BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses aktif individu siswa yang bersosialisasi
dengan guru, sumber atau bahan pelajaran, dan teman dalam memperoleh
pengetahuan baru. Proses aktif itu menyebabkan perubahan tingkah laku, mampu
mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilannya dimana sebelumnya siswa tidak
dapat melakukannya. (Herman Hudojo, 2001 :92)
Pembelajaran adalah membimbing siswa menuju tujuan, mendorong mereka
aktif mengolah atau memproses informasi, mendorong mereka berani mengemukakan
ide-idenya, mau belajar dari kesalahan, dan berdiskusi dengan guru. Melalui proses
inilah siswa memiliki kesempatan lebih besar untuk mengembangkan dirinya menjadi
manusia yang lebih mandiri, demokratis, berpikir variatif, dan berpikir kritis. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
demikian proses pembelajaran dapat diartikan proses yang terjadi di dalam kelas
dengan langkah-langkah kegiatan yang dilakukan guru dan siswa serta interaksi
antara kegiatan-kegiatan itu, selama pembelajaran berlangsung pada tiap-tiap
pertemuan
Sedangkan pembelajaran matematika adalah suatu proses pemberian
masalah/tantangan yang berkaitan dengan matematika yang didalamnya siswa harus
aktif membangun sendiri pengetahuannya dengan mengaitkan informasi baru dengan
pengetahuan sebelumnya sehingga terjadi proses pembentukan konsep (dalam Yeusy,
2007).
Menurut Riyanto ada tahapan-tahapan pokok yang harus diterapkan dalam
kegiatan pembelajaran, (i) tahap pemula (prainstruksional), (ii) tahap pengajaran
(instruksional), (iii) tahap penilaian dan tindak lanjut.
1. Tahap Pemula (Prainstruksional), merupakan tahapan persiapan guru sebelum
kegiatan pembelajaran dimulai. Dalam tahapan ini kegiatan yang dapat dilakukan
guru antara lain;
a. Memeriksa kehadiran siswa;
b. Pretes (Menanyakan materi sebelumnya);
c. Apersepsi (Mengulas kembali secara singkat materi sebelumnya).
2. Tahap Pengajaran (Instruksional) yaitu langkah-langkah yang dilakukan saat
pembelajaran berlangsung. Tahapan ini merupakan tahapan inti dalam proses
pembelajaran, guru menyajikan materi pelajaran yang telah disiapkan. Kegiatan
yang dilakukan guru antara lain;
9
a. Menjelaskan tujuan pengajaran siswa;
b. Menuliskan pokok-pokok materi yang akan dibahas;
c. Membahas pokok-pokok materi yang telah ditulis;
d. Menggunakan alat peraga;
e. Menyimpulkan hasil pembahasan dari pokok materi.
3. Tahap penilaian dan tindak lanjut (evaluasi), ialah penilaian atas hasil belajar
siswa setelah mengikuti pembelajarn dan tindak lanjutnya. Setelah melalui tahap
instruksional, langkah selanjutnya yang ditempuh guru adalah mengadakan
penilaian keberhasilan belajar siswa dengan melakukan posttest.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam tahap ini, antara lain;
a. Mengajukan pertanyaan pada siswa tentang meteri yang telah dibahas;
b. Mengulas kembali materi yang belum dikuasai siswa;
c. Memberi tugas atau pekerjaan rumah pada siswa;
d. Menginformasikan pokok materi yang akan dibahas pada pertemuan
berikutnya.
Sedangkan menurut Jerome S. Bruner, mengemukakan bahwa karena belajar
merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di dalamnya terjadi
perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan-perubahan tersebut timbul melalui tagap-tahap
yang anatara satu dengan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Sehingga
menurut proses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu : (i) tahap informasi (tahap
penerimaan materi), (ii) tahap transformasi informasi (tahap pengubahan materi)dan
(iii) tahap evaluasi informasi (tahap penilaian materi).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Dalam tahap informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah
keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Di antara informasi yang
diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri, ada pula yang
berfungsi menambah, memperhalus dan memperdalam pengetahuan yang
sebenarnya telah dimiliki.
2. Dalam tahap transformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah
atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak
pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi siswa
pemula, tahap ini akan berlangsung sulit apabila tidak disertai dengan bimbingan
seorang guru yang diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi kognitif yang
tepat untuk melakukan pembelajaran materi pelajaran tertentu.
3. Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana
informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami
gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi.
B. Evaluasi Kemajuan Belajar Siswa
1. Pengertian, fungsi dan tujuan evaluasi.
Dalam arti luas, evaluasi merupakan suatu proses merencanakan,
memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat
alternatif-alternatif keputusan (Mehren & Lehman, 1978:5). Sesuai dengan pengertian
tersebut maka setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan proses yang sengaja
direncanakan untuk memperoleh informasi atau data, sehingga bedasarkan data
11
Tujuan instruksional
(a) (c)
Pengalaman
belajar Hasil belajar
(b)
Gambar 2.1
tersebut akan dicoba untuk membuat suatu keputusan. Sedangkan Grondlund dan
Linn (1990) mengatakan bahwa evaluasi pembelajaran adalah suatu proses
mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secaras sistematik
untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran.
Dalam pendidikan terdapat tiga unsur utama yang saling berkaitan, yaitu
tujuan pendidikan, pengalaman belajar-mengajar (proses) dan hasil belajar atau
evaluasi. Hubungan ketiga unsur tersebut dapat dilihat dalam gambar 2.1.
Garis (a) menunjukkan hubungan antara tujuan pendidikan dengan
pengalaman atau proses belajar, garis (b) menunjukkan hubungan antara pengalaman
atau proses belajar dengan hasil belajar dan garis (c) menunjukkan hubungan tujuan
pendidikan dengan hasil belajar.
Dari gambar 2.1 dapat dilihat bahwa kegiatan evaluasi dapat dinyatakan
dengan garis (c), yaitu suatu kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan
pendidikan telah dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil belajar yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dapat dilihat setah mereka menempuh pengalaman belajar (proses belajar-mengajar).
Sedangan pada garis (b) merupakan kegiatan penilaian untuk mengetahui keefektifan
pengalaman belajar dalam mencapai hasil belajar yang optimal.
Tujuan pendidikan pada hakikatnya merupakan perubahan pola tingkah laku
yang diinginkan pada diri siswa. Sehingga, dalam kegiatan evaluasi hendaknya
diperiksa sejauh mana perubahan pola tingkah laku siswa telah terjadi melalui peoses
belajarnya. Maka dengan mengetahui tercapai tidaknya tujuan-tujuan pendidikan,
dapat digunakan untuk mengambil tindakan perbaikan pembelajaran dan perbaikan
siswa yang bersangkutan. Dengan kata lain hasil evaluasi tidak hanya bertujuan untuk
mengetahui tercapai tidaknya tujuan pendidikan (dalam hal ini tingkah laku siswa),
tetapi sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar.
Sehingga sejalan dengan pengertian di atas, maka evaluasi berfungsi sebagai:
a. alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan pendidikan. Sehingga evaluasi
harus mengacu pada tujuan pendidikan.
b. umpan balik bagi perbaikan proses bejar-mengajar. Perbaikan mungkin dapat
dilakukan dalam hal tujuan pendidikan, kegiatan belajar siswa, strategi
mengajar guru, dll.
c. dasar dalam penyusunan laporan kemajuan siswa kepada orang tuanya. Dalam
laporan tersebut dapat dikemukakan tentang kemampuan dan kecakapan
belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi
yang dicapainya.
13
Sedangkan tujuan evaluasi adalah untuk:
a. mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui
kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata
pelajaran yang telah ditempuh.
b. mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah,
antara lain seberapa jauh keekfektifannya dalam mengubah tingkah laku para
siswa kea rah tujuan pendidikan yang diharapkan.
c. menentukan tindak lanjut evaluasi, yaitu melakukan perbaikan dan
penyempurnaan dalam program pendidikan dan pembelajarn serta strategi
pelaksanaannya.
d. memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada pihak yang
berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat dan
para orang tua siswa.
