• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

a. Pengertian Belanja Modal

Belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya untuk mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset (Syaiful, 2010). belanja modal merupakan belanja yang masa manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah, serta menimbulkan konsekuensi bertambahnya belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan. Aset tetap yang diperoleh sebagai hasil terrealisasinya belanja modal.

Pada dasarnya pengalokasian anggaran untuk belanja modal dimaksudkan untuk menambah aset tetap pemerintah. Alokasi belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana publik, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah maupun untuk menambah fasilitas publik. Biasanya tiap tahun diadakan pengadaan aset tetap oleh pemerintah daerah sesuai dengan prioritas anggaran dan pelayanan publik yang memberikan dampak jangka panjang secara keuangan.

10 Belanja modal dibagi menjadi dua kelompok utama yakni :

1) Belanja publik yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara langsung oleh masyarakat umum. Contohnya, pembangunan jembatan dan jalan raya, pembelian alat transportasi massa dan pembelian mobil ambulans.

2) Belanja aparatur yaitu belanja yang manfaatnya tidak secara langsung dinikmati oleh masyarakat, tetapi dirasakan secara langsung oleh aparatur. Contohnya, pembelian kendaraan dinas, pembangunan gedung pemerintah, pembangunan rumah dinas.

Belanja modal sendiri termasuk salah satu jenis belanja yang memiliki karakteristik spesifik terutama terkait proses pengalokasian.

Penganggaran belanja modal tidak hanya melibatkan perundingan diantara Eksekutif, tetapi juga sangat bergantung pada pendapat perencana dan arsitek. Selain itu, alokasi dana untuk belanja modal juga harus memperhatikan kemampuan keuangan pemerintah daerah dalam jangka panjang, terutama pemeliharaan aset tetap yang diperoleh dari belanja modal. Pengeluaran untuk belanja modal harus mendapat perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran rutin. Hal ini disebabkan karena pengeluaran investasi/modal memiliki efek jangka panjang, sedangkan pengeluaran rutin lebih berdampak jangka pendek.

Kesalahan dalam melakukan pengambilan keputusan investasi tidak saja akan berdampak pada anggaran tahun berjalan, namun juga akan membebani anggaran tahun-tahun berikutnya.

11 Secara teoritis ada tiga cara untuk memperoleh aset tetap yakni dengan membangun sendiri, menukarkan dengan aset tetap lainnya atau dengan membeli. Khusus dilingkup pemerintah cara yang biasa dilakukan adalah dengan membeli. Proses pembelian yang dilakukan umumnya dilaksanakan melalui proses tender atau lelang yang cuku rumit dan terkadang sarat akan kepentingan politis.

Munculnya aset tetap sebagai hasil dari terrealisasinya anggaran belanja modal memiliki konsekuensi munculnya belanja pemeliharaan pada masa yang akan datang. Namun demikian, perlu diperhatikan karena ada beberapa belanja pemeliharaan yang memenuhi persyaratan sebagai belanja modal (Syaiful, 2010), yaitu apabila (a) pengeluaran tersebut mengakibatkan bertambahnya masa manfaat, kapasitas, kualitas, dan volume aset yang telah dimiliki dan (b) pengeluaran tersebut memenuhi batasan minimum nilai kapitalisasi aset tetap/aset lainnya.’’

Menurut Perdirjen Perbendaharaan No. PER-33/PB/2008 tentang pedoman penggunaan akun pendapatan, belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal sesuai dengan bagian akun standar, suatu belanja dikategorikan sebagai belanja modal apabila:

1).pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap, atau aset lainnya yang menambah masa umur, manfaat, dan kapasitas;

12 2).pengeluaran tersebut melebihi batasan minimum kapitalisasi

aset tetap atau aset lainnya yang telah ditetapkan pemerintah;

3).perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual, tetapi digunakan untuk kegiatan operasional sehari-hari.’’

