• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah Bagi Calon Pengantin Di Kantor Urusan Agama (Kua) Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah Bagi Calon Pengantin Di Kantor Urusan Agama (Kua) Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Universitas Islam Negeri

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Oleh:

Melia Fitri NIM: 107052002067

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (SI) di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juni 2014

Penulis

(5)

i

“Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan"

Pernikahan dapat memelihara seseorang dari perbuatan-perbuatan tercela. Dengan pernikahan, nafsu syahwat dapat disalurkan melalui jalan yang ditentukan. Tujuan pernikahan tidak hanya terbatas pada hubungan syahwat, akan tetapi jauh dari itu mencakup tuntutan kehidupan yang penuh rasa kasih sayang, sehingga manusia dapat hidup tenang baik dalam keluarga maupun masyarakatnya. Dengan pernikahan ditetapkan adanya hak dan kewajiban bagi suami istri, sehingga terbinalah ketentraman jiwa, bukan sekedar dalam hubungan syahwat. Untuk itu dibutuhkan persiapan baik mental, financial, dan pengetahuan tentang pernikahan. Berdasarkan konteks tersebut penulis ingin menganalisis pelaksanaan bimbingan pra nikah bagi calon pengantin di kantor urusan agama pondok aren dalam memberikan pengetahuan tentang pernikahan, faktor pendukung dan penghambat bimbingan pra nikah di kantor urusan agama pondok aren.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif melalui pendekatan deskriptif. Pada penelitian ini penulis bermaksud melihat langsung bagaimana pelaksanaan bimbingan pra nikah bagi calon pengantin di KUA Pondok aren serta menganalisis aspek yang ada didalamnya yaitu pembimbing, metode, materi, serta faktor pendukung dan penghambat bimbingan pra nikah di KUA Pondok Aren. Dalam hal ini, penulis melakukan wawancara langsung dengan kepala KUA Pondok Aren dan pembimbing pra nikah di KUA Pondok Aren.

Hasil dari Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah yang dilakukan di KUA Pondok Aren. Antara lain dapat diketahui, yakni: Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah di KUA Pondok Aren diadakan satu minggu sekali pada hari rabu untuk para pasangan calon pengantin yang akan melaksanakan pernikahan biasanya pada hari sabtu atau minggu. KUA Pondok Aren juga mengadakan pendidikan pra nikah yang ditujukan untuk anan-anak sekolah tingkat SMA sederajat dan mahasiswa-mahasiswa.

Pembimbing dalam bimbingan pra nikah di KUA terdiri dari empat orang, pembimbing tersebut bergiliran dalam memberikan bimbingan sesuai dengan jadwal yang sudah diatur oleh KUA Pondok Aren. Untuk setiap pelaksanaan bimbingan pra nikah hanya tiga orang yang bertugas untuk menyampaikan materi bimbingan. Sedangkan materi yang disampaikan dalam Bimbingan pra nikah di KUA Pondok Aren mencakup materi tentang Kesehatan reproduksi, Keluarga Sakinah, UUD Perkawinan, Kitab Munakahat tentang pernikahan, kewajiban suami dan istri, fiqih Islam, perukunan dan doa-doa untuk pasangan calon pengantin.

(6)

ii

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan Iman, Islam, Ihsan, serta Sehat wal’afiat yang tak terkira kepada

penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik skripsi yang berjudul

“Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan

Pondok Aren Kota Tangerang Selatan.

Shalawat dan salam semoga senantiasa selalu tercurahkan kepada kekasih

Allah, yang telah memperjuangkan serta membawa umatnya dari zaman

kebodohan sampai zaman terang benderang dengan berbagai ilmu yakni Nabi

Besar Muhammad SAW.

Hidup adalah perjuangan, begitupun dalam menyelesaikan tugas akhir ini

banyak sekali hambatan-hambatan yang dihadapi dan dirasakan. Mulai dari

persiapan pelaksanaan penelitian sampai dengan penulisan skripsi ini, akan tetapi

berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana

pada fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dengan jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam. Dan penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

sebesar-besarnya terutama kepada:

1. Bapak Dr. H. Arif Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu

(7)

iii

2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si, dan Drs. Sugiharto M.A selaku Ketua dan

Sekertaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Dakwah

dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Mahmud Jalal, MA, selaku dosen pembimbing dengan kesabarannya

memotivasi penulis dan dengan senantiasa meluangkan waktu untuk

memberikan pengarahan, masukan, dan dukungan dalam penulisan karya

ilmiah ini.

4. Dra. Musfirah Nurlaily, MA dan Dra. Suparto, M. Ed, Ph. D selaku dosen

penguji yang telah memberikan masukan dan koreksinya dalam penulisan

skripsi.

5. Drs. M. Luthfi, MA. Selaku Dosen Penasehat Akademik, Jurusan Bimbingan

dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah mendidik

dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama menempuh

pendidikan di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Khususnya kepada

seluruh dosen jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah memberi

penulis banyak ilmu yang sangat bermanfaat.

7. Seluruh Staff Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu

(8)

iv

H. Abdul Aziz selaku penghulu di KUA Pondok Aren, Sofyan Sori M.A

selaku penyuluh di KUA Pondok Aren, Ahmad Rahmat selaku Tata Usaha di

KUA Pondok Aren yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian

skripsi ini.

9. Orang tua tersayang Alm H. Saripudin dan Hj. Nely Parmi yang telah

senantiasa membesarkan dengan cinta, sayang, dan do’a kepada penulis yang

tiada pernah tergantikan dengan apapun. Penulis hanya dapat memberikan

do’a yang indah disetiap sujud “Allahumagfirli dzunubi waliwa lidayya

warhamhuma kama robbayanisshogiro”.

10.Kakak serta kedua adik tersayang Rahmat Ali Syafar, Triwahyuni, dan Fildza

Khalisha serta suami tercinta Zainul Arif yang telah memberikan banyak do’a

juga bantuan materi ataupun non materi.

