• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM TERHADAP TATA PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH OLEH PEJABAT PEMERINTAH : PADA KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN BADUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM TERHADAP TATA PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH OLEH PEJABAT PEMERINTAH : PADA KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN BADUNG."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM

TERHADAP TATA PENGELOLAAN BARANG MILIK

NEGARA/DAERAH OLEH PEJABAT PEMERINTAH :

PADA KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN BADUNG

IDA BAGUS INDRA MAHARDIKA NIM. 1116051105

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

ii

SKRIPSI

PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM

TERHADAP TATA PENGELOLAAN BARANG MILIK

NEGARA/DAERAH OLEH PEJABAT PEMERINTAH :

PADA KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN BADUNG

IDA BAGUS INDRA MAHARDIKA NIM. 1116051105

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

iii

SKRIPSI

PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM

TERHADAP TATA PENGELOLAAN BARANG MILIK

NEGARA/DAERAH OLEH PEJABAT PEMERINTAH :

PADA KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN BADUNG

Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Pada Fakultas Hukum Universitas Udayana

IDA BAGUS INDRA MAHARDIKA NIM. 1116051105

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(4)

iv

Lembar Persetujuan Pembimbing

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 30 September 2015

Pembimbing I

Dr. Putu Gede Arya Sumerthayasa, S.H.,M.H NIP. 1964091 519900 1 004

Pembimbing II

(5)

v

SKRIPSI INI TELAH DIUJI

PADA TANGGAL :15 JANUARI 2015

Panitia Penguji Skripsi

Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana Nomor 0043/UN14.4E/IV/PP/2016 Tanggal 15 Januari 2016

Ketua :Dr. Putu Gede Arya Sumerthayasa, S.H.,M.H (………)

Sekertaris :Cokorde Dalem Dahana. S.H.,M.Kn (………)

Anggota :1. Dr. Made Gede Subha Karma Resen, S.H M.Kn (………)

2. Nengah Suharta S.H.,M.H (………)

(6)

vi

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh penulis lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila Skripsi ini terbukti merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain dan/atau dengan sengaja mengajukan karya atau pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik dan/atau sanksi hukum yang berlaku.

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat sebagai pertanggugjawaban ilmiah tanpa ada paksaan maupun tekanan dari pihak manapun juga.

Denpasar, 15 Januari 2016 Yang menyatakan,

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, rahmat serta karunia NYA, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsiini dengan judul

“Pertanggung Jawaban Hukum Terhadap Tata Pengelolaan Aset Negara/Daerah Oleh

Pejabat Pemerintah Di Kantor Pemerintahan Kabupaten Badung”.Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Pembuatan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis tak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini baik berupa bimbingan, arahan, saran dan dukungan teknis maupun moril. Pada kesempatan ini penulis ingin meyampaikan ucapan terima kasih setulus-tulusnyakepada:

1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH.,MH,Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana.

2. Bapak I Ketut Sudiarta, SH.,MH, Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Udayana.

3. Bapak I Wayan Bela Siki Layang, SH.,MH, Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Udayana.

4. Bapak I Wayan Suardana, SH.,MH, Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Udayana.

5. Bapak Anak Agung Gede Oka Parwata, SH,.Msi, Ketua Program Ekstensi Fakultas Hukum Universitas Udayana.

(8)

viii

7. BapakDr. Putu Gede Arya Sumerthayasa, S.H.,M.H . Pembimbing I yang memberikan bimbingan serta wawasan lebih luas kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

8. BapakCokorde Dalem Dahana. S.H.,M.Kn., Pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan untuk membimbing serta memberikan wawasan dan pengetahuan tambahan dalam penulisan skripsi ini.

9. Bapak I Nyoman Bagiastra S.H.,M.H , Pembimbing Akademik yang sabar dan penuh tanggung jawab membimbing selama menempuh perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

10.Bapak/Ibu dosen pengajar di Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada saya selama mengikuti perkuliahan.

11.Kakek Saya Ida Pedande Ayah sayaIda Bagus Sura Hardika, Ibu saya Ida Ayu Manik Adnyawati S.H, Kakak saya Ida Ayu Sherly Paramitha, dan keluarga saya yang begitu perhatian dan telah memberikan dukungan moril dan doa restu dalam menyelesaikan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

12.Untuk orang yang tercinta dan terkasih yang selalu ada di setiap penulisan saya dan membawa saya sampai sekarang ini I.A Agung Indira Maheswari, SKG

13.Seluruh kawan-kawan Himpunan Mahasiswa Program Ekstensi (HMPE) Fakultas Hukum Universitas Udayana, serta kawan-kawan mahasiswa Program Ekstensi Fakultas Hukum Universitas Udayana.

14.Seluruh sahabat dan orang tercinta penulis, I Gede Dianta Yudi Pratama, Adyt Dimas Prasaja Utama, Ida Bagus Edy Prabawa, Mang Adi serta kerabat saya lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, semangat dan doa selama penulisan skripsi ini.

(9)

ix

kekurangan di dalam skripsi ini mohon dimaafkan dan besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Denpasar, 15 Januari 2016

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

JUDUL SKRIPSI ………... ii

HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... vi

1.7.3 Konsep pertanggungjawaban hukum ... 19

(11)

xi

2.2.3 Pengelolaan Aset Daerah (Barang Milik Daerah) ... 39

2.3 Deskripsi Kelembagaan (Kantor Pemerintahan Kabupaten Badung Bagian Pengelola Aset Daerah)... ... 43

BAB III PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG 3.1 Pola Pengelolaan Barang Milik Daerah di Kabupaten Badung ... 47

3.1.1 Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran ... 48

3.1.2 Pengadaan... 51

3.1.3 Penerimaan, Penyimpanan, dan Penyaluran ... 52

3.1.4 Penggunaan ... 53

3.1.5 Penatausahaan... 54

3.1.6 Pemanfaatan ... 55

3.1.7 Pengamanan dan Pemeliharaan ... 56

3.1.8 Penilaian ... 57

3.1.9 Inventarisasi... 57

3.2 Pertanggung jawaban Hukum dalam Proses Pengadaan Barang Milik Daerah ... 58

3.2.1 Prosedur Pengadaan Barang Milik Daerah ... 59

BAB IV PENGHAPUSANBARANG MILIK DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG 4.1 Proses Lanjutan Setelah Pengadaan Barang Milik Daerah ... 69

4.1.1 Tata Cara Penghapusan Alat-Alat Kantor (Sarana-Prasarana Administratif) ... 74

(12)

xii

4.2 Barang Milik Daerah yang Hilang di Luar Penghapusan ... 89

4.2.1 Contoh Kasus... 89

4.1.2 Upaya Hukum dan Penyelesaian ... 90

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 95

5.2 Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 98

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(15)

xv

ABSTRAK

Prinsip good goovernanceyang didasarkan pada amanat Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945 menjelaskan bahwa pemerintah pusat maupun daerah harus menyajikan laporan keuangan yang transparan dan akuntable. Tujuan pencerminan asas-asas tersebut agar semua yang dilaporkan bisa dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, termasuk aset tetap berupa Barang Milik Daerah (BMD). Barang Milik Daerah (BMD) merupakan seluruh barang yang cara perolehannya dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD) atau barang yang diperoleh dari perolehan lainnya yang sah.