Dalam Buletin Teknis No. 4 Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, dikemukakan bahwa belanja modal meliputi belanja untuk memperoleh tanah; gedung dan bangunan; mesin dan peralatan; jalan, jembatan, dan irigasi; serta belanja modal fisik lainnya.’’

1) Belanja Modal Tanah

Belanja modal tanah adalah pengeluaran yang digunakan untuk pengadaan atau pembelian, penyelesaian balik nama dan sewa tanah, pembuatan sertifikat dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah tersebut dalam kondisi siap pakai.

2) Belanja Modal Gedung dan Bangunan Adalah pengeluaran yang digunakan untuk pengadaan dan penambahan, termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan, dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.

3) Belanja Modal Peralatan dan Mesin Adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan, penambahan, atau peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta inventaris kantor

13 yang memberikan manfaat lebih dari dua belas bulan, sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap gunakan . 4) Belanja Modal Jalan, Jembatan, dan Irigasi

Pengeluaran / biaya yang digunakan untuk pengadaan atau penggantian, pembangunan dan pemeliharaan, termasuk biaya perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan, irigasi dan jaringan, yang dapat meningkatkan kapasitas jalan, irigasi dan jaringan tersebut bila tersedia.

5) Belanja Modal Fisik Lainnya

Pengeluaran / biaya yang digunakan untuk pengadaan atau konstruksi, dan pemeliharaan fisik lainnya yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai standar belanja modal untuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan gedung, jalan, irigasi, dan jaringan. Belanja dalam kategori ini meliputi: belanja kontrak sewa dan pembelian, pembelian karya seni, barang kuno, dan barang museum, ternak dan tumbuhan, buku dan majalah ilmiah’’.

b. Peran Belanja Modal

Belanja modal yang meliputi antara lain untuk perolehan aset tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan aset tak berwujud. untuk memperoleh asset tetap, pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran yang dialokasi Belanja modal ditentukan sesuai dengan

14 kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana yang baik guna kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan dan sarana umum.

Asset tetap yang dimiliki sebagai akibat dari belanja modal menjadi syarat utama bagi pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan publik. Untuk memperoleh aset tetap, pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja modal sehingga dapat mengalokasikan belanja modal ini sesuai dengan kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, sehingga dapat dengan lancar melaksanakan tugas pemerintahan dan fasilitas umum. Umumnya, pemerintah daerah membeli asset tetap setiap tahun berdasarkan prioritas anggaran dan layanan publik dengan dampak finansial jangka panjang. Secara teori, ada tiga cara untuk memperoleh asset tetap, yaitu melakukan pembagunan sendiri, menukarnya dengan aset tetap lainnya, dan membeli. Cara yang biasa dilakukan adalah membeli melalui proses lelang atau penawaran yang sangat rumit.

c. Belanja Pemeliharaan.

Belanja pemeliharaan adalah belanja yang dialokasikan untuk menjaga agar aset tetap senantiasa dalam kondisi siap digunakan sesuai dengan estimasi umur ekonomisnya.

Belanja pemeliharaan yang dikeluarkan yang tidak menambah dan memperpanjang masa manfaat, dan atau kemungkinan besar tidak memberi manfaat ekonomi dimasa yang akan datang dalam bentuk

15 kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja tetap dikategorikan sebagai belanja pemeliharaan dalam laporan keuangan.

(Syaiful, 2010)’’. Anggaran pemeliharaan dihitung berdasarkan waktu atau periode penggunaan aset tetap dan biaya perolehan aset tetap.

Dengan kata lain, jika aset tetap dibeli pada awal tahun, maka alokasi biaya pemeliharaan adalah satu tahun.’’

