• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Langkah-langkah Metode Inkuiri untuk Mencari Tema dan

Menurut Sanjaya (2012: 199), secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri dapat mengikuti enam langkah, yaitu (1) orientasi, (2) merumuskan masalah, (3) merumuskan hipotesis, (4) mengumpulkan data, (5) menguji hipotesis, (6) merumuskan kesimpulan. Keenam langkah tersebut, nantinya akan membantu siswa untuk memahami secara lebih

rinci tema dan amanat yang terkandung dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Berikut pembahasan mengenai langkah-langkah dalam metode inkuri yang digunakan untuk mencari tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.

1. Orientasi

Orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif (Sanjaya, 2012: 199). Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah ini digunakan guru untuk merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan sebuah masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru terkait dengan pembelajaran sastra untuk mencari tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak adalah sebagai berikut.

1. Guru memberi gambaran awal mengenai novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari yang akan digunakan sebagai media pembelajaran.

2. Siswa membaca novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari terlebih dahulu dan memahami isi cerita tersebut. Setelah itu siswa menuliskan ringkasan cerita novel Di Kaki Bukit Cibalak agar lebih mudah memahami isi ceritanya.

Novel Di Kaki Bukit Cibalak terdiri atas tiga belas bagian. Oleh karena itu, untuk mempermudah memahami isi novel tersebut, berikut ini akan ditampilkan ringkasan novel berdasarkan bagian yang terdapat dalam novel.

a. Bagian Pertama

Di sekitar kaki Bukit Cibalak terdapat sebuah desa yang benama Desa Tanggir. Penduduk Desa Tanggir adalah keturunan dari dua kelompok orang yang berlainan, yaitu kaum kawula dan keturunan kerabat ningrat. Pagi itu mereka semua telah berkumpul di halaman Balai Desa untuk mengadakan pemilihan Lurah Desa Tanggir yang baru. Dari kelima orang calon lurah, kebanyakan orang mengatakan hanya dua orang yang memiliki peluang. Satu di antaranya adalah Pak Badi. Di Desa Tanggir, Pak Badi memiliki nama yang baik. Masyarakat belum pernah mendengar Pak Badi terlibat dalam perbuatan curang, apalagi perjuadian dan pelacuran. Sifat dermawannya juga manat menonjol. Calon yang mengimbangi Pak Badi adalah Pak Dirga. Pak Dirga lebih populer daripada keempat calon lainnya. Sikapnya luwes, pandai bermain bola, pandai berjudi, dan gemar berganti istri. Hasil dari pemilihan pun telah didaptakan. Ternyata keluhuran budi, kearifan, serta kejujuran Pak Badi tidak memberikan nasib baik. Ia kalah, karena Pak Dirga yang terpilih menjadi lurah Desa Tanggir.

b. Bagian Kedua

Sebulan setelah pengakatannya sebagai lurah, Pak Dirga bersama dengan Poyo mulai dengan berbagai kecurangan. Hal tersebut membuat Pambudi, seorang pemuda yang bekerja mengurus lumbung koperasi Desa Tanggir ingin meninggalkan koperasi. Ketika itu datanglah seorang wanita yang bernama Mbok Ralem ke koperasi dan bertemu dengan Pambudi. Mbok Ralem hendak menemui

Pak Dirga untuk meminjam uang dari lumbung koperasi karena ia membutuhkan uang untuk berobat ke Yogya.

Sangat disayangkan Pak Dirga tidak mau memberikan pinjaman uang kepada Mbok Ralem dengan alasan hutang yang dimiliki oleh Mabok Ralem yang dulu belum dibayar. Hal tersebut membuat Pambudi kaget karena ia tidak menyangka Pak Dirga akan berlaku demikian. Pambudi memberikan ide kepada Pak Dirga agar Pak Dirga mau memberikan pinjaman kepada Mbok Ralem. Namun usul Pambudi selalu ditolak oleh Pak Dirga dengan berbagai alasan. Di sisi lain, Pak Dirga justru mengajak Pambudi untuk melakukan kecurangan. Pak Dirga mengajak Pambudi untuk melakukan praktik korupsi. Mendengar rencana tersebut, dengan tegas Pambudi menolak ajakan Pak Dirga. Pada malam harinya Pambudi pun menulis surat kepada Pak Dirga. Ia menyatakan mengundurkan diri dari kepengurusan lumbung koperasi desa.

c. Bagian Ketiga

Pambudi yang mengingat perlakuan Pak Dirga terhadap Mbok Ralem, tiba-tiba hatinya merasa gelisah. Ia merasa kasihan kepada Mbok Ralem yang sedang sakit. Pambudi pun berpikir untuk menolong Mbok Ralem. Pambudi bergegas pergi ke rumah Mbok Ralem. Sesampainya di sana, Pambudi langsung mengutarakan maksud kedatangannya. Betapa senangnya Mbok Ralem mendengar hal tersebut.

