• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEOR

B. Perkawinan

5. Langkah-langkah menuju pernikahan

a. Disunnatkan melihat bakal isteri sebelum perkawinan

Sebelum melangkah kejenjang perkawinan terlebih dahulu dilakukan khitbah (pinangan) yang merupakan langkah pendahuluan menuju arah perjodohan antara seorang pria dan wanita. Islam mensyari’atkannya agar masing-masing calon mempelai dapat saling kenal mengenal dan memahami pribadi mereka.39

38

Husein bin Muhammad Yusuf, Memilih Jodoh dan Tata Cara Meminang dalam Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1987), Cet. Ke-1, h.32

39

Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2000), cet. Ke4, h. 57.

Untuk itu dianjurkan kepada setiap calon suami untuk “melihat” calon istrinya (dan tentu demikian pula sebaliknya) terlebih dahulu, sehingga pelaksanaan pernikahan atau perkawinannya nanti berdasarkan pandangan dan penilaian yang jelas, tidak seperti membeli kucing dalam karung, yang pada akhirnya melahirkan penyesalan bagi salah satu pihak atau bahkan keduanya. Nabi saw, bersabda:

ﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُﷲا ﻰَﻠَﺻ ﻲِﺒﱠﻨﻟا َلﺎَﻘَﻓ ُةَاَﺮْﻣِا َﺐَﻄَﺧ ُﮫﱠﻧِا ﺔَﺒْﻌُﺷ َةَﺮْﯿِﻐُﻤﻟْا ِﻦَﻋ

ﺎَﻤُﻜَﻨْﯿَﺑ َمِد ْﻮُﯾ ْنَا ُﮫﱠﻧِﺎَﻓﺎَﮭْﯿَﻟِاْﺮُﻈْﻧُا

)

ﮫﺟﺎﻣ ﻦﺑاو ئﺎﺴﻨﻟاو ىﺬﻣﺮﺘﻟا هاور

(

Dari Mughiroh bin Syu’bah ra, sesungguhnya ia pernah meminang seorang wanita, maka bersabda Rasulullah saw kepadanya: “lihatlah calon istrimu, karena akan mengekalkan hubungan perjodohan kalian berdua”.(HR. Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah).

Makhluk termasuk manusia, remaja atau dewasa dianugrahi oleh Tuhan rasa cinta kepada lawan seksnya, sebagaimana dalam firman Allah:

َﻦِﻣ ِةَﺮَﻄْﻨَﻘُﻤْﻟاِﺮْﯿِﻃﺎَﻨَﻘْﻟاَو َﻦْﯿِﻨَﺒْﻟاَوِءﺎَﺴﱢﻨﻟا َﻦِﻣ ِتَﻮَﮭﱠﺸﻟا ﱡﺐُﺣ ِسﺎﱠﻨﻠِﻟ َﻦﱢﯾُز

ِﻞْﯿَﺨْﻟاَو ِﺔﱠﻀِﻔْﻟاَو ِﺐَھﱠﺬﻟا

ﱡﺪﻟاِةﻮَﯿَﺤْﻟا ُعﺎَﺘَﻣ َﻚِﻟَذ ِثْﺮَﺤْﻟاَو ِمﺎَﻌْﻧَﺎْﻟاَو ِﺔَﻣﱠﻮَﺴُﻤْﻟا

ِبَﺎَﻤْﻟا ُﻦْﺴُﺣ ُهَﺪْﻨِﻋ ُﷲاَو ﺎَﯿْﻧ

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang- binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).(Al- Imron: 14)

Dahulu ada sebagian ulama yang memahami sabda nabi saw, yang membolehkan “melihat calon istrinya” sebagian “membolehkan melihat wajah dan telapak tangan”. Kini sementara ulama memahaminya lebih dari itu, yakni mengenalnya lebih dekat, dengan bercakap-cakap atau bertukar pikiran, selama ada pihak terpercaya yang menemani mereka, guna menghindar dari segala yang tidak diinginkan oleh norma agama dan budaya.

b. Khitbah

Jika calon suami dan istri sudah saling “melihat” dalam batas-batas yang dibenarkan agama, dan hati keduanya telah berkenan, maka saat itu dapatlah calon pasangan atau yang mewakilinya mengajukan khitbah/ pinangan. Khithbah adalah meminang (melamar) yaitu permintaan seorang laki-laki kepada anak perempuan orang lain untuk dinikahi, sebagai pendahuluan pernikahan, namun belum berupa aqad nikah. Khitbah merupakan permintaan dan janji untuk mengadakan pernikahan.

Sebelum menetapkan penerimaan pinangan, wali paling tidak harus dapat menduga keras bahwa yang dipinang benar-benar telah setuju, bahkan semestinya persetujuannya itu dinyatakan secara tegas. ulama masa lalu menyatakan bahwa sebenarnya wali dapat mengetahui dari sinar mata mereka ada tidaknya cinta, atau kesediaan bercinta itu.

