• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4.3 Langkah-langkah Relaksasi Autogenik .1Persiapan Klien

Persiapan klien meliputi: 1) Persiapan dalam posisi tubuh dan 2) Konsentrasi dan kewaspadaan, yang diuraikan sebagai berikut:

1) Posisi tubuh

Posisi tubuh terbaik melakukan relaksasi autogenik adalah posisi berbaring. Sebaiknya dengan berbaring di lantai berkarpet atau tempat tidur, dengan kedua tangan disamping tubuh dan telapak tangan menghadap ke atas dan tungkai lurus sehingga tumit menapak dipermukaan lantai. Bantal yang tipis diletakkan dibawah kepala atau lutut dan punggung lurus (National Safety Council, 2004).

Menurut Saunders (2007) ada tiga posisi dasar dalam melakukan relaksasi autogenik yaitu duduk di kursi, menyandar di atas kursi, atau berbaring di lantai. Pada posisi berbaring prinsipnya sama dengan dengan yang dikemukakan dalam National Safety Council (2004) memungkinkan gravitasi untuk mendukung . Posisi duduk memiliki keuntungan yaitu praktis, dapat dilakukan dimana saja dan meminimalkan respon mengantuk, sehingga posisi ini paling populer. Namun, dalam posisi duduk otot tidak serileks posisi berbaring (Saunders, 2007).

2) Konsentrasi dan Kewaspadaan

Dalam melakukan relaksasi autogenik ini, sangat penting mempertahankan sikap konsentrasi pasif yaitu alami respon fisik, mental atau emosi apapun yang anda miliki. Biarkan saja segalanya terjadi. Konsentrasi pasif bukan berarti “membuat jarak” atau pergi tidur tetapi anda tetap sadar akan pengalaman anda tanpa menganalisanya. Sangat penting menjaga stimulus eksternal seminimal mungkin. Pilihlah ruangan yang sunyi dimana anda tidak akan terganggu. Jaga kehangatan ruangan, tingkat kenyamanan dan jika memungkinkan hidupkan

lampu redup, gunakan baju yang longgar. Biarkan tubuh anda rilek dan pejamkan mata anda sebelum mulai latihan (Davis, et al., 1995).

Ketika pertama kali melakukan latihan ini yang akan dirasakan adalah bahwa pikiran menerawang ke hal-hal yang tampaknya lebih penting. Jika pada awalnya menemukan pikiran lain yang berusaha mengalihkan perhatian, perlahan kenali pikiran tersebut dan fokuskan kembali pikiran pada kewaspadaan tubuh. Anda mungkin merasakan perubahan berat badan atau suhu tubuh, perasaan geli, aliran listrik, gerakan otomatis, kekakuan, nyeri, ansietas, ingin menangis, iritabel, sakit kepala, mual. Apakah keluaran relaksasi autogenik yang anda alami menyenangkan atau tidak menyenangkan, perlu diingat bahwa keadaan ini adalah peralihan, bukan tujuan dari relaksasi autogenik dan keadaan ini akan hilang jika meneruskan latihan. Dengan latihan teratur, maka akan semakin menguasai ketrampilan berkonsentrasi (National Safety Council, 2004; Davis, et al., 1995).

Greenberg (2002) menuliskan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi kesuksesan relaksasi autogenik adalah kerjasama dan motivasi tinggi, self

direction dan self control, dapat menjaga postur tubuh yang kondusif untuk

latihan, dapat meminimalkan stimuli eksternal dan dapat memfokuskan mental pada proses serta konsentrasi pada sensasi tubuh.