Keesokan harinya Pambudi dan Mbok Ralem berangkat ke Yogya. Sesampainya di Yogya, mereka segera menuju ke sebuah rumah sakit untuk

memeriksakan kondisi Mbok Ralem. Setelah menunggu cukup lama, hasil pun menunjukkan bahwa Mbok Ralem terkena kanker. Pambudi pun berpikir sejenak, ia berpikir bahwa biaya pengobatan untuk penyakit itu cukup mahal. Akan tetapi karena niatnya, Pambudi pun tidak menyerah. Ia terus berusaha untuk mencari dana untuk biaya pengobatan Mbok Ralem. Pambudi memiliki rencana, ia mengajak Mbok Ralem ke sebuah toko potret. Di sana pambudi membuat pasfoto Mbok Ralem, membuat fotokopi surat keterangan dari desa dan surat pemeriksaan hasil laboraturium. Setelah itu Pambudi membeli surat kabar Kalawarta. Pambudi langsung menuju ke kantor surat kabar tersebut. Sesampainya di sana Pambudi dengan pemimpin surat kabar tersebut yang bernama Pak Barkah. Pambudi meminta tolong agar surat kabar Kalawarta mau membantunya dengan membuatkan iklan penggalangan dana bagi Mbok Ralem. Pak Barkah setuju dan iklan itu segera dibuat. Tak lupa Pambudi juga menyerahkan pasfoto dan surat-surat yang telah ia fotokopi sebagai bukti dari iklan tersebut.

d. Bagian Keempat

Iklan yang dimuat di harian Kalawarta mengenai Mbok Ralem mengundang perhatian banyak pembaca, dan mereka pun berniat untuk memberikan bantuan. Usaha yang dilakukan Pambudi berhasil, banyak uang yang terkumpul untuk biaya pengobatan Mbok Ralem. Setelah mengurus hal tersebut, Pambudi kembali ke desanya. Di sana, orang-orang membicarakan mengenai Mbok Ralem. Mereka mengatakan bahwa yang dilakukan Pambudi hebat, namun Pambudi tetap bersikap biasa saja dan rendah hati.

Setelah sebulan berada di rumah sakit, Mbok Ralem akhirnya diizinkan pulang. Sebelum kembali ke Tanggir, Pambudi mengajak Mbok Ralem ke harian Kalawarta. Pambudi mengenalkan Mbok Ralem dengan Pak Barkah. Pambudi juga mengatakan bahwa Pak Barkah dan redaksi Kalawarta telah membantu Mbok Ralem untuk mencari biaya pengobatan. Mbok Ralem merasa sangat terharu dengan hal tersebut. Setelah menyelesaikan beberapa urusan, Pambudi dan Mbok Ralem pun berpamitan dengan Pak Barkah dan seluruh pegawai Kalawarata dan kembali pulang ke Tanggir. Perbuatan yang dilakuakn Pambudi selama ini membuat Pak Barkah terkesan. Pak Barkah terkesan karena Pambudi bersedia menolong sesamnya tanpa mengharapkan balas jasa apa pun.

e. Bagian Kelima

Pak Dirga tampak gelisah, ia tidak menyangka bahwa Pambudi akan menolong Mbok Ralem, dan membuat iklan di surat kabar sehingga banyak orang yang mengetahui berita tersebut. Hal itu membuat Pak Dirga dan Pak Camat dipanggil Bupati dan Kepala Kantor Sosial. Bupati dan Kepala Kantor Sosial menegur Pak Dirga dan Pak Camat. Pak Dirga pun tidak terima diperlakukan demikian. Ia merasa bahwa dirinya tidak bersalah karena Mbok Ralem datang kepadanya hanya untuk meminta surat keterangan bahwa ia miskin. Pak Dirga juga tidak terima dengan perbutan yang dilakukan oleh Pambudi dan berencana untuk menyingkirkan pemuda itu dari Desa Tanggir. Berbagai cara dilakukan oleh Pak Dirga untuk dapat menyingirkan Pambudi dari desanya. Mulai dari menuduh

