• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

3. Landasan Yuridis

Yang menjadi landasan yuridis pembentukan Peraturan Daerah tentang Retribusi Perizinan Tertentu ini, adalah berbagai peraturan perundang-undangan yang memerintahkan atau menjadi acuan pembentukan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat tentang Retribusi Prizinan Tertentu.

Dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Retribusi Perizinan Tertentu, maka Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Keolahragaan ini tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pengaturan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat tentang Retribusi Perizinan Tertentu, antara lain adalah :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pasal 18 : (5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh Undang-Undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.

(6) Pemerintah Daerah berhak menetapkan Peraturan Daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi daerah dan tugas pembantuan.

2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

Pasal 4 : Penyelidik adalah setiap pejabat polisi negara Republik Indonesia.

Pasal 6 : (1) Penyidik adalah :

a. Pejabat polisi negara Republik Indonesia;

b. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang.

(2) Syarat kepangkatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.

3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undnag Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

40 Pasal 42 : (1) Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan

tenaga kerja asing wajib memiliki rencana penggunaan tenaga kerja asing yang disahkan oleh Pemerintah Pusat.

(2) Pemberi kerja orang perseorangan dilarang mempekerjakan tenaga kerja asing.

4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2004 tentang Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat, antara lain :

Pasal 8 : Dengan terbentuknya Provinsi Sulawesi Barat, kewenangannya sebagai daerah otonom mencakup bidang pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten dan kota, serta kewenangan dalam bidang pemerintahan tertentu lainnya, kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiscal nasional, agama, serta kewenangan bidang lain, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

5. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan yang telah diubah

Pasal 26 ayat (2)

(Setelah diubah oleh UU No.11 Tahun 2020)

: Jenis usaha Perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari usaha:

a. penangkapan Ikan;

b. pembudidayaan Ikan;

c. pengangkutan Ikan;

d. pengolahan Ikan; dan e. pemasaran Ikan.

6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan.

Pasal 179 (Setelah diubah oleh UU No.11 Tahun 2020)

: (1) Perizinan Berusaha terkait penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (1) diberikan oleh:

a. Pemerintah Pusat yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan untuk angkutan orang yang melayani:

1) angkutan taksi yang wilayah operasinya melampaui 1 (satu) daerah provinsi;

2) angkutan dengan tujuan tertentu; atau angkutan pariwisata.

b. gubernur untuk angkutan taksi yang wilayah operasinya melampaui lebih dari 1 (satu) daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat;

7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Pasal 140 : Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang

41 dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian.

Pasal 141 (Setelah diubah oleh UU No.11 Tahun 2020)

: Jenis Retribusi Perizinan Tertentu meliputi:

a. Retribusi Perizinan Berusaha terkait persetujuan bangunan gedung yang selanjutnya disebut Retribusi Persetujuan Bangunan Gedung;

b. Retribusi Perizinan Berusaha terkait tempat penjualan minuman beralkohol yang selanjutnya disebut Retribusi lzin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;

c. Retribusi Perizinan Berusaha terkait trayek yang selanjutnya disebut Retribusi Izin Trayek; dan d. Retribusi Perizinan Berusaha terkait perikanan

yang selanjutnya disebut Retribusi Izin Usaha Perikanan.

8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019, antara lain :

Pasal 1 : Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentag Pemerintahan Daerah sebagaimana telah dubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, antara lain :

Pasal 286 : Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ditetapkan dengan undang-undang yang pelaksanaan di Daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah.

10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Pasal 2 : Penyidik adalah:

a. pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia;

dan

b. pejabat pegawai negeri sipil.

11. Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Pasal 4 ayat : Instansi pelaksana pemungut pajak dan retribusi dapat diberi Insentif apabila mencapai kinerja tertentu.

Pemberian insentif adalah untuk meningkatkan

42 kinerja instansi, semangat kerja bagi pejabat atau pegawai Instansi, pendapatan daerah, dan pelayanan kepada masyarakat.