11.Teman-teman kelas yang sangat baik dan selalu memberikan motivasi kepada

penulis, Maria Ulfah, Apri, Wahyudi, Fina, Handi, Eno, Ade, Indah, Keke,

Feni, Dita, Isma, Liana, Vika dan juga semua teman BPI 2007 yang telah

menemani penulis dalam mencari ilmu dan menemani hari-hari terindah di

BPI. Juga kakak-kakak kelas di BPI angkatan 2005, angkatan 2006, adik-adik

kelas angkatan 2008, 2009, dan 2010 telah sama-sama memperjuangkan BPI

(9)

v

menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik

dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahman, Rahim, dan Rahmat

kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan dan dukungannya

kepada penulis.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang

membaca pada umumnya dan khususnya bagi segenap keluarga besar jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Jakarta, Juni 2014

Penulis,

(10)

vi

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 12

F. Sistematika Penulisan………. .... 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Bimbingan Pra Nikah 1.Pengertian Bimbingan Pra Nikah………. ... 16

2.Unsur Bimbingan Islam……….. ... 19

3.Tujuan dan Fungsi Bimbingan………. ... 22

B. Perkawinan 1.Meminang dalam hukum islam………...… ... 23

2.Kafaah dalam perkawinan……….. ... 27

3.Tujuan dan hikmah perkawinan………. ... 29

4.Persiapan lahir batin dalam upaya pemilihan jodoh. ... 35

5.Langkah-langkah menuju pernikahan……… ... 42

BAB III GAMBARAN UMUM KUA PONDOK AREN A. Sejarah dan Latar Belakang Berdiri……….. ... 47

B. Visi, Misi, dan Motto……… ... 49

C. Struktur Organisasi dan pengelolaannya………... ... 50

[image:10.612.102.508.161.712.2]
(11)

vii

B. Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah

1.Pembimbing dalam Bimbingan Pra Nikah ... 63

2.Terbimbing dalam Bimbingan Pra Nikah ... 65

3.Materi Bimbingan Pra Nikah ... 66

4.Metode dalam Bimbingan Pra Nikah ... 70

C. Faktor pendukung dan penghambat bimbingan pra Nikah ... 72

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76

(12)

viii

Aren

3. Daftar wawancara

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah SWT menciptakan makhluk-Nya dengan berpasang-pasangan,

laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, manusia dianjurkan untuk mencari

pasangannya dalam batas-batas yang telah ditentukan oleh syari’at. Anjuran untuk

menikah dan perintah melaksanakan perkawinan disebutkan dalam firman Allah

surat An-Nisa: 3:











“Nikahilah sebagian wanita yang baik-baik diantara kamu.”

Selain itu Rosulullah juga menganjurkan para pemuda yang telah dewasa

untuk menikah. Sebagaimana sabda beliau yang artinya:

َلﺎَﻗ ٍدْﻮُﻌْﺴَﻣ ُﻦْﺑ ِﷲا ُﺪْﺒَﻋ ْﻦَﻋ

:

ِبﺎَﺒﱠﺸﻟ َﺮَﺸْﻌَﻣ ﺂَﯾ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ِﷲا ﱠﻞَﺻ ِﷲا ُلْﻮُﺳَر َلﺎَﻗ

ْﻢَﻟ ْﻦَﻣَو ِجْﺮَﻔْﻠِﻟ ُﻦَﺼْﺣَاَوِﺮَﺼَﺒْﻠِﻟ ﱞﺾَﻏَا ُﮫﱠﻧ ﺎَﻓ ْجﱠوَﺰَﺘَﯿْﻠَﻓ ٌة َءﺎَﺒْﻟاَو ْﻢُﻜْﻨِﻣ َعﺎَﻄَﺘْﺳا ِﻦَﻣ

ٌءﺎَﺟِو ُﮫَﻟ ُﮫﱠﻧ ِﺎَﻓ ِمْﻮﱠﺼﻟاﺎِﺑ ِﮫْﯿَﻠَﻌَﻓ ْﻊِﻄَﺘْﺴَﯾ

)

ور

يرﺎﺨﺒﻟا ها

1

(

“Dari Abdullah bin Mas’ud berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda: Hai para pemuda, siapa saja diantara kamu mampu menanggung biaya, maka hendaklah ia nikah, karena menikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih dapat menjaga kemaluan. Bagi siapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu perisai (pengekang syahwat) baginya.”(H.R Bukhari)

1

(14)

Dari hadits di atas menunjukkan betapa besar rahmat perkawinan, karena

dapat memelihara seseorang dari perbuatan-perbuatan tercela. Dengan

perkawinan, nafsu syahwat dapat disalurkan melalui jalan yang ditentukan.

Agama dapat menunjukkan jalan bagi yang belum mampu menikah dengan jalan

berpuasa, karena berpuasa dapat membersihkan jiwa dan mempunyai daya yang

kuat untuk menahan nafsu dari perbuatan haram.

Tujuan perkawinan tidak hanya terbatas pada hubungan syahwat, akan

tetapi jauh dari itu mencakup tuntutan kehidupan yang penuh rasa kasih sayang,

sehingga manusia dapat hidup tenang, baik dalam keluarga maupun

masyarakatnya. Dengan perkawinan, ditetapkan adanya hak dan kewajiban bagi

suami istri, sehingga terbinalah ketentraman jiwa, bukan sekedar dalam hubungan

syahwat. Perkawinan merupakan ciri utama pembinaan kehidupan masyarakat,

karena manusia tidak dapat hidup secara individual.

Perkawinan adalah ikatan kuat yang menggabungkan jiwa kedua suami

istri, membuatnya merasa diikat dan memperbaurkannya sebagaimana berbaurnya

air jernih yang enak diminum. Perkawinan adalah jaminan erat antara dua anak

manusia yang dipertemukan keduanya dalam cinta, kesetiaan, ketulusan, kerja

sama, dan saling membantu2.

Di Negara kita perkawinan telah diatur dengan undang-undang nomor 1

Tahun 1974 Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1944 dan Nomor 32 Tahun

1954. Undang-undang nomor 1 Tahun 1974 telah disyahkan dan ditanda tangani

oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 2 Januari 1974 di Jakarta dan

2

(15)

mulai berlaku pada tanggal 1 Oktober 1975, berisi XIV BAB, 64 Pasal dan 100

ayat.3

Karena tujuan perkawinan tidak hanya terbatas pada hubungan syahwat

maka sebelum melaksanakan pernikahan hendaknya para calon pengantin

memiliki bekal yang cukup untuk menghadapi bahtera kehidupan. Adapun bekal

yang dimaksud yakni pemahaman tentang pernikahan itu sendiri, hak dan

kewajiban suami dan istri, kemampuan financial, dan kesiapan mental. Dengan

bekal tersebut, diharapkan calon pengantin dapat menjadi keluarga sakinah

mawadah dan rahmah. Dalam firman Allah pun dijelaskan bahwa













………

“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seseorang laki-laki dan seorang perempuan yang menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal…

..(

Qs.An-Nisa: 1)

Dalam firman Allah tersebut dikatakan bahwa manusia diciptakan

berbeda-beda supaya kita bisa saling mengenal dan setelah kita mengenal diri

pasangan kita masing-masing kita dapat melangsungkan hidup berumah tangga

yang sakinah, mawaddah dan rahmah, terhindar dari perceraian, keributan,

penganiayaan, dan hal-hal yang bertentangan dengan hukum dan dimurkai oleh

Allah.

KUA Pondok Aren adalah Kantor Urusan Agama yang melayani

masyarakat dalam hal agama. Diantaranya yaitu tentang pernikahan, bimbingan

3

(16)

haji dan umroh, informasi zakat, infak, shodaqoh, sarana ibadah, dan lain-lain.

