapa lembaga pemasaran sehingga panjangnya saluran pemasaran
mengakibatkan penerimaan di tingkat petani rendah.
Salah satu komoditi pertanian yang tumbuh subur di Kabupaten Karo adalah
komoditi hortikultura, baik hortikultura semusim maupun tahunan yang
cakupannya cukup luas yaitu meliputi tanaman sayuran, buah-buahan, tanaman
hias dan obat-obatan. Komoditi tersebut banyak diusahakan oleh rumah tangga
pertanian di Kabupaten Karo yang hasilnya selain untuk memenuhi kebutuhan
lokal, beberapa hasil komoditi dari daerah ini juga dijual ke daerah lain, bahkan
ada yang di ekspor ke luar negeri (BPS Kabupaten karo, 2003).
Sumatera Utara memiliki potensi alam yang sangat baik untuk mengusahakan
komoditi pertanian khususnya hortikultura. Kabupaten Karo yang merupakan
salah satu kabupaten di Sumatera Utara adalah daerah terbesar yang memproduksi
sayur-sayuran, dilihat dari iklim, suhu dan kondisi lahannya yang sangat
mendukung. Berikut akan disajikan jumlah produksi sayur-sayuran yang
Tabel 1. Data Produksi Sayur Mayur Per Kecamatan di Kabupaten Karo
Jumlah 5.763,30 57.556,70 81.357 20.425,60 25.625,90 71.289,30 23.524 50.744
Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo tahun 2012
Dari tabel di atas, selain cabai dan tomat, produksi sayuran terbesar di Kabupaten
Karo adalah komoditi kentang dan kubis. Kubis memiliki produksi terbesar
dengan jumlah produksi 81.357 ton, sedangkan produksi kentang sebesar 57.556,7
ton.
Kebutuhan kentang merupakan kebutuhan untuk kentang sayur. Dewasa ini ada
kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi kentang yang lain, seperti
kentang goreng (french fries) dan kentang untuk makanan kecil (hasil industri
makanan). Bila ada perubahan pola konsumsi masyarakat tersebut, maka
Walaupun ekspor kentang Indonesia masih kecil, dengan melihat adanya
kemerosotan baik luas panenan maupun produksi kentang negara-negara maju,
peluang Indonesia untuk memasuki pasar dunia sebenarnya cukup terbuka. Dan
didukung dengan masih terbukanya peluang di dalam negeri, maka kentang
merupakan komoditi yang berprospek cerah (Setiadi, 2000).
Salah satu komoditas sayuran yang telah berhasil menembus pasar ekspor adalah
kubis. Menurut salah seorang eksportir kubis besar di Tanah Karo, upaya
menembus pasar luar negeri ini sudah dimulai sejak 20 tahun yang lalu. Salah satu
ciri kubis yang diminta pasar ekspor adalah yang berbentuk pipih. Bentuk kepala
atau crop yang pipih masih menjadi idola pasar ekspor dan yang lebih penting lagi
bobotnya berkisar antara 1,5 – 2 kg atau dalam 20 kilogram kubis berisi 10 hingga
14 buah (Tanindo, 2013).
Dari 5 tahun terakhir volume ekspor sayur kentang dan kubis cenderung
meningkat. Ini menunjukkan adanya permintaan yang tinggi setiap tahunnya
terhadap sayur tersebut di pasar ekspor. Hal ini dapat dilihat di tabel di bawah ini :
Tabel 2. Data Realisasi Ekspor Kentang dan Kubis di Kabupaten Karo Tahun 2008 - 2012 1 2008 29.276,641 15.379.537 51.504,829 8.339.558
2 2009 27.227,276 14.302.969 48.929,588 48.929.588
3 2010 28.316,367 14.875.088 50.886,772 8.239.483
4 2011 29.732,185 15.618.845 53.431,110 8.651.457
5 2012 30.847,140 16.243.359 56.182,665 8.911.800
Dari data di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2012, sebesar 53,59 % produksi
kentang di Kabupaten Karo ditujukan untuk pasar ekspor dan sebesar 46,41%
dipasarkan di dalam negeri. Untuk komoditi kubis, produksi kubis pada tahun
2012 sebanyak 81.357 ton dan sebesar 69,05% dari produksi tersebut di ekspor ke
luar negeri.
Kabupaten karo merupakan sentra pertanaman komoditi hortikultura dan
merupakan daerah potensi sayuran yang cukup besar sebagai penghasil sayuran.
Selain di dalam negeri, sayuran dari Kabupaten Karo juga diminati di negara lain
khususnya untuk komoditi kentang, kubis sehingga pola pemasarannya sangat
perlu untuk diteliti. Namun bagaimana pola pemasarannya dan lembaga
pemasaran yang terlibat belum diketahui. Oleh karena itu, penulis ingin
melakukan penelitian mengenai hal tersebut di Kabupaten ini.
I.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka diidentifikasikan beberapa masalah
yaitu :
1. Bagaimana saluran pemasaran kentang dan kubis oleh Gapoktan bermitra dan
Gapoktan tidak bermitra untuk tujuan ekspor di daerah penelitian ?
2. Bagaimana fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang
terlibat dalam pemasaran sayur kentang dan kubis untuk tujuan ekspor di
daerah penelitian ?
3. Bagaimana perbedaan biaya pemasaran, margin tata niaga dan distribusinya
pada masing-masing lembaga pemasaran sayur kentang dan kubis untuk
4. Bagaimana efisiensi pemasaran untuk setiap saluran pemasaran di daerah
penelitian ?