Pasal 6 ayat

(1) : Besarnya insentif paling tinggi 3% (tiga perseratus) untuk provinsi, dan 5% (lima perseratus) untuk kabupaten/kota, dari rencana penerimaan pajak dan retribusi dalam tahun anggaran berkenaan.

12. Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing

Pasal 13 : Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing adalah meliputi pemberian Perpanjangan IMTA kepada Pemberi Kerja Tenaga Kerja Asing, tidak termasuk instansi pemerintah, perwakilan negara asing, badan-badan internasional, lembaga sosial, lembaga keagamaan, dan jabatan tertentu di lembaga pendidikan.

13. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Satuan Polisi Pamong Praja.

Pasal 9 : Penyidikan terhadap pelanggaran atas ketentuan Perda dilakukan oleh pejabat penyidik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

14. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

Pasal 2 : Pengelolaan Keuangan Daerah meliputi :

a. hak Daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan pinjaman;

Pasal 30 : Pendapatan Daerah terdiri atas ::

a. pendapatan asli daerah;

b. pendapatan transfer; dan

c. lain-lain pendapatan asli yang sah.

15. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2021 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing

Pasal 24 : Pembayaran Dana Kompensasi Penggunaan Tenaga Kerja Asing, merupakan penerimaan negara bukan pajak atau pendapatan daerah berupa retribusi daerah, yaitu :

Pendapatan daerah provinsi untuk Pengesahan RPTKA baru, Pengesahan RPTKA perpanjangan bagi Tenaga Kerja Asing yang bekerja di lokasi lebih dari 1 (satu) kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi;

16. Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2019 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil.

Pasal 4 : dalam melaksanakan tugas sebagaimana, PPNS berwenang :

a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana;

b. melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;

c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;

d. melakukan penggeledahan dan penyitaan;

e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

f. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

43 g. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa

sebagai tersangka atau saksi;

h. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

i. mengadakan penghentian penyidikan; dan j. mengadakan tindakan lain menurut hukum

yang bertanggung jawab.

Pasal 5 : Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4, PPNS bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Kepala Satpol PP.

17. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 58/PERMEN-KP/2020 tentang Usaha Perikanan Tangkap

Pasal 9 : Setiap orang untuk melakukan Usaha Perikanan Tangkap di WPPNRI dan/atau Laut Lepas wajib memiliki izin Usaha Perikanan Tangkap, yang terdiri atas :

a. izin usaha perikanan yang diterbitkan dalam bentuk SIUP;

b. izin Penangkapan Ikan yang diterbitkan dalam bentuk SIPI; dan

18. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 8 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2021 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing

Pasal 35 : (1) Pemberi Kerja TKA yang mempekerjakan TKA wajib membayar DKPTKA yang besarnya $100 (seratus dolar Amerika Serikat) per jabatan per orang per bulan sebagai PNBP atau pendapatan daerah berupa retribusi daerah.

(2) Kewajiban membayar DKPTKA tidak berlaku bagi:

a. instansi pemerintah;

b. perwakilan negara asing;

c. badan internasional;

d. lembaga sosial;

e. lembaga keagamaan; dan

f. jabatan tertentu di lembaga pendidikan.

(3) Pemberi Kerja TKA yang mempekerjakan TKA kurang dari 1 (satu) bulan wajib membayar DKPTKA sebesar 1 (satu) bulan penuh.

(4) Pembayaran DKPTKA) sebagai PNBP dikenakan untuk:

a. Pengesahan RPTKA baru;

b. Pengesahan RPTKA perpanjangan bagi TKA yang bekerja di lokasi lebih dari 1 (satu) provinsi; dan

c. Pengesahan RPTKA KEK.

(5) Pembayaran DKPTKA sebagai pendapatan daerah provinsi dikenakan untuk Pengesahan RPTKA perpanjangan bagi TKA yang bekerja di lokasi lebih dari 1 (satu) kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi.

(6) Pembayaran DKPTKA sebagai pendapatan

44 daerah kabupaten/kota dikenakan untuk Pengesahan RPTKA perpanjangan bagi TKA yang bekerja di lokasi dalam 1 (satu) kabupaten/kota.

19. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor Nomor 6 tahun 2017

Dokumen terkait