• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Evaluasi Kemajuan Belajar Siswa.…

2. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

penumbuhan nilai-nilai kemanusiaan dan pengembangan kompetensi siswa melalui pelaksanaan pembelajaran untuk semua mata pelajaran di sekolah. Penumbuhan nilai-nilai kemanusiaan dilakukan sesuai dengan konteks siswa dan materi pelajaran, serta melalui mekanisme pemberian pengalaman, refleksi, perwujudan aksi, dan evaluasi

3. Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana tujuan pembelajaran sudah tercapai. Evaluasi pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembejararan merupakan evaluasi berpola PPR.

5

4. Guru adalah subjek penelitian, yaitu seorang Guru matematika SMP Kanisius Tirtomoyo yang memberikan materi pelajaran.

5. Siswa adalah subjek penelitian yang menerima pelajaran. Dalam hal ini siswa yang dimaksud adalah siswa kelas VIII-C SMP Kanisius Tirtomoyo pada semester I tahun ajaran 2009/2010 berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 11 laki-laki dan 19 perempuan.

6. Topik Dalil Pythagoras khususnya rumus pythagoras dan penurunan rumus phythagoras adalah materi dalam pembelajaran matematika kelas VIII semester satu Sekolah Menengah Pertama tahun ajaran 2009/2010.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi peneliti

Dengan melakukan penelitian ini, peneliti dapat mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran dan sejauh mana prinsip-prinsip evaluasi kemajuan belajar siswa menurut PPR diterapkan dalam pembelajaran, sehingga dapat menjadi referensi untuk mengajar ketika peneliti telah terjun ke dalam dunia pendidikan. 2. Bagi guru

Hasil penelitian ini dapat memberikan guru referensi dalam evaluasi belajar dengan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), sehingga kemajuan siswa dapat terlihat dan dapat dirasakan oleh siswa itu sendiri. Kemudian dapat memotivasi para guru, khususnya guru-guru mata pelajaran matematika, untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berusaha menemukan cara-cara yang dapat ditempuh dalam memenuhi kebutuhan pengembangan pembelajaran matematika berpola PPR.

7

BAB II

LANDASAN TEORI

Penelitian ini bertujuan untuk mengutarakan bagaimana langkah-langkah

pelaksanaan pembelajaran dan sejauh mana prinsip-prinsip evaluasi kemajuan belajar

siswa menurut PPR pada pembelajaran matematika dengan materi Dalil Pytagoras

kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kanisius Tirtomoyo.

Landasan teori yang akan dipakai dalam penelitian ini meliputi: (i)

Langkah-langkah pembelajaran, (ii) prinsip-prinsip evaluasi kemajuan belajar siswa menurut

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), (iii) Materi Dalil Pytagoras.

A. Langkah-langkah pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses aktif individu siswa yang bersosialisasi

dengan guru, sumber atau bahan pelajaran, dan teman dalam memperoleh

pengetahuan baru. Proses aktif itu menyebabkan perubahan tingkah laku, mampu

mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilannya dimana sebelumnya siswa tidak

dapat melakukannya. (Herman Hudojo, 2001 :92)

Pembelajaran adalah membimbing siswa menuju tujuan, mendorong mereka

aktif mengolah atau memproses informasi, mendorong mereka berani mengemukakan

ide-idenya, mau belajar dari kesalahan, dan berdiskusi dengan guru. Melalui proses

inilah siswa memiliki kesempatan lebih besar untuk mengembangkan dirinya menjadi

manusia yang lebih mandiri, demokratis, berpikir variatif, dan berpikir kritis. Dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

demikian proses pembelajaran dapat diartikan proses yang terjadi di dalam kelas

dengan langkah-langkah kegiatan yang dilakukan guru dan siswa serta interaksi

antara kegiatan-kegiatan itu, selama pembelajaran berlangsung pada tiap-tiap

pertemuan

Sedangkan pembelajaran matematika adalah suatu proses pemberian

masalah/tantangan yang berkaitan dengan matematika yang didalamnya siswa harus

aktif membangun sendiri pengetahuannya dengan mengaitkan informasi baru dengan

pengetahuan sebelumnya sehingga terjadi proses pembentukan konsep (dalam Yeusy,

2007).

Menurut Riyanto ada tahapan-tahapan pokok yang harus diterapkan dalam

kegiatan pembelajaran, (i) tahap pemula (prainstruksional), (ii) tahap pengajaran

(instruksional), (iii) tahap penilaian dan tindak lanjut.