Namun pada kenyataannya di bidang pemerintahan daerah tidak selalu mengalokasikan belanja pemeliharaan berdasarkan aset tetap yang dimilikinya. Hal ini terlihat ketika banyak pemerintah daerah yang gagal menggunakan nilai aset tetap sebagai dasar penentuan belanja pemeliharaannya. Bahkan beberapa pemerintah daerah tidak memiliki saldo awal sebagai dasar pengalokasian belanja pemeliharaan.

d. Hubungan Belanja Modal dan Belanja Pemeliharaan

Dalam konteks pengelolaan keuangan daerah, pengalokasian belanja modal sangat berkaitan dengan perencanaan keuangan jangka panjang, terutama pembiayaan untuk pemeliharaan aset tetap yang dihasilkan dari belanja modal tersebut. menyatakan bahwa kebijakan belanja modal harus memperhatikan kemanfaatan dan kemampuan keuangan pemerintah daerah dalam pengelolaan aset tersebut dalam jangka panjang. Artinya, jika suatu daerah berencana menganggarkan belanja modal dalam anggaran belanja pemeliharaan, pemerintah juga

16 harus berkomitmen menyediakan dana pemeliharaan dan pemulihan aset tetap yang diperoleh dari belanja modal.

Dalam manajemen keuangan dan akuntansi, selain menghitung jumlah penggunaan aset tersebut dalam operasional organisasi dalam bentuk penyusutan, biaya pemeliharaan aset tersebut juga harus diperhatikan agar dapat digunakan secara tepat sesuai dengan tujuannya. Biaya pemeliharaan terjadi secara berkala atau berulang setiap tahun pada asset tetap milik pemerintah daerah.

Kegiatan investasi yang dilakukan oleh pemerintah biasanya dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh fasilitas yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh pendapatan tapi untuk memberikan layanan pada masyarakat selama bertahun-tahun. Menurut Govermental Accounting Standard Board, infrastruktur adalah aset yang diperoleh dari pengeluaran modal yang dimiliki dan biasanya memiliki masa manfaat yang panjang. Aspek “masa manfaat yang panjang” membantu menjelaskan mengapa pemerintah perlu menghubungkan antara pengeluaran modal dan pengeluaran operasional. Fakta bahwa keputusan modal tahun anggaran berjalan memiliki implikasi signifikan untuk operasi masa depan, termasuk pemeliharaannya, menunjukkan bahwa aspek dari keputusan modal pada anggaran operasional masa depan harus diperhitungkan dalam tiap proses penganggaran (Lee, Johnson, dan Joyce, 2011)’’.

17 Belanja modal memiliki konsekuensi diperolehnya aset tetap pada saat belanja tersebut direalisasi sepenuhnya atau output-nya sudah diperoleh. Hal ini bermakna adanya penambahan aset tetap yang dimiliki oleh pemerintah daerah. pengeluaran pemerintah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan politiknya, tapi juga dipengaruhi oleh factor keputusan investasi tahun sebelumnya.

Meskipun belanja modal dan belanja pemeliharaan dianggarkan dengan cara terpisah, bukan berarti bahwa belanja modal diproses tanpa melihat pengaruhnya terhadap penganggaran operasional. menunjukkan konsekuensi fiskal dari pengeluaran modal adalah signifikan dan dapat mencakup jangka waktu yang lama. Hal ini berarti bahwa belanja modal saat ini memiliki pengaruh terhadap peningkatan penganggaran operasional.

Belanja modal tidak hanya berkaitan dengan perolehan aset fisik yang masa manfaatnya melebihi satu tahun, tetapi juga mencakup modal untuk pemeliharaan dan rehabiltasinya. belanja modal tidak bisa dipisahkan dari belanja operasional. Proposal investasi harus dinilai baik dari segi modal maupun dari biaya oprasional. Ketika membeli suatu item, pemerintah harus mempertimbangkan tidak hanya harga awalnya, tetapi juga biaya yang berhubungan dengan pemeliharaan item tersebut.

Proses anggaran pemerintah daerah sendiri meliputi dua komponen belanja dengan siklus yang berbeda, yaitu siklus anggaran operasional

18 digunakan untuk merumuskan rencana keuangan kegiatan pemerintah yang sedang berjalan dan siklus anggaran belanja modal digunakan untuk membeli peralatan, gedung, infrastruktur, Dan aset, peninggalan lainnya.

