• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Niat

Niat adalah kecenderungan seseorang untuk memilih melakukan atau tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Niat diasumsikan sebagai faktor pemotivasi yang ada di dalam diri individu yang memengaruhi perilaku. Niat ini tercermin dari seberapa besar keinginan untuk mencoba dan seberapa kuat usaha yang dialokasikan untuk mewujudkan perilaku tertentu (Ajzen, 1991). Niat ditentukan sejauh mana individu memiliki sikap positif terhadap perilaku tertentu dan sejauh mana individu mendapat dukungan dari orang lain.

Niat perilaku (behavioral intention) adalah suatu keinginan (niat) seseorang untuk melakukan perilaku tertentu. Seseorang akan melakukan suatu perilaku (behavior) jika mempunyai suatu keinginan atau niat untuk melakukannya (Jogiyanto, 2007).

Niat untuk melakukan suatu perilaku yang dalam hal ini adalah penggunaan kontrasepsi KB terbentuk dari kombinasi sikap terhadap perilaku tersebut, norma subyektif tentang perilaku tersebut dan persepsi kontrol perilaku yang berkaitan dengan perilaku itu. Hasil akhirnya adalah ketika derajat kekuatan niat mencapai level tertentu yang dirasa cukup, seseorang dimungkinkan dapat mewujudkan niat

tersebut menjadi perilaku itu dengan catatan bahwa sepanjang terdapat peluang (Ajzen, 2005). Niat menggunakan kontrasepsi KB sebagaimana yang diungkap Ajzen (2005) dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal,faktor eksternaldan kontrol.Faktor internal merupakan keyakinan individu mengenai perilaku yang menentukan sikap dan faktor eksternal merupakan keyakinan normatif yang menentukan norma subjektif, sedangkan faktor kontrol merupakan keyakinan individu untuk mengontrol berbagai faktor yang menjadi penentu dilakukannya perilaku tersebut.

Ajzen dan martin fishbein 1975 mendefinisikan intens atau niat ini sebagai kemungkinan subjektif (subjektif probability) untuk berperilaku tertentu, mengukur niat berarti mengukur kemungkinan seseorang tentang akan berperilaku tertentu atau tidak. Anwar dkk (2005),niat merupakan akumulasi tiga faktor yakni:

a. Sikap

Sikap didefinisikan sebagai perasaan umum seseorang terhadap suatu objek, yakni tentang evaluasinya apakah menyenangi atau tidak pada objek tersebut.Objek dalam sikap adalah perilaku itu sendiri. Sikap terhadap perilaku adalah penilaian subjektif dari individu menyangkut pengetahuan dan keyakinan tentang perilaku tertentu, baik buruknya, keuntungan dan manfaatnya. Berdasarkan theory of planned behavior, sikap ditentukan oleh adanya keyakinan tentang konsekuensi dari tingkah laku atau disebut dengan keyakinan bertingkah laku (behavioral belefs). Sikap juga ditentukan oleh evaluation toward objek, yakni penilaian seseorang terhadap hasil- hasil yang dimunculkan di dalam suatu perilakuatau mengarah pada penilaian positif

atau negatif dari individu terhadap perilaku tertentu yang ingin dilakukannya.Sikap terhadap perilaku ditentukan oleh keyakinan. Fishbein dan Ajzen (1975) menggungkapkan keyakinan merujuk kepada penilaian subjektif PUS berkaitan dengan berbagai aspek dari dunianya dan pemahaman PUS mengenai diri dan lingkungannya. Keyakinan diperoleh dengan menghubungkan manfaat dan atau kerugian yang akan diperoleh. Keyakinan dapat memperkuat sikap terhadap perilaku apabila penilaian yang dilakukan dapat memberikan keuntungan.

b. Norma Subyektif

Norma subjektif adalah persepsi individu mengenai tekanan sosial atau lingkungan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu. Persepsi ini sifatnya subjektif sehingga faktor lingkungan disebut juga norma subjektif. Norma subjektif dipengaruhi oleh keyakinan individu yang diperoleh atas pandangan orang lain disekitarnya seperti: orang tua, suami/istri, teman kantor dan orang–orang yang terdekat dengan individu tersebut.