II.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui saluran pemasaran kentang dan kubis oleh Gapoktan
bermitra dan Gapoktan tidak bermitra untuk tujuan ekspor di daerah
penelitian.
2. Untuk mengetahui fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
yang terlibat dalam pemasaran sayur kentang dan kubis untuk tujuan ekspor di
daerah penelitian.
3. Untuk mengetahui perbedaan biaya pemasaran, margin tata niaga dan
distribusinya pada masing-masing lembaga pemasaran sayur kentang dan
kubis untuk tujuan ekspor di daerah penelitian.
4. Untuk mengetahui efisiensi pemasaran untuk setiap saluran pemasaran di
daerah penelitian.
II.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi dan studi bagi pihak-pihak yang terkait dalam
pengembangan sektor hortikultura di Kabupaten Karo di bidang pemasaran
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam
mengambil kebijakan mengenai pemasaran yang efisien dan efektif dari
komoditi kentang dan kubis untuk tujuan ekspor.
3. Sebagai bahan untuk melengkapi skripsi yang merupakan salah satu syarat
dalam menempuh ujian sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI
DAN KERANGKA PEMIKIRAN
III.1 Tinjauan Pustaka
Sayuran adalah salah satu kelompok hortikultura yang mempunyai arti dan
kedudukan tersendiri dalam proses pembangunan nasional di sub sektor pertanian.
Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral yang penting bagi pemenuhan
gizi masyarakat. Idealnya, seseorang harus mengkonsumsi sayuran sekitar 200
gram per hari agar metabolisme di dalam tubuh tidak terganggu akibat
kekurangan serat (Rahardi, 2001).
II.1.1 Kentang
Solanum tuberosum adalah nama sesungguhnya dari kentang. Ahli taksonomi
memasukkan kentang ke dalam kelas Dicotyledoneae, bangsa/ordo Tubiflorae,
suku/famili Solanaceae atau tanaman berbunga terompet, marga/genus Solanum,
dan jenis/spesies Solanum tuberosum.
Solanum atau kentang merupakan tanaman setahun, bentuk sesungguhnya
menyemak dan bersifat menjalar. Batangnya berbentuk segi empat, panjangnya
bisa mencapai 50-120 cm, dan tidak berkayu. Batang dan daun berwarna hijau
kemerah-merahan atau keungu-unguan. Buahnya berwarna kuning keputihan atau
ungu, tumbuh di ketiak daun teratas, dan berjenis kelamin dua. Benang sarinya
berwarna kekuning-kuningan dan melingkari tangkai putik. Putik ini biasanya
Buahnya berbentuk buni, buah yang kulit. Dindingnya berdaging, dan mempunyai
dua ruang. Di dalam buah berisi banyak calon biji yang yang jumlahnya bisa
mancapai 500 biji. Akan tetapi, dari jumlah tersebut yang berhasil menjadi biji
hanya sekitar 100 biji (Setiadi, 2000).
Ada berbagai jenis tanaman kentang, namun pada umumnya jenis ini
dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu :
a. Kentang kuning
Yakni kentang yang kulit dan daging umbinya berwarna kuning, misalnya
Patrones, Rapan, Thung, Granola.
b. Kentang putih
Yakni kentang yang memiliki ciri-ciri kulit dan daging umbi berwarna agak putih,
misalnya Donata, Radosa, Maritta.
c. Kentang merah
Yakni kentang yang tanda-tanda kulit umbinya berwarna merah, daging umbi
berwana kuning. Misalnya Desirre, Arka, dan lain sebagainya (AAK, 1992).
Sesuai dengan pembawaan serta sifat aslinya, tempat yang disenangi tanaman
kentang mula-mula yang berhawa dingin. Pada perkembangan selanjutnya,
kentang disebarluaskan ke daerah lain dan ternyata bisa tumbuh dan beradaptasi
di daerah-daerah beriklim sedang (subtropis). Kemudian, meluas lagi ke daerah
tropis yang memiliki dua musim, seperti Indonesia atau daerah-daerah di sekitar
garis katulistiwa.
Kentang yang dapat tumbuh di daerah tropis tetap saja membutuhkan daerah yang
15-180 C pada malam hari dan 24-300 C pada siang hari. Tanah yang paling baik buat kentang adalah tanah yang gembur atau sedikit mengandung pasir agar
mudah diresapi air dan mengandung humus yang tinggi. Tanah dengan kondisi
seperti itu, bisa menjaga kelembapan tanah ketika musim hujan. Kelembapan
tanah yang cocok untuk umbi kentang adalah 70%. Kelembaban tanah yang lebih
dari ini menyebabkan kentang mudah diserang oleh penyakit busuk batang/leher
akar.
Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang sesuai untuk kentang bervariasi,
tergantung dari varietasnya. Misalnya, kentang french fries cocok ditanam di
tanah dengan pH 7,0, sedangkan kentang lokal dapat tumbuh baik pada ph 5,0-5,5
(Setiadi, 2000).
II.1.2 Kubis
Kubis kepala alias kol (Brassica oleracea var cipitata) adalah kubis yang dalam
pertumbuhannya dapat membentuk bulatan seperti kepala atau telur. Bentuk
kepala atau telur ini juga lazim disebut krop. Secara klinis, kubis banyak
mengandung berbagai vitamin, mineral, karbohidrat, dan protein. Semua unsur
tersebut sangat dibutuhkan tubuh manusia. Sayuran kubis dapat mensuplai kurang
lebih 25% vitamin C, lebih dari 30% vitamin A, 4-5% vitamin B, 5-6% kapur dan
besi dari kebutuhan tubuh manusia.