Dilihat dari fungsinya, maka jenis penilaian dapat dibedakan menjadi beberapa
macam, yaitu:
a. penilaian formatif, adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program
belajar-mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar
itu sendiri. Penilaian formatif berorientasi pada proses belajar-mengajar dan
diharapkan nantinya guru dapat memperbaiki program mengajar dan strategi
pelaksanaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. penilaian sumatif, adalah penilaian yang dilakukan pada akhir unit program,
yaitu pada akhir semester dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat
hasil yang dicapai siswa. Penilaian berorientasi pada produk bukan proses.
c. penilaian diagnostik, adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat
kelemahan-kelemahan siswa serta factor penyebabnya. Penilaian ini
dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar, remedial, dll.
d. penilaian selektif, adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi,
misalnya ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu.
e. penilaian penempatan, adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui
ketrampilan prasyarat yang diperlukan suatu program belajar dan penguasaan
belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk
program tersebut.
Kemudian dari segi alatnya, evaluasi hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes dan
non tes. Tes ini ada yang diberikan secara lisan, tes tertulis dan tes tindakan. Soal-soal
tes ada yang disusun bentuk objektif atau ada juga dalam bentuk uraian. Sedangkan
untuk non tes sebagai alat penilaian mencakup observasi, kuesioner, wawancara,
skala, sosiometri, studi kasus, dll.
15
2. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)
Dalam pembelajaran berpola PPR, penumbuhan nilai-nilai kemanusiaan
dilakukan sesuai dengan konteks siswa dan materi pelajaran,. Mekanisme dalam
dinamika pembelajaran berpola PPR meliputi mekanisme pemberian pengalaman,
refleksi, perwujudan aksi, dan evalusi. Sehingga dapat diambil kesimpulan, dinamika
pembelajaran berpola PPR meiputi mekanisme: (i) konteks, (ii) pengalaman, (iii)
refleksi, (iv) aksi dan (v) evaluasi.
1. Konteks.
Nilai kemanusiaan yang akan dikembangkan disesuaikan dengan konteks siswa
dan materi pelajaran. Konteks siswa antara lain taraf perkembangan pribadi,
kondisi sosial, budaya, dan agama (Subagyo, 2005a). Konteks materi pelajaran
antara lain kompetensi dasar, ruang lingkup materi, sifat materi, keterkaitan
materi dengan kehidupan nyata, dan cara mempelajarinya
2. Pengalaman
Pengembangan nilai kemanusiaan paling efektif dilakukan melalui pengalaman,
yaitu siswa mengalami sendiri nilai yang diperjuangkan itu (Subagyo, 2005a).
Untuk mengembangkan nilai persaudaraan, siswa perlu mengalami rasa
persudaraan antarteman dan dengan guru dalam kegiatan belajar di kelas,
misalnya melalui kegiatan kerja kelompok, atau bimbingan teman sebaya. Untuk
mengembangkan nilai solidaritas dengan korban bencana alam, siswa dalam
pembelajaran dapat mengalami situasi bencana secara tidak langsung, misalnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
melalui membaca berita, melihat foto-foto, atau melakukan wawancara dengan
korban.
3. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan siswa meninjau kembali pengalaman yang lalu. Menurut
Subagyo (2005a), refleksi merupakan tahap di mana siswa menjadi sadar sendiri
mengenai kebaikan, keenakan, manfaat dan makna nilai yang diperjuangkan.
Tujuannya adalah agar nilai yang diperjuangkan menjadi menarik bagi siswa dan
kemudian mereka terpikat untuk memiliki atau menghayati nilai yang
diperjuangkan sampai pada keinginan untuk bertindak. Untuk membantu siswa
menyadari nilai kemanusiaan yang terkandung di dalam pengalaman, guru
memfasilitasi dengan berbagai cara, antara lain mengajukan pertanyaan
terbuka/divergen (Subagyo, 2005a), memberi tugas kepada siswa untuk
mengkomunikasikan pendapat/ perasaan mereka dalam bentuk lisan, tulisan, atau
gambar atau mengajak siswa berdiskusi.
4. Aksi
Hasil refleksi siswa atas pengalaman perlu ditindaklanjuti hingga siswa
mempunyai niat, bersikap, dan berbuat atas kemauan sendiri terkait dengan nilai
kemanusiaan yang diperjuangkan. Menurut Subagyo (1995a), niat dan sikap
merupakan aksi batin sedangkan perbuatan merupakan aksi lahir. Keduanya
sama-sama diperlukan. Niat dan sikap perlu terwujud dalam perbuatan;
sebaliknya perbuatan perlu didasari pada niat dan sikap. Untuk membantu siswa
menumbuhkan niat, sikap, dan perbuatan, guru memfasilitasi dengan mengajukan
17
pertanyaan-pertanyaan (Subagyo, 1995a), memberi kesempatan kepada siswa
untuk mempraktekkan dalam pelajaran yang akan datang, atau memberi tugas
sebagai perwujudan aksi di sekolah, di rumah, atau di lingkungan tempat tinggal.