Banyak program di KUA yang ditujukan untuk pernikahan, pecatatan, pendidikan

pra nikah, bimbingan pra nikah, dan lain-lain. Dengan berbagai program tersebut,

KUA merasa perlu untuk mengadakan bimbingan pra nikah bagi calon pengantin

untuk mengurangi angka perceraian dan memberikan pengetahuan kepada calon

pengantin hal-hal yang perlu diketahui sebelum menuju jenjang pernikahan

Bertitik tolak dari pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian terhadap masalah tersebut yang dituangkan dalam skripsi

yang berjudul ” Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah bagi pasangan calon pengantin di KUA Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan. ”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis membatasi

Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah di KUA Pondok Aren pada Empat

Pembimbing, Materi Bimbingan, Tiga Terbimbing ( Tiga Pasang Calon

Pengantin), dan Metode Bimbingan.

2. Perumusan masalah

Dari pembatasan masalah tersebut, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana Pelaksanaan bimbingan Pra Nikah bagi calon pengantin

di KUA Pondok Aren?

b. Apa saja faktor pendukung dan penghambat Bimbingan Pra Nikah di

(17)

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

a. Untuk mengetahui Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah di KUA Pondok

Aren

b. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan

Bimbingan Pra Nikah di KUA Pondok Aren

2. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan diatas, maka manfaat dari penelitian ini yaitu:

a.Manfaat Teoritis

1)Memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan

khususnya pada Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah.

2)Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya

pada kajian yang sama tetapi pada ruang lingkup yang lebih luas

dan mendalam tentang Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah.

b. Manfaat praktis

1) Bagi peneliti, dapat menambah pengalaman dalam

Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah .

2) Bagi lembaga, dapat dijadikan pedoman dalam Pelaksanaan

Bimbingan Pra Nikah.

3) Bagi jurusan, penelitian ini dapat menambah koleksi tentang

(18)

4) Bagi akademik, dapat menambah wawasan, informasi dan

pengetahuan tentang Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah,

khususnya bagi mahasiswa Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu

Komunikasi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

D.Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis memilih penelitian kualitatif dengan

pendekatan deskriptif. Pendekatan deskriptif dapat diartikan sebagai

prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau

melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang

berdasarkan fakta-fakta yang tampak.4

Adapun dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengungkapkan dan

mendeskripsikan secara faktual, aktual dan sistematis mengenai

Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah di KUA Pondok Aren.

2. Waktu dan Tempat Penelitian a. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai dari tanggal 1 Juni s/d 30 Juni 2014.

b. Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian ini berlokasi di Kantor Urusan Agama Pondok

Aren Jl. Komplek Perkantoran Kecamatan Pondok Aren No. 2 Tangerang

Selatan Banten.

4

(19)

3. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitian

Adapun Subjek penelitian ini adalah Pembimbing dalam bimbingan pra

nikah yang terdiri dari Empat orang yaitu kepala KUA, Dua Orang

Penghulu, Penyuluh, dan Tiga Pasang Calon Pegantin.

b. Objek Penelitian

Adapun obyek dalam penelitian ini adalah Pelaksanaan Bimbingan Pra

Nikah di KUA Pondok Aren.

4. Sumber Data

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana

data dapat diperoleh.5 Sumber data ialah unsur utama yang dijadikan

sasaran dalam penelitian untuk memperoleh data-data kongkrit dan yang

dapat memberikan informasi untuk memperoleh data yang diperlukan

dalam penelitian ini.6

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data, yaitu;

a. Data Primer, yaitu berupa wawancara kepada Empat pembimbing

Pra Nikah di KUA Pondok Aren dan Tiga pasang calon pengantin.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber

tertulis yang terdapat dalam makalah materi penataran calon

pengantin, foto-foto, rekaman suara dan dokumen-dokumen lain

yang berkaitan dengan pembahasan dalam penulisan ini.

5

Arikunto, Prosedur Penelitian Suatau Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT. Rieneke Cipta, 1996) h. 195.

6

(20)

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan maka peneliti menggunakan

teknik dan alat pengumpul data sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah suatu kegiatan mengumpulkan data yang

dilakukan melalui pengamatan dan mencatat fenomena yang muncul

dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena

tersebut.7 Menurut Thantawy R. dalam bukunya “Kamus Bimbingan

dan Konseling”, observasi adalah teknik pengumpulan data tentang

diri klien yang dilakukan secara sistematis melalui pengamatan

langsung menggunakan pencatatan terhadap gejala-gejala yang ingin

diselidiki dan itu digunakan dalam rangka melengkapi informasi klien

untuk keperluan pelayanan bimbingan dan konseling.8

Observasi atau pengamatan berperan serta menceritakan kepada

peneliti apa yang dilakukan oleh orang-orang. Dalam situasi tersebut,

peneliti memperoleh kesempatan mengadakan pengamatan atau

observasi. Menurut Bogdan (1972) mendefinisikan secara tepat

observasi atau pengamatan berperan serta sebagai peneliti yang

mencirikan interaksi secara sosial memakan waktu cukup lama antara

peneliti dan subyek dalam lingkungan subyek dan selama itu data

7

. E Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi,(Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi, LPSP3 UI, 1983), h.62.

8

(21)

dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan

berlaku tanpa gangguan.9

Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan

pengamatan dan penelitian secara langsung di KUA Pondok Aren.

Peneliti melakukan observasi sebanyak tiga kali, yaitu pada hari Senin,

02 Juni 2014 peneliti memberikan surat izin penelitian kepada Kepala

KUA Pondok Aren yaitu H. Suganda S.Ag, peneliti diizinkan untuk

melakukan penelitian dan mewawancarai Kepala KUA, Dua Orang

Penghulu, Penyuluh, dan Bagian Tata Usaha. Pada hari Rabu 04 Juni

2014 peneliti mengamati langsung proses bimbingan pra nikah yang

dilakukan oleh KUA Pondok Aren kepada Calon Pengantin.

Pembimbing memberikan materi mengenai UUD perkawinan,

Munakahat, dan keluarga sakinah. pada tanggal 11 Juni, Peneliti

mewawancarai tiga pasang calon pengantin tentang pendapat mereka

mengenai pelaksanaan bimbingan pra nikah yang diadakan oleh KUA

Pondok Aren. Untuk kelengkapan data yang diperlukan oleh peneliti,

peneliti kembali mengikuti pelaksanaan bimbingan pra nikah bagi

calon pengantin pada tanggal 18 Juni 2014 dan 25 Juni 2014. Pada

Sabtu, 27 Juni 2014 peneliti berpamitan kepada Kepala KUA Pondok

Aren dan berfoto bersama pengurus KUA Pondok Aren.

9

(22)

b. Wawancara

Teknik perolehan data melalui wawancara sering pula disebut

interview. Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan

pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari

terwawancara (interviewe).10 Atau salah satu metode pengumpulan

data ialah dengan cara wawancara yaitu mendapatkan informasi

dengan cara bertanya langsung kepada responden.11 Menurut

Thantawy R dalam bukunya “Kamus Bimbingan dan Konseling”,

wawancara adalah percakapan sebagai proses saling memberi

keterangan diantara pewawancara (interviewer) yang diarahkan

kepada tujuan tertentu.12

Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi.