Pambudi sebagai „kelilip desa‟, hingga pergi ke dukun yang bernama Eyang Wira untuk meminta jimat dan mengusir Pambudi.

f. Bagian Keenam

Suatu malam, Pambudi sedang melamun. Ia memikirkan kejadian beberapa hari yang lalu saat ia membantu Sanis. Sudah lama Pambudi memiliki perasaan kepada gadis bernama Sanis. Hanya saja Sanis masih SMP, sedangkan Pambudi sudah berumur 24 tahun. Hal tersebutlah yang sedang ia pikirkan. Hingga larut malam, Pambudi pun belum bisa tidur karena masih memikirkan Sanis. Namun karena sudah terlalu malam, ia berusaha tidur. Akan tetapi niatnya diurungkan ketika ia mendengar ada seseorang yang masuk ke dalam rumahnya.

Pambudi pun keluar, dan diam-diam mengikuti orang yang masuk ke rumahnya. Dengan kesabarannya, akhirnya Pambudi berhasil menangkap orang tersebut. Pambudi berteriak memanggil ayahnya. Setelah tertangkap, Pambudi dan ayahnya segera mengamankan orang tersebut. Pambudi juga keluar rumah karena ia sempat melihat orang tersebut meletakan sesuatu di luar rumah. Tak lama kemudian, Pambudi kembali masuk ke rumah dengan membawa kain mori yang tergulung. Melihat hal itu, ayah Pambudi kaget dan meminta Pambudi untuk membuang benda tersebut yang diyakini sebagai jimat untuk mengusir Pambudi. Pambudi dan Ayahnya pun mendesak orang itu untuk memberitahu siapa yang mengutusnya. Tadinya orang itu menolak, namun akhirnya ia pun mengaku bahwa Pak Dirga lah yang menyuruhnya. Betapa kagetnya ayah Pambudi

mendengar perkataan itu. Ia tidak menyangka lurahnya akan melakukan hal seperti itu kepada anaknya.

g. Bagian Ketujuh

Hari itu adalah hari yang luar biasa bagi Bu Runtah, istri Pak Dirga. Hari itu Bu Runtah akan diuji kepandaiannya merias pengantin perempuan, dan yang akan mengujinya adalah Bu Camat. Bu Runtah sangat cemas, ia takut kalau nanti dirinya gagal. Bu Runtah telah mempersiapkan seseorang gadis yang akan dijadikan modelnya, yaitu Jirah. Bu Runtah meminta pendapat kepada Pak Dirga. Mendengar Jirah yang dijadikan model, Pak Dirga pun menyarankan Bu Runtah untuk mengganti modelnya. Pak Dirga sebenarnya ingin menyarankan agar Sanis yang dijadikan model, hanya saja Pak Dirga takut istrinya curiga bahwa Pak Dirga menaruh perhatian pada Sanis. Namun pada akhirnya Bu Runtah pun meneyetujui apabila Sanis dijadikan modelnya.

Diam-diam Pak Dirga pun melakukan penjajakan. Dengan dalih hendak menjodohkan Sanis dengan Bambang Sumbodo putra Pak Camat, Pak Dirga meminta Bu Runtah untuk melihat apakah Bambang Sumbodo tertarik pada Sanis. Bu Runtah tidak mengetahui bahwa Pak Dirga sedang melakukan penjajakan, karena sesungguhnya Pak Dirga tertarik pada Sanis. Bu Runtah pun mengikuti rencana suaminya itu tanpa mengetahui rencana Pak Dirga yang sesungguhnya.

h. Bagian Kedelapan

Akibat dari perbuatan yang telah dilakukan Pambudi berdampak pula pada keluarganya. Kini Pak Lurah turut membenci ayah Pambudi. Bukan hanya Pak Lurah saja yang membencinya, namun oleh warga Tanggir ayah Pambudi dan keluarganya seperti dikucilkan. Ayah Pambudi pun merenungkan masalah yang menyebabkan dirinya dan keluarganya mendapat perlakuan yang demikian. Semua itu tentu saja bermula dari perbedaan pendapat antara Pak Lurah dengan anaknya, Pambudi.