1. Tahap Pemula (Prainstruksional), merupakan tahapan persiapan guru sebelum

kegiatan pembelajaran dimulai. Dalam tahapan ini kegiatan yang dapat dilakukan

guru antara lain;

a. Memeriksa kehadiran siswa;

b. Pretes (Menanyakan materi sebelumnya);

c. Apersepsi (Mengulas kembali secara singkat materi sebelumnya).

2. Tahap Pengajaran (Instruksional) yaitu langkah-langkah yang dilakukan saat

pembelajaran berlangsung. Tahapan ini merupakan tahapan inti dalam proses

pembelajaran, guru menyajikan materi pelajaran yang telah disiapkan. Kegiatan

yang dilakukan guru antara lain;

9

a. Menjelaskan tujuan pengajaran siswa;

b. Menuliskan pokok-pokok materi yang akan dibahas;

c. Membahas pokok-pokok materi yang telah ditulis;

d. Menggunakan alat peraga;

e. Menyimpulkan hasil pembahasan dari pokok materi.

3. Tahap penilaian dan tindak lanjut (evaluasi), ialah penilaian atas hasil belajar

siswa setelah mengikuti pembelajarn dan tindak lanjutnya. Setelah melalui tahap

instruksional, langkah selanjutnya yang ditempuh guru adalah mengadakan

penilaian keberhasilan belajar siswa dengan melakukan posttest.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam tahap ini, antara lain;

a. Mengajukan pertanyaan pada siswa tentang meteri yang telah dibahas;

b. Mengulas kembali materi yang belum dikuasai siswa;

c. Memberi tugas atau pekerjaan rumah pada siswa;

d. Menginformasikan pokok materi yang akan dibahas pada pertemuan

berikutnya.

Sedangkan menurut Jerome S. Bruner, mengemukakan bahwa karena belajar

merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di dalamnya terjadi

perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan-perubahan tersebut timbul melalui tagap-tahap

yang anatara satu dengan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Sehingga

menurut proses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu : (i) tahap informasi (tahap

penerimaan materi), (ii) tahap transformasi informasi (tahap pengubahan materi)dan

(iii) tahap evaluasi informasi (tahap penilaian materi).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Dalam tahap informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah

keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Di antara informasi yang

diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri, ada pula yang

berfungsi menambah, memperhalus dan memperdalam pengetahuan yang

sebenarnya telah dimiliki.

2. Dalam tahap transformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah

atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak

pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi siswa

pemula, tahap ini akan berlangsung sulit apabila tidak disertai dengan bimbingan

seorang guru yang diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi kognitif yang

tepat untuk melakukan pembelajaran materi pelajaran tertentu.

3. Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana

informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami

gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi.

B. Evaluasi Kemajuan Belajar Siswa

1. Pengertian, fungsi dan tujuan evaluasi.

Dalam arti luas, evaluasi merupakan suatu proses merencanakan,

memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat

alternatif-alternatif keputusan (Mehren & Lehman, 1978:5). Sesuai dengan pengertian

tersebut maka setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan proses yang sengaja

direncanakan untuk memperoleh informasi atau data, sehingga bedasarkan data

11

Tujuan instruksional

(a) (c)

Pengalaman

belajar Hasil belajar

(b)

Gambar 2.1

tersebut akan dicoba untuk membuat suatu keputusan. Sedangkan Grondlund dan

Linn (1990) mengatakan bahwa evaluasi pembelajaran adalah suatu proses

mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secaras sistematik

untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran.

Dalam pendidikan terdapat tiga unsur utama yang saling berkaitan, yaitu

tujuan pendidikan, pengalaman belajar-mengajar (proses) dan hasil belajar atau

evaluasi. Hubungan ketiga unsur tersebut dapat dilihat dalam gambar 2.1.

Garis (a) menunjukkan hubungan antara tujuan pendidikan dengan

pengalaman atau proses belajar, garis (b) menunjukkan hubungan antara pengalaman

atau proses belajar dengan hasil belajar dan garis (c) menunjukkan hubungan tujuan

pendidikan dengan hasil belajar.

Dari gambar 2.1 dapat dilihat bahwa kegiatan evaluasi dapat dinyatakan

dengan garis (c), yaitu suatu kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan

pendidikan telah dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil belajar yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dapat dilihat setah mereka menempuh pengalaman belajar (proses belajar-mengajar).