Dalam proses ini, hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor

yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Faktor tersebut

adalah: pewawancara, responden, topik, situasi wawancara, dan

penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan.13dalam penelitian

ini wawancara ditujukan kepada Empat Pembimbing Pra Nikah

dengan langsung bertatap muka sekaligus mendengarkan

keterangan-keterangan. Empat Pembimbing Pra nikah yaitu Kepala KUA Bapak

H. Suganda S.Ag, Dua orang Penghulu yaitu Bapak Aliudin S.Ag dan

10

Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT. Rieneke Cipta, 1996), h. 128.

11

Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LPSES, 1989), h. 192.

12

Thantawy R, Kamus Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT. Pamator, 1997), h. 122. 13

(23)

Bapak H. Abdul Aziz S.Ag, Penyuluh Bapak Sopian Sori M.Ag, dan

Tata Usaha Bapak Ahmad Rahmat. Peneliti melakukan wawancara

kepada Tiga Pasang Calon Pengantin yaitu Fitri dan Zainul, Nur dan

Aris, Wati dan Ali.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis atau film, serta record

yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seseorang penyidik

atau peneliti. Dokumentasi sudah lama digunakan dalam penelitian

sebagai sumber data yang dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan,

bahkan untuk meramalkan.14Dokumentasi biasanya terbagi atas

dokumen pribadi yang terdiri dari buku harian, surat pribadi,

otobiografi, dan dokumen resmi.

Dokumen resmi terdiri atas dokumen internal dan eksternal.

Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi aturan suatu

lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri.

Sedangkan dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang

dihasilkan oleh kondisi lembaga sosial masyarakat misalnya, majalah,

buletin, pernyataan dan berita yang disiarkan oleh media massa.15

Dalam penelitian ini, dokumentasi dilakukan dengan pengumpulan

data-data tertulis yang terdapat di KUA Pondok Aren, dengan masalah

yang diteliti dan dokumen lainnya yang mendukung.

14

Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaj Rosdakarya, 2006), h. 194.

15

(24)

6. Analisa Data

Analisa data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan

yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan

apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.16

Dalam melakukan analisa data, penulis menggunakan analisa

deskriptif kualitatif yaitu penulis berusaha memaparkan data sebagaimana

adanya dengan melakukan kajian penafsiran data-data tersebut sehingga

dapat menggambarkan permasalahan secara sistematis dan representative.

faktor-faktor yang berhubungan dengan fenomena yang diteliti, kemudian

dilakukan analisis.

7. Teknik Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengacu pada Buku Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta” diterbitkan oleh CEQDA (Center For Quality

Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta, Tahun 2007.

E.Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan suatu bagian dari penelitian yang memuat

tinjauan atas kepustakaan (literature) yang berkaitan dengan topik pembahasan,

16

(25)

atau bahkan yang memberikan inspirasi dan mendasari dilakukannya

penelitian.17 Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah:

1. Respon Suami Istri terhadap Bimbingan Pra Nikah di KUA Kecamatan

Kedondong Lampung Selatan yang dilakukan oleh Rusfanida

mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Penelitian dalam

skripsi ini terfokus pada respon suami istri terhadap bimbingan pra

nikah.

2. Efektifitas Praktek Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin di KUA

kecamatan Ciputat Tangerang Selatan; Studi Pelaksanaan peraturan

Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama No DJ.

II/49/Tahun 2009 yang dilakukan oleh Kosim mahasiswa Konsentrasi

Peradilan Agama Program Studi Ahwal Asy-syakshiyah. Penelitian

dalam skripsi ini terfokus pada efektifitas kursus calon pengantin di

KUA Ciputat.

Dalam penelitian yang penulis lakukan di KUA Kecamatan Pondok Aren

difokuskan pada, Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah Bagi Calon Pengantin di

KUA Pondok Aren, skripsi ini meneliti pembimbing pra nikah, yang

terbimbing, metode bimbingan pra nikah, dan materi bimbingan pra nikah serta

faktor pendukung dan penghambat bimbingan pra nikah di KUA Pondok Aren,

sehingga penelitian yang penulis lakukan hasilnya tidak akan sama meskipun

sama subjeknya, yaitu di KUA.

17

(26)

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini penulis menguraikan

dalam beberapa bab, yaitu:

Bab I Pendahuluan, yang membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika

penulisan.

Bab II Landasan Teori, yang tercakup didalamnya pengertian bimbingan Pra Nikah, unsur bimbingan, tujuan dan fungsi bimbingan,

Meminang dalam hukum Islam, Kafaah dalam perkawinan, Tujuan

dan hikmah perkawinan, Persiapan Lahir Batin Dalam Upaya

Pemilihan Jodoh, Langkah-langkah menuju pernikahan.

Bab III Gambaran Umum KUA Pondok Aren, terdiri dari: Sejarah dan latar belakang berdiri, Visi, misi, dan motto, Struktur organisasi

dan pengelolaannya, Program kegiatan dan tujuannya, Sarana dan

prasarana.

Bab IV Temuan Penelitian dan Analisis Data yakni, Karakteristik Informan, Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah di KUA Pondok

Aren yang meliputi: pembimbing, terbimbing, metode bimbingan,

dan materi-materi yang digunakan dalam Bimbingan Pra Nikah di

KUA Pondok Aren, faktor pendukung dan penghambat Bimbingan

[image:26.612.101.508.179.589.2]
(27)
(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Bimbingan Pra Nikah

1. Pengertian Bimbingan Pra Nikah

Kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu

guidance” yang berasal dari kata kerja “to guide” yang berarti menunjukan,

memberi jalan, atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang bermanfaat

bagi hidupnya di masa kini dan masa mendatang.1 Pengertian bimbingan

adalah menunjukkan, memberi jalan atau menuntun orang lain ke arah

tujuan yang lebih bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan masa datang.

Sedangkan bimbingan secara terminologi seperti yang dikemukakan

beberapa tokoh di bawah ini, di antaranya :

Bimo Walgito menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan atau

pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu

dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam hidupnya

agar individu atau sekumpulan individu dapat mencapai kesejahteraan

hidup2.