Ajzen (2005) mengemukakan bahwa individu meyakini bahwa sebahagian besar orang lain berpengaruh dalam kehidupannya berfikir bahwa ia harus melakukan suatu perilaku tertentu akan merasakan tekanan bahwa ia harus melakukan perilaku tersebut, sebaliknya apabila individu meyakini bahwa sebahagian besar orang lain yang berpengaruh baginya tidak mendukungnya melakukan perilaku tersebut, maka ia akan memiliki keyakinan untuk menolak melakukan perilaku tersebut. Norma subjektif juga ditentukan oleh keinginan individu untuk memenuhi tuntutan yang dikenalkan padanya.

Dalam model theory of reasoned action dan theory of planned behavior, normasubjektif adalah fungsi dari normative beliefs, yang mewakili persepsi mengenai preferensi signficant others mengenai apakah perilaku tersebut harus dilakukan. Model ini mengkuantifikasi beliefs dengan mengalihkan kemungkinan subjektif seorang significant other (disebut referent) berpikir bahwa seseorang harus melaksanakan perilaku tersebut dengan motivasi seseorang untuk mengikuti (motivation to comply) apa yang ingin dilakukan oleh referent.

Presentasi dari tuntutan atau tekanan lingkungan yang dihayati individu menunjukan keyakinan individu atas adanya persetujuan atau tidak dari figur-figur sosial jika ia melakukan suatu perbuatan. Figure sosial yang penting bisa saja termasuk didalamnyaorang tua, teman dekat, suami, atau istri rekan kantor, semuanya tergantung pada jenis tingkah lakunya. Norma subjektif dibentuk dari 2 aspek yakni keyakinan normative dan keinginan seseorang untuk berperilaku sesuai dengan harapan lingkungan

c. Persepsi Kontrol Perilaku

Persepsi kontrol perilaku merupakan perasaan mampu yang dimiliki PUS sebagai individu untuk menggunakan kontrasepsi berdasarkan persepsinya tentang ketersediaan sumber daya dan kesempatan yang dibutuhkan untuk mewujudkan perilaku yang dimaksud. Persepsi seseorang mengenai mudah atau sulitnya menampilkan perilaku tertentu, keyakinan yang mendasari biasanya berupa pengalaman, rasa malu atau perilaku-perilaku tertentu. Ajzen (1991) menyatakan kontrol perilaku dan niat berhubungan erat dengan dilakukan atau tidak dilakukanya

sebuahperilaku. Persepsi kontrol memengaruhi niat terhadap perilaku sehingga persepsi kontrol mempunyai dua fungsi, yaitu: (1) sebagai motivator yang secara tidak langsung memengaruhi perilaku melalui niat; (2) mencerminkan kontrol perilaku nyata dan berhubungan langsung dengan perilaku tanpa melalui niat. Kontrol perilaku nyata dapat berupa ketersediaan sarana yang dibutuhkan untuk mewujudkan perilaku misalnya ketersediaan metode KB, Sumber Daya Manusia (SDM) petugas kesehatan,fasilitas kesehatandapat digunakan untuk mempermudah PUS dalam menggunakan kontrasepsi KB.

Penggunakan kontrasepsi IUD untuk mencegah kehamilan dapat diperbaiki dengan mengintervensi faktor keyakinan PUS, keyakinan normatif dan kekuatan keyakinan kontrol.Intervensi yang dilakukan dapat berupa penyebaran informasi melalui surat kabar, penyebaran pamflet, iklan di televisi, diskusi interpersonal dan lain-lain yang mendorong ibu untuk memiliki keyakinan prilaku, normatif dan kontrol yang mengarah kepada penggunaan kontrasepsi IUD (Fishbein dan Ajzen, 2006).

Dokumen terkait