• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2. Kerugian Penggunaan IUD

2.5. Pasangan Usia Subur (PUS)

2.6.8 Langkah Langkah dalam Konseling KB

Menurut Uripni (2003) tahapan konseling tentang kontrasepsi meliputi: a. Pendahuluan

Langkah pendahuluan atau langkah pembuka merupakan kegiatan untuk menciptakan kontak, melengkapi data klien untuk merumuskan penyebab masalah, dan menentukan jalan keluar

b. Bagian Inti/Pokok

Bagian inti/pokok dalam konseling mencakup kegiatan mencari jalan keluar, memilih salah satu jalan keluar yang tepat bagi klien, dan melaksanakan jalan keluar tersebut.

c. Bagian Akhir

Bagian akhir kegiatan konseling merupakan kegiatan penyimpulan dari seluruh aspek kegiatan dan pengambilan jalan keluar. Langkah tersebut merupakan langkah penutupan dari pertemuan dan juga penetapan untuk pertemuan berikutnya.

Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon klien KB yang baru hendaknya dapat diterapkan enam langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan satu tuju tersebut tidak perlu dilakukan secara berulang-ulang karena konselor harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien. Kata kunci SATU TUJU adalah sebagai berikut:

SA : SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang nyaman serta

terjamin privasinya. Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat diperoleh.

T : Tanyakan pada klien informasi entang dirinya. Bantu klien untuk berbicara mengenai pengalaman Keluarga Berencana. Tanyakan Kontrasepsi yang diinginkan oleh klien. Coba tempatkan diri kita di dalam hati klien.

U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beri tahu apa pilihan kontrasepsi. Bantu klien pada jenis kontrasepsi yang di ingini.

TU : Ban TUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berpikir mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan.

J : Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya. U : Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan

klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan konterasepsi jika dibutuhkan (Saifuddin, 2004).

Aspek-aspek konseling KB dalam memberikan pesan kepada calon akseptor KB, antara lain:

1. Materi Konseling

Materi konseling KB berisikan pesan penjelasan spesifik tentang alat-alat kontrasepsi yang diinginkan calon atau akseptor KB. Materi konseling biasanya bersifat mudah dipahami, ringkas, padat atau memiliki muatan pesan.

2. Media Konseling

Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran (Djamarah, 2002). Media merupakan segala sesuatu

yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat seseorang sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar (Purnamawati dan Eldarni, 2001). Media konseling dapat berupa gambar-gambar yang disampaikan oleh konselor untuk mempermudah pemahaman calon/akseptor KB (BKKBN, 2001).

Menurut Purnamawati dan Eldarni (2001), ada beberapa prinsip media yang perlu diperhatikan dalam memberikan pesan antara lain:

a. Harus adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media pembelajaran. Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran, untuk informasi yang bersifat umum, ataukah sekedar hiburan saja mengisi waktu kosong. Lebih Dapat pula tujuan tersebut akan menyangkut perbedaan warna, gerak atau suara. Misalnya proses kimia (farmasi), atau pembelajaran pembedahan (kesehatan). b. Karakteristik media pembelajaran. Setiap media mempunyai karakteristik

tertentu, baik dilihat dari keunggulannya, cara pembuatan maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik media merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki konselor dalam kaitannya pemilihan media pembelajaran. Disamping itu memberikan kemungkinan pada konselor untuk menggunakan berbagai media secara bervariasi.

c. Alternatif pilihan, yaitu adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan atau dikompetisikan. Dengan demikian konselor bisa menentukan pilihan media mana yang akan dipilih, jika terdapat beberapa media yang dapat dibandingkan.

3. Pola Komunikasi

Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi antara satu individu dengan individu yang lain, untuk itu dari masing-masing individu diharapkan memiliki kamampuan serta keterampilan yang dibutuhkan dalam proses komunikasi (Rakhmat, 2000).

Terdapat dua pola komunikasi dalam proses konseling yaitu komunikasi bentuk ritual dan bentuk responsif atau interaktif. Pola komunikasi bentuk ritual ditunjukan dengan perilaku rutin yang ditunjukan oleh konselor atau klien. Sedangkan pola komunikasi responsif ditunjukan dengan negosiasi antara konselor dengan klien, dengan maksud menyelesaikan beberapa permasalahan (Nurihsan, 2005).

Menurut Effendy (2007), variabel-variabel yang berpengaruh pada kualitas hubungan (komunikasi) antara dua adalah:

a. Penyingkapan diri (self disclosure) adalah membeberkan informasi tentang diri sendiri. Penyingkapan diri merupakan suatu usaha untuk membiarkan keotetikan memasuki hubungan sosial seseorang dan berkaitan dengan kesehatan mental dan dengan pengembangan konsep diri.

b. Kepercayaan dan keberbalasan. c. Keakraban.

d. Kebersamaan.

e. Kesalingbergantungan yang berkaitan dengan rasa percaya, komitmen dan perhatian/kepedulian.

f. Afiliasi yang berkaitan dengan sikap bersahabat, suka berkumpul/bersama dengan orang lain serta ramah. Ciri-ciri perilaku berafiliasi tinggi adalah memberi nasehat, mengkoordinasikan, mengarahkan, memulai dan memimpin.