Oleh sebab itulah, ayah Pambudi menginginkan agar Pambudi mengalah dengan cara pergi meninggalkan Desa Tanggir. Hal itu agar ayahnya dapat hidup dengan tenang dan Pambudi juga terbebas dari masalah dengan Pak Lurah. Mendengar perkataan ayahnya, Pambudi sempat menolak. Namun setelah berpikir beberapa saat akhirnya Pambudi mengikuti keinginan ayahnya. Ia mulai mencari teman atau saudaranya yang tinggal di luar kota. Akhirnya Pambudi pun berniat untuk menemui sahabatnya, Topo, yang tinggal Yogya.

Setibanya di Yogya, Pambudi langsung menuju tempat tinggal Topo. Ia mengatakana maksud dan tujuannya datang ke Yogya. Pambudi pun menceritakan semua masalah yang terjadi dalam dirinya. Setelah bercerita cukup lama, akhirnya Topo mengizinkan Pambudi untuk tinggal bersamanya. Ketika malam hari, mereka berdua kembali bercerita, dan tiba-tiba Topo mengatakan bahwa ada baiknya jika Pambudi meneruskan pendidikannya. Mendengar hal tersebebut Pambudi kaget. Bukan pertama kali ia menerima ajuran itu, bahkan ia sering

memikirkan kemungkinan itu. Pambudi pun terus memikirkan anjuran sahabatnya itu, sebelum ia memberikan keputusan.

i. Bagian Kesembilan

Setelah berpikir cukup lama tentang rencananya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, kini Pambudi telah memiliki keputusan. Pambudi memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya. Oleh sebab itu, Pambudi mulai mempersiapkan dirinya. Ia kembali memperlajari pelajaran yang dulu pernah ia terima. Hal-hal yang tidak ia mengerti dipelajari bersama dengan Topo.

Tujuh bulan harus dilalui Pambudi sebelum tiba untuk menempuh ujian masuk perguruan tinggi. Tak terasa uang yang dibawanya dari Tanggir semakin berkurang. Pambudi memutuskan untuk mencari pekerjaan agar memperoleh uang. Beberapa pekerjaan telah coba dilakukan oleh Pambudi, namun ia tidak menemuka kecocokan. Topo pun menyarankan agar Pambudi bekerja di sebuah toko jam tangan tempat Topo pernah bekerja dulu. Tanpa persyaratan khusus, akhirnya Pamabudi diterima bekerja di toko jam tangan. Di toko itu, Pambudi berkenalan dengan anak pemilik toko yang bernama Mulayani. Hubungan mereka pun semakin lama semakin dekat, dan tanpa disadari Mulyani menyimpan perasaan kepada Pambudi.

Di hari libur Pambudi manfaatkan untuk pulang ke Tanggir. Empat bulan ia meninggalkan desanya, tidak ada perubahan pada desanya itu. Akan tetapi, dibalik itu semua telah tersebar berita bahwa kepergian Pambudi ke Yogya bersangkutan dengan hilangnya uang lumbung koperasi desa sebanyak 125.000

rupiah. Pambudi segera menyadari bahwa itu adalah perbuatan Pak Dirga dan Poyo. Namun hal itu tidak membuat Pambudi berkcil hati, ia tetap sabar dan percaya bahwa keadilan akan mengalahkan kejahatan. Sebelum kembali ke Yogya, Pambudi menemui gadis yang dicintainya, yaitu Sanis. Namun, ketika bertemu dengan Pambudi, Sanis tampak biasa saja dan seperti tidak ingin untuk bertemu dengan Pambudi. Hal tersebut karena telah ada pria lain yang dicintai oleh Sanis, yaitu Bambang Sumbodo.

j. Bagian Kesepuluh

Semenjak harian Kalawarta membuat berita tentang Mbok Ralem, Pak Barkah selalu teringat kepada Pambudi. Kebetulan saat itu harian Kalawarta membutuhkan seorang jurnalis baru. Melihat potensi yang dimiliki oleh Pambudi, Pak Barkah yakin bahwa Pambudi dapat menempati posisi tersebut. Pada saat itu Pak Barkah telah mengetahui bahwa Pambudi sedang berada di Yogya. Ia pun langsung menemui Pambudi dan menawarkan posisi tersebut. Tadinya Pambudi sempat ragu karena ia akan melanjutkan kuliah. Ia takut tidak dapat membagi waktu antara kuliah dan bekerja. Namun setelah berpikir panjang, akhirnya Pambudi menerima tawaran Pak Barkah. Masa kerja Pambudi di toko jam tangan pun dipersingkat karena ia akan melanjutkan kuliah dan bekerja di Redaksi Kalawarta. Pambudi pun berpamitan kepada pemilik toko dan Mulyani. Kepada Mulyani, Pambudi berjanji bahwa ia akan selalu menemui Mulyani walaupun ia sudah tidak lagi bekerja di toko milik orang tua Mulyani.