Dalam prakteknya, terdapat beberapa kendala pengelolaan aset daerah yang menunjukkan bahwa pengelolaan antara inventarisasi, pembukuan, dan pelaporan mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap pengamanan aset daerah. Informasi pengelolaan barang milik daerah, memberikan sumbangan yang signifikan di dalam laporan keuangan (neraca) yaitu berkaitan dengan pos-pos persediaan, aset tetap, maupun aset lainnya.

Penelitian ini menggunakan subjek penelitian yaitu pejabat-pejabat daerah yang memiliki wewenang atas aset/barang milik daerah, khususnya kendaraandinasdan inventarisasi di kantor Pemerintahan Kabupaten Badung karena aset ini tidak dapat sembarangan dipindahtangankan atau dihapus tanpa memenuhi persyaratan yang telah diatur dalam hukum yang mengatur tentang aset/barang milik negara/daerah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode yuridis empiris(atas dasar hukum yang berlaku di masyarakat)denganpendekatan fakta dan pendekatan perundang-undangan (The Statute

Approach).

(16)

xvi

kebutuhan masing – masing SKPD yang sekiranya memerlukan pengadaan dari barang tersebut. Proses pertanggung jawaban hukumnya adalah pencatatan dan pelaporan dari masing – masing SKPD kepada Bagian Aset dan Bagian Aset kepada Bupati Badung.

Penegakan hukum terhadap tata pengelolaan aset barang milik daerah Kabupaten Badung yang dihilangkan oleh pejabat dilakukan dengan cara setiap SKPD atau instansi terkait harus melaporkan tentang kehilangan tersebut ke bagian Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah Badung dengan membawa Surat Keterangan Hilang dari masing-masing Kepala SKPD atau Kepala Instansi Pemerintahan yang bersangkutan untuk dilaporkan kepada Bupati Badung. Kemudian, Bupati Badung mengeluarkan SK Penghapusan untuk menghapus daftar barang tersebut. Terdapat beberapa tuntutan yang diberikan kepada pelaku sebagaimana diatur dalam TPTGR Peraturan Daerah Kabupaten Badung No. 1 Tahun 2009 Pasal 78 dan 79, yang salah satunya adalah dengan cara memotong gaji/ penghasilan yang bersangkutan namun jika Pejabat/ Pegawai dilingkungan Pemerintah Daerah terkait tindak pidana/ pelanggaran hukum sehingga merugikan daerah, maka yang bersangkutan dapat diberhentikan sementara oleh Bupati.

(17)

xvii ABSTRACT

The principal of good governance which base on clause 23rd of Constitution of 1945 explained that central government and local government must provide a transparent and accountable financial report. The purpose is to make sure all the report can be

answered to people, including the fixed assets which owns by local government. The local government assets are all assets that funded by local government finance or all assets that funded by any legal financial form.

In practice, there are few obstacles in maintaining the local assets which shown

that maintenance of inventory, bookkeeping and reporting have a great effect to safekeeping of the asset itself. The information of local assets maintenance give a significant portion in financial reporting which considered for stock, fixed assets and any other assets.

This research use the local officials as the subject, specifically those who has the authority for the local assets. Local assets specially like government cars and other inventory of the Government of Badung Regency, because this asset can't be easily transferred to another person or be deleted without following the rules that stated on law of local assets maintenance. The method of research used is empirical jurisdiction (based on law applied in society) with factual approach and the statute approach.

The legal liability ownership assets of Badung Regency are based on local regulation of Badung Regency No.1 Year 2009 it's about management of the local assets. All procurement of the assets in Badung Regency are legally responsible and as the person who has the primary authority of assets management, it's according to clause 6 verse 1 of local constitution of Badung No.1 Year 2009. The other authorized person is department head of each SKPD as the user of each government office in Badung Regency, the other is officials in assets management department who responsible for the local assets. The

procurement of the assets usually held once a month or once a year depends on the needs of each SKPD. The legal liability process is consists of recording and reporting of each SKPD to Division head and from division head to Regent of Badung.

The law enforcement of any lost assets belong to Badung Regency are done by

(18)

xviii

addressed to the person who responsible for the lost according to TPTGR of Local Constitution of Badung Regency No.1 year 2009 Clause 78 and 79, which one of them by payroll deductions, however if the officials are related criminal offenses, then the person can be suspended for a certain periods.

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

(20)

2

Tujuan pencerminan asas-asas tersebut agar semua yang dilaporkan bisa dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, termasuk aset tetap berupa Barang Milik Daerah (BMD). Barang Milik Daerah (BMD) merupakan seluruh barang yang cara perolehannya dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD) atau barang yang diperoleh dari perolehan lainnya yang sah. Hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam Pasal 1 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah yang menjelaskan bahwa Barang Milik/Kekayaan Negara BM/KN yakni barang bergerak/barang tidak bergerak yang dimiliki/dikuasai oleh instansi pemerintah yang sebagian atau seluruhnya dibeli atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah ataupun dengan perolehan lainnya yang sah, yang tidak termasuk dalam kekayaan Negara yang dipisahkan (dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara) dan kekayaan pemerintah daerah.1Barang Milik Daerah tersebut merupakan asset negara dimana pengelolaannya tidak hanya terhadap proses administrasinya saja, melainkan juga harus memperhatikan efisiensi, efektifitas, dan menciptakan nilai tambah dalam pengelolaan asset tersebut.

Dalam Pemendagri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah yang dimaksud dengan dengan barang milik daerah adalah semua kekayaan daerah baik yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah maupun yang berasal dari perolehan lain yang sah baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak

1

(21)

3

beserta bagian-bagiannya ataupun yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur, atau ditimbang termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan. Dimana pengelolaan barang milik Negara/daerah dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai.

Jika mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2007Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 Tentang Pengeloaan Barang Milik Negara/Daerah, serta Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, yang menjelaskan bahwa yang disebut dengan barang milik daerah yaitu:

1. Barang milik daerah yang meliputi :

a. Barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD; dan b. Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah; 2. Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. Barang yang diperoleh dari hibah atau sumbangan atau yang sejenis; b. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak; c. Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang; atau d. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap.

(22)

4

1. Barang Milik Negara yang dikelola sendiri oleh pemerintah, misalnya tanah dan bangunan Kementerian/Lembaga, mobil milik Kementerian/ Lembaga

2. Kekayaan negara yang dipisahkan dan dikelola oleh pihak lain, misalnya penyertaan modal negara berupa saham di BUMN, atau kekayaan awal di berbagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN) yang dinyatakan sebagai kekayaan terpisah berdasarkan Undang - Undang pendiriannya 3. Kekayaan yang dikuasai negara berupa kekayaan potensial terkait

dengan bumi, air, udara dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya yang dikuasai negara selaku organisasi tertinggi, misalnya tambang, batu bara, minyak, panas bumi, aset nasionalisasi eks-asing, dan cagar budaya.

