• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Sekolah Program Akselerasi

2) Landasan teoritis

Penggunaan istilah potensi kecerdasan dan/ atau bakat istimewa berkaitan erat dengan latar belakang teoritis yang digunakan. Potensi kecerdasan berhubungan erat dengan kemampuan intelektual, sedangkan bakat tidak hanya terbatas pada kemampuan intelektual. Pendapat ini dikemukakan oleh United States Office of Education (Feldhusen, 1994) yang dikutip oleh Depdiknas (2007,17) bahwa anak berbakat adalah anak yang diidentifikasi oleh orang dengan kualifikasi profesional yaitu anak yang telah mampu menunjukkan prestasinya dan atau berupa potensi kemampuan pada beberapa bidang, seperti: kemampuan intelegensi umum, kemampuan akademik khusu, berpikir produktif atau kreatif, kemampuan kepeimpinan, kemampuan di budang seni dan kemampuan psikomotorik.

Prinsip mengidentifikasi peserta didik cerdas istimewa dilakukan dengan menggunakan pendekatan multidimensional, artinya kriteria yang digunakan lebih dari satu, yaitu bukan sekedar batasan peserta didik memiliki dimensi kemampuan umum pada taraf kecerdasan skor IQ 130 ke atas dengan menggunakan skala Wechesler, dimensi kreaivitas tinggi, dan pengikatan diri terhadap tugas baik.

Menurut Depdiknas (2007:18) Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan dari Renzulli (1978,2005) banyak digunakan dalam menyusun pendidikan untuk anak cerdas istimewa, dan merupakan teori yang mendasari pengembangan pendidikan anak cerdas istimewa dan berbakat istimewa (Gifted and Talented children). Berdasarkan Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan tersebut ditentukan giftedness saling keterkaitan antara tiga komponen yang penting yaitu :

a) Kemampuan umum ( kapasitas intelektual ) dan atau kemampuan khusus diatas rata – rata.

b) Kreativitas yang tinggi

c) Komitmen terhadap tugas yang tinggi

Penggunaan model Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan dari Renzulli lebih berorientasi pada psikotes dan prestasi, masih belum menyentuh seluruh populasi anak cerdas istimewa dan berbakat istimewa (gifted and talented).

Menurut Monks dan Ypenburg (1995) yang dikutip dalam Depdiknas (2007:19) untuk mengatasi masalah belum mendapat tempatnya beberapa kategori anak berbakat dalam Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan muncullah konsep The Triadich dari Renzulli-monks yang merupakan pengembangan dari Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan dan disebut sebagai model multifaktor yang melengkapi Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan. Konsep The Triadich menyebutkan bahwa potensi kecerdasan istimewa (giftedness) yang dikemukakan Renzulli itu tidak akan terwujud jika tidak mendapatkan dukungan yang baik dari sekolah, keluarga, dan lingkungan di mana si anak tinggal.

Model multifaktor merupakan model pendidikan anak cerdas istimewa tidak dapat dilepaskan dari peran orang tua dan lingkungan dalam menanggapi gejala – gejala kecerdasan istimewa (giftedness), toleran terhadap berbagai karakteristik yang ditampilkannya baik yang positif maupun berbagai gangguan tumbuh kembangnya yang menjadi penyulit baginya, serta dalam mengupayakan layanan pendidikannya, model pendekatan ini menuntut keterlibatan berbagai pihak yakni sistem pendidikan, keluarga, dan lingkungan untuk dapat memberikan dukungan yang baik dan mengupayakan agar anak didik dapat mencapai prestasi istimewanya, sehingga diharapkan tidak akan terjadi adanya kondisi berprestasi rendah (underarchiever) pada seorang anak cerdas istimewa. Dengan model pendekatan teori ini juga, maka anak – anak yang mempunyai ciri – ciri berkecerdasan istimewa sekalipun (underarchiever) masih dapat terdeteksi sebagai anak berkecerdasan istimewa yang memerlukan dukungan dari sekolah, keluarga dan lingkungan agar ia dapat mencapai prestasi yang istimewa sesuai potensinya.