Di sisi lain, Bambang Sumbodo anak Pak Camat telah mendengar berita yang menjelek-jelekan nama Pambudi. Walaupun Bambang belum mengenal Pambudi secara lebih dekat, namun secara diam-diam ia menghormati Pambudi. Ia berniat untuk membela Pambudi dan hendak menemuinya untuk memberikan dukungan kepada Pambudi. Namun, Bambang tidak mengetahui tempat tinggal Pambudi saat itu. Ia pun pergi ke rumah orang tua Pambudi, namun orang tuanya tidak mau memberi tahu di mana Pambudi tinggal. Akhirnya Bambang pergi menemui Sanis untuk menanyakan tentang Pambudi. Betapa senangnya hati Sanis ketika Bambang menemuinya di rumah. Sanis mengira bahwa Bambang akan menemui untuk membicarakan sesautu tentang dirinya. Namun ia pun kecewa karena Bambang datang untuk menanyakan soal Pambudi.

k. Bagian Kesebelas

Setelah yakin bahwa Bambang tidak mengharapkan Sanis, Pak Dirga mulai untuk mendekati Sanis. Ia tidak peduli bahwa Pambudi juga menyukai Sanis. Ia berpikir bahwa Pambudi sudah pergi dari Tanggir dan tak akan kembali lagi. Oleh karena itulah Pak Dirga berani mendekati Sanis dan berniat untuk menjadikan Sanis sebagai istrinya yang kesekian. Tanpa berpikir panjang, Pak Dirga langsung melamar Sanis. Ia meminta tolong kepada seorang kebayan. Kebayan itu diminta untuk pergi ke rumah Sanis dan mengatakan kepada orang tua Sanis bahwa Pak Dirga ingin melamarnya.

Kebayan itu segera pergi ke rumah Sanis, ia membawa bungkusan yang nantinya akan diserahkan kepada orang tua Sanis dan langsung mengutarakan

maksud dari kedatangannya. Mendengar lamaran tersebut, ayah Sanis bingung. Ia tak tahu harus menjawab apa. Namun akhirnya setelah melalui perdebatan dengan istrinya, ayah Sanis pun menerima lamaran tersebut. Betapa sedihnya hati ibu Sanis mendengar bahwa anaknya akan menjadi istri Pak Lurah karena ia sudah mengetahui watak Pak Lurah yang licik.

Di sisi lain, Bu Runtah istri Pak Dirga sakit hati mendengar bahwa suaminya akan menikahi Sanis. Ia tidak mempercayai bahwa suaminya akan berbuat demikian. Ia merasa sakit hati karena dimadu dan hartanya telah habis untuk membiayai Pak Dirga ketika mencalonkan sebagai lurah. Oleh karena itulah, Bu Runtah melakukan ikhtiar. Ia pergi menemui seorang dukun yang bernama Eyang Wira. Di sana ia meminta petuah dan jimat agar Pak Dirga batal menikah dengan Sanis.

l. Bagian Kedua Belas

Tulisan Pambudi dalam Kalawarta sudah dikenal orang secara luas. Ia mempunyai ciri khas dalam menulis, yaitu mengetengahkan masalah-masalah kemasyarakatan. Orang lain dapat langsung mengerti mengenai tulisan yang ditulis oleh Pambudi. Tetapi tidak semua orang menyukai pemikiran Pambudi yang dituangkan dalam tulisannya, contohnya Camat Kalijambe. Pak Camat mersasa keberatan karena wilayahnya dijadikan objek penelitian untuk seri tulisan Pambudi. Selain itu Pambudi menuliskan tulisannya berdasarkan asas jurnalisme, yaitu objektivitas. Hal tersebut membuat Camat semakin tidak menyukai tulisan yang dibuat oleh Pambudi. Bahkan ia menduga bahwa Pambudi sengaja

menuliskan hal-hal tersebut karena ia sakit hati diusir dari desanya dan karena Sanis telah dinikahi oleh Pak Dirga lurahnya sendiri.