2.4.3.2Fase dalam relaksasi autogenik

Relaksasi autogenik dibagi dalam tiga macam latihan utama yaitu latihan standar berpusat pada tubuh, latihan meditasi berfokus pada pikiran dan latihan khusus yang dirancang untuk menyelesaikan masalah khusus. Bagian pertama ditujukan untuk perasaan berat. Hal ini meningkatkan relaksasi dari otot polos

untuk menggerakkan tangan dan kaki. Bagian kedua menimbulkan vasodilatasi perifer, dengan mengatakan “tangan kanan saya panas”, otot halus yang mengontrol diameter pembuluh darah pada tangan menjadi rileks sehingga semakin banyak darah mengalir ke tangan. Hal ini membantu mengembalikan penyimpanan darah pada tubuh dan kepala. Bagian ketiga berfokus menormalkan kegiatan jantung dengan menyatakan “denyut jantung saya kembali tenang”. Bagian keempat adalah mengembalikan keteraturan sistem pernafasan, yang kelima adalah mengendurkan dan menghangatkan bagian perut dan yang terakhir adalah mengurangi aliran darah ke kepala (Kanji, 2006).

Latihan diawali dengan menarik nafas dalam secara perlahan dan merasakan sensasi rileks dalam tubuh saat melepaskan nafas, dan diulangi lagi lebih dalam dari sebelumnya. Selama mengikuti suatu program, pasien didorong melakukan relaksasi autogenik 3 kali sehari selama 15 menit dalam masing-masing sesi (Saunders, 2006). Sedangkan menurut Luthe dan Schults (1969 dalam Saunders, 2006) relaksasi autogenik adalah janji dengan diri sendiri dimana pasien yang memutuskan kapan dan dimana untuk berlatih. Berikut adalah fasenya:

Tabel 2.3

Standar Relaksasi Autogenik No Fase

1. Lengan kanan-kiri dan kaki kanan-kiri terasa berat 2. Lengan kanan-kiri dan kaki kanan-kiri terasa hangat 3. Denyut jantung tenang dan rileks

4. Nafas saya pelan dan rileks 5. Perut saya terasa hangat 6. Dahiku terasa terasa sejuk 7. Pembatalan

Kanji (2006) memberikan pendapat yang sama bahwa tehnik relaksasi autogenik terdiri dari enam latihan standar. Latihan pertama bertujuan untuk relaksasi otot, yang dicapai terutama oleh mengulangi formula verbal untuk mendorong berat. Selanjutnya, konsentrasi difokuskan pasif pada perasaan hangat, kemudian menenangkan aktivitas jantung, memperlambat pernapasan, kehangatan di daerah perut dan akhirnya kesejukan di kepala.

Prinsip dalam melakukan relaksasi autogenik dituliskan dalam National Safety Council (2004); Saunders (2006); Kanji, et al., (2006) adalah sebagai berikut:

1) Fase 1 fokus pada sensasi berat melalui tangan dan kaki dimulai dari tangan dan kaki yang dominan dengan kata instruksi untuk masing-masing ekstrimitas cukup 1 kali (“lengan kanan saya berat”).

2) Fase 2 fokus pada sensasi hangat pada tangan dan kaki yang dimulai dari tangan dan kaki yang dominan dengan kata-kata instruksi untuk masing-masing ekstrimitas cukup 1 kali (“lengan kanan saya hangat”).

3) Fase 3 fokus pada menenangkan aktivitas jantung yaitu dengan kata-kata instruksi diulang 4 hingga 5 kali (“irama jantung saya tenang dan teratur”). 4) Fase 4 fokus pada memperlambat pernafasan dengan kata-kata instruksi

diulang hingga 5 kali (“ nafas saya pelan dan rileks”).

5) Fase 5 fokus pada sensasi hangat pada abdomen dengan kata-kata instruksi diulang 4 hingga 5 kali (“perut saya terasa hangat”)

6) Fase 6 fokus pada sensasi dingin pada kepala dengan kata-kata instruksi diulang 4 hingga 5 kali (“dahi saya terasa sejuk”).