Pengelolaan aset Daerah ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Dalam prakteknya, banyak kendala yang terjadi, antara lain tenaga SDM untuk menyajikan laporan keuangan belum cukup banyak, kebijakan untuk pengelolaan aset yang belum mengakomodir semua hal yang diperlukan, penguasaan dan pemeliharaan aset agar tidak hilang, rusak, atau dicuri, dan sebagainya. Meskipun belum sempurna seperti yang diharapkan, tetapi penataannya harus dimulai karena aset pemerintah adalah kekayaan yang harus dipelihara, diamankan, dan dimanfaatkan sebaik mungkin sebagai amanah yang harus diemban untuk masyarakat sebagai stakeholders.

(23)

5

pengamanan aset daerah. Secara umum, barang adalah bagian dari kekayaan yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai/dihitung/diukur/ditimbang dan dinilai, termasuk uang dan surat berharga. Adapun pada Peraturan Daerah Badung Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah pada Pasal 1 Ayat 5 adalah Barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Badung atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.Sementara itu ada hal penting yang harus dipahami dalam pengelolaan barang milik daerah, yakni pertanggung jawaban atas Barang Milik Daerah karena ketika pemerintah diwajibkan menyampaikan pertanggung jawaban atas pelaksanaan APBD dalam bentuk laporan keuangan yang disusun melalui suatu proses akuntansi atas transaksi keuangan, aset, hutang, ekuitas dana, pendapatan dan belanja, termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungan. Informasi Barang Milik Daerah memberikan sumbangan yang signifikan di dalam laporan keuangan (neraca) yaitu berkaitan dengan pos-pos persediaan, aset tetap, maupun aset lainnya.

(24)

6

pengembangan, pemeliharaan, maupun penghapusan (disposal) yang tertera pada Pasal 4 Peraturan Daerah Badung Nomor 1 Tahun 2009.

Dalam kenyataannya, faktor utama penyebab adanya penyimpangan dalam permasalahan aset barang yaitu dalam hal pengadaan sering kali terjadi praktek korupsi/nepotisme yang dimana pejabat daerah, dimana dalam hal pengadaan aset barang milik daerahserta kelalaian dan kurangnya kesadaran pejabat pemerintah akan pentingnya menjaga aset barang yang telah dikuasainya. Pejabat pemerintah merasa aset barang milik pemerintah seperti milik barang pribadi, sehingga sering di jumpai dimana-mana contoh kecil kendaraan dinas sering digunakan diluar kegiatan institusi kepemerintahan. Sehingga hal tersebut bisa membuka peluang terancamnya keamanan aset yang telah dikuasainya.Contohnya terjadinya tindak pidana dan yang menjadi korban adalah barang milik pemerintah. Disisi lain, pada saat melakukan inventarisasi barang maka akan jelas barang menjadi tidak valid sehingga pada saat pemeriksaan pembukuan inventarisasi barang, tim Badan Pengawas Keuangan selalu saja mendapatkan temuan-temuan baru, ini menunjukan bahwa masih lemahnya pengamanan aset barang milik daerah.

(25)

7

kantor Pemerintahan Kabupaten Badung, karena aset ini tidak dapat sembarangan bisa dipindahtangankan atau dihapus tanpa memenuhi persyaratan yang telah diatur dalam hukum yang mengatur tentang aset/barang milik negara/daerah.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, penulis akan memberikan pembahasan mengenai “Pertanggung Jawaban Hukum Terhadap Tata Pengelolaan Aset Barang Milik Negara/Daerah Oleh Pejabat di Kantor Pemerintahan Kabupaten Badung”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka permasalahan yang akan dibahas didalam penulisan laporan ini adalah:

1. Bagaimana pertanggungjawaban hukum dakam hal pengadaan pada kepemilikan aset barang milik pemerintah di Kantor Pemerintahan Kabupaten Badung ?

2. Bagaimana penegakan hukum terhadap tata pengelolaan aset barang milik Negara/ Daerah apabila ada yang dihilangkan oleh pejabat pemerintah di Kantor Pemerintahan Kabupaten Badung ?

1.3. Ruang Lingkup Masalah

(26)

8

Pembatasan yang dimaksud hanya terkait pengaturan dan penerapan hukum mengenai kepemilikan aset barang milik pemerintah oleh pejabat pemerintah.

1.4. Orisinalitas Penelitian

Penelitian ini berdasarkan pada pemikiran, penelitian, dan pemaparan hasil yang asli dilakukan dan disusun oleh penulis, sehingga orisinalitas penelitiannya terjamin. Meskipun terdapat uraian yang menyerupai dengan judul penelitian lain, namun dalam penelitian ini lebih memfokuskan pembahasan terkait dengan peraturan dan penerapan hukum kepemilikan aset barang milik pemerintah di Kantor Pemerintahan Kabupaten Badung Bagian Pengelola Aset Daerah. Terdapat penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan oleh penulis sebagaimana tersaji pada Tabel 1.1 berikut,

Tabel 1.1 Daftar Penelitian Sejenis

No Judul Penulis Rumusan Masalah

(27)

9

Tabel 1.2. Daftar Penelitian Penulis

No Judul Skripsi Penulis Rumusan Masalah

(28)

10

Pemerintahan

Kabupaten

Badung

pejabatpemerintah..di...Kantor Pemerintah…KabupatenBadu ng?

Sebagaimana tabulasi tersebut, penulis mengambil topik Penerapan Hukum Terhadap Pengelolaan Aset Barang Milik Daerah Oleh Pejabat di Kantor Pemerintahan Kabupaten Badung untuk mengetahui dengan jelas terkait kepemilikan aset barang di Kantor Pemerintahan Kabupaten Badung.

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian yang baik dan dapat dimenegerti oleh pembaca adalah penelitian yang memiliki tujuan sehingga mampu memenuhi target yang diinginkan. Tujuan umum dan khusus sebagaimana poin-poin berikut.

1.5.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini sebagai proses dari penyelesaian standar kelulusan tugas akhir skripsi Fakultas Hukum Program Ekstensi.

1.5.2. Tujuan Khusus

Mengacu pada rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:

(29)

11

2. Untuk mengetahui dan memahami aplikasi hukum oleh pejabat terhadap aset barang milik pemerintah yang dihilangkan sehingga perlu dilakukan manajemen kepemilikan aset barang tersebut.

1.6. Manfaat Penelitian

1.6.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat dalam bidang Hukum Pemerintahan dan menjadi referensi bagi Pemerintah KabupatenBadung khususnya bagian Pengelola Aset Daerah.

1.6.2. Manfaat Praktis

Diharapkan dapat memberi sumbangan kepada masyarakat umum, masyarakat dikalangan Perguruan Tinggi, khususnya mengenai penerapan hukum terhadap aset barang milik pemerintah yang dihilangkan oleh pejabat pemerintah.