5. Evaluasi
Guru melakukan penilaian terhadap proses maupun hasil belajar siswa yang
terkait dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan. Penilaian proses belajar
tersebut dilakukan melalui pengamatan terhadap siswa dalam tahap pengalaman
dan refleksi. Sedangkan penilaian hasil belajar tersebut dilakukan melalui
pengamatan terhadap aksi siswa dan catatan anekdot (peristiwa yang cukup
mencolok) yang terkait dengan aksi siswa (Subagyo, 2005a).
Dalam PPR, evaluasi merupakan kegiatan identifikasi untuk melihat apakah
suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, beharga atau tidak
dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaan. Dalam masalah akademik
evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui perubahan pola sikap dan perilaku. Untuk
penilaian perubahan pola sikap dan perilaku siswa dapat dilihat selama kegiatan
pembelajaran sedang berlangsung atau sesudahnya, seorang guru bisa dari dalam atau
dari luar kelas mengobservasi siswa, membuat catatan mengenai perilaku mereka
yang cukup mencolok yang baik maupun kurang baik.
Pada prinsip- prinsip evaluasi pembelajaran berpola PPR, evaluasi
mempunyai beberapa prinsip, yaitu;
a. Evaluasi meliputi penilaian dalam perkembangan kompetensi materi pelajaran
dan sejauh mana nilai-nilai kemanusiaan telah diterapkan;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Evaluasi merupakan bagian dari dinamika PPR yang meliputi penumbuhan
nilai-nilai kemanusiaan dilakukan sesuai dengan konteks siswa dan materi
pelajaran, serta melalui mekanisme pemberian pengalaman, refleksi,
perwujudan aksi, dan evaluasi;
c. Evaluasi nilai-nilai kemanusiaan dilaksanakan dengan metode observasi.
C. Materi Dalil Pythagoras
Materi Dalil Pythagoras dibatasi hanya pada pembahasan rumus Pythagoras
dan penurunan rumus Pythagoras. Sedangkan dalam pembahasannya mencakup
materi-materi sebagai berikut; (i) luas persegi dan luas segitiga siku-siku, (i) dalil
Pytagoras.
1. Luas persegi dan luas segitiga siku-siku.
a. Luas persegi
Luas persegi = panjang sisi x panjang sisi
Luas persegi ABCD = AB x BC
= AB x AB (karena BC = AB)
= (AB)
2Untuk persegi yang panjang sisina = s, maka;
L = s x s = s
Gambar 2.2
D
C
19
b. Luas segitiga siku-siku
Luas segitiga siku-siku
2
AC AB
ABC = ×
,
Karena AB dan AC adalah sisi siku-siku maka
L ABC= 2 1
x panjang sisi siku-sikunya x panjang
sisi siku-siku lainnya Gambar 2.3
2. Dalil Pythagoras
Dalil Pythagoras menyatakan bahwa dalam segitiga siku-siku, jumlah kuadrat sisi tegak sama dengan kuadrat dari sisi miring. Sisi miring dalam segitiga siku-siku dinamakan
hypotenusa,
sedangkan sisi tegak dalam segitiga siku-siku disebut sisi siku-sikuSebuah segitiga siku adalah segitiga yang mempunyai sebuah sudut siku-siku sedangkan kaki-nya adalah dua sisi yang membentuk sudut siku-siku-siku-siku tersebut, dan hipotenusa adalah sisi ketiga yang berhadapan dengan sudut siku-siku tersebut. Pada gambar di bawah ini (lihat gambar 2.4),
a
dan b adalah kaki segitiga siku-siku danc
adalah hipotenusa.C
A B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pythagoras menyatakan teorema ini dalam gaya goemetris, sebagai pernyataan tentang luas persegi adalah jumlah luas persegi
a
dan b sama dengan luas persegic
.Gambar 2. 4
a
b
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif merupakan penelitian yang
menekankan pada keadaan yang sebenarnya dan berusaha mengungkapkan
fenomena-fenomena yang ada dalam keadaan tersebut. Peneliti berusaha
mengungkapkan segala sesuatu yang terjadi di dalam kegiatan penelitian. Penelitian
ini digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana langkah-langkah pembelajaran
dilaksanakan dan untuk mendeskripsikan sejauh mana prinsip-prinsip evaluasi
kemajuan belajar siswa menurut PPR diterapkan pada proses pembelajaran
matematika kelas VIII SMP pada pokok bahasan Dalil Pythagoras khususnya
mengenai rumus pythagoras dan penurunan rumus Pythagoras berdasarkan penyajian
masalah dan bimbingan guru secara lisan.