Pada dasarnya, ciri-ciri yang dimiliki peserta didik cerdas dan atau berbakat istimewa serupa dengan peserta didik pada umumnya, yaitu ada sisi positif dan sisi negatif. Sebagaimana anak pada umumnya, anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa mempunyai kebutuhan pokok akan pengertian, penghargaan, dan perwujudan diri. Apabila kebutuhan – kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, mereka akan menderita kecemasan dan keragu – raguan. Jika minat, tujuan, dan cara laku mereka yang berbeda dengan peserta didik pada

umumnya, tidak memperoleh pengakuan, maka mereka walaupun memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa akan mengalami kesulitan.

Ciri – ciri tertentu dari peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dapat atau mungkin mengakibatkan timbulnya masalah – masalah tertentu seperti yang disebutkan oleh Martinson (1974) yang dikutip oleh Depdiknas(2007:22), yakni sebagai berikut :

a) Kemampuan berpikir kritis dapat mengarah ke arah sikap meragukan (skeptis), baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain

b) Memiliki kreatifitas yang tinggi dan minat yang besar terhadap sesuatu/ hal-hal yang baru. Namun, hal-hal tersebut juga bisa menyebabkan mereka tidak menyukai atau lekas bosan terhadap tugas tugas rutin.

c) Perilaku yang ulet dan terarah pada tujuan, dapat menjurus keinginan untuk memaksakan atau mempertahankan pendapatnya.

d) Kepekaan yang tinggi, dapat membuat mereka menjadi mudah tersinggung atau peka terhadap kritik

e) Semangat, kesiagaan mental, dan inisiatifnya yang tinggi, dapat membuat kurang sabar dan kurang tenggang rasa jika tidak ada kegiatan atau jika kurang tampak kemajuan dalam kegiatan yang sedang berlangsung

f) Dengan kemampuan dan minatnya yang beraneka ragam, mereka membutuhkan keluwesan serta dukungan untuk dapat menjajaki dan mengembangkan minatnya

g) Keinginan mereka untuk mandiri dalam belajar dan bekerja, serta kebutuhannya dan kebebasan, dapat menimbulkan konflik karena tidak mudah menyesuaikan diri atau tunduk terhadap tekanan dari orang tua, sekolah atau teman – temannya. Ia juga bisa merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya

h) Sikap acuh tak acuh dan malas, dapat timbul karena pengajaran yang diberikan di sekolah kurang mengundang tantangan bagi mereka.

Selain hal – hal yang diungkapkan oleh Martinson (1974) diatas, berdasarkan penelitian Henry (1993) yang dikutip dalam Depdiknas (2007 : 23), mereka juga suka mengganggu teman – teman sekelasnya, karena kecerdasannya

dengan sekali penjelasan dari guru peserta didik cerdas dan berbakat istimewa sudah mampu memahami materi yang disampaikan sehingga ia memiliki banyak waktu luang, yang apabila tidak diantisipasi gurunya akan melakukan hal – hal usil. Akibat lebih lanjut, mereka dapat menjadi anak yang berprestasi rendah (underachiever) atau bahkan malah mungkin menjadi anak yang bermasalah (mengalami kesulitan belajar). Sehingga perlu adanya perlakuan khusus untuk peserta didik yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa seperti ini.

Menurut Henry(1996) yang dikutip oleh Depdiknas (2007:24) terhadap peserta didik SD di provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Ampung, dan Kalimantan Barat, yang menunjukkan bahwa 22 % dari peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa beresiko tinggal kelas (nilai rata-rata rapornya kurang dari 6,00). Demikian pula peserta didik SLTP di empat provinsi yang sama menunjukkan bahwa 20 % dari peserta didik SLTP yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa juga beresiko tinggal kelas. Sementara itu, hasil penelitian Yaumil Achir (1990) yang dikutip oleh Rusman (2008 :929) di Jakarta terhadap peserta didik SMA yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa menunjukkan bahwa sekitar 38,7 % dari sampel tergolong underachiever.

Underachievertidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga terjadi di negara lain. Beberapa penelitian di negara maju, seperti Amerika Serikat menunjukkan bahwa sekitar 15-50 % dari peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa tergolong underachiever sedangkan di Inggris sekitar 25 % ( Utami Munandar, 1999 :20). Sementara itu hasil penelitian Balitbang Diknas (1998) dalam Depdiknas (2007 :24) menyimpulkan ada dua faktor yang menyebabkan peserta didik cerdas istimewa mengalami gejala prestasi kurang ( underachiever), yaitu:

a) Lingkungan belajar yang kurang menantang mereka untuk mewujudkan potensinya secara optimal

Dokumen terkait