Sedangan pada garis (b) merupakan kegiatan penilaian untuk mengetahui keefektifan

pengalaman belajar dalam mencapai hasil belajar yang optimal.

Tujuan pendidikan pada hakikatnya merupakan perubahan pola tingkah laku

yang diinginkan pada diri siswa. Sehingga, dalam kegiatan evaluasi hendaknya

diperiksa sejauh mana perubahan pola tingkah laku siswa telah terjadi melalui peoses

belajarnya. Maka dengan mengetahui tercapai tidaknya tujuan-tujuan pendidikan,

dapat digunakan untuk mengambil tindakan perbaikan pembelajaran dan perbaikan

siswa yang bersangkutan. Dengan kata lain hasil evaluasi tidak hanya bertujuan untuk

mengetahui tercapai tidaknya tujuan pendidikan (dalam hal ini tingkah laku siswa),

tetapi sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar.

Sehingga sejalan dengan pengertian di atas, maka evaluasi berfungsi sebagai:

a. alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan pendidikan. Sehingga evaluasi

harus mengacu pada tujuan pendidikan.

b. umpan balik bagi perbaikan proses bejar-mengajar. Perbaikan mungkin dapat

dilakukan dalam hal tujuan pendidikan, kegiatan belajar siswa, strategi

mengajar guru, dll.

c. dasar dalam penyusunan laporan kemajuan siswa kepada orang tuanya. Dalam

laporan tersebut dapat dikemukakan tentang kemampuan dan kecakapan

belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi

yang dicapainya.

13

Sedangkan tujuan evaluasi adalah untuk:

a. mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui

kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata

pelajaran yang telah ditempuh.

b. mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah,

antara lain seberapa jauh keekfektifannya dalam mengubah tingkah laku para

siswa kea rah tujuan pendidikan yang diharapkan.

c. menentukan tindak lanjut evaluasi, yaitu melakukan perbaikan dan

penyempurnaan dalam program pendidikan dan pembelajarn serta strategi

pelaksanaannya.

d. memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada pihak yang

berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat dan

para orang tua siswa.

Dilihat dari fungsinya, maka jenis penilaian dapat dibedakan menjadi beberapa

macam, yaitu:

a. penilaian formatif, adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program

belajar-mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar

itu sendiri. Penilaian formatif berorientasi pada proses belajar-mengajar dan

diharapkan nantinya guru dapat memperbaiki program mengajar dan strategi

pelaksanaannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. penilaian sumatif, adalah penilaian yang dilakukan pada akhir unit program,

yaitu pada akhir semester dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat

hasil yang dicapai siswa. Penilaian berorientasi pada produk bukan proses.

c. penilaian diagnostik, adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat

kelemahan-kelemahan siswa serta factor penyebabnya. Penilaian ini

dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar, remedial, dll.

d. penilaian selektif, adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi,

misalnya ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu.

e. penilaian penempatan, adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui

ketrampilan prasyarat yang diperlukan suatu program belajar dan penguasaan

belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk

program tersebut.

Kemudian dari segi alatnya, evaluasi hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes dan

non tes. Tes ini ada yang diberikan secara lisan, tes tertulis dan tes tindakan. Soal-soal

tes ada yang disusun bentuk objektif atau ada juga dalam bentuk uraian. Sedangkan

untuk non tes sebagai alat penilaian mencakup observasi, kuesioner, wawancara,

skala, sosiometri, studi kasus, dll.

15

2. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Dalam pembelajaran berpola PPR, penumbuhan nilai-nilai kemanusiaan

dilakukan sesuai dengan konteks siswa dan materi pelajaran,. Mekanisme dalam

dinamika pembelajaran berpola PPR meliputi mekanisme pemberian pengalaman,

refleksi, perwujudan aksi, dan evalusi. Sehingga dapat diambil kesimpulan, dinamika

pembelajaran berpola PPR meiputi mekanisme: (i) konteks, (ii) pengalaman, (iii)

refleksi, (iv) aksi dan (v) evaluasi.

1. Konteks.

Nilai kemanusiaan yang akan dikembangkan disesuaikan dengan konteks siswa

dan materi pelajaran. Konteks siswa antara lain taraf perkembangan pribadi,

kondisi sosial, budaya, dan agama (Subagyo, 2005a). Konteks materi pelajaran

antara lain kompetensi dasar, ruang lingkup materi, sifat materi, keterkaitan

materi dengan kehidupan nyata, dan cara mempelajarinya

2. Pengalaman

Pengembangan nilai kemanusiaan paling efektif dilakukan melalui pengalaman,

yaitu siswa mengalami sendiri nilai yang diperjuangkan itu (Subagyo, 2005a).

