• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Untuk mengetahui dan memahami aplikasi hukum oleh pejabat terhadap aset barang milik pemerintah yang dihilangkan sehingga perlu dilakukan manajemen kepemilikan aset barang tersebut.

1.6. Manfaat Penelitian

1.6.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat dalam bidang Hukum Pemerintahan dan menjadi referensi bagi Pemerintah KabupatenBadung khususnya bagian Pengelola Aset Daerah.

1.6.2. Manfaat Praktis

Diharapkan dapat memberi sumbangan kepada masyarakat umum, masyarakat dikalangan Perguruan Tinggi, khususnya mengenai penerapan hukum terhadap aset barang milik pemerintah yang dihilangkan oleh pejabat pemerintah.

1.7. Landasan Teoritis

1.7.1 Teori Negara Hukum

Konsep negara hukum Indonesia menurut M. Yamin sudah lama ada beribu-ribu tahun sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI 1945 yang menjadi sumber hukum secara tertulis dalam Republik Indonesia.Istilah negara hukum jauh lebih muda daripada pengertian negara hukum yang dikenal dalam negara-negara Indonesia seperti Sriwijaya, Majapahit, Melayu, Minangkabau, dan Mataram.Hasil penyelidikan ini menolak pendapat seolah-olah pengertian

12

negarah hukum semata-mata bersumber atau berasal dari hukum Eropa Barat.Tidak demikian halnya, melainkan pengertian negara hukum telah dikenal dengan baik dalam perkembangan peradaban yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.2Hukum adalah suatu aturan. Dalam suatu aturan harus berpedoman pada norma – norma yang telah diatur dalam peraturan tertulis berupa Undang-undang, dimana suatu aturan akan dapat membatasi tingkah laku seseorang yang hidup di negara hukum. Hukum mampu mengatur dan mengarahkan suatu negara menuju kepada best practices dengan beberapa asas yang perlu diterapkan, sebagaimana diatur dalam amanat Pasal 23C Undang-Undang Dasar 1945 tentang Keuangan Negara. Asas-asas best

practices yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar tersebut antara lain

akuntabilitas berorientasi pada hasil; profesionalitas; proporsionalitas;

keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara; dan pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri.Implementasi asas-asas tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 16-20 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang penyusunan dan penetapan APBD yang dijabarkan dalam bentuk pelaksanaan program tahunan.Hal ini dimaksudkan agar semua yang dilaporkan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, terutama aset tetap berupa Barang Milik Daerah (BMD).

Barang milik daerah menurut Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, Pasal 1 ayat (2) adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan

2

13

Belanja Daerah atau perolehan lainnya yang sah. Untuk aset yang sudah lama dan tidak dapat digunakan secara optimal lagi oleh pemerintah daerah, aset tersebut dapat dilakukan penghapusan, selain itu secara ekonomis lebih menguntungkan bagi daerah apabila dihapus, karena biaya operasional dan pemeliharaannya lebih besar dari manfaat yang diperoleh. Namun dalam pelaksanaan penghapusan dan pemindahtanganan, masih terdapat penghapusan dan pemindahtanganan yang tidak sesuai dengan mekanisme yang berlaku karena pelaksanaannya tidak berdasarkan peraturan yang berlaku dan dapat menimbulkan kemungkinan adanya penyalahgunaan wewenang ataupun tindakan untuk menguntungkan diri sendiri yang akan merugikan daerah.

Pengelolaan barang (aset) daerah menurut Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 2014 Pasal 3 ayat (2) mencakup 12 hal yaitu

1. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran 2. Pengadaan

3. Penggunaan 4. Pemanfaatan

5. Pengamanan dan pemeliharaan 6. Penilaian

7. Pemindahtanganan 8. Pemusnahan 9. Penghapusan 10.Penatausahaan

14

Pengelolaan aset adalah dengan melakukan penghapusan dan pemindahtanganan. Penghapusan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 1 ayat (23) adalah tindakan menghapus Barang Milik Negara/Daerah dari daftar barang dengan menerbitkan keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan Pengelola Barang, Penggunaan Barang, dan/atau Kuasa Pengguna Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya. Sedangkan Pemindahtanganan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 1 ayat (17) adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara/Daerah.