Sedangkan analisis data dilakukan dengan langkah-langkah (i) transkripsi, (ii)
penentuan topik-topik, (iii) penentuan ketegori data dan (iv) penarikan kesimpulan.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seorang guru mata pelajaran matematika
dan siswa kelas VIII C SMP Kanisius Tirtomoyo pada semester satu tahun ajaran
2009/2010. SMP Kanisius Tirtomoyo merupakan sekolah swasta yang berada di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kabupaten Wonogiri. Sekolah ini dipilih dengan pertimbangan bahwa dalam kegiatan
pembelajaran khususnya pembelajaran matematika, SMP Kanisius Tirtomoyo ingin
menumbuh kembangkan nilai-nilai kemanusiaan dalam diri siswa dengan
menyaturagakan aspek akademis dan aspek nilai-nilai kemanusiaan yang
dikembangkan dengan pola PPR. Penelitian ini berfokus pada bagaimana
langkah-langkah pembejaran matematika dilaksanakan dan sejauh mana prinsip-prinsip
evaluasi dengan pola PPR diterapkan dalam kegiatan pembejaran matematika.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada empat kali pertemuan, yaitu pada tanggal 5, 6,
12 dan 13 Oktober 2009. Pertemuan pertama sampai dengan pertemuan ketiga
merupakan kegiatan belajar mengajar atau penyampaian materi sedangkan pertemuan
keempat dilaksanakan kegiatan ulangan harian. Penelitian dilaksanakan di ruang
kelas XIII C SMP Kanisius Tirtomoyo.
D. Metode Pengumpulan Data
Data penelitian ini dikumpulkan dalam pelaksanaan pembelajaran selama
empat kali pertemuan, setiap pertemuan berlangsung maksimal 2 jam pelajaran.
Dalam setiap pertemuannya dilakukan perekaman dengan menggunakan alat perekam
handy-cam secara menyeluruh. Peneliti menggunakan rekaman video, agar dapat
melihat secara berulang-ulang sehingga ketika terdapat data yang terlewati dapat
diputar kembali hasil rekamannya. Berbeda dengan dengan pengamatan secara
23
langsung, data yang akan diperoleh tidak terperinci secara lengkap. Selain
menggunakan rekaman video, peneliti juga mengumpulkan data-data pendukung
berupa dokumen-dokumen pengajaran yang digunakan oleh guru yaitu rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan hasil evaluasi siswa. Dalam penelitian ini
peneliti juga dibantu oleh 3 teman yang melakukan penelitian, 1 orang sebagai
perekam sedangkan yang lain mencatat hal-hal yang terjadi di dalam kelas. Hasil
catatan ini digunakan untuk meningkatkan validitas pengumpulan data, yaitu
membandingkan dengan hasil transkipsi dari video nantinya.
E. Metode Analisis Data
Secara garis besar kegiatan analisis data pada penelitian ini dapat dibagi
menjadi tiga langkah, yaitu: reduksi data, kategorisasi data, dan penarikan
kesimpulan.
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses membandingkan bagian-bagian data untuk
menghasilkan topik-topik data. Reduksi data dapat dirinci menjadi dua kegiatan,
yaitu :
a. Transkripsi Rekaman Video
Proses transkripsi ini merupakan penyajian kembali segala sesuatu yang
tampak dalam hasil rekaman video berupa proses pelaksanaan pembelajaran
selama empat pertemuan ke dalam bentuk narasi tertulis dilengkapi hasil
pengamatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Penentuan topik-topik Data
Topik-topik data merupakan rangkuman bagian data yang mengandung
makna tertentu yang diteliti. Sebelum menentukan topik-topik data peneliti
menentukan makna-makna apa saja yang terkandung dalam penelitian.