Meskipun kedua belanja tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, terdapat beberapa perbedaan mendasar di antara keduanya. Keduanya relatif independen satu sama lain, termasuk format dokumen anggaran.

Alokasi belanja modal biasanya didasarkan pada kebutuhan masing-masing unit kerja, dalam hal ini tidak semua unit kerja atau unit organisasi di pemerintah daerah terlibat dalam kegiatan atau proyek pengadaan aset tetap. Alokasi belanja modal disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing unit kerja. Adanya unit kerja yang memberikan pelayanan publik berupa sarana dan prasarana fisik, seperti sarana pendidikan (gedung sekolah, peralatan laboratorium, peralatan bergerak), pelayanan kesehatan (rumah sakit, peralatan kesehatan, ambulans), jalan dan jembatan. Sedangkan unit kerja lain hanya memberikan pelayanan langsung berupa pelayanan administrasi (pencatatan sipil, status ijin tinggal), pengamanan, pemberdayaan, pelayanan kesehatan dan pelayanan pendidikan.

Dibandingkan dengan belanja modal, belanja pemeliharaan terjadi di semua unit kerja atau unit pemerintah daerah karena memiliki aset tetap.

19 Karena ini pekerjaan rutin, maka biaya perawatan tidak bergantung pada unit kerja, tapi pada jumlah aset yang dimiliki. Perbedaan lainnya adalah jumlah pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Meskipun keduanya melibatkan negosiasi antara eksekutif, departemen anggaran dan pimpinan layanan, terutama dalam hal belanja modal (terutama belanja infrastruktur), mereka telah menerima masukan yang sangat besar dari para insinyur, arsitek, dan perencana. Sumber pendanaan untuk kedua pengeluaran tersebut juga berbeda. Belanja modal biasanya didasarkan pada pemerintah, Seperti obligasi atau hibah, sedangkan anggaran operasional biasanya berasal dari sumber pendapatan tetap, seperti pajak dan royalti. Perbedaan berikutnya adalah apa yang dimasukkan dalam setiap anggaran. Anggaran operasional biasanya hanya dianggarkan untuk satu tahun, dan hampir semua belanja modal termasuk komitmen untuk menghabiskan lebih dari satu tahun.

(Abdullah & Halim, 2006)’’. Penetapan peningkatan belanja modal merupakan bagian dari keinginan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik yang diikuti dengan peningkatan belanja lainnya, seperti belanja operasional dan pemeliharaan. Namun demikian, bukan berarti belanja modal selalu menyebabkan atau memicu peningkatan belanja operasional. ''

20 e. Hubungan Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah

Dengan bertambahnya belanja modal maka akan berdampak pada aktivitas periode yang akan datang, yaitu dengan produktivitas masyarakat yang meningkat dan bertambahnya investor yang berdampak pada peningkatan pendapatan asli daerah. Setelah itu adalah pembangunan infrastruktur baik sarana maupun prasarana yang aman dan nyaman, untuk menarik investor untuk membuka usaha didaerah tersebut yang kemudian berdampak pada tersedianya lapangan kerja.

Adanya pembangunan dengan meningkatkan kualitas layanan publik, hal ini yang mencerminkan adanya peningkatan pendapatan asli daerah.

f. Belanja Modal dan Belanja Pemeliharaan dalam Anggaran Daerah

Belanja modal merupakan belanja yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah serta akan menimbulkan konsekuensi menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan. Belanja modal bertujuan untuk mendapatkan aset tetap pemerintah daerah, yakni dengan membangun sendiri, menukarkan dengan aset tetap lainnya, atau dengan cara membeli.

Dalam bentuk anggaran belanja modal APBD, alokasi belanja modal didasarkan pada kebutuhan sarana dan prasarana daerah. yang setiap tahun diadakan publik pengadaan aset tetap oleh pemerintah daerah,

21 sesuai dengan prioritas anggaran dan pelayanan publik yang akan memberikan manfaat jangka panjang secara financial.