Barang Milik Daerah (BMD) yang akan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD) atau barang yang diperoleh dari perolehan lainnya yang sah dan diatur lebih lanjut dalam pasal 1 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014. Dalam aturan tersebut dijelaskan bahwa Barang Milik/Kekayaan Negara BM/KN yakni barang bergerak/barang tidak bergerak yang dimiliki/dikuasai oleh instansi pemerintah yang sebagian atau seluruhnya dibeli atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah ataupun dengan perolehan lainnya yang sah, yang tidak termasuk dalam kekayaan Negara yang dipisahkan (dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara) dan kekayaan pemerintah daerah 3.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2007Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008, serta Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun

3

Solihin Dadang. 2001. Kamus Otonomi Daerah Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan. Jakarta. hlm. 17

15

2014Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, menjelaskan bahwa yang disebut sebagai barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau APBD atau berasal dari perolehan lain dengan rincian sebagi berikut,

a. Barang yang diperoleh dari hibah atau sumbangan atau yang sejenis; b. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak; c. Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang; atau d. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap.

Dengan pengertian tersebut, jelas cakupannya sangat luas dan merupakan pengertian yang mendasar, sebagaimana pula pengertian yang dianut dalam KUHPerdata, yaitu benda terdiri atas benda berwujud dan tidak berwujud, sebagaimana yang tersurat pula dalam Pasal 499 KUHPerdata bahwa oleh Undang-Undang yang diartikan dengan zaken adalah semua benda dan hak yang dapat dijadikan objek hak milik. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah, Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

1.7.2 Kewenangan

Kewenangan merupakan faktor penting dalam sumber dayaimplementasi kebijakan. Kewenangan yang dimiliki oleh sumber dayamanusia adalah kewenangan setiap pelaksana untuk melakukan hal-hal yangberkaitan dengan apa yang diamanatkan dalam suatu

16

kebijakan.Kewenangan tersebut bervariasi dari program ke program dan dalambentuk yang berbeda-beda, seperti kewenangan menuntut di pengadilan,kewenangan memerintah pegawai yang lain, menarik dana dari program,menyediakan dana, staf dan bantuan teknis kepada tingkatan pemerintahanyang lebih rendah, membeli barang dan jasa, dan lain-lain (Edward III,1980:66). Kewenangan yang dimiliki oleh pihak pelaksana kebijakan dapatberupa kewenangan untuk mengatur pihak lain tidak tercantum secaraeksplisit dalam kebijakan itu sendiri.Pemberian kewenangan kepada pelaksana kebijakan akan mengurangiresistensi/penolakan yang mungkin timbul dari pelaksana kebijakan.Sebaliknya, kewenangan akan mendorong keterlibatan dan partisipasi parapelaksana implementasi kebijakan.

Badan hukum adalah kumpulan orang, yaitu semua yang di dalam kehidupan masyarakat sesuai dengan ketentuan undang-undang dapat bertindak sebagaimana manusia, yang memiliki hak-hak dan kewenangan-kewenangan, seperti kumpulan orang, perseroan terbatas, perusahaan perkapalan, perhimpunan, yayasan, dan sebagainya. Dalam kepustakaan hukum dikenal ada beberapa unsur dari badan hukum, yaitu:

a. Perkumpulan orang (organisasi teratur)

b. Dapat melakukan perbuatan hukum dalam hubungan-hubungan hukum c. Adanya harta kekayaan yang terpisah

d. Memiliki kepentingan sendiri e. Memiliki pengurus

17

g. Dapat digugat di depan pengadilan

Berdasarkan hukum publik negara, provinsi, dan kabupaten, badan hukum adalah kumpulan dari badan-badan hukum yang tindakan hukumnya dijalankan oleh pemerintah.Ketika pemerintah bertindak di lapangan keperdataan dan tunduk pada peraturan hukum perdata, pemerintah bertindak sebagai wakil dari badan hukum, bukan wakil dari jabatan. Oleh karena itu, kedudukan pemerintah dalam pergaulan hukum privat, tidak memiliki kedudukan yang istimewa, dan dapat menjadi pihak dalam sengketa keperdataan dengan kedudukan yang sama dengan seseorang atau badan hukum perdata dalam peradilan umum.