1.7. Landasan Teoritis

1.7.1 Teori Negara Hukum

(30)

12

negarah hukum semata-mata bersumber atau berasal dari hukum Eropa Barat.Tidak demikian halnya, melainkan pengertian negara hukum telah dikenal dengan baik dalam perkembangan peradaban yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.2Hukum adalah suatu aturan. Dalam suatu aturan harus berpedoman pada norma – norma yang telah diatur dalam peraturan tertulis berupa Undang-undang, dimana suatu aturan akan dapat membatasi tingkah laku seseorang yang hidup di negara hukum. Hukum mampu mengatur dan mengarahkan suatu negara menuju kepada best practices dengan beberapa asas yang perlu diterapkan, sebagaimana diatur dalam amanat Pasal 23C Undang-Undang Dasar 1945 tentang Keuangan Negara. Asas-asas best

practices yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar tersebut antara lain

akuntabilitas berorientasi pada hasil; profesionalitas; proporsionalitas;

keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara; dan pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri.Implementasi asas-asas tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 16-20 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang penyusunan dan penetapan APBD yang dijabarkan dalam bentuk pelaksanaan program tahunan.Hal ini dimaksudkan agar semua yang dilaporkan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, terutama aset tetap berupa Barang Milik Daerah (BMD).

Barang milik daerah menurut Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, Pasal 1 ayat (2) adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan

2

(31)

13

Belanja Daerah atau perolehan lainnya yang sah. Untuk aset yang sudah lama dan tidak dapat digunakan secara optimal lagi oleh pemerintah daerah, aset tersebut dapat dilakukan penghapusan, selain itu secara ekonomis lebih menguntungkan bagi daerah apabila dihapus, karena biaya operasional dan pemeliharaannya lebih besar dari manfaat yang diperoleh. Namun dalam pelaksanaan penghapusan dan pemindahtanganan, masih terdapat penghapusan dan pemindahtanganan yang tidak sesuai dengan mekanisme yang berlaku karena pelaksanaannya tidak berdasarkan peraturan yang berlaku dan dapat menimbulkan kemungkinan adanya penyalahgunaan wewenang ataupun tindakan untuk menguntungkan diri sendiri yang akan merugikan daerah.

Pengelolaan barang (aset) daerah menurut Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 2014 Pasal 3 ayat (2) mencakup 12 hal yaitu

1. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran 2. Pengadaan

3. Penggunaan 4. Pemanfaatan

5. Pengamanan dan pemeliharaan 6. Penilaian

7. Pemindahtanganan 8. Pemusnahan 9. Penghapusan 10.Penatausahaan

(32)

14

Pengelolaan aset adalah dengan melakukan penghapusan dan pemindahtanganan. Penghapusan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 1 ayat (23) adalah tindakan menghapus Barang Milik Negara/Daerah dari daftar barang dengan menerbitkan keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan Pengelola Barang, Penggunaan Barang, dan/atau Kuasa Pengguna Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya. Sedangkan Pemindahtanganan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 1 ayat (17) adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara/Daerah.

Barang Milik Daerah (BMD) yang akan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD) atau barang yang diperoleh dari perolehan lainnya yang sah dan diatur lebih lanjut dalam pasal 1 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014. Dalam aturan tersebut dijelaskan bahwa Barang Milik/Kekayaan Negara BM/KN yakni barang bergerak/barang tidak bergerak yang dimiliki/dikuasai oleh instansi pemerintah yang sebagian atau seluruhnya dibeli atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah ataupun dengan perolehan lainnya yang sah, yang tidak termasuk dalam kekayaan Negara yang dipisahkan (dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara) dan kekayaan pemerintah daerah 3.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2007Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008, serta Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun

3

(33)

15

2014Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, menjelaskan bahwa yang disebut sebagai barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau APBD atau berasal dari perolehan lain dengan rincian sebagi berikut,

a. Barang yang diperoleh dari hibah atau sumbangan atau yang sejenis; b. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak; c. Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang; atau d. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap.

Dengan pengertian tersebut, jelas cakupannya sangat luas dan merupakan pengertian yang mendasar, sebagaimana pula pengertian yang dianut dalam KUHPerdata, yaitu benda terdiri atas benda berwujud dan tidak berwujud, sebagaimana yang tersurat pula dalam Pasal 499 KUHPerdata bahwa oleh Undang-Undang yang diartikan dengan zaken adalah semua benda dan hak yang dapat dijadikan objek hak milik. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah, Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

1.7.2 Kewenangan

(34)

16

kebijakan.Kewenangan tersebut bervariasi dari program ke program dan dalambentuk yang berbeda-beda, seperti kewenangan menuntut di pengadilan,kewenangan memerintah pegawai yang lain, menarik dana dari program,menyediakan dana, staf dan bantuan teknis kepada tingkatan pemerintahanyang lebih rendah, membeli barang dan jasa, dan lain-lain (Edward III,1980:66). Kewenangan yang dimiliki oleh pihak pelaksana kebijakan dapatberupa kewenangan untuk mengatur pihak lain tidak tercantum secaraeksplisit dalam kebijakan itu sendiri.Pemberian kewenangan kepada pelaksana kebijakan akan mengurangiresistensi/penolakan yang mungkin timbul dari pelaksana kebijakan.Sebaliknya, kewenangan akan mendorong keterlibatan dan partisipasi parapelaksana implementasi kebijakan.

Badan hukum adalah kumpulan orang, yaitu semua yang di dalam kehidupan masyarakat sesuai dengan ketentuan undang-undang dapat bertindak sebagaimana manusia, yang memiliki hak-hak dan kewenangan-kewenangan, seperti kumpulan orang, perseroan terbatas, perusahaan perkapalan, perhimpunan, yayasan, dan sebagainya. Dalam kepustakaan hukum dikenal ada beberapa unsur dari badan hukum, yaitu:

a. Perkumpulan orang (organisasi teratur)

b. Dapat melakukan perbuatan hukum dalam hubungan-hubungan hukum c. Adanya harta kekayaan yang terpisah

d. Memiliki kepentingan sendiri e. Memiliki pengurus

(35)

17

g. Dapat digugat di depan pengadilan

Berdasarkan hukum publik negara, provinsi, dan kabupaten, badan hukum adalah kumpulan dari badan-badan hukum yang tindakan hukumnya dijalankan oleh pemerintah.Ketika pemerintah bertindak di lapangan keperdataan dan tunduk pada peraturan hukum perdata, pemerintah bertindak sebagai wakil dari badan hukum, bukan wakil dari jabatan. Oleh karena itu, kedudukan pemerintah dalam pergaulan hukum privat, tidak memiliki kedudukan yang istimewa, dan dapat menjadi pihak dalam sengketa keperdataan dengan kedudukan yang sama dengan seseorang atau badan hukum perdata dalam peradilan umum.

(36)

18

sebagai wakil dari badan hukum keperdataan.Pejabat Pemerintah sebagai pengguna barang, memiliki kuasa untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya.Berdasarkan keterangan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hukum bisa diterapkan dimana saja, baik di dalam institusi pemerintahan sekalipun. Dalam hal ini hukum akan diterapkan dalam lingkup pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab atas perlindungan barang milik daerah tersebut.