Pada belanja pemeliharaan, bila suatu aset tetap yang diperoleh pada awal tahun maka biaya pemeliharaan yang dialokasikan adalah untuk satu tahun periode tertentu dan jika aset itu diperoleh pada pertengahan tahun, maka alokasi biaya pemeliharaan juga dialokasikan untuk setengah tahun periode tertentu atau satu semester. Dalam hal ini, belanja pemeliharaan tidak tergantung pada fungsi satuan kerja, tetapi pada jumlah aset yang dimiliki. Hal ini yang berpengaruh pada anggaran operasional apabila menghabiskan dana dari anggaran yang telah di tetapkan untuk belanja modal.

g. Anggaran Berbasis Kinerja

a. Pengertian Anggaran

Menurut keputusan Menteri dalam negeri nomor 29 tahun 2002 yang sekarang berubah menjadi Permendagi Nomor 13 Tahun 2006 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (ABPD) dalam era otonomi daerah disusun dengan pendekatan kinerja, artinya sistem anggaran yang mengutamakan pencapaian hasil kinerja atau keluaran (output) dari perencanaan alokasi biaya yang telah ditetapkan. Dengan demikian diharapkan penyusunan dan pengalokasian anggaran dapat lebih disesuaikan dengan skala prioritas dan preferensi daerah yang bersangkutan. Anggaran berbasis kinerja dikenal dalam pengelolaan

22 keuangan daerah sejak diterbitkannya PP Nomor 105 tahun 2000 yang dalam pasal 8 dinyatakanbahwa APBD disusun dengan pendekatan kinerja. Penerapan anggaran berbasis kinerja pada instansi pemerintah di Indonesia dicanangkan melalui pemberlakuan UU nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan nagara dan diterapkan secara bertahap mulai tahun anggaran 2005.

Performance budget pada dasarnya adalah sistem penyusunan dan pengolahan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil kerja atau kinerja. Kinerja tersebut mencerminkan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik, yang berarti berorientasi pada kepentingan public.

Pengertian efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktifitas.

Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan. Proses kegiatan operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan Sumber Daya dan Dana yang serendah-rendahnya.

Pengertian evektifitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Dalam penjelasan PP nomor 105 tahun 2000 dinyatakan bahwa anggaran dengan pendekatan kinerja adalah suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Berdasarkan pengertian tersebut, setiap input yang

23 ditetapkan dalam anggaran harus dapat diukur hasilnya dan pengukuran hasil bukan pada besarnya dana yang telah dihabiskan sebagaimana yang dilaksanakan pada sistim penganggaran tradisional (line-item &

incremental budget) tetapi pada tolak ukur kinerja yang telah ditetapkan.

Menurut Kepmendagri No.29 tahun 2002 pengertian anggaran berbasis kinerja adalah:

1). Suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerjaatau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan.

2). Didasarkan pada tujuan dan sasaran kinerja. Anggaran dipandang sebagaialat untuk mencapai tujuan.

3). Penilaian kinerja didasarkan pada pelaksanaan value for money dan efektifitas anggaran.

4). Anggaran kinerja merupakan system yang mencakup kegiatan penyusunanprogram dan tolak ukur (indicator) kinerja sebagai instrument untukmencapai tujuan dan sasaran program.

Bastian (2006;171) “Performance budgeting (anggaran yang berorentasi pada kinerja) adalah sistem penganggaran yang berorentasi pada output organisasi dan berkaitan sangat erat dengan visi, misi dan rencana strategi organisasi. Performance budgeting mengalokasikan sumber daya pada program, bukan pada unit organisasi semata dan memakai ‘output measurement’ sebagai indikator kinerja organisasi’’.

24 Berdasarkan pengertian anggaran berbasis kinerja menurut Bastian, komponen-komponen visi, misi dan rencana strategi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari anggaran berbasia kinerja.Dengan demikian penyusunan anggaran berbasis kinerja membutukan suatu sistim administrasi publik yang telah ditata dengan baik, konsisten dan tersetuktur sehingga kinerja anggaran dapat dicapai berdasarkan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan. Melalui pengukuran-ukuran kinerja manajemen dapat menentukan keberhasilan dan kegagalan suatu unit organisasi dalam pencapaian sasaran dan tujuan untuk selanjutnya memberikan penghargaan (reward) untuk keberhasilan atau hukuman (punishment) untuk kegagalan.