Bahkan orang tua yang bijaksana sering kali mengetahuinya bukan saja dari sinar mata tetapi juga dari air mata seseorang. Ibnu Hajar Al-

‘Asqalani (w.1449 M) dalam bukunya Subul Al-Salam, ketika menguraikan hadits tentang perlunya persetujuan calon istri terhadap calon suaminya sebelum dilangsungkan akad nikah.40Bila khitbah ini telah dilaksanakan perlu diperhatikan adab-adabnya, antara lain : 1) Tidak boleh (haram) meminang pinangan orang lain.

Umar bin Khatab berkata dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:

َكُﺮْﺘَﯾْوَا ُﺢِﻜْﻨَﯾ ﻰﱠﺘَﺣ ِﮫْﯿِﺧَا ِﺔَﺒْﻄِﺧ ﻰَﻠَﻋ ِﻞُﺟﱠﺮﻟا ُﺐَﻄْﺨَﯾﺎَﻟ

)

ﻢﻠﺴﻣو ىرﺎﺨﺒﻟا هاور

(

“Tidak dibenarkan seseorang meminang pada saat saudaranya meminang (wanita yang sama) sampai (jelas apakah) si peminang diterima (sehingga tidak boleh lagi meminang) atau ditinggalkan (dan ketika itu yang berminat silahkan meminang)41

Ini dilarang, karena hal tersebut dapat menimbulkan perselisihan antara berbagai pihak, karena bisa saja si peminang kedua memburuk-burukkan peminang pertama. Selanjutnya setelah kesepakatan kedua belah pihak menyangkut segala sesuatu, maka ditetapkanlah saat pernikahan.42

2) Peminang (laki-laki) tetaplah orang lain bagi wanitanya (bukan mahrom).

40

Quraish Shihab, Pengantin Al-Qur’an, (Jakarta:Lentera Hati, 2007), cet ke-2-60, h. 57. 41

Quraish Shihab, Pengantin Al-Qur’an, (Jakarta:Lentera Hati, 2007), cet ke-2-60, h. 57. 42

Karena khithbah ini bukanlah aqad nikah, maka status peminang masih tetap sebagai orang lain bagi yang dipinang (bukan mahram), dan tidak diperkenankan untuk berkhalwat (pacaran, atau berdua-duaan).

3) Dianjurkan menemui dan memberi hadiah.

Pertemuan yang sopan bagi laki-laki yang meminang dan wanita yang dipinang ialah dengan kehadiran mahram wanita, karena hal tersebut akan menambah kemudahan untuk saling mengenal. Dengan pemberian hadiah dari peminang kepada wanita yang dipinang diharapkan akan mempererat lagi tali silaturrahim di antara mereka.

c. Aqad Nikah

Setelah menyelesaikan khitbah, tahap selanjutnya adalah aqad nikah. Setelah aqad nikah inilah, si laki-laki perempuan secara syah telah menjadi suami istri. Silahkan kalau mau pacaran (berkhalwat), atau bahkan lebih dari itu.

d. Walimahtul ‘Urs

Walimah adalah berkumpul dan ‘urs adalah pernikahan, jadi walimatul ‘urs adalah kenduri yang diselenggarakan dengan tujuan menyebarkan berita tentang telah terjadinya suatu pernikahan agar diketahui umum, sehingga terhindar dari fitnah. Jumhur ulama berpendapat bahwa hukum walimatul ‘urs adalah sunnah, walaupun

ada sebagian ulama Syafi’iyah yang mewajibkannya, berdasarkan perintah Nabi SAW kepada Abdur Rahman bin Auf :

َﺻ ِﷲا ُلْﻮُﺳَر َﻢَﻟْوَا َلﺎَﻗ ْﺲَﻧَا ْﻦَﻋ

ْﻦِﻣٍءْﻲَﺷ ﻰَﻠَﻋ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُﷲا ﻰﱠﻠ

ٍةﺎَﺸِﺑ َﻢَﻟْوَا ُﺐَﻨْﯾَز ﻰَﻠَﻋ َﻢَﻟْوَاﺎَﻣِءﺂَﺴِﻧ

)

ْﻢِﻠْﺴُﻣَو ىِرﺎَﺨُﺒْﻟا ُهاَوَر

(

“Dari Anas, Ia berkata Rasulullah saw mengadakan walimah dengan seekor kambing untuk istri-istrinya dan untuk zainab (H.R. Bukhori dan Muslim)43

Dalam kitab fikih,

ﱠنَا َﺔَﺸِﺋﺎَﻋ ْﻦَﻋ

َلﺎَﻗ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُﷲا ﻰﱠﻠَﺻ ْﻲِﺒﱠﻨﻟا

:

َا

ُهاْﻮُﻠَﻌَﺟَو ُحﺎَﻜﱢﻨﻟااَﺬَھ اْﻮُﻨِﻠْﻋ

ِقْﻮُﻓﱡﺪﻟا ِﮫْﯿَﻠَﻋ اْﻮُﺑِﺮْﺿاَوَﺪِﺟﺎَﺴَﻤْﻟا ﻰِﻓ

)