Pengguna barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang milik negara/daerah.Dalam pelaksanaannya, Pejabat Pengguna Barang menunjuk Kuasa Pengguna Barang yaitu kepala satuan kerja atau pejabat yang ditunjuk untuk menggunakan barang yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya. Pengguna barang milik daerah berwenang dan bertanggungjawab :

1. Mengajukan rencana kebutuhan BMD bagi satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya

2. Mengajukan permohonan penetapan status untuk penguasaan dan penggunaan BMD yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lain yang sah

3. Melakukan pencatatan dan inventarisasi BMD yang berada dalam penguasaannya

(37)

19

5. Mengamankan dan memelihara BMD yang berada dalam penguasaannya

6. Mengajukan usul pemindahtanganan BMD berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPRD dan BMD selain tanah dan/atau bangunan

7. Menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya kepada gubernur/bupati/walikota melalui pengelola barang

8. Melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan BMD yang ada dalam penguasaannya

9. Menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Pengguna Semesteran (LBPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) yang berada dalam penguasaannya kepada pengelola barang.

1.7.3 Konsep Pertanggung Jawaban Hukum Pertanggungjawaban Hukum Administrasi

Pertanggungjawaban perbuatan pemerintah muncul akibat adanya 2 hal, yaitu adanya kewenangan dan adanya hak dan kewajiban.Kewenangan hak dan kewajiban tersebut merupakan perbuatan pemerintah yang harus dipertanggungjawabkan.Pertanggungjawaban pemerintah tersebut berupa pertanggungjawaban hukum (pidana, perdata dan administrasi negara).

(38)

20

menunjuk pada pertanggungjawaban, yakni liability (the state of being liable) dan

responsibility (the state or fact being responsible).Liability merupakan istilah

hukum yang luas (a broad legal term) yang di dalamnya mengandung makna bahwa menunjuk pada makna yanh paling komprehensif, meliputi hampir setiap karakter risiko atau tanggung jawab, yang pasti, yang bergantung, atau yang mungkin.Liability didefinisikan menunjuk semua karakter hak dan kewajiban.Sementara itu responsibility berarti hal yang dapat dipertanggungjawabkan atas suatu kewajiban, dan termasuk putusan, keterampilan, kemampuan, dan kecakapan.Responsibility juga berarti kewajiban bertanggung jawab atas undang-undang yang dilaksanakan dan memperbaiki atau sebaliknya memberi ganti rugi atas kerusakan apapun yang telah ditimbulkannya.

(39)

21

yang menguji hubungan Hukum Istimewa yang diadakanuntuk memungkinkan para pejabat administrasi Negara melakukan tugasmereka yang khusus.”4

Pemerintahan adalah berkenaan dengan sistem, fungsi, cara perbuatan, kegiatan, urusan atau tindakan memerintah yang dilakukan atau diselenggarakan atau dilaksanakan oleh pemerintah dalam arti luas (semua Lembaga Negara) maupun dalam arti sempit (presiden beserta jajaran atau aparatnya). Aksekutif adalah cabang kekuasaan Negara yang melaksanakan kebijakan publik (kenegaraan dan atau pemerintahan) melalui peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh lembaga legislatif.

Tindakan pemerintahan memiliki beberapa unsur yaitu sebagai berikut: 1) Perbuatan itu dilakukan oleh aparat Pemerintah dalam

kedudukannya sebagai penguasa mauoun sebagai alat perlengkapan pemerintahan dengan prakarsa dan tanggung jawab sendiri;

2) Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan;

3) Perbuatan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan akibat hukum di bidang hukum administrasi;

4) Perbuatan yang bersangkutan dilakukan dalam rangka pemeliharaan kepentingan negara dan rakyat.

Pertanggungjawaban berasal dari tanggung jawab, yang berarti keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Tanggung jawab Pemerintahan adalah kewajiban penataan hukum dari negara atau pemerintah atau pejabat lain yang

4

(40)

22

menjalankan fungsi pemerintahan sebagai akibat adanya suatu keberatan, gugatan, judicial review, yang diajukan oleh seseorang, masyarakat, badan hukum perdata baik melalui penyelesaian pengadilan atau di luar pengadilan untuk pemenuhan berupa:

1) Pembayaran sejumlah uang (subsidi, ganti rugi, tunjangan, dsb) 2) Menerbitkan atau membatalkan/mencabut suatu keputusan atau

peraturan

3) Tindakan-tindakan lain yang merupakan pemenuhan kewajibannya, misalnya untuk melakukan pengawasan yang lebih efektif dan efisien, mencegah adanya bahaya bagi manusia maupun lingkungan, melindungi harta benda warga, mengelola dan memelihara sarana dan prasarana umum, mengenakan sanksi terhadap suatu pelanggaran dan sebagainya.

1.8. Metode Penelitian

1.8.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan berdasarkan pada metode yuridis

empiris.Metode ini mengaitkan kajian-kajian permasalahan atau dasar hukum

(41)

23

1.8.2 Jenis Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan fakta dan pendekatan perundang-undangan (The Statute Approach).Pendekatan fakta, dilakukan dengan mengamati secara langsung fakta yang ada di Kantor Pemerintahan KabupatenBadung terkait aplikasi hukum dan peraturan tentang kepemilikan aset barang milik pemerintah oleh pejabat pemerintah.Data yang diperoleh tersebut untuk selanjutnya dibahas dengan kajian-kajian berdasarkan teori-teori hukum dan kemudian disambung dengan pendekatan perundang-undangan.Sedangkan pendekatan peraturan perundang-undangann (The Statute

Approach) yaitu pendekatan dengan menggunakan legislasi dan

regulasi.5Dalam penelitian ini pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan mengkaji peraturan perundang-undangan yang terkait dengan permasalahan yang diangkat, yaitu Undang-undang tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah.

1.8.3 Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, yang ditunjukkan dengan penggambaran secara efisien dan khusus sifat-sifat individu, kondisi, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Penelitian ini menggambarkan tentang penerapan hukum terhadap permasalahan kepemilikan aset barang milik pemerintah oleh pejabat pemerintah.

5

(42)

24

1.8.4 Sumber Data

Dalam penulisan laporan ini pada umumnya dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat yang dinamakan data primer (data dasar) dan diperoleh dari bahan-bahan pustaka yang dinamakan data sekunder.

1. Data Primer

Untuk mendapatkan data primer dilakukan penelitian lapangan, yaitu dengan cara melakukan penelitian langsung ke lapangan yaitu pada Kantor Pemerintahan Kabupaten Badung di Bagian Pengelolaan Aset Daerah.

2. Data Sekunder

(43)

25

KabupatenBadung Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah serta literatur-literatur guna menemukan teori yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas serta menggunakan undang-undang yang berkaitan dengan rumusan masalah yang akan dibahas. 1.8.5 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah melalui wawancara. Wawancara adalah proses interaksi dan komunikasi serta cara untuk memperoleh informasi dengan menanyakan langsung kepada yang akan diwawancarai. Wawancara ini dilakukan dengan Kepala Bagian Pengelola Aset Daerah.