Crow & Crow di dalam bukunya Prayitno yang berjudul “Dasar-Dasar

Bimbingan dan Konseling” menjelaskan: Bimbingan adalah bantuan yang

diberikan oleh seorang laki-laki atau perempuan yang memiliki kepribadian

yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia

1

H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta: PT. Golden Trayon Press, 1998), h. 1

2

(29)

untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan

pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung

bebannya sendiri.3

Menurut I Djumhur dan M Surya, dalam bukunya “Bimbingan dan

Penyuluhan di Sekolah”, membatasi pengertian bimbingan sebagai berikut:

“Suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis

kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar

tercapai kemampuan untuk memahami dirinya (Self Understanding),

kemampuan untuk menerima dirinya (Self Acceptance), kemampuan untuk

mengarahkan dirinya (Self Direction), kemampuan untuk merealisasikan

dirinya (Self Realization), sesuai dengan potensi kemampuan dalam

menyesuaikan dirinya baik dengan lingkungan keluarga, maupun dengan

masyarakat. Dan bantuan itu diberikan oleh orang yang memiliki keahlian

dan pengalaman khusus dalam bidang tersebut.”4

Dalam bukunya yang berjudul “bimbingan dan konseling”, hallen

memberikan definisi bahwa:

“Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang terus-menerus dari

seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu yang

membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang

dimilikinya secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media

dan tekhnik bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif agar tercapai

3

Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta: 2001), h.94

4

(30)

kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri

maupun bagi lingkungannya....”5

Berdasarkan beberapa pengertian bimbingan tersebut dapat disimpulkan

bahwa yang dimaksud bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang

dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang

(anak-anak, remaja dan dewasa) agar mampu mengembangkan potensi

(bakat, minat, kemampuan yang dimiliki, mengenali dirinya sendiri,

mengatasi persoalan-persoalan), sehingga mereka dapat menentukan sendiri

jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa bergantung kepada orang

lain.

Kata Pra dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” adalah awalan yang

bermakna “sebelum”.6 Pengertian Nikah dalam “Kamus Besar Bahasa

Indonesia” ialah perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami

istri (dengan resmi).7

Dalam Undang-Undang Dasar 1974 No. I tentang undang-undang

perkawinan sebagai berikut: Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara

seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga yang bahagia berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam “Ensiklopedi Wanita Muslimah” perkawinan atau nikah ialah

“akad ikatan lahir batin di antara seorang laki-laki dan seorang wanita, yang

5

I Djumhur dan M. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1975), h. 9

6

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 1998), h. 44-50

(31)

menjamin halalnya pergaulan sebagai suami istri dan sahnya hidup berumah

tangga, dengan membentuk keluarga sejahtera.8

Menurut Rahmat Hakim, kata nikah berasal dari bahasa arab “Nihkum

yang merupakan masdar atau berasal dari kata kerja “Nakaha”. Menurut

bahasa kata nikah berarti “adh dhammu wattadakhul” (bertindih dan

memasukkan), menurut istilah nikah adalah “suatu akad yang menyebabkan

kebolehan bergaul antara seorang laki-laki dengan seorang wanita dan

saling menolong diantara keduanya serta menentukan batas hak dan

kewajiban di antara keduanya.9

Dari beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan nikah sebagai

landasan pokok dalam pembentukkan keluarga. Perkawinan adalah ikatan

lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga sakinah, mawaddah, warahmah. Jadi. Bimbingan pra

nikah adalah upaya pembimbing dalam memberikan materi atau bekal

kepada calon pengantin sebelum melaksanakan pernikahan, mengenai

keluarga sakinah, munakahat, dan hal-hal yang dibutuhkan oleh calon

pengantin sebelum memasuki jenjang pernikahan.

2. Unsur Bimbingan Islam a. Pembimbing.

Pengertian pembimbing dalam kamus Bahasa Indonesia sebagai

berikut, “pembimbing” diartikan menurut bahasa adalah “pemimpin”

atau “penuntun”, kata tersebut di ambil dari kata “bimbing” yang

8

Hayya Binti Mubarak Al-Barik, Ensiklopedi Wanita Muslimah, (Jakarta: Darul Falah, 1423 H), h.97

9

(32)

artinya “pimpin” atau “tuntun”, kemudian diberi awalan “pe” menjadi

pembimbing yang artinya “yang menyebabkan sesuatu menjadi tahu”,

arti tersebut disesuaikan dengan profesi dan disiplin ilmu yang ia

miliki.10

b. Terbimbing

Yaitu peserta atau orang yang mempunyai masalah dalam

mencapai tujuan.11

c. Metode

Kata “metode” berasal dari kata yunani “methods”, dimana

metha” ialah menuju, melalui, mengikuti. Dan kata “hodos” ialah

jalan, perjalanan, cara, dan arah. Jadi pengertian metode adalah cara

bertindak menurut sistem aturan tertentu supaya kegiatan praktisi

terlaksana secara rasional dan terarah, agar mencapai hasil yang

optimal.12Metode-metode yang sering digunakan dalam bimbingan

Islam yaitu:

1). Metode Interview (wawancara)

Wawancara adalah melakukan dialog dengan terbimbing untuk

mendapatkan masalah-masalah yang dihadapi oleh terbimbing. Dengan

melakukan dialog, pembimbing akan masuk dalam kehidupan

10

W.J.S. Poerwardarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), cet. Ke-7, h. 427.

11

Drs. H. Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: UIN Press, 2008), h. 11 12

(33)

terbimbing dan akan mengetahui sebab-sebab yang dikemukakan oleh

terbimbing.13

2). Metode Non Directif

Metode ini dilakukan dengan tidak mengarahkan. Yang mana dibagi

menjadi 2 yaitu:

a). Client Centered

Yaitu pengungkapan masalah-masalah yang menjadi

penghambat si terbimbing. Yaitu dilakukan dengan cara pancingan

yaitu dengan mengajukan satu dua pertanyaan selanjutnya

terbimbing diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menceritakan

segala isi batinnya yang disadari menjadi penghambatnya.

Pembimbing hanya mendengarkan dan mencatat hal-hal yang

dianggap mendasar kemudian di akhir pertemuan pembimbing tidak

mengarahkan melainkan mengungkapkan kembali

hambatan-hambatan yang dialami sebagai penyebabnya dan apa yang harus

dilakukan untuk mengatasinya sebagaimana yang dikemukakkan

oleh terbimbing.

b). Metode Edukatif

Yaitu cara pengungkapan masalah-masalah yang menghambat

dengan cara mengoreh sampai tuntas apa yang menjadi penyebab

hambatan, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam hal

ini pembimbing harus bersikap agak santai dan memberikan

13

(34)

kesempatan yang seluas-luasnya kepada terbimbing untuk

mengingat dan mengungkapkan rahasia pribadi yang menjadi

penghambat masalah tersebut.14

3). Metode Direktif (metode yang bersifat mengarahkan)

Metode ini lebih bersifat mengarahkan kepada jamaah untuk

berusaha mengatasi kesulitannya (problem) yang berpengaruh kepada

ketenangan berfikir. Pada metode ini, pembimbing memberikan

saran-saran pandangan dan nasehat bagaimana sebaiknya ia bersikap dalam

menghadapi problemnya.

3. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Islam

Adapun Tujuan bimbingan itu sendiri menurut Aunur Rahim Faqih adalah:

a. Membantu klien untuk mengembangkan pemahaman diri sendiri

sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi, dan kesempatan yang ada.

b. Membuat proses sosialisasi dan sensitifitas kepada kebutuhan orang

lain.

c. Memberikan dorongan didalam mengarahkan diri, pemecahan

masalah, pengembalian keputusan dalam keterlibatan diri dalam

masalah yang ada.

d. Mengembangkan nilai dan sikap menyeluruh serta perasaan sesuai

dengan penerimaan diri.

e. Membantu didalam memahami tingkah laku manusia.

