• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Kajian tentang Model Pembelajaran Kooperatif 1.Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif 1.Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

6. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray

Syaiful Bahri Djamarah (2010: 406) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray sebagai berikut:

a. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa

b. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok yang lain

c. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka

d. Tamu mohon berdiri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain

e. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. Pendapat di atas sejalan dengan Agus Suprijono (2009: 93-94) yang menjelaskan tahapan dalam pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray sebagai berikut:

B. Pembelajaran diawali dengan pembagian kelompok

C. Setelah kelompok terbentuk, guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya

31

D. Setelah diskusi intrakelompok selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok lain

E. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai tamu mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut

F. Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok

G. Setelah selesai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing.

H. Setelah kembali ke kelompok awal, baik peserta didik yang bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan.

Kedua pendapat di atas, diperkuat oleh Miftahul Huda (2013: 207-208) yang menyatakan sintaks model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS(Two Stay Two Stray)pada tahap-tahap rincian berikut ini. a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap

kelompoknya terdiri dari empat siswa. Kelompok yang dibentuk pun merupakan kelompok heterogen, misalnya satu kelompok terdiri dari 1 siswa berkemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang, dan 1 siswa berkemampuan rendah. Hal ini dilakukan

32

karena pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray bertujuan untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membelajarkan dan saling mendukung.

b. Guru memberikan subpokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompok masing-masing.

c. Siswa bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang. Hal ini bertujuan untuk memberikan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir.

d. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain. e. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan

hasil kerja dan informasi mereka kepada tamu dari kelompok lain. f. Tamu mohon berdiri dan kembali ke kelompok mereka sendiri

untuk melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

g. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. h. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.

Dari ketiga para ahli di atas, tahapan-tahapan yang paling rinci pada model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray)

adalah pendapat yang dikemukakan oleh Miftahul Huda. Selain itu, tahapan-tahapan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) yang dikemukakan oleh miftahul Huda lebih lengkap dan runtut. Pada tahapan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS

33

(Two Stay-Two Stray) yang dikemukakan Syaiful Bahri Djamarah, tidak mencantumkan tahapan yang menjelaskan bahwa guru memberikan suatu permasalahan/ subpokok bahasan kepada siswa untuk didiskusikan dan tidak adanya kegiatan mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas/ di depan teman-temannya. Sedangkan tahapan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray)

yang dikemukakan oleh Agus Suprijono juga belum ada tahapan adanya kegiatan presentasi di depan kelas.

Berdasarkan dari kajian di atas, langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yang dikemukakan oleh Miftahul Huda sebagai berikut:

a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat siswa.

b. Guru memberikan subpokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan angoota kelompok masing-masing

c. Siswa bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang.

d. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain e. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan

34

f. Tamu mohon berdiri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk melaporkan temuan mereka dari kelompok lain

g. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka h. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka C. Karakteristik Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

Menurut Nasution (Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 123) masa usia sekolah dasar merupakan masa anak-anak akhir yang berlangsung dari usia 6 tahun sampai sebelas atau dua belas tahun. Usia ini ditandai dengan dimulainya anak masuk sekolah dasar dan dimulainya sejarah baru dalam kehidupannya yang kelak akan mengubah sikap-sikap dan tingkah lakunya.

Menurut Desmita (2009: 35), anak-anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak yang usianya lebih muda atau lebih tua. Anak sekolah dasar senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang melakukan sesuatu secara langsung. Selanjutnya Desmita (2009: 104), juga mengemukakan bahwa anak usia sekolah dasar sudah memiliki kemampuan untuk berfikir melalui urutan sebab akibat dan mulai mengenali banyaknya cara yang bisa ditempuh dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Oleh sebab itu, guru hendaknya mengembangkan model pembelajaran yang mengusahakan siswa untuk bergerak, belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.

35

Siswa Sekolah Dasar umumnya berusia sekitar 6-12 tahun. Siswa kelas IV digolongkan sebagai kelas tinggi pada jenjang Sekolah Dasar. Masa kelas tinggi Sekolah Dasar berlangsung antara usia 9/10 tahun –

12/13 tahun, dan biasanya duduk di kelas IV, V, dan VI (Rita Eka Izzaty dkk, 2008: 116). Ciri-ciri khas yang nampak pada siswa kelas IV sebagai masa kelas tinggi menurut Rita Eka Izzaty dkk (2008: 116-117) adalah:

1. Perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari 2. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis

3. Timbul minat terhadap pelajaran-pelajaran khusus

4. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.

5. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup

untuk bermain bersama, mereka juga membuat peraturan sendiri untuk kelompoknya.

Lebih lanjut lagi, menurut Piaget (Rita EkaIzzaty dkk, 2008: 106) masa kelas tinggi sekolah dasar memiliki ciri sebagai berikut:

1. Berpikir logis terhadap obyek yang konkret 2. Mulai bersikap sosial

3. Mulai memperhatikan dan menerima pandangan orang lain 4. Dapat memecahkan masalah yang bersifat konkret

5. Mengerti perubahan-perubahan dan proses dari kejadian yang lebih kompleks serta hubungannya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak kelas IV SD masuk ke dalam kelas tinggi yang berada pada rentang 9/10 – 12/13 tahun. Siswa yang berada dalam rentang umur tersebut memiliki karakteristik antara lain mulai bersikap sosial perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari, memiliki rasa ingin tahu, ingin belajar dan realistis, timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus, memandang

36

nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah, suka membentuk kelompok sebaya.

Sesuai dengan karakteristik-karakteristik di atas, khususnya pada karakteristik siswa kelas tinggi dimana siswa mulai bersikap sosial, memecahkan masalah yang bersifat konkret dan berpikr kritis. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS Two Stay Two Stray, siswa diajarkan untuk mengembangkansikap tanggung jawab. D. Keterkaitan antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TS-TS (Two

Stay-Two Stray) dan Sikap Tanggung Jawab

Di dalam pendidikan terdapat proses kegiatan belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar interaksi dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Pada proses pembelajaran inilah yang menghasilkan perubahan pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap. Pendidikan yang berkualitas melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Tidak hanya menekankan pada keberhasilan kognitif saja, namun juga menekankan pada keberhasilan dalam keterampilan dan perubahan sikap pada siswa. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran dimana siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan mengarah pada terbentuknya nilai-nilai yang dibutuhkan siswa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Salah satu model pembelajaran yang menekankan siswa pada nilai sosial dalam muatan akademik adalah model pembelajaran kooperatif.

37

Roger ddk (Miftahul Huda, 2011: 29) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial dan pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lainnya. Model ini bertujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai sosial yang bermuatan akademik. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat mengembangkan sikap tanggung jawab siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray). Miftahul Huda (2013: 207) mengemukakan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS

(Two Stay-Two Stray) merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray ini siswa dibagi tugas adanya membagikan hasil diskusinya kepada kelompok lain, ada juga yang menerima hasil diskusi dari kelompok lain. Dalam hal ini siswa mempunyai tugas masing-masing, dan siswa harus dapat bertanggung jawab terhadap apa yang telah menjadi tugasnya. Siswa harus bersikap tanggung jawab untuk membagikan hasil diskusi atau informasinya kepada kelompok lain. Siswa juga harus mempunyai sikap tanggung jawab dalam menyampaikan hasil diskusinya tersebut kepada

38

kelompok lain. Pada model ini, siswa lebih ditekankan untuk dapat bersikap tanggung jawab demi terwujudnya keberhasilan kelompok. E. Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS

(Two Stay-Two Stray) ini bukanlah penelitian yang pertama melainkan sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Adapun beberapa peneliti juga melakukan penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini. Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Junaidi (2014) yang berjudul

“Pengaruh Subject Spesific Pedagogy Tematik Terhadap Karakter Hormat dan Tanggung Jawab pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar di SD N 007 Pangkalan Kerinci”. Hasil penelitian menyatakan bahwa

terdapat pengaruh Subject Spesific Pedagogy tematik yang signifikan terhadap karakter sikap hormat dan tanggung jawab pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar di SD N 007 Pangkalan Kerinci.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Widy Dyah Mulyani (2015) yang

berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw terhadap Karakter Tanggung Jawab pada Mata Pembelajaran

PKn Siswa Kelas V SD Negeri Sendangadi 1 Mlati”. Hasil Penelitian

menyatakan adanya pengaruh signifikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap karakter tanggung jawab pada mata pembelajaran PKn siswa kelas V SD Negeri Sendangadi 1 Mlati.

39

Penelitian yang dilakukan merupakan lanjutan dari penelitian-penelitian di atas. Peneliti mencoba model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS(Two Stay-Two Stray) terhadap sikap tanggung jawab siswadi kelas IV SD. Berdasarkan penelitian yang relevan di atas, diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) dapat memberikan pengaruh terhadap sikap tanggung jawab siswa SD Negeri Ngebung Beran Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo.

Dokumen terkait