Semua kubis yang baru tumbuh umumnya memiliki hipokotil sepanjang 2 cm,
berwarna merah. Kecuali itu, kubis berkeping dua, berakar tunggang dan serabut.
Daun pertama mempunyai tangkai yang lebih panjang dari pada daun yang di
patah maka akan tumbuh banyak tunas. Kalau pucuk tidak patah, batang tidak bisa
bercabang.
Daun kubis bagian luar tertutup lapisan lilin dan tidak berbulu. Daun-daun bawah
tumbuhnya tidak membengkok, dapat mencapai panjang sekitar 30 cm.
Daun-daun muda yang tumbuh berikutnya mulai membengkok menutupi Daun-daun-Daun-daun
muda yang ada di atasnya. Makin lama daun muda yang terbentuk semakin
banyak sehingga seakan-akan membentuk telur atau kepala.
Varietas yang termasuk kol dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu kubis
putih, kubis merah, dan kubis savoy.
1. Kubis putih
Berdasarkan bentuk kropnya, kol putih dibedakan menjadi tiga macam yaitu,
kubis putih kepala bulat, kepala bulat datar, dan kepala bulat runcing.
a. Kubis putih kepala bulat
Kubis putih kepala bulat bercirikan bentuk kropnya bulat dan kompak. Teras atau
hatinya kecil. Daun berukuran kecil sampai sedang. Warna daun hijau muda.
Mempunyai beberapa daun luar dan batangnya pendek. Umur panen antara
60-120 hari dengan berat antara 1,5-5,0 kg per krop.
b. Kepala bulat
Bentuk krop kubis kepala bulat dataran bulat dengan bagian atasnya datar. Garis
tengah krop lebih panjang dari tingginya sehingga terkesan gepeng. Oleh
karenanya kubis ini lebih populer disebut kol gepeng. Kropnya berongga, kurang
longgar. Warna daun hijau muda. Umur tanaman dapat mencapai 150 hari. Berat
kubis ini dapat mencapai 5-8 kg per krop.
c. Kepala bulat runcing
Bentuk kropnya bulat tetapi bagian atasnya meruncing atau dapat disebut bentuk
kerucut. Untuk menggolong-golongkan kubis ini sulit karena saling tindih antara
varietas yang satu dengan yang lainnya. Sifat-sifat penting dari kubis ini dalam
hal bentuk, besar kepala, warna daun, dan jumlah daun pembungkus kepala.
2. Kubis merah
Karena daunnya berwarna merah keunguan, kubis jenis ini disebut kol merah.
Umumnya bentuk kropnya bulat. Untuk varietas yang berumur kurang dari 3
bulan, berat kropnya antara 1-2 kg. Sedangkan varietas yang berumur antara
120-150 hari, berta kropnya 2-4 kg. Varietas kubis merah yang dibudidayakan lebih
sedikit jumlahnya dibandingkan kol putih.
3. Kubis savoy
Kubis savoy dikenal juga dengan sebutan kubis keriting atau kubis babat. Disebut
kubis keriting karena daunnya keriting. Bentuk kropnya ada yang bulat, dan ada
yang kerucut. Umur panen antara 70-90 hari. Beratnya dapat mencapai 3,5 kg per
krop. Dibandingkan kubis putih, kubis savoy kurang diminati petani maupun
konsumen. Oleh petani, kubis ini dianggap susah dalam mengendalikan hama.
Secara umum kubis dapat tumbuh pada semua jenis tanah. Namun demikian,
pertumbuahnnya akan ideal bila di tanam pada tanah liat berpasir yang banyak
mengandung bahan organik. Kubis tidak dapat tumbuh dengan baik di tanah yang
sangat asam. Kubis yang ditanam pada tanah ber-pH 4,3, produksinya sangat
Pengapuran dengan kapur pertanian dolomit (MgCO3 CaCO3) dapat menaikkan
pH tanah dari asam menjadi agak asam atau netral. Pengapuran juga dapat dengan
kapur bangunan (kapur mati) atau CaOH2.
Di Indonesia kubis termasuk tanaman annual, sedangkan di daerah sub-tropis
termasuk tanaman biennial. Tergolong biennial karena pertumbuhan awalnya
secara vegetatif, selanjutnya bila musim dingin tiba pertumbuhannya masuk ke
masa generatif. Pembentukan bunga tergantung dari temperatur, bukan
panjangnya hari. Kubis akan tumbuh baik bila ditanam di daerah berhawa dingin
seperti dieng dan Pegalengan. Temperatur optimum yang dikehendaki antara
15-20 0C. Sedangkan kelembaban yang baik pada kisaran antara 60-90%. kalau temperatur melebihi 25%, pertumbuhan akan terhambat (Pracaya, 2001).
Di Tanah Karo, kubis dengan nama Grand 11 menjadi salah satu varietas yang
diminati petani dan juga pedagang. Bahkan salah satu produk unggulan dari Cap
Kapal Terbang ini mampu menembus pasar ekspor. Kubis Grand 11 memiliki
daya adaptasi yang bagus terhadap kondisi lingkungan setempat, sehingga kubis
ini bisa tumbuh optimal meskipun ditanam saat musim hujan ataupun kemarau.
Hanya saja untuk memperoleh hasil yang optimal tersebut sebaiknya ditanam di
daerah yang memiliki ketinggian 500-1.500 mdpl (Tanindo, 2013).
III.2 Landasan Teori
II.2.1 Kelompok Tani
Pada dasarnya pengertian kelompok tani tidak bisa dilepaskan dari pengertian
orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk
mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka
sebagai bagian dari kelompok tersebut.
