• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis secara kuantitatif. Analisis secara kuantitatif maksudnya adalah analisis butiir soal didasarkan pada data empiris dari butir soal yang bersangkutan. Data empiris ini diperoleh dari soal yang sudah diujikan. Ada dua pendekatan dalam teknik analisia secara kuantitatif yaitu pendekatan secara klasik dan secara modern, yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan secara klasik. Beberapa hal yang dianalisis dalam penelitian ini antara lain :

1. Validitas

Analisis validitas yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan terhadap validitas isi intrumen tes yang disususn. Validitas isi dilakukan untuk mengetahui apakah butir-butir dalam tes yang ditulis sesuai dengan indikator yang dibuat atau belum. Analisis dilakukan dengan menggunakan hasil telaah

soal oleh dosen pembimbing dan guru bidang studi. Cara yang dilakukan adalah dengan jalan pencocokan antara tabel spesifikasi dengan butir soal dan masing-masing butir di analisis berdasarkan pedoman yang telah diterbitkan oleh pusjian Depdikbud, bila butir tes telah mewakili bahan pelajaran.

2. Reliabilitas

Analisis ini untuk mengetahui tingkat kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi bila hasil tes tersebut memberikan hasil yang tetap. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan konsistensi internal artinya didasarkan pada data dari sekali penggunaan satu bentuk alat ukur pada sekelompok subjek, atau untuk mengetahui keajegan instrumen, artinya jika dilakukan pengukuran ulang dengan instrumen tersebut maka seandainya hasilnya berubah, perubahan itu dianggap tak berarti.

Teknik analisis reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik formula Kuder-Richardson-20 atau KR-20. Menurut Kusaeri (2012:89) untuk mengetahui reliabilitas butir soal menggunakan rumus alpha KR-20 adalah sebagai berikut :

            

2 2 . 1 -k 20 SD q p SD k KR i i di mana :

KR-20 = reliabilitas tes secara keseluruhan

pi = proporsi subjek yang menjawab item benar qi = proporsi subjek yang menjawab item salah

k = banyak item

SD = Standar deviasi dari tes

Menurut Suharsimi (1995:71) besarnya reliabilitas diinterpretasikan sesuai dengan interpretasi besarnya koefisien korelasi sebagai berikut :

0,800 < r11≤ 1,00 (sangat tinggi) 0,600 < r11≤ 0,800 (tinggi) 0,400 < r11≤ 0,600 (cukup)

0,200 < r11≤ 0,400 (rendah)

0,000 ≤ r11≤ 0,200 (sangat rendah) 3. Analisis Butir Soal

Analisis butir soal bertujuan untuk mengidentifikasi soal-soal yang baik, kurang baik dan soal yang buruk. Untuk analisis butir soal yang akan dianalisis meliputi :

a. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran soal adalah peluang menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar dari 0 sampai 1.

Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks kesukaran soal menurut Suharsimi (2010:212), yaitu :

P = B

JS

di mana :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi tingkat kesukaran soal menurut Kusaeri (2012:175) dapat digolongkan sebagai berikut :

No. Range Tingkat Kesukaran Kategori Keputusan 1. 0,7 < p ≤ 1,0 Mudah Ditolak/ direvisi

2. 0,3 < p ≤0,7 Sedang Diterima

3. 0,0 ≤ p ≤0,3 Sulit Ditolak/ Direvisi

Kusaeri (2012:174) berpendapat “Tingkat kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan tujuan tes. Misalnya, untuk keperluan ujian semester digunakan butir soal yang mkemiliki tingkat kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran

tinggi atau sukar, dan untuk keperluan diagnostik biasanya diogunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah atau mudah.”

Suharsimi Arikunto (2011:207) juga berpendapat “Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.” Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa soal yang baik adalah soal dengan tingkat kesukaran sedang (0,3 < p ≤ 0,7).

b. Daya Pembeda (DP)

Menurut Kusaeri (2012:176) terdapat beberapa rumus yang biasa digunakan untuk menghitung daya beda soal yaitu:

= atau = ( )

di mana:

D = daya pembeda soal

BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas BB = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah N = jumlah siswa yang mengerjakan soal

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas dapat menggambarkan tingkat kemampuan soal dalam membedakan antar peserta tes yang telah memahami materi yang diujikan dan peserta tes yang belum memahami materi yang diujikan. menurut Cracker & Algina (1986:315) yang dikutip oleh Kusaeri (2012:177) kriteria yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Besarnya D Kategori Interpretasi Kurang dari

0≤D฀ 0,20

Poor (jelek)

Butir item yang bersangkutan daya pembeda lemah sekali (jelek), dianggap tidak memiliki daya pembeda yang baik.

0,20 ≤D฀ 0,40 Satisfactory (cukup)

Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang cukup (sedang).

0,40 ≤D฀ 0,70 Good (baik)

Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang baik. 0,70 ≤D≤ 1 Excellent

(baik sekali)

Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang baik sekali.

Bertanda negative

- Butir item yang bersangkutan daya pembedanya negatif (jelek sekali)

c. Keefektifan Pengecoh

Penyebaran pilihan jawaban dijadikan dasar dalam penelaahaan soal. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berfungsi tidaknya pilihan jawaban yang tersedia. Suatu pilihan jawaban (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi apabila:

1) Pengecoh paling tidak dipilih oleh 5% dari peserta tes atau siswa, 2) Pengecoh lebih banyak dipilih oleh kelompok siswa yang belum

memahami materi yang diujikan (Kusaeri, 2012:177).

Dalam analisis menggunakan program ITEMAN daya beda pilihan jawaban ditunjukkan oleh prop endorsing atau proporsi pemilih jawaban dan nilai alternative biser dimana distraktor dikatakan baik jika prop endorsing bernilai lebih dari 0,02 atau minimal dipilih oleh 2% testee serta alternative biser bernilai negatif tinggi (Elvin Yusliana Ekawati, 2010: 186).

Keputusan suatu item soal layak digunakan, perlu direvisi atau ditolak didasarkan pada kriteria keputusan untuk penilaian item soal oleh Elvin Yusliana Ekawati (2010:336) sebagai berikut

1) Item soal diterima, apabila karakteristik item soal memenuhi semua kriteria. Item soal yang terlalu sukar atau mudah, tetapi memiliki daya beda dan sistribusi pengecoh item yang memenuhi kriteria, butir soal tersebut dapat diterima atau dipilih.

2) Item soal direvisi, apabila salah satu atau lebih dari ketiga kriteria karakteristik item soal tidak diterima.

3) Item soal ditolak, jika item soal memiliki karakteristik yang tidak memenuhi semua kriteria.

76

Dokumen terkait