Di sisi lain, Bambang anak dari Camat Kalijambe tersebut sangat setuju dengan tulisan yang dibuat oleh Pambudi. Ia menilai bahwa tulisan yang ditulis oleh Pambudi itu benar adanya. Ia menduga bahwa Pambudi ingin mengungkap kecurangan yang telah dilakukan oleh lurah Tanggir, sekaligus balas dendam atas perbuatan yang dilakukan lurah Tanggir kepadanya. Bambang pun membujuk ayahnya agar mau membantu Pambudi untuk menjatuhkan lurah Tanggir yang licik itu. Namun Pak Camat masih ragu karena beberapa hal.

Keesokan harinya Pak Camat menghadap Bupati. Rupanya Bupati juga telah membaca tulisan yang tulis oleh Pambudi dan menyetujui tulisan tersebut. Oleh karena itu, Bupati meminta agar Pak Camat mengganti dan menangkap Pak Dirga yang menjabat menjadi lurah Tanggir. Hanya saja agar Bupati terlihat memiliki kebijakan sendiri dan seakan-akan tidak mengikuti saran Pambudi, Bupati meminta agar Pak Camat membantah tulisan Pambudi. Dengan dibantu oleh Bambang anaknya, Pak Camat menemukan cara untuk menangkap Pak Dirga. Akhirnya Pak Dirga berhasil ditangkap dan lurah Desa Tanggir pun diganti.

m. Bagian Ketiga Belas

Setelah lama meninggalkan desanya, Pambudi mendengar kabar bahwa Sanis telah dinikahi oleh Pak Dirga. Tanpa malu Pambudi pun mengakui bahwa ia patah hati. Untungnya, perlahan-lahan ia dapat melupakan kesedihannya dengan

bersikap terbuka. Kepada Pak Barkah, Pambudi menceritakan semua yang sedang ia rasakan. Belum lagi ada Mulyani yang ternyata menyusulnya menjadi mahasiswi di fakultas yang sama dengan Pambudi. Mereka pun semakin dekat dan selalu bersama, tak jarang Mulayani juga sering menyusul Pambudi di kantor Redaksi Kalawarta. Ketika Pambudi lulus ujian sarjana muda, Mulyani pun turut mendampinginya.

Setelah lulus, Pambudi memutuskan untuk pulang ke Tanggir untuk memberikan kabar gembira kepada orang tuanya. Namun, ia dihadapkan pada kenyataan bahwa ternyata ayahnya telah meninggal. Untuk itu Pambudi bergegas untuk pulang ke Tanggir. Sampai di rumah, ia disambut dengan tangis ibu dan kakaknya. Berbeda dengan ibu dan kakaknya, Pambudi tampak tegar dan ikhlas menghadapi itu semua. Di saat pemakaman ayahnya, ia bertemu dengan Sanis. Hanya saja Pambudi hanya menyapa Sanis seadanya karena ia tidak mau kenangannya dengan Sanis teringat kembali. Pambudi juga bertemu dengan Bambang dan lurah Tanggir yang baru, Hadi namannya. Pambudi lega karena Hadi tampaknya orang yang baik dan berbeda dengan lurah Desa Tanggir sebelumnya.

Setelah ayahnya meninggal, Pambudi pun mulai memikirkan hal-hal yang akan ia lakukan. Namun, tiba-tiba datanglah seorang perempuan yang ternyata Mulyani. Ia datang menemui Pambudi untuk mengucapkan belasungkawa, dan ingin menyampaikan suatu hal kepada Pambudi. Mulyani pun mengajak Pambudi untuk pergi bersamanya. Tanpa ragu, Pambudi bersedia pergi bersama Mulyani. Di perjalanan, Mulyani pun mencoba untuk mengutarakan

maksud ia mengajak Pambudi keluar. Mulyani ingin menyampaikan perasaannya kepada Pambudi. Ia pun berusaha untuk mencoba mengungkapkan perasaannya tersebut. Pambudi pun menyadarinya, dan ia pun memiliki perasaan yang sama kepada Mulyani. Hanya saja Pambudi ragu karena mereka berbeda, Pambudi berdarah Jawa sedangkan Mulyani berdarah Tiong Hoa. Pambudi pun bimbang dan ragu, ia pun memilih untuk menyimpan perasaannya kepada Mulyani.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada

Dokumen terkait