• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

E. Teknik Analisis Data

5. Langkah-langkah Pembelajaran Remedial

5. Langkah-Langkah Pembelajaran Remedial

a. Langkah Remedial untuk Mengatasi Kesalahan Konsep Siswa

Untuk kesalahan konsep bentuk pangkat dan akar, maka pembelajaran remedial yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:

1) Siswa diajarkan kembali konsep bentuk pangkat dan akar, terutama konsep pangkat negatif, konsep perhitungan bentuk akar, dan konsep merasionalkan penyebut pecahan.

2) Siswa secara berkelompok (berdiskusi) mengerjakan lembar soal yang disiapkan oleh guru.

3) Siswa diberikan tugas mandiri tentang bentuk pangkat dan akar dalam waktu yang ditentukan oleh guru (dikerjakan di rumah).

4) Guru mengoreksi jawaban tugas mandiri siswa. Jika dirasa siswa sudah paham maka siswa diizinkan mengikuti tes remedial. Jika dirasa siswa belum paham maka guru mengingatkan letak kesalahan siswa kemudian meminta siswa mengerjakan kembali dalam waktu yang ditentukan sampai siswa tersebut paham.

23

Lampiran 16 hal.96. Hasil wawancara dengan Responden A pada tanggal 11 November 2011

Sedangkan untuk kesalahan konsep penerapan sifat-sifat logaritma, maka pembelajaran remedial yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:

1) Mengajarkan kembali konsep/sifat-sifat logaritma satu per satu dengan memberi contoh penggunaan sifat yang benar serta memberikan contoh penggunaan sifat yang salah. Pada penggunaan sifat logaritma yang salah, guru menegaskan di mana letak kesalahannya dan menegaskan kepada siswa bahwa dalam menyelesaikan soal logaritma tidak boleh menyalahi sifat-sifat logaritma.

Contoh:

Sifat logaritma alog b =

- Siswa diingatkan bahwa mengubah bentuk logaritma menjadi bentuk pecahan diperbolehkan dengan syarat basis pada pembilang sama dengan basis pada penyebut.

- Siswa diingatkan bahwa sifat ini berlaku bolak-balik (hal ini perlu karena umumnya siswa membaca sifat dari kiri ke kanan saja, dan tidak sebaliknya)

- Guru memberi contoh mulai dari yang sederhana, misalnya menentukan nilai 4log 27 jika diketahui nilai 5log 2 dan 5log 3 (basis yang diketahui sama dan langsung berhubungan dengan nilai logaritma yang dicari), dan sebagainya. Setelah itu mulai dibuat variasi basis yang berbeda, misalnya menentukan nilai 4log 27 jika diketahui 5log 3 dan 2log 5.

- Guru mengingatkan siswa bahwa penggunaan dua sifat logaritma atau lebih pada satu soal mungkin saja diperlukan, atau mungkin saja suatu soal dapat diselesaikan dengan dua atau lebih sifat logaritma (dengan dua atau lebih cara yang berbeda), jadi siswa boleh menggunakan sifat yang lain selama tidak menyalahinya. - Guru memberi contoh penggunaan sifat secara bolak-balik.

sebagainya, dengan menggunakan sifat tersebut. Setelah itu dibuat variasi soal yang harus menggunakan beberapa sifat logaritma, misal siswa diminta menentukan nilai dan sebagainya. - Guru memberikan contoh penggunaan sifat logaritma yang salah.

Demikian satu per satu sifat logaritma dibahas secara terperinci.

2) Setelah guru menjelaskan suatu sifat logaritma dan contoh penggunaannya, siswa mengerjakan soal mandiri tanpa diperbolehkan melihat catatan, dengan dibimbing guru. Soal mandiri tersebut dibuat secara sistematis mulai dari soal yang mudah sampai soal yang butuh ketelitian dalam menggunakan sifat logaritma.

3) Pada tiap soal yang dikerjakan siswa, guru bertanya apa sifat logaritma yang digunakan siswa pada tiap tahapan pengerjaan soal tersebut, sehingga guru yakin siswa tidak menggunakan cara yang hanya bertujuan mendapat jawaban padahal tidak sesuai dengan sifat logaritma.

4) Setelah guru merasa siswa tersebut sudah paham, maka siswa tersebut diizinkan untuk melakukan tes remedial.

b. Langkah Remedial untuk Mengatasi Kesalahan Prinsip Operasi Hitung

Untuk kesalahan pengerjaan soal karena kesalahan kaidah hitung, maka proses pengajaran remedial yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:

1) Mengajarkan kembali konsep hitung bilangan pecahan dimulai dari konsep pecahan senilai, penjumlahan/pengurangan pecahan yang syaratnya harus menyamakan penyebut, perkalian pecahan dan pembagian pecahan.

2) Meluruskan kesalahan “kaidah pencoretan” yang sering dilakukan oleh

dan pembilang pecahan hanya bisa dilakukan jika operasi antara unsur-unsurnya adalah operasi perkalian (bukan penjumlahan atau pengurangan). Penjelasan ini dimulai dengan memberikan contoh sederhana yang menunjukkan bahwa “kaidah pencoretan” pada bentuk pecahan yang memuat operasi penjumlahan/pengurangan adalah salah, misalnya 4 + 6 ≠ 8 + 3, dan sebagainya.