ِةَﺬْﯿِﻣْﺮﱢﺘﻟاَوْﺪَﻤْﺣَا ُهاَوَر

(

Dari Aisyah bahwasanya nabi saw bersabda, Syiarkanlah nikah dan adakanlah di masjid-masjid dan pukullah untuknya rebana- rebana. (H.R Ahmad dan Tirmidzi).44

Dari Anas, Sesungguhnya Rasulullah saw telah bersabda kepada Abdurrahman sewaktu ia (Abdurrahman bin Auf) menikah, sabdanya:

َﺻ ِﷲا ُلْﻮُﺳَر ﱠنَا ٍﺲَﻧَا ْﻦَﻋ

ِﻦَﻤْﺣﱠﺮﻟا ُﺪْﺒَﻋ ﻰَﻠَﻋ ىَوَر َﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُﷲا ﻰﱠﻠ

َلﺎَﻘَﻓ ٍفْﻮَﻋ ُﻦْﺑا

:

ٍةﺎَﺸِﺑْﻮَﻟَو ْﻢَﻟﱠوَا

)

ىِرﺎَﺨُﺒْﻟا ُهاَوَر

(

“Adakanlah walimah itu sekalipun hanya memotong seekor kambing (HR Bukhari)45

43

Thariq Ismail Bakhiya, Perkawinan dalam Islam, (petunjuk praktis membina keluarga muslim), (Jakarta: cv Yasa Bunga 1987), cet ke 2 h 74

44

Tirmidzi, Sunan Tirmidzi (Beirut: Darul Fikr, 114 H/1994 M) h. 346-347 45

BAB III

GAMBARAN UMUM KANTOR URUSAN AGAMA (KUA)

KECAMATAN PONDOK AREN

A. Sejarah dan Latar Belakang Berdiri

Menurut Peraturan Menteri Agama Nomor 39 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Urusan Agama, Kantor Urusan Agama yang disingkat KUA adalah unit pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam yang bertugas melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementrian Agama Kabupaten/Kota dibidang urusan agama Islam. KUA sebagaimana dimaksud berkedudukan di wilayah kecamatan

Berdasarkan Keputusan Manteri Agama Nomor 517 Tahun 2001 Tentang Penataan Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan, bahwa tugas KUA Kecamatan adalah melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementerian Agama Kota/Kabupaten di bidang Urusan Agama Islam di Wilayah Kecamatan.

Kantor Urusan Agama (KUA) Pondok Aren semula berada di kelurahan Pondok Jaya, dengan adanya ruislah (tukar tempat) maka KUA Pondok Aren kini berlokasi di Jl. Komplek Perkantoran Kecamatan Pondok Aren No. 2 Tangerang Selatan, Banten berdekatan dengan Masjid Bani Umar. KUA Pondok Aren merupakan pecahan dari KUA Ciledug dengan adanya pemekaran wilayah pada tahun 1984.1

1

Wawancara Pribadi dengan Ahmad Rahmat/Tata Usaha KUA, Kantor Urusan Agama (KUA) Pondok Aren, 26 Juni 2014.

Pada Tahun 1950 ke atas, angka perceraian di Negara kita sangat tinggi berkisar 60%-80%, banyak pula pernikahan dibawah umur dan poligami yang dilakukan para lelaki yang tidak sehat. Dengan alasan tersebut maka terbentuklah berbagai lembaga yang membantu menangani hal tersebut diantarnya yaitu BP4 yang berada di Jawa Barat, P5 yang ada di DKI, dan BKRT yang ada di Yogyakarta.2

Dengan banyaknya lembaga tersebut, tokoh masyarakat dan tokoh agama menyetujui BP4 untuk membantu KUA dibidang penasehat. Tujuan BP4 yaitu memberi nasehat kepada masyarakat yang membutuhkan baik yangbaru akan melangsungkan pernikahan ataupun pasangan suami istri yang ada masalah dalam rumah tangga, BP4 berperan untuk meningkatkan mutu perkawinan.

BP4 sudah dibentuk cukup lama namun seiring berjalannya waktu karena lembaga ini berdiri independent tidak dibawah pemerintah maka fungsinya lambat laun kurang efektif sehingga KUA Pondok Aren berinisiatif untuk mengambil alih fungsi BP4 untuk membantu masyarakat memberikan nasehat dan bimbingan mengenai pernikahan. BP4 KUA Pondok Aren kini sudah mulai membentuk kepengurusan baru, dan fungsinya mulai berjalan yakni memberikan undangan bagi calon pengantin, menyiapkan nara sumber, dan lain-lain.3

Ketua BP4 diambil dari tokoh masyarakat dan tokoh agama yang kompeten dibidangnya, tidak boleh diketuai oleh pengurus KUA tetapi untuk kepengurusan dalam BP4 tersebut bisa diambil dari pengurus KUA yang stand

2

Wawancara Pribadi dengan H.Suganda S.Ag/Kepala KUA, Kantor Urusan Agama (KUA) Pondok Aren, 26 Juni 2014.

3

by di Kantor KUA setiap hari. KUA menyiapkan tempat untuk BP4 dalam menerima kedatangan masyarakat yang ingin berkonsultasi mengenai masalah dalam keluarga dan lain-lain.4

Dokumen terkait