14

(35)

f. Membantu klien untuk hidup di dalam kehidupan yang seimbang

dalam berbagai aspek, fisik, mental, sosial.15

Fungsi bimbingan menurut Dewa Ketut Sukardi:

a. Fungsi Preventif: sebagai pencegah terhadap timbulnya masalah

b. Fungsi Pemahaman: yang menghasilkan pemahaman tentang sesuatu

c. Fungsi Perbaikan: yang menghasilkan solusi dari berbagai

permasalahan yang dialami.

d. Fungsi Pemeliharaan dan pengembangan: membantu dalam

memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara

mantap, terarah, dan berkelanjutan.16

B. Perkawinan

1. Meminang dalam hukum Islam

Islam merupakan agama yang diturunkan melalui Rasulullah SAW

untuk kemaslahatan manusia. Dalam Islam, manusia dituntut untuk

kebahagiaan dunia dan akhirat, salah satu jalan untuk memperoleh

kebahagiaan itu adalah melalui pernikahan (perkawinan).

Sebelum melangkah kejenjang perkawinan terlebih dahulu dilakukan

khitbah (pinangan) yang merupakan langkah pendahuluan menuju arah

perjodohan antara seorang pria dan wanita. Islam mensyari’atkannya agar

15

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: VII Press, 2001), cet. Ke-2, hal. 54.

16

(36)

masing-masing calon mempelai dapat saling kenal mengenal dan

memahami pribadi mereka.17

Untuk itu dianjurkan kepada setiap calon suami untuk “melihat” calon

istrinya (dan tentu demikian pula sebaliknya) terlebih dahulu, sehingga

pelaksanaan pernikahan atau perkawinannya nanti berdasarkan pandangan

dan penilaian yang jelas, tidak seperti membeli kucing dalam karung, yang

pada akhirnya melahirkan penyesalan bagi salah satu pihak atau bahkan

keduanya. Nabi saw, bersabda:

َﻋ

ِﻦ

ْا

ُﻤﻟ

ِﻐْﯿ

َﺮ

َة

ُﺷ

ْﻌَﺒ

ِا ﺔ

ﱠﻧُﮫ

َﺧ

َﻄ

َﺐ

ِاْﻣ

َﺮ

َاُة

َﻓَﻘ

َلﺎ

ﱠﻨﻟا

ِﺒ

َﺻ ﻲ

َﻠ

ُﷲا ﻰ

َﻋ

َﻠْﯿ

ِﮫ

َو

َﺳ

ﱠﻠ

ُاْﻧ

ُﻈ

ْﺮ

ِاَﻟْﯿ

َﮭ

َﻓﺎ

ِﺎﱠﻧ

ُﮫ

َا

ْن

ُﯾ

ْﻮ

ِد

َم

َﺑْﯿ

َﻨُﻜ

َﻤﺎ

)

ﮫﺟﺎﻣ ﻦﺑاو ئﺎﺴﻨﻟاو ىﺬﻣﺮﺘﻟا هاور

(

Artinya:

Dari Mughiroh bin Syu’bah ra, sesungguhnya ia pernah meminang seorang wanita, maka bersabda Rasulullah saw kepadanya: “lihatlah calon istrimu, karena akan mengekalkan hubungan perjodohan kalian berdua”.(HR. Tirmidzi, Nasa’I, dan Ibnu Majah).

Makhluk termasuk manusia, remaja atau dewasa dianugrahi oleh

Tuhan rasa cinta kepada lawan seksnya, sebagaimana dalam firman Allah























“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari

17

(37)

jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah lading. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).(Al-Imron : 14)

Dahulu ada sebagian ulama yang memahami sabda nabi saw, yang

membolehkan “melihat calon istrinya” sebagian “membolehkan melihat

wajah dan telapak tangan”. Kini sementara ulama memahaminya lebih dari

itu, yakni “mengenalnya lebih dekat, dengan bercakap-cakap atau bertukar

pikiran, selama ada pihak terpercaya yang menemani mereka, guna

menghindar dari segala yang tidak diinginkan oleh norma agama dan

budaya. “ketika itu, jika terjalin hubungan cinta kasih antara keduanya

meskipun itu berupa cinta kasih yang muncul sebelum menikah maka

agama tidak menghalanginya. Bukankah itu tujuan mereka saling

mengenal guna melangsungkan dan melanggengkan perkawinan.

Dalam konteks perintah nabi saw, untuk melihat calon istri yang

dikutip di atas, terbaca bahwa beliau tidak menentukan “batas-batas

tertentu” dalam “melihat”. Beliau hanya menentukan tujuan melihat dan

hal ini menunjukkan keluwesan ajaran islam dan keistimewaan, sehingga

memudahkan setiap orang pada setiap masa untuk menyesuaikan diri

dengan adat istiadat, etika, dan kepentingan mereka, selama dalam

batas-batas yang wajar. Begitu pandangan banyak ulama kontemporer.

Karena itu, pada masa pertunangan, calon pasangan tidak dihalangi

untuk duduk di beranda rumah bersama salah seorang keluarga atau dari

kejauhan orang tua telah yakin bahwa kedua calon pasangan itu tidak akan

(38)

Ketika agama membenarkan hal di atas, maka itu juga menunjukkan

betapa tidak mudah menjalin hubungan yang serasi dan langgeng tanpa

saling mengenal antara pihak-pihak yang berhubungan.

Jika calon suami dan istri sudah saling “melihat” dalam batas-batas

yang dibenarkan agama, dan hati keduanya telah berkenan, maka saat itu

dapatlah calon pasangan atau yang mewakilinya mengajukan khitbah/

pinangan.

Sebelum menetapkan penerimaan pinangan, wali paling tidak harus

dapat menduga keras bahwa yang dipinang benar-benar telah setuju,

bahkan semestinya persetujuannya itu dinyatakan secara tegas. Memang

perempuan/gadis-gadis di belahan timur dunia kita pada masa lalu atau

yang mempertahankan budaya masa lalu tidak mudah mengungkap

persetujuannnya, apalagi mengucapkan “Aku cinta padanya/mu”, tetapi

ulama masa lalu menyatakan bahwa sebenarnya wali dapat mengetahui

dari sinar mata mereka ada tidaknya cinta, atau kesediaan bercinta itu.

Bahkan orang tua yang bijaksana sering kali mengetahuinya bukan saja

dari sinar mata tetapi juga dari air mata seseorang. Ibnu Hajar

Al-‘Asqalani (w.1449 M) dalam bukunya Subul Al-Salam, ketika

menguraikan hadits tentang perlunya persetujuan calon istri terhadap calon

suaminya sebelum dilangsungkan akad nikah18.