Departemen Pertanian RI memberi batasan bahwa kelompok tani adalah
sekumpulan orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas petani dewasa pria dan
wanita maupun petani taruna atau pemuda tani yang terikat secara informal dalam
suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta
berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan kontak tani (Anonimous, 1980).
Dalam rangka pembangunan sub sektor pertanian, kelompok tani adalah sebagai
berikut :
− Anggota pengurus kelompok tani pertanian, baik yang merupakan kegiatan
proyek maupun kegiatan pembangunan swadaya.
− Merupakan pengorganisasian petani yang mengatur kerjasama dan pembagian
tugas anggota maupun pengurus dalam kegiatan usahatani kelompok di
hamparan kebun.
− Besaran kelompok tani disesuaikan dengan jenis usahatani dan kondisi di
lapangan, dengan jumlah anggota berkisar 20-30 orang.
− Keanggotaan kelompok tani bersifat non formal (Anonimous, 2007).
Gabungan kelompok tani (Gapoktan) merupakan kumpulan dari beberapa
kelompok tani yang beranggotakan produsen petani, yang dalam hal ini adalah
petani sayur mayur. Petani biasanya memasarkan sayur dan buah kepada
Gapoktan. Hal ini dikarenakan petani tidak memiliki kemampuan untuk
penyimpanan, pengolahan dan fungsi yang lainnya yang berhubungan dengan
pemasaran. Petani juga tidak memiliki pengetahuan dan fasilitas yang diperlukan
untuk berbagai hasil taninya dapat di jual ke pasar ekspor. Karena itu diperlukan
lembaga pemasaran untuk menyalurkan komoditi dari sentra produksi ke tujuan
ekspor.
II.2.2 Pemasaran
Pada dasarnya manajemen pemasaran merupakan suatu kegiatan menyangkut
perencanaan pelaksanaan, peorganisasian, pengendalian atau pengawasan dari
kegiatan pemasaran untuk membentuk atau memelihara keuntungan yang
diperoleh, baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka waktu panjang.
Karena perkembangan teknologi yang ada di masyarakat, maka pengertian
“marketing”, atau pemasaran yang lebih populer adalah atas dasar sistem
pertukaran, artinya memperoleh barang dan jasa dengan jalan membayar dengan
alat tukar (uang, cek, dan sebagainya).
Sistem pertukaran barang dan jasa ini dapat berhasil dengan baik kalau didukung
oleh faktor pendukungnya seperti transfortasi, perbankan, asuransi,
peraturan-peraturan pemerintah, kelembagaan (pedagang, tengkulak, pengecer, eksportir,
importir) dan sebagainya. Begitu pula hanya dengan faktor eksternalitas yang
mempengaruhi sistem pertukaran barang dan jasa tersebut. Beberapa faktor yang
sering ditemukan dan mampu mempengaruhi berubahnya sistem petukaran barang
dan jasa tersebut adalah faktor “behavioral”, sosial, struktural, lingkungan,
Sebagai proses produksi yang komersial maka pemasaran pertanian merupakan
syarat mutlak yang diperlukan dalam pembangunan pertanian yang memberikan
nilai tambah yang dapat dianggap sebagai kegiatan produktif. Pemasaran
pertanian adalah proses aliran komoditi yang disertai dengan perpindahan hak
milik dan penciptaan guna waktu, guna tempat, dan guna bentuk yang dilakukan
oleh lembaga-lembaga pemasaran dengan melaksanakan satu atau lebih
fungsi-fungsi pemasaran ( Sudiyono, 2004 ).
Dalam mendesain konsep pemasaan, peranan konsumen, masyarakat dan
lingkungan perlu mendapatkan perhatian khusus. Paling ada tiga hal yang perlu di
perhatikan dalam mendesain konsep pemasaran yaitu :
a. Identifikasi keinginan konsumen. Untuk mengetahuinya diperlukan penelitian
yang cermat .
b. Identifikasi terhadap produk yang di pasarkan. Hal ini mendukung pengertian
bahwa buat apa produk itu dipasarkan dan bukan sebaliknya membuat produk
untuk di jual; dan
c. Identifikasi dan sekaligus menciptakan dan membina konsumen. Disinilah
faktor dari konsep pemasaran yaitu tindakan untuk menciptakan dan membina
langganan pada semua segmen yang ada. Oleh karena itu identifikasi
konsumen ini perlu di ikuti dengan identifikasi segmen pasar, karena
konsumen pada segmen pasar tertentu akan menentukan macam dan kualitas
Saluran pemasaran/ saluran distribusi terdiri dari seperangkat lembaga yang
melakukan semua kegiatan (fungsi) yang digunakan untuk menyalurkan produk
dan status kepemilikannya dari produsen ke konsumen (Kotler, 1995).
Istilah saluran (channel) adalah berasal dari bahasa latin canalis, yang berarti
kanal. Suatu saluran pemasaran dapat dilihat sebagai suatu kanal yang besar atau
saluran pipa yang di dalamnya mengalir sejumlah produk, kepemilikan,
komunikasi, pembiayaan dan pembayaran, resiko yang menyertai mengalir ke
pelanggan. Secara formal, suatu saluran pemasaran (juga disebut sebuah channel
of distribution) merupakan suatu struktur bisnis dari organisasi yang saling
bergantung yang menjangkau dari titik awal suatu produk sampai ke pelanggan
dengan tujuan konsumsi akhir (Lamb, C. dkk, 2001).
Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan
pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir
serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Menurut
penguasaannya terhadap komoditi yang diperjualbelikan, lembaga pemasaran
dapat dibedakan menjadi (3) tiga, yaitu : Pertama, lembaga yang tidak memiliki
tapi menguasai benda, seperti agen perantara, makelar (broker, selling broker, dan
buying broker). Kedua, lembaga yang memiliki dan menguasai komoditi-komoiti
pertanian yang diperjualbelikan, seperti pedagang pengumpul, tengkulak,
eksportir dan importir, dan ketiga, lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan
menguasai komoditi-komoditi pertanian yang diperjualbelikan, seperti
Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran dapat
diidentifikasikan sebagai berikut :
a. Tengkulak, yaitu lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan
dengan petani. Tengkulak ini melakukan transaksi dengan petani baik secara
tunai, ijon maupun kontrak pembelian.
b. Pedagang besar, untuk meningkatkan efisiensi pelaksanaan fungsi-fungsi
pemasaran, maka jumlah komoditi yang ada pada pedagang pengumpul ini
harus dikonsentrasikan lagi oleh lembaga pemasran yang disebut dengan
pedagang besar. Pedagang besar melakukan proses distribusi (penyebaran) ke
agen penjualan ataupun pengecer.
c. Agen penjualan, produk pertanian yang belum ataupun sudah mengalami
proses pengolahan ditingkat pedagang besar harus didistribusikan kepada
agen penjualan ataupun pengecer.
d. Pengecer, lembaga yang berhadapan langsung dengan konsumen.
Dengan demikian, tingginya marjin pemasaran melalui lembaga kebijaksanaan
pedagang perantara yang terlibat. Dilihat dari fungsinya, pedagang tersebut
terlibat dalam pelaksanaan fungsi pemasaran baik fungsi pertukaran, fungsi fisik,
maupun fungsi fasilitas. Dihadapkan dengan sifat produk pertanian yang
“perishable” maka setelah produsen, perantara merupakan lembaga yang paling
besar menganggung resiko, sehingga tidak mengherankan kalau selama ini untuk
mengurangi kerugian, para perantara menekan pihak produsen dan konsumen
Fungsi-fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pemasaran
bermacam-macam, pada prinsipnya terdapat tiga tipe pemasaran, yaitu 1) fungsi
pertukaran (exchange function), 2) fungsi fisik (physical function) dan 3) fungsi
penyediaan fasilitas (facilitating function).
Fungsi pertukaran dalam pemasran produk-produk pertanian meliputi kegiatan
yang menyangkut pengalihan hal pemilikan dalam sistem pemasaran. Fungsi
pertukaran ini terdiri dari fungsi penjualan dan pembelian. Fungsi fisik meliputi
kegiatan-kegiatan yang secara langsung diberlakukan terhadap komoditi
pertanian, sehingga komoditi-komoditi pertanian tersebut mengalami tambahan
guna tempat dan guna waktu. Berdasarkan definisi fungsi fisik di atas, maka
fungsi fisik ini meliputi pengangkutan dan penyimpanan. Fungsi penyediaan
fasilitas, pada hakekatnya adalah untuk memperlancar fungsi pertukaran dan
fungsi fisik. Fungsi penyediaan fasilitas merupakan usaha-usaha perbaikan sistem
pemasaran untuk meningkatkan efisiensi operasional dan efisiensi penetapan
harga. Fungsi penyediaan fasilitas ini meliputi standarisasi, penggunaan resiko,
informasi harga, dan penyediaan dana (Sudiyono, 2004).
Untuk menanggulangi besarnya biaya-biaya, pedagang besar akan mengambil
kebijakan-kebijakan di dalam usahanya, khususnya kebijakan di dalam pemasaran
dan lebih khusus lagi adalah kebijakan harga penjualnya. Salah satu masalah dari
pemasaran hasil pertanian adalah kecilnya persentase harga yang diterima oleh
petani dari harga yang diterima konsumen. Harga yang rendah ditingkat petani
akan menyebabkan menurunnya kegairahan petani untuk meningkatkan
Biaya pemasaran suatu produk baiasanya diukur secara kasar dengan price spread
dan share margin. Price spread menyatakan perbedaan dua tingkat harga dan
menunjukkan jumlah yang diperlukan untuk menutupi biaya barang-barang di dua
tingkat pasar, misalnya pasar lokal dan grosir (wholeseller market) atau antara
grosir dan eceran (Hanafiah dan Saefuddin, 1986).
Marketing marjin/ marketing charge atau farm retail spread adalah perbedaan
harga yang dibayar oleh konsumen akhir untuk suatu produk dengan harga yang
diterima oleh produsen. Besarnya marketing marjin ini oleh lembaga pemasaran
disebarkan atau dialokasikan, di antaranya untuk biaya-biaya pengumpulan,
pengolahan, pergudangan, packing, dan keuntungan pedagang (Ginting, 2006).
Dari biaya pemasaran dan harga jual akan didapatkan margin keuntungan yang
merupakan pengukuran untuk efisiensi pemasaran. Berarti semakin banyak
lembaga pemasaran yang terlibat dalam suatu usahatani maka akan
mengakibatkan semakin tinggi harga yang nantinya harus dibayarkan oleh
konsumen akhir. Dari sini dapat disimpulkan bahwa semakin banyak lembaga
pemasaran yang terlibat dalam suatu usaha tani maka saluran pemasaran itu dapat
dikatakan semakin tidak efisien. Di samping itu, menurut (Mubyarto, 1977)
kriteria yang menyatakan bahwa pemasaran itu efisien atau tidak adalah antara
lain :
1. Pemasaran akan semakin efisien jika mampu menyampaikan hasil-hasil dari
2. Pemasaran akan semakin efisien jika mampu mengadakan pembagian yang
adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua
pihak yang ikut serta dalam kegiatan tataniaga.