4. Sikap petugas

Untuk mencapai tujuan konseling, perilaku atau sikap konselor merupakan faktor yang menentukan apakah pesan yang disampaikan berhasil atau tidak. Okun (1987) menyatakan bahwa rentang perilaku konselor yang efektif seperti pada Tabel 2.1. berikut.

Tabel 2.1 Perilaku Konselor yang Efektif Perilaku Verval Perilaku Non Verval -Menggunakan kata-kata yang dapat

dipahami klien

-Memberikan refleksi dan penjelasan terhadap pernyataan klien

-Penafsiran yang baik/sesuai -Membuat kesimpulan-kesimpuan -Merespon pesan utama klien -Memberi dorongan minimal -Memanggil klien dengan nama

penggilan atau ”anda”

-Memberi informasi sesuai keadaan -Menjawab pertanyaan tentang diri

konselor

-Tidak menilai klien

-Menggunakan humor secara tepat -Membuat pemahanan yang tepat

tentang pernyataan klien

-Penafsiran yang sesuai dengan situasi

-Nada suara disesuaikan dengan klien -Memelihara kontak mata yang baik -Sesekali menganggukkan kepala -Wajah yang bersemangat

-Ucapan tidak terlalu cepat/lambat

-Sentuhan disesuaikan dengan usia klien

-Air muka ramah dan senyum

Sumber: Okun, 1987

Sikap petugas kesehatan dalam melakukan konseling yang baik terutama bagi calon klien KB antara lain:

1. Memperlakukan klien dengan baik

Petugas bersikap sabar, memperlihatkan sikap menghargai setiap klien, dan menciptakan suatu rasa percaya diri sehingga klien dapat berbicara secara terbuka dalam segala hal termasuk masalah-masalah pribadi sekalipun. Petugas meyakinkan klien bahwa ia tidak akan mendiskusikan rahasia klien dengan orang lain.

2. Interaksi antara petugas dan klien

Petugas harus mendengarkan, mempelajari dan menanggapi keadaan klien karena setiap klien mempunyai kebutuhan dan tujuan reproduksi yang berbeda. Bantuan terbaik seorang petugas adalah dengan cara memahami bahwa klien adalah manusia yang membutuhkan perhatian dan bantuan.

3. Memberikan informasi yang baik kepada klien

Konselor mendengarkan apa yang disampaikan klien berarti petugas belajar mendengarkan informasi apa saja yang dibutuhkan oleh setiap klien.

4. Menghindari pemberian informasi yang berlebihan

Klien membutuhkan penjelasan untuk menentukan pilihan (informed choice). Bidan harus menjelaskan keuntungan dan kerugian setiap jenis alat kontrasepsi dengan jujur dan netral, tidak memaksakan suatu metode kontrasepsi tertentu. Mengingat bahwa belum ada satu metode kontrasepsi yang aman dan efektif 100%. Namun tidak semua klien dapat menangkap semua informasi tentang berbagai jenis kontrasepsi. Terlalu banyak informasi yang diberikan akan menyebabkan kesulitan bagi klien dalam mengingat informasi yang penting.

5. Tersedianya metode yang diinginkan klien

Petugas membantu klien membuat keputusan mengenai pilihannya dan harus tanggap terhadap pilihan klien meskipun klien menolak memutuskan penggunaan kontrasepsi.

6. Membantu klien untuk mengerti dan mengingat

Petugas memberi contoh alat kontrasepsi dan menjelaskan pada klien agar memahaminya dengan memperlihatkan bagaimana cara-cara penggunaannya. Petugas juga memperlihatkan dan menjelaskan dengan flip charts, poster, pamflet, atau halaman bergambar (Azwar 2003).

2.6.9 Faktor-faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Konseling a. Faktor individual

Orientasi kultural (keterikatan budaya) merupakan faktor individual yang dibawa seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari: 1. Faktor fisik

Kepekaan panca indera pasien yang diberi konseling akan sangat mempengaruhi kemampuan dalam menangkap informasi yang disampaikan konselor.

2. Sudut pandang

Nilai-nilai yang diyakini oleh pasien sebagai hasil olah pikirannya terhadap budaya dan pendidikan akan mempengaruhi pemahamannya tentang materi yang dikonselingkan.

3. Kondisi sosial

Status sosial dan keadaan disekitar pasien akan memberikan pengaruh dalam memahami materi.

4. Bahasa

Kesamaan bahasa yang digunakan dalam proses konseling juga akan mempengaruhi pemahaman pasien.

b. Faktor-faktor yang berkaitan dengan interaksi

Tujuan dan harapan terhadap komunikasi, sikap terhadap interaksi, pembawaan diri seseorang terhadap orang lain (seperti kehangatan, perhatian, dukungan) serta sejarah hubungan antara konselor dan klien akan mempengaruhi kesuksesan proses konseling.

c. Faktor situasional

Percakapan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, situasi percakapan kesehatan antara bidan dan klien akan berbeda dengan situasi percakapan antara polisi dengan pelanggar lalu lintas.

d. Kompetensi dalam melakukan percakapan

Agar efektif, suatu interaksi harus menunjukkan perilaku kompeten dari kedua pihak. Keadaan yang dapat menyebabkan putusnya komunikasi adalah :

1. Kegagalan menyampaikan informasi penting. 2. Perpindahan topik bicara yang tidak lancar. 3. Salah pengertian (Lukman, 2002).

2.6.10 Upaya Petugas Kesehatan dalam Mengatasi Masalah Pemilihan

Dokumen terkait