1.8.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Adapun keseluruhan data yang diperoleh sudah terkumpul baik melalui studi kepustakaan ataupun wawancara, kemudian mengolah dan menganalisis secara deskriptif kualitatifyakni merupakan suatu penelitian eksplorasi dan memainkan peranan yang amat penting untuk menciptakan suatu hipotesis maupun pemahaman orang tentang berbagai variabel sosial6 dan selanjutnya data yang telah rampung akan dipaparkan dengan disertai analisis yang sesuai dengan teori yang terdapat pada buku-buku literature dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, guna mendapatkan kesimpulan sebagai akhir dari penulisan usulan penelitian ini.

6

(44)

26

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1. Pemerintah Daerah

2.1.1. Definisi

Pemerintah Daerah menurut UU 23 Pasal 1 Tahun 2014 mengenai Pemerintahan Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Sedangkan Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Otonomi daerah yang dimiliki oleh pemerintah daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan serta kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berprinsip pada asas otonomi.

Sumber daya manusia atau pada pemerintahan daerah biasanya disebut aparatur daerah harus mempunyai kualitas yang memadai sehingga dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dangan baik. Terkait dengan kualitas atau kemampuan SDM, kemampuan merujuk ke kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam pekerjaan tertentu1. Dalam

1

(45)

27

penyelenggaraan pemerintahan, khususnya dalam pengelolaan aset, kemampuan intelektual dan kemampuan fisik sangat dibutuhkan oleh aparatur pemerintahan untuk mengamankan dan mengoptimalkan asetnya. Sumberdaya manusia adalah pemegang kunci dari semua aktivitas2. Banyaknya modal yang berhasildikumpulkan, akan hilang tanpa makna jika sumber daya manusia sebagai pengelolanya tidak memiliki kapasitas yang tepat untuk mengurus modal tersebut.

Penerapan dan pelaksanaan sistem akuntansi barang milik negara dapat berjalan dengan efektif dan efisien jika seluruh pegawai yang menangani sistem akuntansi barang milik negara mengerti dan memahami tentang sistem akuntansi barang milik negara tersebut3. Hal inimembuktikan bahwa sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor penting yang bisa mendorong terciptanya laporan barang yang berkualitas. Penelitian terdahulu yang dilakukan dalam menganalisis pengaruh faktor sumber daya manusia terhadap kualitas laporan keuangan, mengungkapkan adanya pengaruh yang signifikan dari kualitas sumber daya manusia terhadap keterandalan laporan keuangan dan ketepatwaktuan Laporan Keuangan Pemerintah daerah4.

Dalam kesehariannya, yang diperlukan oleh masyarakat dari pemerintah daerah adalah pelayanan yang baik. Baik atau buruknya pelayanan yang

2

Ishak, M.,2002.Akuntansi dan Aspek-Aspek perilaku.Paper.Kota Magelang.hlm.2 3

Rynandi, Oscar. 2008.Evaluasi Penerapan Sistem Akuntansi terhadap Barang Milik Negara pada Sektor Publik :Studi Kasus pada Kepolisian Daerah Kalimantan Barat.Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 6. Nomor 1.hlm.3

4

(46)

28

dilakukan oleh petugas pemerintah daerah harus selalu berpedoman pada Standar pelayanan minimal. Standar pelayanan miniman berisi ketentuan mengenai jenis dan mutu Pelayanan Dasar yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal.

2.1.2. Kewenangan

Simon (1997) mengemukakan bahwa wewenang dapat diartikankekuatan untuk membuat suatu keputusan yang membimbing tindakan-tindakanindividu lainnya. Wewenang merupakan hubungan antara dua invidu , satunya “atasan”, dan yang lainnya “bawahan”5. Sedangkan Bagir Manan (1997)menyebutkan wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan kekuasaan (macht). Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak berbuat.Dalam hukum, Wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban (rechten enplichten)6.

Dalam negara hukum yang berdasarkan asas legalitas, tersirat bahwa wewenang pemerintah berasal dari peraturan perundang-undangan, artinya sumber wewenang pemerintah adalah dari peraturan perundang-undangan.

Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Pasal 5 ayat (1) bahwa Kepala Daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah memiliki kewenangan dan

5

Herbert A Simon. 1997Administrative Behavior: A Study of Decision-Making Processes in AdministrativeOrganizations. New York. The Free Press.. hlm. 179.

6

(47)

29

bertanggungjawab atas pembinaan dan pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah. Dalam melaksanakan wewenang tersebut, Kepala Daerah dibantu oleh:

1. Kepala Daerah

2. Sekretaris Daerah selaku pengelola;

3. Kepala Biro/Bagian Perlengkapan/Umum/Unit pengelola barang milik daerah selaku pembantu pengelola;

4. Kepala SKPD selaku pengguna;

5. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah selaku kuasa pengguna; 6. Penyimpan barang milik daerah; dan

7. Pengurus barang milik daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri No.17 Tahun 2007 Pasal 6 ayat (1) mengatur bahwa,

1. Kepala Daerah sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah, mempunyai wewenang :

a. menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik daerah;

b. menetapkan penggunaan, pemanfaatan atau pemindahtanganan tanah dan bangunan;

c. menetapkan kebijakan pengamanan barang milik daerah;

d. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah yang memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

(48)

30

f. menyetujui usul pemanfaatan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan

2. Sekretaris Daerah selaku pengelola, berwenang dan bertanggungjawab: a. menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan barang milik daerah; b. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan barang milik daerah;

c. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan pemeliharaan/perawatan barang milik daerah;

d. mengatur pelaksanaan pemanfaatan, penghapusan dan pemindahtanganan barang milik daerah yang telah disetujui oleh Kepala Daerah;

e. melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi barang milik daerah; dan

f. melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan barang milik daerah

3. Kepala Biro/Bagian Perlengkapan/Umum/Unit pengelola barang milik daerah bertanggungjawab mengkoordinir penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah yang ada pada masing-masing SKPD

4. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pengguna barang milik daerah, berwenang dan bertanggung jawab:

(49)

31

b. mengajukan permohonan penetapan status untuk penguasaan dan penggunaan barang milik daerah yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya yang sah kepada Kepala Daerah melalui pengelola; c. melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang berada

dalam penguasaannya;

d. menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;

e. mengamankan dan memelihara barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya;

f. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan kepada Kepala Daerah melalui pengelola;

g. menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya kepada Kepala Daerah melalui pengelola;

h. melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang milik daerah yang ada dalam penguasaannya; dan

(50)

32

5. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah selaku kuasa pengguna barang milik daerah, berwenang dan bertanggung jawab:

a. mengajukan rencana kebutuhan barang milik daerah bagi unit kerja yang dipimpinnya kepada Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bersangkutan;

b. melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya;

c. menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi unit kerja yang dipimpinnya;

d. mengamankan dan memelihara barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya;

e. melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang milik daerah yang ada dalam penguasaannya; dan

f. menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS) dan Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT) yang berada dalam penguasaannya kepada kepala satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan.

6. Penyimpan barang bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan barang yang berada pada pengguna/kuasa pengguna; dan

(51)

33

Kewenangan membuat suatu kebijakan terletak pada seorang pimpinan tertinggi7.