Ekspor adalah mengeluarkan barang-barang dari peredaran dalam masyarakat dan
mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan
pembayaran dalam valuta asing. Suatu produk dapat dijual di pasar dalam negeri,
tetapi bisa juga dijual di luar negeri tanpa memerlukan perubahan. Penjualan
semacam ini disebut penjualan ekspor (export selling) tetapi kalau produk itu
sebelum dijual ke luar negeri perlu diubah bentuknya, ukurannya, bahannya,
maupun warnanya, maka penjualan ke luar negeri itu disebut Pemasaran Ekspor
(Amir, 2004).
III.3 Kerangka Pemikiran
Gabungan kelompok tani ini memegang peran kunci dalam ekspor sayur kentang
dan kubis. Beberapa Gabungan kelompok tani telah bekerjasama dengan
pengekspor, namun sebahagian Gabungan kelompok tani tidak membuat
kesepakatan oleh pengekspor tertentu. Untuk Gabungan kelompok tani yang
bermitra, komoditi kentang dan kubis ini dijual langsung kepada perusahaan
ekspor dengan jumlah produksi dan harga yang telah disepakati sebelumnya.
Adapun peran pedagang pengumpul yaitu menghimpun seluruh produksi petani
dari Gapoktan yang bermitra untuk selanjutnya didistribusikan ke perusahaan
ekspor. Untuk Gabungan kelompok tani yang tidak bermitra, produksi kentang
dan kubis dijual ke pedagang perantara dan pedagang kecamatan sebelum sampai
Ada beberapa saluran pemasaran produk pertanian yang ditujukan untuk segmen
pasar konsumen, demikian juga dengan sayur kentang dan kubis. Dalam saluran
pemasaran kentang dan kubis ada beberapa pihak yang terlibat yaitu, petani
kentang dan kubis sebagai penyedia komoditi, pedagang perantara, dan eksportir.
Panjang - pendeknya saluran pemasaran ini dilihat dari banyaknya jumlah
pedagang perantara yang terlibat dalam saluran tersebut.
Pedagang perantara yang terlibat mungkin menjalankan lebih dari satu fungsi
pemasaran. Fungsi – fungsi pemasaran tersebut meliputi : fungsi pembelian,
penjualan, pengangkutan atau transportasi, pergudangan atau penyimpanan serta
kegiatan pendistribusian, penerapan standardisasi produk, penyediaan dana
(financing), penanggungan resiko, serta penyediaan, informasi pasar. Pelaksanaan
fungsi pemasaran oleh lembaga-lembaga pemasaran menyebabkan terbentuknya
biaya pemasaran. Semakin panjang saluran pemasaran suatu produk, maka
semakin besar pula biaya pemasaran yang harus dikeluarkan.
Dalam menjalankan fungsi – fungsi pemasaran, pedagang perantara memperoleh
balas jasa berupa margin pemasaran yaitu selisih harga yang dibayar konsumen
dengan harga yang diterima produsen. Margin pemasaran ini oleh pedagang
perantara dialokasikan di antaranya untuk melaksanakan fungsi pemasaran yang
disebut biaya pemasaran atau biaya fungsional dan keuntungan lembaga yang
terlibat di dalam penyampaiannya. Margin pemasaran ini akan mempengaruhi
efisiensi pemasaran, dalam banyak hal semakin tinggi biaya pemasaran maka
saluran pemasaran tersebut akan semakin tidak efisien. Secara sistematis,
Gapoktan yang sudah bermitra :
1. Sada Perarih
2. Lau Dimbo Simacem
3. Tani Maju
4. Maju Bersama
Gapoktan yang belum bermitra :
− Kecamatan Naman Teran
Kentang Kubis
Petani Gapoktan
Kentang Kubis
Petani Gapoktan
Pedagang Perantara
Eksportir
Singapura Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
: Menyatakan pengaruh
: Menyatakan hubungan
III.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis atau dugaan sementara yang ditetapkan dalam pemasaran tujuan ekspor
sayur kentang dan kubis adalah :
1. Terdapat beberapa saluran pemasaran kentang dan kubis oleh gapoktan
bermitra dan gapoktan tidak bermitra di daerah penelitian.
2. Adanya fungsi-fungsi pemasaran kentang dan kubis yang dilakukan di
tiap-tiap lembaga pemasaran di daerah penelitian.
3. Terdapat perbedaan biaya pemasaran, margin tata niaga dan distribusinya
pada masing-masing lembaga pemasaran di daerah penelitian.
4. Saluran pemasaran kentang dan kubis oleh gapoktan bermitra dan gapoktan
BAB III
METODE PENELITIAN
IV.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu pemilihan sampel bertitik
tolak pada penilaian pribadi peneliti yang menyatakan bahwa sampel yang dipilih
benar-benar representatif (Sugiarto, dkk., 2001) di Kabupaten Karo, Provinsi
Sumatera Utara, dengan dasar pertimbangan adalah karena kabupaten ini
merupakan salah satu daerah potensi sayuran terbesar sebagai penghasil sayuran.
