• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fase - fase Perilaku Guru

Fase 1 : Present goals and set

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik.

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar.

Fase 2 : Present information

Menyajikan informasi.

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal.

Fase 3 : Organize students into learning teams

Mengorganisir peserta didik kedalam tim-tim belajar.

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien.

Fase 4 : Assist team work and study

Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya.

Fase 5 : Test on the materials

Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok- kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6 : Provide recognition

Memberikan pengakuan atau penghargaan.

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.

54

Isjoni, Cooperative Learning…, h. 21 55

Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih bersifat konvensional, pembelajaran kooperatif memiliki beberapa keunggulan. Menurut Cilibert-Macmilan (dalam Isjoni, 2009), keunggulannya dilihat dari aspek siswa, adalah “memberi peluang kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang diproleh siswa belajar secara bekerja sama dalam merumuskan kearah satu pandangan kelompok.”56

Salah satu dari faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah lingkungan. Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pembelajaran kooperatif harus memenuhi kriteria berikut ini:57

a....Mem berikan kesempatan terjadinya belajar berdemokrasi.

b....Meni ngkatkan penghargaan peserta didik pada pembelajaran akademik dan mengubah norma-norma yang terkait dengan prestasi.

c....Mem persiapkan peserta didik belajar mengenai kolaborasi dan berbagai keterampilan sosial melalui peran aktif peserta didik dalam kelompok- kelompok kecil.

d....Mem beri peluang terjadinya proses partisipasi aktif peserta didik dalam belajar dan terjadinya dialog interaktif.

e....Menc iptakan iklim sosio emosional yang positif.

f....Mem fasilitasi terjadinya learning to live together.

g....Menu mbuhkan produktivitas dalam kelompok.

56

Isjoni, Cooperative Learning…, h. 22-23 57

h....Meng ubah peran guru dari center stage performance menjadi koreografer kegiatan kelompok.

2....SNH

(Structured Number Head)

Model pembelajaran kooperatif tipe SNH (Structured Number Head) atau KBS (Kepala Bernomor Terstruktur) merupakan modifikasi dari tipe (NHT) Number Heads Together atau biasa disebut dengan Kepala Bernomor. Dengan tipe SNH ini, siswa bisa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan teman-teman kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe SNH (Structured Number Head) memudahkan pembagian tugas, sama halnya dengan tipe NHT, tipe ini juga bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik.

Sama seperti dengan tipe NHT, pembelajaran dengan tipe SNH diawali dengan penomoran. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe SNH, siswa dikelompokkan dengan diberi nomor dan setiap nomor mendapat tugas berbeda dan nantinya dapat bergabung dengan kelompok lain yang bernomor sama untuk bekerja sama, setelah itu mereka berkumpul kembali dengan teman kelompoknya dan kembali berdiskusi. Lalu pada waktu yang ditentukan oleh guru, semua kelompok harus sudah siap untuk melakukan diskusi, guru akan memanggil siswa yang bertugas mempresentasikan secara bergiliran pada semua kelompok.

Untuk lebih jelasnya, Anita Lie dalam bukunya menuliskan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran tipe SNH ini adalah sebagai berikut:58

a. Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

58

b. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya. Misalnya: Siswa nomor satu bertugas membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data yang mungkin berhubungan dengan penyelesaian soal. siswa nomor dua bertugas mencari penyelesaian soal. Siswa nomor tiga mencatat dan melaporkan hasil kelompok.

c. Jika perlu (untuk tugas-tugas yang lebih sulit), guru juga bisa mengadakan kerja sama antar kelompok. Siswa bisa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa yang bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja mereka.

Sedangkan menurut Yatim Riyanto dalam bukunya, pembelajaran kooperatif tipe SNH adalah sebagai berikut:59

a. Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

b. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya terhadap tugas yang berangkai. Misalnya: Siswa nomor satu bertugas mencatat soal, siswa nomor dua mengerjakan soal, siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.

c. Jika perlu, guru bisa mengadakan kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka.

d. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain. e. Merumuskan kesimpulan.

Untuk efisiensi pembentukan kelompok dan penstrukturan tugas, teknik ini bisa dipakai dalam kelompok yang dibentuk permanen. Dengan kata lain, siswa disuruh mengingat kelompok dan nomornya

59

sepanjang semester. Supaya ada pemerataan tanggung jawab, penugasan berdasarkan nomor bisa diubah-ubah. Model pembelajaran kooperatif tipe SNH ini juga bisa dilanjutkan untuk mengubah komposisi kelompok dengan cara yang efisien. Pada saat-saat tertentu, siswa bisa keluar dari kelompok yang biasanya dan bergabung dengan siswa lain yang bernomor sama dari kelompok lain. Cara ini bisa digunakan untuk mengurangi kebosanan atau kejenuhan jika guru mengelompokkan siswa secara permanen.

Dalam penelitian ini, langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran tipe SNH yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Guru membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4 orang.

b. Guru membagikan LKS yang memuat materi dan soal yang akan dipelajari kepada setiap kelompok.

c. Siswa melakukan diskusi kelompok sesuai dengan arahan yang diberikan oleh guru sebelumnya, yaitu:

i) Siswa no.1 menjelaskan maksud dari perintah dan petunjuk dalam LKS kepada teman-teman kelompoknya.

ii) Siswa no.2 mencari informasi yang berkaitan dengan perintah dalam LKS dan menjelaskan pada teman-teman kelompoknya. iii)Siswa no.3 menyelesaikan soal di LKS dan menjelaskan kepada

teman kelompoknya, terutama kepada teman yang akan mempresentasikan hasil kerja kelompok.

iv)Siswa no.4 mempresentasikan hasil kerja kelompok.

v) Tugas setiap anggota kelompok akan berubah dalam setiap kali pertemuan, misalnya pertemuan pertama siswa no.1 menjelaskan maksud dari perintah dan petunjuk dalam LKS kepada teman-teman kelompoknya, maka pada pertemuan kedua siswa no.1 mencari informasi yang berkaitan dengan perintah dalam LKS dan menjelaskan pada teman-teman kelompoknya. Begitu seterusnya berlaku bagi siswa nomor 2, 3, dan 4.

d. Guru berkeliling dan memantau pekerjaan siswa, memberi bimbingan seperlunya kepada siswa yang merasa kesulitan serta memberi arahan agar siswa selalu aktif mengemukakan pendapatnya, meskipun telah menyelesaikan tugas pokoknya.

e. Pada waktu yang telah ditentukan oleh guru, siswa mempresentasikan hasil kerjanya, sementara kelompok lain menanggapi kelompok penyaji.

f. Guru berperan sebagai moderator sekaligus fasilitator.

Sebagai perbandingan, berikut merupakan langkah-langkah pelaksanaan beberapa tipe dari model pembelajaran kooperatif, termasuk tipe SNH.

Tabel 2

Dokumen terkait