Berdasarkan makna-makna tersebut peneliti membandingkan bagian-bagian
data tertentu pada hasil transkripsi sesuai makna yang terkandung di dalamnya
dan membuat suatu rangkuman bagian data, yang selanjutnya disebut
topik-topik data.
2. Kategorisasi data
Kategorisasi data merupakan proses membandingkan topik-topik data satu sama
lain sehingga menghasilkan suatu kategori-kategori data. Topik-topik data yang
mempunyai kesamaan kandungan makna kemudian dikumpulkan dan ditentukan
suatu gagasan abstrak yang mewakili. Gagasan abstrak tersebut selanjutnya
disebut sebagai kategori data. Pengelompokan topik-topik data akan
menghasilkan kategori-kategori data yang bersesuaian.
3. Penarikan Kesimpulan
Berdasarkan proses analisis data peneliti dapat membuat suatu kesimpulan yang
berupa bagaimana langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran pada pembelajaran
matematika dengan materi Dalil Phytagoras kelas VIII Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Kanisius Tirtomoyo dan sejauh mana prinsip-prinsip evaluasi
kemajuan belajar siswa menurut Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) diterapkan
dalam pelaksanaan pembelajaran.
25 BAB IV ANALISIS DATA
A. Hasil Observasi
Penelitian dilakukan selama empat kali pertemuan dengan subjek peneliti adalah guru mata pelajaran matematika dan siswa kelas VIII C SMP Kanisius Tirtomoyo. Data berupa proses pembelajaran yang telah direkam dengan handy– cam. Perekaman bertujuan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
B. Transkipsi Data
Transkipsi data pembelajaran yang dilakukan oleh subjek terdapat dalam lampiran A.
C. Topik Data
Topik data adalah rangkuman bagian data yang mengandung makna yang sedang diteliti, dalam penelitian ini mengenai topik data langkah-langkah pembelajaran dan penerapan prinsip evaluasi kemajuan belajar berpola PPR. Berikut akan ditentukan menjadi beberapa topik data dalam tabel IV.1.1 sampai dengan IV.1.8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Keterangan; G = Guru S = Siswa SS = Semua Siswa
SBS = Sebagian Besar Siswa BS = Beberapa siswa
1. Pertemuan 1
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 5 Oktober 2009 dan kegiatan pembelajaran diadakan di ruang kelas SMP Kanisius Tirtomoyo. Materi yang disampaikan pada pertemuan pertama adalah mencari luas persegi, luas segitiga dan mencari luas persegi dengan menggunakan luas segitiga siku-siku. Topik-topik data pada pertemuan pertama dibagi menjadi dua, yaitu topik-topik data pertemuan pertama tentang langkah-langkah pembelajaran dan topik-topik penerapan prinsip evaluasi kemajuan belajar berpola PPR.
a. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran Tabel IV.1.1.
Topik Data Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Dalil Pythagoras
No. Topik Data Bag. Data
1. G mengawali kegiatan pembelajaran dengan bercerita singkat tentang
seorang tokoh Phytagoras yang berkaitan dengan pokok bahasan Teorema Phytagoras.
Semua siswa memperhatikan G.
I.7-8
2. G menekankan pentingnya menguasai prasarat untuk mempelajari
Teorema Phytagoras kepada siswa dengan memberikan suatu cerita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yaitu tentang seseorang yang sedang berlatih mengendarai sepeda motor,dalam berlatih, harus bias menjaga keseimbangan dahulu, kemudian akan lebih mudah lagi untuk belajar mengendarai sepeda.
I.9-18
3. Dengan Tanya jawab G ingin mengetahui sejauh mana SS menguasai
rumus luas persegi yang telah dipelajari oleh siswa pada jenjang pendidikan sebelumnya. SBS aktif menjawab pertanyaan dari G. kemudian G menuliskan jawaban dari SBS di papan tulis. (lihat gambar 4.1)
27
Teorema Phytagoras Mengingat kembali tentang: Luas Persegi;
Luas persegi = panjang sisi x panjang sisi = s x s
= s2
(gambar 4.1)
(gambar 4.3)
4. Untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai materi luas
persegi, G memberikan kepada SS sebuah soal latihan mencari luas persegi dengan panjang sisi 7 cm.
G memberi waktu singkat untuk SS dalam mengerjakan soal itu.