Organ dan badan hukum dapat dibedakan dengan tegas.Pada wilayah kabupaten terdapat organ-organ seperti DPRD, pemerintahan harian, dan bupati/walikota, namun tetap badan hukumnya adalah badan umum kabupaten. Dengan kata lain, pembuatan keputusan yang bersifat privat bagi Kabupaten dilakukan oleh Dewan, atau berdasarkan delegasi, oleh pemerintah harian. Dalam upaya administratif atau peradilan administrasi, gugatan ditujukan terhadap organ yang membuat keputusan tersebut. Organ inilah yang menjadi pihak dalam proses hukum. Sementara dalam hal keperdataan, badan hukumlah yang menjadi pihak, misalnya pada kabupaten, bupati tampil bertindak untuk mewakili badan hukum yaitu kabupaten.Berdasarkan keterangan tersebut tampak bahwa tindakan hukum pemerintah di bidang keperdataan adalah sebagai wakil dari badan hukum, yang tunduk dan diatur dengan hukum perdata.Dengan demikian, kedudukan pemerintah dalam hukum privat adalah

18

sebagai wakil dari badan hukum keperdataan.Pejabat Pemerintah sebagai pengguna barang, memiliki kuasa untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya.Berdasarkan keterangan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hukum bisa diterapkan dimana saja, baik di dalam institusi pemerintahan sekalipun. Dalam hal ini hukum akan diterapkan dalam lingkup pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab atas perlindungan barang milik daerah tersebut.

Pengguna barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang milik negara/daerah.Dalam pelaksanaannya, Pejabat Pengguna Barang menunjuk Kuasa Pengguna Barang yaitu kepala satuan kerja atau pejabat yang ditunjuk untuk menggunakan barang yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya. Pengguna barang milik daerah berwenang dan bertanggungjawab :

1. Mengajukan rencana kebutuhan BMD bagi satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya

2. Mengajukan permohonan penetapan status untuk penguasaan dan penggunaan BMD yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lain yang sah

3. Melakukan pencatatan dan inventarisasi BMD yang berada dalam penguasaannya

4. Menggunakan BMD yang berada dalam penguasaannya untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya

19

5. Mengamankan dan memelihara BMD yang berada dalam penguasaannya

6. Mengajukan usul pemindahtanganan BMD berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPRD dan BMD selain tanah dan/atau bangunan

7. Menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya kepada gubernur/bupati/walikota melalui pengelola barang

8. Melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan BMD yang ada dalam penguasaannya

9. Menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Pengguna Semesteran (LBPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) yang berada dalam penguasaannya kepada pengelola barang.

1.7.3 Konsep Pertanggung Jawaban Hukum Pertanggungjawaban Hukum Administrasi

Pertanggungjawaban perbuatan pemerintah muncul akibat adanya 2 hal, yaitu adanya kewenangan dan adanya hak dan kewajiban.Kewenangan hak dan kewajiban tersebut merupakan perbuatan pemerintah yang harus dipertanggungjawabkan.Pertanggungjawaban pemerintah tersebut berupa pertanggungjawaban hukum (pidana, perdata dan administrasi negara).