Bila khitbah itu telah dilaksanakan agama mengingatkan:

َكُﺮْﺘَﯾْوَا ُﺢِﻜْﻨَﯾ ﻰﱠﺘَﺣ ِﮫْﯿِﺧَا ِﺔَﺒْﻄِﺧ ﻰَﻠَﻋ ِﻞُﺟﱠﺮﻟا ُﺐَﻄْﺨَﯾﺎَﻟ

18

(39)

)

ﻢﻠﺴﻣو ىرﺎﺨﺒﻟا هاور

(

“Tidak dibenarkan seseorang meminang pada saat saudaranya meminang (wanita yang sama) sampai (jelas apakah) si peminang diterima (sehingga tidak boleh lagi meminang) atau ditinggalkan (dan ketika itu yang berminat silahkan meminang.19.(H.R. Bukhari daan Muslim)

Hal Ini dilarang, karena hal tersebut dapat menimbulkan perselisihan

antara berbagai pihak, karena bisa saja si peminang kedua

memburuk-burukkan peminang pertama. Selanjutnya setelah kesepakatan kedua belah

pihak menyangkut segala sesuatu, maka ditetapkanlah saat pernikahan.20

2. Kafaah dalam perkawinan

Untuk menjamin langgengnya kerukunan antara suami istri, pergaulan

yang harmonis, tetapnya saling pengertian dan terbinanya hubungan rumah

tangga yang mesra, maka syari’at Islam menginginkan dengan sangat,

hendaklah suami itu yang sesuai (sekufu) dengan istrinya dalam segala hal

yang dinilai sebagai kemuliaan hidup manusia, khususnya yang ada

kaitannya dengan status ekonomi dan sosial.

Kufu adaalah faktor penting bagi langsungnya kehidupan berumah

tangga, bila disorot dari kedudukan suami sebagai pemimpin. Karena bila

status ekonomi dan sosial suami lebih rendah dari istrinya, maka

kedudukannya sebagai kepala keluargapun menjadi lemah, dan

19

Quraish Shihab, Pengantin Al-Qur’an, (Jakarta:Lentera Hati, 2007), cet ke-2, h. 57. 20

(40)

kepemimpinannya bisa gagal, hingga bisa-bisa menjadi sebab retaknya

hubungan mereka berdua kelak.21

Setingkat dalam pernikahan antara laki-laki dengan perempuan ada lima

sifat, yaitu menurut tingkat kedua ibu bapak.22

a. Agama

b. Merdeka atau hamba

c. Perusahaan

d. Kekayaan

e. Kesejahteraan

Kufu ini tidak menjadi syarat bagi pernikahan. Tetapi jika tidak dengan

keridhaan masing-masing, yang lain boleh mem-fasakh-kan pernikahan itu

dengan alasan tidak kufu (setingkat). Kufu adalah hak perempuan dan

walinya, keduanya boleh melanggarnya dengan keridhaan bersama.

Menurut pendapat yang lebih kuat, ditinjau dari alasannya, kufu itu

hanya berlaku mengenai keagamaan, baik mengenai pokok agama seperti

islam dan bukan Islam maupun kesempurnannya, misalnya orang yang

baik (taat) tidak sederajat dengan orang yang jahat atau yang tidak taat.

Dengan syarat-syarat yang tersebut di atas tadi, hendaklah diketahui,

dipelajari seperlunya, sehingga pihak lelaki yang hendak berkenalan cinta

dengan wanita tersebut, telah mengetahui perlunya, siapa gerangan dia dan

bagaimana pribadinya dalam masyarakat lingkungannya.

21

Nabil Muhammad Taufik. Assamaluthi, Pengaruh Agama Terhadap Struktur Keluarga, (Surabaya: 1987), Cet 1, h. 246.

22

(41)

Dengan cara demikian, maka tahulah kita agak mendalam siapakah

yang sebenarnya wanita tersebut untuk dijadikan jodoh atau perkenalan

sementara, sebelum menjadi istri, teman hidup semati sampai tua kelak.

Kebanyakan pemuda-pemuda (pihak laki) yang berkenalan dan

langsung mengadakan perkawinan dengan seorang wanita itu, biasanya

hanya berkenalan sepintas saja, hanya dari perkenalan singkat itu, mereka

pria dan wanita tersebut, telah jatuh hati dan timbul hasrat ingin

melaksanakan perkawinan yang berat resiko dan tanggung jawabnya itu.

Kecuali perkenalan mereka, kebetulan memang sudah lama berkenalan

sejak dari kampung halaman semula, atau ada hubungan keluarga, yang

masing-masingnya sudah saling mengenal keluarganya.

Bila syarat-syarat yang dikemukakan ini dapat dilaksanakan oleh

pihak laki-laki yang ingin melangsungkan perkawinan itu, maka akibatnya

kelak akan memperoleh berkah dan akan dapat hidup bahagia dalam

rumah tangga.23

3. Tujuan dan hikmah perkawinan

a. Tujuan Perkawinan

Sebagaimana hukum-hukum yang lain ditetapkan dengan tujuan

tertentu sesuai dengan tujuan pembentuknya, demikian pula halnya

23

(42)

dengan syari’at Islam, mensyari’atkan perkawinan dengan

tujuan-tujuan tertentu pula.24

Adapun tujuan tersebut diantaranya adalah:

1). Melaksanakan libido seksualitas

Semua manusia laki-laki maupun perempuan mempunyai

insting seks, hanya kadar intensitasnya yang berbeda. Dengan

pernikahan seorang laki-laki dapat menyalurkan nafsu seksualnya

kepada seorang perempuan dengan sah dan begitu pula sebaliknya.

Maka dengan jalan pernikahan diharapkan agar manusia dapat

terhindar dari perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT, seperti

melakukan perzinahan, Firman Allah yang artinya:













“Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu… (Al-Baqarah : 223)

2). Melanjutkan keturunan yang merupakan sambungan ridho dan

penyambung cita-cita, membentuk keluarga dan dari

keluarga-keluarga dibentuk umat, ialah umat nabi Muhammad saw atau

umat Islam, Firman Allah SWT yang artinya :

(43)

















“Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik…”(An-Nahl : 72)

Ayat tersebut mengandung isyarat bahwa hanya dengan ikatan

yang sah, manusia akan dapat membentuk keluarga yang dapat

diterima di masyarakat. Dan hanya dengan berkeluargalah manusia

akan dapat di masyarakat. Dan hanya dengan berkeluargalah

manusia akan dapat melaksanakan risalah nabi Muhammad saw.

Karena jika manusia pada saatnya akan meninggal dunia, lalu

kalau tidak ada keturunan darinya, niscaya kehidupan manusia

akan terhenti. Apabila manusia tidak mempunyai keturunan, secara

jelas nabi Muhammad saw itu pun akan terputus juga. Di sinilah

pentingnya arti pernikahan, yaitu untuk melahirkan generasi

penerus penegak risalah nabi Muhammmad saw di muka bumi ini.