2.1.3. Kelembagaan

Pengertian dari kata kelembagaan adalah suatu sistem badan sosial atau organisasi yang melakukan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu. Aspekkata kelembagaan memiliki inti kajian kepada perilaku dengan nilai, norma danaturan yang mengikuti dibelakangnya. Menurut doktrin Montesquieu yang sebenarnya tidak pernah diterapkan dalam praktik yang nyata, lembaga-lembaga negara diidealkan hanya terdiri atas tiga lembaga utama penyelenggaraan kekuasaan negara, yaitu parlemen, pemerintah, dan pengadilan yang mencerminkan fungsi-fungsi legislative, executive, dan

judicial. Secara yuridis, lembaga dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu

lembaga formal danlembaga non-formal. Kelembagaan lokal dan area aktivitasnya terbagi menjaditiga kategori, yaitu kategori sektor publik (administrasi lokal dan pemerintahlokal); kategori sektor sukarela (organisasi keanggotaan dan koperasi); kategorisektor swasta (organisasi jasa dan bisnis swasta). Bentuk resmi suatu lembagayaitu lembaga garis (line organization,

military organization); lembaga garis danstaf (line and staff organization);

lembaga fungsi (functional organization).Jadi pengertian dari kelembagaan adalah suatu sistem sosial yang melakukanusaha untuk mencapai tujuan tertentu yang memfokuskan pada perilaku dengannilai, norma dan aturan yang mengikutinya, serta memiliki bentuk dan areaaktivitas tempat berlangsungnya.

7

(52)

34

2.2. Aset Daerah (Barang Milik Daerah)

2.2.1. Definisi

BarangmilikdaerahmenurutPeraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 TentangPengelolaanBarangMilik Negara/Daerah, Pasal 1 ayat (2) adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau perolehanlainnya yang sah. Jika dilihat dari sifatnya, aset daerah dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu:(i) barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis; (ii) barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak; (iii) barang yang diperoleh sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan (iv) barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.

(53)

35

2.2.2. Jenis dan Bentuk Aset Daerah

Klasifikasi terhadap kekayaan atau aset milik Negara/daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah pada Pasal 2 yaitu barang milik Negara/daerah meliputi :

a. barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN/D; b. barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah

Barang – barang atau aset pemerintah yang sah tersebut dikelompokan menjadi dibagi menjadi dua yaitu Aset Tidak Bergerak dan Aset Bergerak yang intinya sebagai berikut :

1. Aset Tidak Bergerak

Aset tidak bergerak juga disebut dengan aset tetap yaitu kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali8. Definisi lain menyebutkan bahwa aset tetap dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan dan memiliki nilai yang cukup besar9. Berikut klasifikasi aset tetap10.

a. Tanah

Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

b. Gedung dan Bangunan

8

Mulyadi. Sistem. 2001. Akuntansi. Edisi ke-3. Salemba Empat.Jakarta. .hlm.591 9

Soemarso,S.R. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar. PT. Rineka Citra.Jakarta .hlm.20 10

(54)

36

Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Contohnya (kantor, pabrik, rumahd dinas, asrama dll)

2. Aset Bergerak a. Alat – Alat Besar

Peralatan dan Mesin ,Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektonik, sarana dan prasarana kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.

b. Kendaraan Dinas

Fasilitas dari setiap kantor pemerintahan yang diberikan kepada setiap pejabat atau pegawai yang menduduki setiap jabatan yang membutuhkan sarana untuk melakukan dinas keluar kantor. Contohnya ( mobil dinas, dan motor dinas ). Kendaraan perorangan dinas sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2014 Penjualan Barang Milik

Negara/Daerah Berupa Kendaraan Perorangan Dinas Pasal 1 angka 3 merupakan

(55)

37

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dan Pejabat Negara lainnya yang ditentukan oleh undang-undang, antara lain:

a. Presiden dan Wakil Presiden

b. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat c. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat d. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah

e. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda dan Hakim Agung pada Mahkamah Agung serta Ketua, Wakil Ketua dan Hakim pada semua badan peradilan, kecuali Hakim ad hoc;

f. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Dewan Mahkamah Konstitusi g. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Badan Pemeriksa Keuangan h. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Komisi Yudisial

i. Ketua, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi j. Menteri dan jabatan setingkat menteri

k. Kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh l. Gubernur dan Wakil Gubernur

m. Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota

n. Pejabat Negara lainnya yang ditentukan oleh undang-undang

(56)

38

minibus. Kendaraan Perorangan Dinas dapat dijual tanpa melalui lelang kepada Pejabat Negara pemegang tetap kendaraan tersebut dengan syarat Kendaraan Perorangan Dinas:

a. telah berusia paling singkat 4 (empat) tahun:

1) terhitung mulai tanggal, bulan, tahun perolehannya, untuk perolehan dalam kondisi baru; atau

2) terhitung mulai tanggal, bulan, tahun pembuatannya, untuk perolehan selain tersebut pada angka 1); dan

b. sudah tidak digunakan lagi untuk pelaksanaan tugas.

Pejabat Negara yang dapat membeli Kendaraan Perorangan Dinas tanpa melalui lelang harus memenuhi persyaratan:

a. telah memiliki masa kerja atau masa pengabdian selama 4 (empat) tahun atau lebih secara berturut-turut, terhitung mulai tanggal ditetapkan menjadi Pejabat Negara; dan

b. tidak sedang atau tidak pernah dituntut tindak pidana dengan ancaman hukuman pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun.

(57)

39

c. Alat – Alat Kantor ( Sarana dan Prasarana Administrasi )

Alat – Alat atau disebut sarana dan prasana di kantor pemerintahan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu sarana dan prasarana habis pakai yang terdiri dari kertas, karton, gunting, dll, serta sarana dan prasarana tahan lama yang termasuk di dalamnya antara lain kursi, meja, computer, lampu, printer, kamera, dll. Sarana dan prasana inilah yang sehari – hari diperlukan pada kantor pemerintahan di Kabupaten Badung. Adapun anggaran yang di rencanakan pada setiap bulan dan tahunnya, mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah pada Pasal 2 yaitu barang milik Negara/daerah barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN/APBD adalah sah. Dapat kita simpulkan aset ini merupakan salah satu dari sekian sarana dan prasarana yang catat pada bagian aset dimana seharusnya juga dilakukan pengamanan dan pemeliharaan karena barang tersebut dikeluarkan dari APBN/D yang diusulkan di masing – masing SKPD pada setiap bulan atau tahunnya yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah pada Pasal 6 Angka 2 pada setiap hurufnya dijelaskan mulai dari perencanaan, persetujuan, pengadaan/realisasi, serta menggunakan Barang Milik Negara yang berada dalam penguasaannya untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga, dan mengamankan dan memelihara Barang Milik Negara yang berada dalam penguasaannya.

(58)

40

e. Sarana dan prasarana kantor, rumah dinas, asrama dan lain lain.