Tabel 3. Data Produksi, Luas Lahan dan Produktivitas Komoditi Kentang Per Kabupaten di Sumatera Utara Tahun 2011
Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2011
Tabel 4. Data Produksi, Luas Lahan dan Produktivitas Komoditi Kubis Per Kabupaten di Sumatera Utara Tahun 2011
No Kabupaten Produksi
(Ton)
2 Tapanuli Utara 6.956 325 21,40
3 Toba Samosir 189 10 18,90
4 Simalungun 98.526 3.671 26,83
5 Dairi 13.155,45 469 28,05
6 Karo 69.365 3052 22,72
7 Humbang Hasundutan 4.866,50 195 24,95
8 Samosir 231,30 117 1,97
Jumlah 193.415,25 7.848
Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2011
No Kabupaten Produksi
(Ton)
Dalam hal ini, ada dua bagian yang diteliti dalam pemasaran komoditi kentang
dan kubis, yaitu gapoktan yang bermitra dengan perusahaan dengan gapoktan
yang tidak bermitra dengan perusahaan. Untuk gapoktan yang bermitra dengan
perusahaan ekspor, terdapat empat gapoktan yang diteliti yaitu
1. Sada Perarih berada di Desa Sukanalu,Kecamatan Barusjahe
2. Lau Dimbo Simacem berada di Desa Bunuraya,Kecamatan Tiga Panah
3. Tani Maju berada di Desa Dokan,Kecamatan Merek
4. Maju Bersama berada di Desa Tiga panah, Kecamatan Tiga Panah
Adapun daerah yang ditentukan mewakili gapoktan yang tidak bermitra yaitu
Kecamatan Naman Teran. Kecamatan Naman Teran dipilih karena Kecamatan
memiliki luas lahan dan produksi kentang dan kubis yang besar, walaupun
produktivitasnya bukan merupakan yang tertinggi.
Tabel 5. Luas Panen, Produksi, Produktifitas Kentang Per Kecamatan di Kabupaten Karo
No. Kecamatan Produksi Luas Tanam Produktivitas
(Ton) (Ha) (Ton/Ha)
Tabel 6. Luas Panen, Produksi, Produktifitas Kubis Per Kecamatan di Kabupaten Karo
No. Kecamatan Luas Tanam Produksi Produktivitas
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo tahun 2012
IV.2 Metode Penentuan Sampel
III.2.1 Produsen
Populasi dalam hal ini adalah petani yang merupakan anggota gapoktan yang
mengusahakan tanaman kentang dan kubis sebagai komoditas utamanya. Jumlah
populasi petani ketang dan kubis di Kecamatan Naman Teran sebanyak 1.855
petani dengan jumlah kelompok tani sebanyak 14 gapoktan. Untuk empat
gapoktan yang sudah bermitra dengan perusahaan ekspor, jumlah populasi petani
kentang dan kubis sebanyak 175 petani.
Penarikan sampel digunakan dengan menggunakan metode simple random
sampling atau acak sederhana yaitu proses pengambilan sampel dimana anggota
yang sama untuk dipilih) dimana jika sudah dipilih, tidak dapat dipilih lagi.
Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 30 sampel petani setiap
bagian. Hal ini sesuai dengan teori Bailey yang menyatakan untuk penelitian yang
menggunakan analisa statistik ukuran sampel paling minimum 30 (Hasan, 2002).
Tabel 7. Jumlah Sampel Hubungan
Mitra Daerah Komoditi
Sampel (Petani) Gapoktan tidak
bermitra
Kecamatan Naman Teran
Kentang
1. Sada Perarih, Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe
2. Lau Dimbo Simalem, Desa Bunuraya,Kecamatan Tiga panah 3. Tani maju, Desa Dokan,Kecamatan
Merek
4. Maju bersama, Desa Tiga Panah, Kecamatan Tiga Panah
Kentang
Kubis
15
15
Jumlah 60
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk sampel petani dari gapoktan tidak
bermitra dipilih 30 petani sampel dimana dipilih 15 sampel untuk petani kentang
dan 15 sampel untuk petani kubis. Untuk sampel petani dari gapoktan bermitra
dipilih 30 petani sampel yang mencakup keempat gapoktan yang bermitra dengan
perusahaan ekspor yaitu Gapoktan Sada Perarih, Gapoktan Lau Dimbo Simalem,
Gapoktan Tani Maju, dan Gapoktan Maju Bersama. Dari keempat gapoktan di
atas dipilih 15 sampel petani kentang dan 15 sampel petani kubis.
III.2.2 Pedagang atau Lembaga Pemasaran
Sampel pedagang adalah orang-orang yang terlibat dalam mendistribusikan
kentang dan kubis hasil produksi petani hingga ke perusahaan ekspor. Pedagang
pedagang yang terlibat dan yang mengambil kentang dan kubis hasil produksi
produsen sampel di daerah penelitian mulai dari pedagang pengumpul sampai
pedagang besar.
IV.3 Metode Pengambilan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan petani yang
menjadi sampel dengan menggunakan daftar kuisioner yang telah dipersiapkan
terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder yang diperoleh dari lembaga atau
instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Dinas Pertanian
Kabupaten Karo dan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan
Kehutanan Kabupaten Karo dan Kecamatan Naman Teran diperoleh dengan
mengisi form dan checklist sesuai dengan data yang diinginkan.
IV.4 Model Analisis Data
Data yang diperoleh dari lapangan terlebih dahulu ditabulasi secara sederhana dan
selanjutnya dianalisis sesuai dengan metode analisis yang sesuai.
Untuk menguji identifikasi masalah (1) diuji dengan analisis deskriptif
berdasarkan survei dan pengamatan yang dilakukan di daerah penelitian serta
dengan melakukan wawancara langsung dengan pedagang sehingga diperoleh
informasi mengenai saluran pemasaran kentang dan kubis itu sendiri.
Untuk menguji identifikasi masalah (2) diuji dengan analisi deskriptif, yaitu
lembaga pemasaran yang terlibat dan menanyakan fungsi-fungsi apa saja yang
mereka lakukan selama proses penyampaian kentang dan kubis dan hingga sampai
ke tangan lembaga pengekspor.