2.4.3.3Evaluasi Relaksasi Autogenik 2.4.3.3.1 Respon verbal

Latihan autogenik ini dilakukan secara terus menerus, minimal 15 menit dalam sehari sampai di dapatkan perasaan berbeda atau rileks, sehingga secara verbal dapat didengarkan perkataan pada fase akhir “keseluruhan tubuhku tenang dan rileks” (Kanji, et al., 2006)

2.4.3.3.2 Respon non verbal

Respon verbal dapat diobservasi melalui frekuensi nafas, jantung dan mengukur tekanan darah segera setelah selesai melakukan relaksasi autogenik. Bila berhasil dan terampil dalam melakukan tehnik ini, maka pernafasan akan lebih tenang dan tekanan darah dalam batas fisiologis (National Safety Council, 2004).

2.4.3.4Cara Kerja Relaksasi Autogenik Terhadap Respon Tubuh

Relaksasi autogenik menguntungkan baik secara fisiologis maupun psikologis. Efek fisiologi relaksasi autogenik sama dengan respon fisiologi pada jenis relaksasi lainnya. Frekuensi nadi, frekuensi nafas, ketegangan otot dan level kolesterol akan menurun sebagai respon fisiologis. Gelombang otak alfa dan aliran darah pada tangan dan kaki akan meningkat (Greenberg, 2002 dalam Setyawati, 2010).

Beberapa studi lain juga menemukan bahwa relaksasi ini menolong menurunkan kecemasan, menurunkan nyeri, menurunkan sakit kepala, meningkatkan tidur, menenangkan suasana hati, meningkatkan kekuatan otot dan

kebugaran jantung (Simeit, et al., 2004; Kanji, et al., 2006; Ring-Dimitro, et al., 2009; Bowden, et al., 2012; Prato & Yucha, 2012).

Pada klien DM dianjurkan untuk melakukan relaksasi autogenik ini dengan rasional bahwa relaksasi ini akan mempengaruhi fungsi pulau-pulau langerhans sehingga dapat mengalirkan hormon-hormonnya dengan baik ke seluruh tubuh dan diduga relaksasi ini akan menurunkan kebutuhan mereka akan terapi insulin (DiNardo, 2009. Greenberg (2002 dalam Setyawati, 2010) mengatakan bahwa relaksasi autogenik akan memberikan hasil setelah dilakukan sebanyak tiga kali latihan.

DMT2 disebabkan oleh kurang berfungsinya kelenjar pankreas dalam menghasilkan insulin. Kelenjar pankreas juga memproduksi glukosa sebagai makanan darah dan juga insulin yang berfungsi mengatur keseimbangan kadar gula yang masuk ke dalam darah. Secara medis penanganan DM adalah dengan pemberian minum OHO atau suntik insulin, yang pada dasarnya tidak menormalkan kembali pankreas sebagai penghasil insulin (Joyce & Hawks, 2005). Relaksasi autogenik dapat membantu keseimbangan dengan memperbaiki keseimbangan antara organ tubuh dan sirkulasi tubuh. Hal ini dicapai dengan mengendorkan pembuluh darah sehingga aliran darah ke pankreas akan lancar. Perbaikan sirkulasi darah dimaksudkan untuk membawa unsur-unsur yang dibutuhkan untuk memperbaiki dan membuat keseimbangan dengan lingkungan. Relaksasi autogenik menurut Greenberg (2002) akan mampu :

1) Menstimulasi kelenjar adrenal, paru-paru, pankreas dan hati untuk dapat membantu menjaga glukosa darah dalam batas normal.

2) Menstimulasi sistem saraf parasimpatis yang membuat otak memerintahkan pengaturan rennin angiotensin pada ginjal sehingga ginjal membantu menjaga tekanan darah

3) Menjaga organ-organ yang terluka , artinya dengan relaksasi autogenik yang teratur maka akan menjaga pasien dari situasi-situasi yang cepat berubah sehingga stresor terkurangi dan relaksasi terjadi

4) Relaksasi akan mengurangi stres dan tekanan, dimana hal ini disebabkan oleh banyaknya masalah.