2.2.3. Pengelolaan Aset Daerah (Barang Milik Daerah)

Aset tetap yang digunakan perusahaan dalam kegiatan usahanya akan mengalami keausan dan setelah jangka waktu tertentu aset tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi dan harus dikeluarkan pembukuan. Cara yang dapat digunakan dalam pencatatan tersebut adalah dengan mengalokasikan harga perolehan aset tetap tersebut, yang lazim disebut penyusutan. Penyusutan adalah accountjing procces of allocating the cost of tangible assets to expense in a systematic and rational manner to those periods expected to benefit from

the use to the assets11. Definisi lain menyebutkan bahwa Depreciation is

alocation of a plan asset’s cost to expense over its usefull life12.

Pengelolaan aset adalah dengan melakukan penghapusan dan pemindahtanganan. Penghapusan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 1 ayat (23) adalah tindakan menghapus Barang Milik Negara/Daerah dari daftar barang dengan menerbitkan keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan Pengelola Barang, Penggunaan Barang, dan/atau Kuasa Pengguna Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya. Sedangkan Pemindahtanganan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 1 ayat (17) adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara/Daerah. Pengelolaan barang

11

Kieso, Weygant & Warfield. 2010Intermediate Accounting, 13 th Ed. John Willey and Sons.Inc.. America. hlm.540

12

(59)

41

(aset) daerah menurut Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 2014 Pasal 3 ayat (2) mencakup 12 halyaitu

1. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran 2. Pengadaan

3. Penggunaan 4. Pemanfaatan

5. Pengamanan dan pemeliharaan 6. Penilaian

7. Pemindahtanganan 8. Pemusnahan 9. Penghapusan 10.Penatausahaan

11.Pembinaan, pengawasandanpengendalian

(60)

42

termasuk dalam kekayaan Negara yang dipisahkan (dikelolaolehBadan Usaha Milik Negara) dan kekayaan pemerintahdaerah13.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2007 Tentang PedomanTeknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008, serta Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, menjelaskan bahwa yang disebut sebagai barang milik daerah adalah semuabarang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau APBD atau berasal dari perolehan lain dengan rincianse bagiberikut,

a. Barang yang diperolehdarihibahatausumbanganatau yang sejenis b. Barang yang diperolehsebagaipelaksanaandariperjanjian/kontrak; c. Barang yang diperolehberdasarkanketentuanundang-undang; atau

d. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Peraturan Daerah Kabupaten Badung sebagaimana diatur dalam Pasal 24 Nomor 1 Tahun 2009, menjelaskan bahwa Barang milik daerah ditetapkan status penggunaannya untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD, dan dapat dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka menjalankan pelayanan umum sesuai tugas pokokdan fungsi SKPD yang bersangkutan. Lebih lanjut tentang ketentuan status BMD yang lebih khusus sebagaimana diatur dalam Pasal 25 sebagai berikut:

13

(61)

43

(1) Penetapan status penggunaan tanah dan/atau bangunan dilakukan dengan ketentuan bahwa tanah dan/atau bangunan tersebut untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Pengguna dan/ atau Kuasa Pengguna.

(2) Evaluasi terhadap tanah dan/ atau bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sebelum penetapan kembali status penggunaantanah dan/ atau bangunan tersebut.

(3) Bupati menetapkan barang milik daerah berupa tanahdan/ atau bangunan yang harus diserahkan oleh pengguna karena sudah tidak dipergunakan untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD yang bersangkutan oleh karena itu Penggunadan/atau Kuasa Pengguna wajib menyerahkan tanah dan/ atau bangunan yang tidak digunakan tersebut kepada Bupati melalui Pengelola.

(62)

44

2.3. DeskripsiKelembagaan (Kantor Pemerintahan Kabupaten Badung

Bagian Pengelola Aset Daerah)

Pemerintah Kabupaten Badung bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Badung telah menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Badung. Penetapan Peraturan Daerah ini sebagai upaya memenuhi tuntutan masyarakat dalam menjalankan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Kabupaten Badung, dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.

Satuan Kerja Perangkat Daerah yang dibentuk diharapkan mampu membiarkan pelayan yang optimal kepada masyarakat. Berdasarkan Perda Kabupaten Badung Nomor 7 tahun 2008, Adapun Bupati Badung pada saat ini ialah A.A Gede Agung dan Wakil Bupati Badung I Made Sudiana S.H serta Sekertaris Dearah ialah Kompyang R Swandika. Struktur Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Badung adalah sebagai berikut:

1. Sekretaris Daerah yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah, dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh:

a. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rrakyat terdiri dari: 1. Bagian Administrasi Pemerintahan Umum

2. Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat 3. Bagian Hukum dan HAM

(63)

45

2. Bagian Administrasi Perekonomian c. Asisten Administrasi Umum terdiri dari:

1. Bagian Keuangan 2. Bagian Umum

3. Bagian Perlengkapan dan Asset Daerah 4. Bagian Humas dan Protokol

5. Bagian Organisasi dan Tata Laksana 2. Inspektorat Kabupaten Badung

3. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian, dan Pengembangan 4. Dinas Daerah terdiri dari:

a. Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah raga b. Dinas Kesehatan

c. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja

d. Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika e. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

f. Dinas Kebudayaan g. Dinas Pariwisata

h. Dinas Bina Marga dan Pengairan i. Dinas Cipta Karya

j. Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan k. Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan

(64)

46

n. Dinas Pemadam Kebakaran o. Dinas Kebersihan dan Pertamanan 5. Lembaga Teknis Daerah terdiri dari:

a. Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat b. Badan Lingkungan Hidup

c. Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Pemerintahan Desa d. Badan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

e. Badan Kepegawaian Daerah, Pendidikan, dan Pelatihan f. Satuan Polisi Pamong Praja

g. Kantor Perpustakaan Daerah h. Kantor Arsip Daerah

i. Kantor Pemberdayaan Perempuan j. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

6. Lembaga Teknis lain: Badan Penanggulangan Bencana Daerah 7. Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

8. Kecamatan yang terdiri dari: a. Kecamatan Kuta Selatan b. Kecamatan Kuta

Gambar

Tabel 1.1 Daftar Penelitian Sejenis
Tabel 1.2. Daftar Penelitian Penulis

Referensi

Dokumen terkait

pengelolaan barang milik daerah berpengaruh secara signifikan terhadap variabel kinerja SKPD artinya apabila pengelolaan barang milik daerah sudah diterapkan sesuai dengan

1) angka 8 menyatakan bahwa pengelola barang milik daerah yang selanjutnya disebut Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan betanggung jawab melakukan koordinasi

Pengelolaan barang milik daerah dan peraturan menteri dalam negeri nomor 19 tahun 2016 tentang pedoman pengelolaan asset barang milik daerah di jelaskan bahwa

Abstrak : - Sesuai ketentuan Pasal 81 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana telah diubah

Pengamanan dan penyelamatan terhadap barang milik daerah, perlu dilengkapi dengan ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang sanksi terhadap pengelola, pembantu

Pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (2), ditetapkan dengan Keputusan Bupati..

pengelolaan aset (Barang Milik Negara) pada kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi Jambi yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, serta pembinaan,

1 TENTANG PENETAPAN PEJABAT PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH PADA ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN GRESIK.. DAFTAR PENGURUS BARANG PENGELOLA, PEMBANTU PENGURUS