Pertanggungjawaban berasal dari kata tanggung jawab, yang berarti keadaan wajib menanggung segala sesuatunya.Dalam kamus hukum ada dua istilah

20

menunjuk pada pertanggungjawaban, yakni liability (the state of being liable) dan

responsibility (the state or fact being responsible).Liability merupakan istilah

hukum yang luas (a broad legal term) yang di dalamnya mengandung makna bahwa menunjuk pada makna yanh paling komprehensif, meliputi hampir setiap karakter risiko atau tanggung jawab, yang pasti, yang bergantung, atau yang mungkin.Liability didefinisikan menunjuk semua karakter hak dan kewajiban.Sementara itu responsibility berarti hal yang dapat dipertanggungjawabkan atas suatu kewajiban, dan termasuk putusan, keterampilan, kemampuan, dan kecakapan.Responsibility juga berarti kewajiban bertanggung jawab atas undang-undang yang dilaksanakan dan memperbaiki atau sebaliknya memberi ganti rugi atas kerusakan apapun yang telah ditimbulkannya.

Dalam negara hukum, setiap tindakan pemerintahan harus berdasarkan atas hukum, karena dalam negara terdapat prinsip wetmatigheid van bestuur atau asas legalitas. Asas ini menentukan bahwa tanpa adanya dasar wewenang yang diberikan oleh suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka segala macam aparat pemerintah tidak akan mewakili wewenang yang dapat mempengaruhi atau mengubah keadaan atau posisi hukum warga masyarakatnya. Oppen Hein mengatakan “ Hukum Administrasi Negara adalah sebagai suatugabungan ketentuan-ketentuan yang mengikat badan-badan yang tinggimaupun rendah apabila badan-badan itu menggunakan wewenangnya yangtelah diberikan kepadanya oleh Hukum Tata Negara.” Selain itu, Logemann mengatakan “ Hukum Administrasi Negara adalah seperangkatdari norma-norma

21

yang menguji hubungan Hukum Istimewa yang diadakanuntuk memungkinkan para pejabat administrasi Negara melakukan tugasmereka yang khusus.”4

Pemerintahan adalah berkenaan dengan sistem, fungsi, cara perbuatan, kegiatan, urusan atau tindakan memerintah yang dilakukan atau diselenggarakan atau dilaksanakan oleh pemerintah dalam arti luas (semua Lembaga Negara) maupun dalam arti sempit (presiden beserta jajaran atau aparatnya). Aksekutif adalah cabang kekuasaan Negara yang melaksanakan kebijakan publik (kenegaraan dan atau pemerintahan) melalui peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh lembaga legislatif.

Tindakan pemerintahan memiliki beberapa unsur yaitu sebagai berikut: 1) Perbuatan itu dilakukan oleh aparat Pemerintah dalam

kedudukannya sebagai penguasa mauoun sebagai alat perlengkapan pemerintahan dengan prakarsa dan tanggung jawab sendiri;

2) Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan;

3) Perbuatan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan akibat hukum di bidang hukum administrasi;

4) Perbuatan yang bersangkutan dilakukan dalam rangka pemeliharaan kepentingan negara dan rakyat.

Pertanggungjawaban berasal dari tanggung jawab, yang berarti keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Tanggung jawab Pemerintahan adalah kewajiban penataan hukum dari negara atau pemerintah atau pejabat lain yang

4

22

menjalankan fungsi pemerintahan sebagai akibat adanya suatu keberatan, gugatan, judicial review, yang diajukan oleh seseorang, masyarakat, badan hukum perdata baik melalui penyelesaian pengadilan atau di luar pengadilan untuk pemenuhan berupa:

1) Pembayaran sejumlah uang (subsidi, ganti rugi, tunjangan, dsb) 2) Menerbitkan atau membatalkan/mencabut suatu keputusan atau

peraturan

3) Tindakan-tindakan lain yang merupakan pemenuhan kewajibannya, misalnya untuk melakukan pengawasan yang lebih efektif dan efisien, mencegah adanya bahaya bagi manusia maupun lingkungan, melindungi harta benda warga, mengelola dan memelihara sarana dan prasarana umum, mengenakan sanksi terhadap suatu pelanggaran dan sebagainya.

Dokumen terkait