Untuk menguji identifikasi masalah (3), diperoleh dengan menghitung share
margin untuk setiap saluran pemasaran. Dari hasil tersebut, maka dapat diketahui
besar margin keuntungan yang diterima masing-masing lembaga pemasaran.
Rumus untuk menghitung margin pemasaran adalah
Mji = Cji + ∏i...(1)
Mji = Psi - Pbi...(2)
Maka akan diperoleh pemasaran total ;
Mj = ΣMji...(3)
dimana
Mj = marjin pemasaran total
Cji = biaya pemasaran untuk melaksanakan fungsi pemasaran ke-i oleh
lembaga pemasaran ke-j
Mji = marjin pada lembaga pemasaran ke- i
Psi = harga penjualan pada lembaga pemasaran ke- i
Pbi = harga pembelian pada lembaga pemasaran ke- i
∏i = keuntungan lembaga pemasaran ke- i
Margin pemasaran merupakan selisih harga yang dibayar konsumen akhir dengan
harga yang diterima petani produsen. Margin pemasaran yang tinggi tidak selalu
yang harus dikeluarkan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan
fungsi-fungsi pemasaran (Sudiyono, 2004).
Untuk menghitung bagian yang diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran
(share margin) digunakan rumus :
Sm = ��
��x 100
Keterangan :
Sm = share margin (%)
Pp = harga yang diterima dari produsen dan pedagang (Rp)
Pk = harga yang harus dibayar oleh konsumen (Rp)
Price spread diperoleh dengan mengelompokkan biaya-biaya pemasaran menurut
komponen yang sama.
Identifikasi masalah (4) dihitung dengan menggunakan analisis tabulasi
sederhana, hipotesis yang digunakan adalah :
��� = ��
�� × 100%
dimana : Eps = Efisiensi Pemasaran
Bp = Biaya Pemasaran
HE = Harga Eceran
Kriteria efisiensi :
(HO) : belum efisien (Eps ≥ 50%)
(H1) : sudah efisien (Eps < 50%)
Ep = biaya pemasaran/ nilai produk yang dipasarkan x 100%. Bila nilai Ep < 50%,
maka H1 diterima dan HO ditolak. Artinya pemasaran di darah penelitian sudah
IV.5 Defenisi dan Batasan Operasional
Supaya tidak terjadi perbedaan pengertian atau kekurang jelasan makna maka
berikut dituliskan sema defenisi dari variabel dan batasan opersional.
III.5.1 Defenisi
1. Petani kentang adalah petani yang mengusahakan tanaman kentang baik
secara komersial maupun sebagai sampingan dan merupakan anggota
Gapoktan
2. Petani kubis adalah petani yang mengusahakan tanaman kubis baik secara
komersial maupun sebagai sampingan dan merupakan anggota Gapoktan
3. Gapoktan adalah kumpulan dari beberapa kelompok tani yang beranggotakan
produsen petani.
4. Pemasaran kentang adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan
penyampaian produksi fisik tanaman kentang dari produsen ke perusahaan
ekspor.
5. Pemasaran kubis adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan
penyampaian produksi fisik tanaman kubis dari produsen ke perusahaan
ekspor.
6. Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang
menyelenggarakan, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada
konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau
individu lainnya.
7. Pedagang pengumpul adalah pedagang yang menjual kentang dan kubis ke
8. Pedagang besar adalah pedagang yang menjual kentang dan kubis kepada
perusahaan ekspor dan membelinya dari pengumpul.
9. Fungsi pemasaran adalah serangkaian kegiatan fungsional yang dilakukan
oleh lembaga-lembaga pemasaran, baik aktivitas proses fisik maupun
aktivitas jasa.
10. Biaya tata niaga adalah biaya yang dikeluarkan oleh setiap pedagang
perantara dalam menyalurkan kentang dan kubis dari produsen hingga ke
perusahaan ekspor.
11. Margin tata niaga adalah perbedaan antara harga yang diterima petani dengan
harga yang dibayarkan oleh perusahaan ekspor.
III.5.2 Batasan Operasional
1. Sampel adalah petani kentang dan kubis dan pedagang yang berperan
menyampaikan hasil produksi ke perusahaan ekspor.
2. Penelitian dilakukan di Kabupaten Karo.
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK SAMPEL
IIV.1 Deskripsi Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten Karo, khususnya di 4 Desa yaitu Desa
Sukanalu di Kecamatan Barusjahe, Desa Bunuraya dan Desa Tiga Panah di
Kecamatan Tiga Panah, Desa Dokan di Kecamatan Merek dan di Kecamatan
Neman Teran.
IV.1.1 Kabupaten Karo
Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah di Propinsi Sumatera Utara yang
berpotensi sebagai daerah pertanian dan merupakan bagian dari Propinsi Sumatera
Utara dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang secara administratif
dibagi atas tujuh belas kecamatan. Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi
pegununan Bukit Barisan berada pada ketinggian 280-1.420 meter di atas
permukaan laut. Luas wilayah Kabupaten Karo luas 2.127,25 km2 atau 2,97% dari luas Propinsi Sumatera Utara dengan 17 Kecamatan, 252 Desa dan 10 Kelurahan.
Secara geografis daerah Kabupaten Karo terletak diantara 2°50’-3°19’ Lintang
Utara dan 97°55’-98°38’ Bujur Timur. Suhu udara berkisar antara 15,8°C sampai
dengan 23,9°C, dengan kelembaban udara rata-rata 87,38 % dan curah hujan
sebanyak 170 hari hujan/tahun dan rata-rata kecepatan angin berkisar antara