Untuk mengembangkan nilai persaudaraan, siswa perlu mengalami rasa

persudaraan antarteman dan dengan guru dalam kegiatan belajar di kelas,

misalnya melalui kegiatan kerja kelompok, atau bimbingan teman sebaya. Untuk

mengembangkan nilai solidaritas dengan korban bencana alam, siswa dalam

pembelajaran dapat mengalami situasi bencana secara tidak langsung, misalnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

melalui membaca berita, melihat foto-foto, atau melakukan wawancara dengan

korban.

3. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan siswa meninjau kembali pengalaman yang lalu. Menurut

Subagyo (2005a), refleksi merupakan tahap di mana siswa menjadi sadar sendiri

mengenai kebaikan, keenakan, manfaat dan makna nilai yang diperjuangkan.

Tujuannya adalah agar nilai yang diperjuangkan menjadi menarik bagi siswa dan

kemudian mereka terpikat untuk memiliki atau menghayati nilai yang

diperjuangkan sampai pada keinginan untuk bertindak. Untuk membantu siswa

menyadari nilai kemanusiaan yang terkandung di dalam pengalaman, guru

memfasilitasi dengan berbagai cara, antara lain mengajukan pertanyaan

terbuka/divergen (Subagyo, 2005a), memberi tugas kepada siswa untuk

mengkomunikasikan pendapat/ perasaan mereka dalam bentuk lisan, tulisan, atau

gambar atau mengajak siswa berdiskusi.

4. Aksi

Hasil refleksi siswa atas pengalaman perlu ditindaklanjuti hingga siswa

mempunyai niat, bersikap, dan berbuat atas kemauan sendiri terkait dengan nilai

kemanusiaan yang diperjuangkan. Menurut Subagyo (1995a), niat dan sikap

merupakan aksi batin sedangkan perbuatan merupakan aksi lahir. Keduanya

sama-sama diperlukan. Niat dan sikap perlu terwujud dalam perbuatan;

sebaliknya perbuatan perlu didasari pada niat dan sikap. Untuk membantu siswa

menumbuhkan niat, sikap, dan perbuatan, guru memfasilitasi dengan mengajukan

17

pertanyaan-pertanyaan (Subagyo, 1995a), memberi kesempatan kepada siswa

untuk mempraktekkan dalam pelajaran yang akan datang, atau memberi tugas

sebagai perwujudan aksi di sekolah, di rumah, atau di lingkungan tempat tinggal.

5. Evaluasi

Guru melakukan penilaian terhadap proses maupun hasil belajar siswa yang

terkait dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan. Penilaian proses belajar

tersebut dilakukan melalui pengamatan terhadap siswa dalam tahap pengalaman

dan refleksi. Sedangkan penilaian hasil belajar tersebut dilakukan melalui

pengamatan terhadap aksi siswa dan catatan anekdot (peristiwa yang cukup

mencolok) yang terkait dengan aksi siswa (Subagyo, 2005a).

Dalam PPR, evaluasi merupakan kegiatan identifikasi untuk melihat apakah

suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, beharga atau tidak

dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaan. Dalam masalah akademik

evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui perubahan pola sikap dan perilaku. Untuk

penilaian perubahan pola sikap dan perilaku siswa dapat dilihat selama kegiatan

pembelajaran sedang berlangsung atau sesudahnya, seorang guru bisa dari dalam atau

dari luar kelas mengobservasi siswa, membuat catatan mengenai perilaku mereka

yang cukup mencolok yang baik maupun kurang baik.

Pada prinsip- prinsip evaluasi pembelajaran berpola PPR, evaluasi

mempunyai beberapa prinsip, yaitu;

a. Evaluasi meliputi penilaian dalam perkembangan kompetensi materi pelajaran

dan sejauh mana nilai-nilai kemanusiaan telah diterapkan;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. Evaluasi merupakan bagian dari dinamika PPR yang meliputi penumbuhan

nilai-nilai kemanusiaan dilakukan sesuai dengan konteks siswa dan materi

pelajaran, serta melalui mekanisme pemberian pengalaman, refleksi,

perwujudan aksi, dan evaluasi;

c. Evaluasi nilai-nilai kemanusiaan dilaksanakan dengan metode observasi.

Dokumen terkait