3) Meluruskan kesalahan “konsep pindah ruas” yang sering dilakukan

oleh siswa, yakni dengan menjelaskan kembali konsep persamaan dua ruas yang tetap bernilai sama jika pada kedua ruas dilakukan operasi hitung yang sama. Setelah itu, siswa mengerjakan soal persamaan sederhana, misalnya menentukan nilai x pada persamaan -3x – 2 = 22, atau ½ x + 18 = 10, dan sebagainya dengan menuliskan setiap operasi hitung yang dilakukan pada kedua ruasnya secara detail untuk mendapatkan nilai x. Contoh: -3x – 2 = 22 -3x – 2 + 2 = 22 + 2 -3x = 24 (-3x) : (-3) = 24 : (-3) x = -8

Kemudian siswa mengerjakan soal yang lebih rumit seperti persamaan yang memuat bentuk pangkat/akar dengan menuliskan setiap operasi hitung yang dilakukan pada kedua ruasnya secara detail. Setelah itu, siswa diminta mengerjakan kembali soal-soal tersebut tanpa menuliskan detail operasi yang dilakukan pada kedua ruas persamaan (dengan kaidah pindah ruas yakni plus berubah tanda jadi minus dan sebaliknya jika operasinya penjumlahan/pengurangan. Tetapi jika perkalian berubah menjadi pembagian tanpa mengubah tanda bilangan, dan sebaliknya).

Contoh : -3x – 2 = 22 -3x = 22 + 2 = 24 x = 24 : (-3) x = -8

(penulisan bisa lebih singkat jika siswa telah paham)

4) Siswa kemudian mengerjakan tugas mandiri yang diberikan oleh guru tentang konsep perhitungan. Jika siswa dirasa sudah paham maka siswa tersebut diizinkan mengikuti tes remedial.

c. Langkah Remedial untuk Mengatasi Kecerobohan Siswa

Untuk kesalahan pengerjaan soal karena kecerobohan, maka proses pengajaran remedial yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:

1) Menginformasikan letak kecerobohan yang dilakukan oleh siswa yang bersangkutan

2) Memberikan pengarahan dan motivasi kepada siswa yang bersangkutan agar mau berusaha menghilangkan sifat ceroboh dalam mengerjakan soal

3) Memberikan soal-soal latihan mandiri dengan tipe soal serupa dengan soal yang dikerjakan siswa secara ceroboh tersebut.

4) Soal tersebut dikerjakan oleh siswa di luar jam pelajaran dalam waktu yang ditentukan, kemudian dikoreksi oleh guru

5) Dalam mengerjakan latihan soal mandiri siswa dibimbing oleh tutor sebaya. Tutor sebaya menjadi tempat bertanya jika siswa mengalami kesulitan, akan tetapi tutor sebaya hanya membimbing tanpa ikut mengerjakan soal. Tutor sebaya mengingatkan ketika siswa melakukan kecerobohan dalam mengerjakan soal.

Setelah siswa melakukan pembelajaran remedial, siswa mengerjakan tes ulang. Karena adanya perbedaan waktu yang diperlukan oleh siswa untuk

memahami apa yang mereka pelajari, maka peneliti mengadakan tes ulang dalam 3 waktu yang berbeda secara klasikal. Selain itu, peneliti juga memberi kesempatan kepada siswa-siswi yang meminta tes ulang secara individu di luar jam pelajaran dan tidak melewati batas akhir waktu remedial. Nilai hasil tes remedial siswa dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut:

Tabel 4.3

Nilai Siswa Setelah Pembelajaran Remedial

No Nilai Frekuensi Absolut Frekuensi Kumulatif (fi) f (%) 1 31 – 40 4 12,90% 4 2 41 – 50 1 3,23% 5 3 51 – 60 2 6,46% 7 4 61 – 70 6 19,35% 13 5 71 – 80 12 38,71% 25 6 81 – 90 6 19,35% 31 Jumlah 31 100%

Jika Tabel 4.3 dibuat histogram dan poligonnya, maka terlihat seperti berikut:

Berdasarkan Tabel 4.3 dan histogram di atas, dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan pembelajaran remedial, jumlah siswa yang hasil belajarnya tuntas (mencapai KKM) ada sebanyak 19 siswa atau sekitar 61,29%.24 Hasil ini meningkat dibandingkan sebelum siswa diberikan pembelajaran remedial, yakni hanya sebanyak 5 siswa saja atau hanya sekitar 16,13% saja. Nilai tertinggi naik sebesar 5 poin dari 85 menjadi 90, begitu pula nilai terendah naik sebesar 15 poin dari 20 menjadi 35.25 Selain itu nilai rata-rata siswa naik sekitar 20,37 poin menjadi 68,08. Begitu pula nilai median dan modusnya. Nilai median naik sekitar 28,72 poin menjadi 72,58. Nilai modus naik sekitar 36,42 poin menjadi 74,25. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran remedial dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan membantu siswa mencapai ketuntasan belajar matematika.

Dokumen terkait