Menurut Mardiasmo (2009:84). Pendekatan anggaran berbasis kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat dalam anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabakan oleh tidak adanya tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik.Anggaran dengan pendekatan kinerja sangat menekankan konsep value for money dan pengawasan atas kinerja output. Pendekatan ini juga mengutamakan mekanisme penentuan dan pembuatan prioritas tujuan serta pendekatan yang sistimatis dan rasional dalam prosespengambilan keputusan.

Anggaran berbasis kinerja di dasarkan pada tujuan dan sasaran kinerja.Oleh karena itu anggaran digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan.Penilaiananggaran berbasis kinerja didasarkan pada pelaksanaan

25 value for money danefektifitas anggaran. Pendekatan ini cenderung menolak pandangan tradisionalyang menganggap bahwa tanpa adanya arahan dan campur tangan, pemerintahakan menyalahgunakan kedudukan mereka dan cenderung boros (over spending).

Pendekatan anggaran berbasis kinerja, dominasi pemerintah akan dapat diawasi dan dikendalikan melalui penerapan internal cost awareness, audit keuangan dan audit kinerja, serta evaluasi kinerja eksternal. Selain didorong untuk menggunakan dana secara ekonomis, pemerintah juga dituntut untuk mampu mencapai tujuan yang ditetapkan.

Oleh karena itu, agar dapat mencapai tujuan tersebut maka diperlukan adanya program dan tolak ukur sebagai standar kinerja.Sistem anggaran berbasis kinerja pada dasarnya merupakan sistem yang mencakup kegiatan penyusunan program dan tolak ukur kinerja sebagai instrument untuk mencapai tujuan dan sasaran program.

Anggaran adalah sebuah proses yang dilakukan oleh organisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya pada kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas. Pengertian tersebut mengungkapkan peran strategis anggaran dalam pengelolaan kekayaan sebuah organisasi sektor publik tentunya berkeinginan memberikan pelanyanan maksimal kepada masyarakat, tetapi sering kali keinginan tersebut terhambat oleh terbatasnya sumber daya yang dimiliki. Disinilah dituntut peran penting anggaran dapat juga dikatakan sebagai pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu

26 tertentu dalam ukuran finansial. Pembuatan anggaran dalam organisasi sektor publik, terutama pemerintah, merupakan sebuah proses yang cukup rumit dan mengandung muatan politis yang cukup segnifikan.

Berbeda dengan penyusunan anggaran diperusahaan swasta yang muatan politisnya relatif lebih kecil.

Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk mepersiapkan suatu anggaran.

Menurut Halim (2012) meyatakan bahwa belanja modal mempengaruhi pengeluaran untuk perolehan aset tetap dan asset lainnya yang memberikan manfaat yang lebih dari satu priode akuntansi. Belanja modal yang di maksud untuk mendapatkan aset tetap pemerintah daerah yaitu peralatan, bagunan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya.’’

Anggaran adalah dokumen yang berisi angka-angka yang diharapkan didapat dan akan digunakan dalam jangka waktu tertentu.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa anggaran merupakan alat untuk mendeskripsikan kebijakan manajemen yang mengintegrasikan seluruh sumber daya dan mengalokasikannya pada berbagai rencana dan kegiatan untuk mencapai kinerja yang diharapkan, secara sistematis dan terencana. Pada waktu tertentu. Anggaran organisasi publik yang berpotensi untuk melayani publik terbuka dan seringkali dipengaruhi oleh

27 lingkungan politik suatu negara. Ini mengarah pada anggaran publik yang lebih lengkap daripada anggaran organisasi swasta.

27 lingkungan politik suatu negara. Ini mengarah pada anggaran publik yang lebih lengkap daripada anggaran organisasi swasta.

Dokumen terkait