3). Untuk menimbulkan rasa cinta kasih antara suami dan istri,

menimbulkan rasa kasih sayang antara orang tua dan adanya rasa

kasih sayang antara sesama anggota keluarga. Rasa cinta dan kasih

sayang dalam keluarga ini akan dirasakan pula dalam masyarakat

atau umat, sehingga terbentuklah umat yang diliputi cinta dan kasih

(44)













“Dan di antara tanda-tanda kekuasaannya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.(Ar-Rum : 21)

4). Untuk menghormati sunnah Rasulullah saw Nabi Muhammad

memerintahkan kepada umatnya untuk menikah sebagai bagian

dalam ajaran agama. Karena beliau tidak suka terhadap orang yang

terus menerus melakukan puasa dan beribadah kepada Allah akan

tetapi dia tidak nikah-nikah. Jadi jelaslah perkawinan adalah

mengikuti jejak Rasulullah.

5).Untuk membersihkan keturunan, yang jelas ayah, kakek, dan

sebagainya hanya diperoleh dengan jalan perkawinan. Dengan

demikian akan jelas pula orang-orang yang bertanggung jawab

terhadap anak-anak yang akan memelihara dan mendidiknya

sehingga menjadilah ia seorang muslim yang dicita-citakan.25

25

(45)

b. Hikmah Perkawinan

Hikmah yang paling mudah untuk ditunjukkan ialah bahwa

perkawinan terjadi pada makhluk hidup, baik manusia, tumbuhan,

maupun binatang adalah untuk menjaga kelangsungan hidup atau

mengembang biakkan makhluk yang bersangkutan. Sebagaimana

dalam firman Allah SWT yang artinya:











“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah

menciptakan istrinya;dan dari pada keduanya Allah

memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak, dan bertakwalah kepada Allah SWT yang dengan (menggunakan) namaNya kamu saling meminta satu sama lain.26 Dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”(An-Nissa (4) : 1)

Selain itu perkawinan merupakan jalan terbaik untuk membuat

anak-anak menjadi mulia, memperbanyak keturunan, melestarikan

hidup manusia, serta memelihara nasab yang oleh Islam sangat

diperhatikan.

Di samping itu, supaya manusia hidup berpasangan menjadi suami

dan istri membangun rumah tangga yang damai dan tentram. Untuk itu

26

(46)

haruslah diadakan ikatan pertalian yang kokoh dan tidak mudah putus

dan diputuskan. Ikatan itu ialah ikatan akad nikah. Bila nikah telah

dilangsungkan maka mereka telah berjanji dan setia akan membangun

satu rumah tangga yang damai dan teratur, akan sehidup semati,

sehingga mereka menjadi satu keluarga.

Selain hikmah-hikmah di atas, sayyid sabiq menyebutkan pula

hikmah-hikmah yang lain, di antaranya:

1). Kawin merupakan jalan terbaik untuk menciptakan anak-anak

menjadi mulia, memperbanyak keturunan, melestarikan hidup

manusia serta memelihara nasab yang oleh Islam sangat

diperhatikan

2). Naluri kebapakan dan keibuan akan tumbuh saling melengkapi

dalam suasana hidup dengan anak-anak dan akan tumbuh pula

perasaan-perasaan ramah, cinta dan sayang yang merupakan

sifat-sifat baik yang menyempurnakan kemanusiaan seseorang.

3).Dengan perkawinan, diantaranya dapat menumbuhkan tali

kekeluargaan, memperteguh kelanggengan rasa cinta antara

keluarga, dan dapat memperkuat hubungan kemasyarakatan yang

(47)

yang saling menunjang lagi saling menyayangi akan terbentuknya

masyarakat yang kuat dan bahagia.27

4. Persiapan Lahir Batin Dalam Upaya Pemilihan Jodoh

Sebelum memasuki gerbang pernikahan, lebih dahulu hendaklah saling

kenal mengenal antar calon istri dan calon suami. Perkawinan adalah

masalah yang penting dan amat menentukan. Harmonis atau tidaknya

perkawinan akan berpengaruh pada kehidupan yang akan datang.

Perkawinan yang harmonis akan memberikan kesenangan dan ketentraman

dalam kehidupan dan menjadi lahan bagi tumbuhnya mental yang agung

dan cemerlang. Sebaliknya, perkawinan yang tidak harmonis akan

menyebabkan keputusasaan dan menghalangi tumbuhnya mental yang

sempurna.

Seorang tentara dari daerah Syama’ah menulis, ajarkanlah para

pemuda agar memilih istri dengan teliti dan pengetahuan yang

selengkap-lengkapnya, agar mereka lebih mudah mendapatkan kehidupan yang baik

dan dapat menjalin kerja sama dan cinta kasih antara keduanya. Dengan

begitu, mereka dapat membuahkan anak-anak yang sholeh dan terhormat.

Hendaklah perkawinan mereka tidak atas dasar cinta dan kasih sayang dari

satu pihak saja, karena nantinya akan tidak baik. Disamping itu,

hendaknya perkawinan itu didasarkan oleh nilai-nilai Islam.28

27

Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta:Kencana 2006), cet. Ke-2, h. 69-72. 28

Gambar

GAMBARAN UMUM KUA PONDOK AREN
Gambaran Umum  KUA Pondok Aren, terdiri dari: Sejarah dan
GAMBARAN UMUM KANTOR URUSAN AGAMA (KUA)

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini berjudul Analisis Yuridis Terhadap Penolakan Tawki@l Wali Oleh Penghulu Sebab Pengantin Hamil Pra-Nikah di Kantor Urusan Agama Kecamatan

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Abdul Rahman selaku penghulu di Kantor Urusan Agama Kecamatan Paleteang Kabupaten Pinrang bahwa setiap calon pengantin yang akan

Dampak bimbingan pra nikah dalam memantapkan calon pengantin dalam mewujudkan keluarga sakinah di BP4 KUA Kecamatan Kayen yakni adanya persiapan dari calon

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala KUA Syamtalira Bayu penulis menarik kesimpulan bahwa pelaksanaan bimbingan calon pengantin yang dilakukan KUA Syamtalira

Tradisi calon pengantin wanita duduk bersanding dengan calon pengantin wanita duduk bersanding dengan calon pengantin pria pada saat ijab kabul di balai Kantor Urusan Agama

1. Memperoleh gambaran tentang bimbingan pra nikah yang sesuai buku bimbingan pra nikah di kantor KUA. Melihat pandangan pasangan pengantin yang telah ditatar dengan

 Bimbingan pranikah ini ditujukan untuk pasangan calon suami istri yang sudah mendaftarkan diri ke kantor dan remaja usia nikah Bimbingan Pranikah di Kantor Urusan Agama Kecamatan

Secara terperinci pembekalan pra nikah diarahkan pada terwujudnya pengetahuan dan pemahaman calon pengantin akan pengetahuan tentang hukum perkawinan, keluarga, reproduksi sehat,