• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh relaksasi autogenik terhadap kadar glukosa darah

HASIL PENELITIAN

4.2 Analisis Bivariat

5.1.1 Pengaruh relaksasi autogenik terhadap kadar glukosa darah

Hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe 2 yang diberi latihan relaksasi autogenik selama 3 hari dengan frekuensi latihan dua kali sehari selama 15 menit memperlihatkan adanya perbedaan bermakna nilai KGD sebelum dan setelah relaksasi autogenik. Adanya perbedaan tersebut tampak pada nilai mean yang berbeda antara KGD sebelum dan setelah relaksasi autogenik. Peneliti menganalisa bahwa perbedaan nilai KGD tersebut dapat terjadi karena pada kelompok intervensi dilakukan relaksasi autogenik. Ditemukan juga perbedaan yang bermakna selisih mean KGD antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Perbedaan yang bermakna KGD sebelum dan setelah relaksasi autogenik pada kelompok intervensi sudah ada sejak relaksasi autogenik yang pertama dan terus memberikan pengaruh terhadap penurunan hingga relaksasi yang ke enam,

sedangkan pada kelompok kontrol, perbedaan mean juga di jumpai tetapi tidak terlalu besar.

Relaksasi autogenik merupakan salah satu bentuk mind body therapy sebagai salah satu klasifikasi dari CAM (Snyder & Lindquist, 2002), dimana mind body therapy menggunakan keyakinan bahwa pikiran mempengaruhi tubuh melalui konsep self healing (DiNardo, 2009). Peneliti berasumsi bahwa pembuktian manfaat relaksasi autogenik ini dapat menyakinkan kembali aplikasi konsep lama tentang hubungan pikiran dengan respon tubuh dalam dunia keperawatan yang dituliskan oleh Florence Nightingale tahun 1859 dalam bukunya Notes on Nursing menjadi suatu keyakinan baru dalam asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit endokrin. Relaksasi autogenik ini bekerja melalui interaksi respon fisiologis dan psikologis. Relaksasi ini menurunkan level hormon kortisol (Kiran et al, 2005).

Greenberg (2002) menuliskan bahwa relaksasi autogenik akan memberikan efek setelah dilakukan 3 kali dimana setiap sesinya dilakukan selama 15-20 menit. Salah satu keuntungan dari relaksasi autogenik ini adalah bahwa relakasasi ini dapat dilakukan sendiri oleh klien setelah satu kali diajarkan terapis. Selain itu, relaksasi autogenik memberikan efek positif jika dilakukan pada klien DM tipe 2 (Kanji, White & Erns, 2004). Sesuai dengan 35 hasil penelitian dengan randomized control trial dalam penelitian terkait terapis psikologis dengan mengevaluasi pre dan post intervensi, menemukan bahwa relaksasi autogenik memiliki efek samping yang paling minimal dibandingkan terapi psikologis lainnya (Kanji, White & Ernst, 2004).

Lebih dari 3000 ahli menyatakan keefektifan relaksasi outogenik. Selain berguna untuk menurunkan tekanan darah dan kadar gula darah, relaksasi ini juga bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan yang berhubungan dengan kualitas hidup, meningkatkan kualitas sosial, menurunkan nyeri, mengurangi depresi, meningkatkan parameter tidur, memperbaiki suasana hati, penurunan (denyut nadi, kecepatan pernafasan dan suhu tubuh), meningkatkan kebugaran jantung dan pernafasan, menurunkan sakit kepala, insomnia, irritable bowel syndrome. Individu yang telah mempraktikkan relaksasi outogenik setiap hari secara teratur yaitu sehari sekali selama 15-20 menit melaporkan kondisi kesehatan yang lebih baik dan kondisi emosional yang lebih seimbang, kemampuan koping yang lebih baik, meningkatnya kualitas tidur dan menurunnya level kecemasan (Saunders, 2006; Kanji, et al., 2006).

Neuroendokrin berespon terhadap relaksasi autogenik dengan meregulasi hormone kortisol dan hormone stres lainnya. Hal ini dikarenakan stres fisik dan stres emosional mengaktifkan sistem neuroendokrin dan sistem siaraf simpatis melalui Hipotalamus-pituitari-adrenal (Dinardo, 2009). Stres dinyatakan berhubungan erat dengan hiperglikemia pada DM tipe 2, sehingga melalui mekanisme reduksi stres relaksasi autogenik memberikan manfaat sebagai intervensi keperawatan pada klien DM tipe 2 (Agardh, et al, 2003).

Relaksasi Autogenik merupakan salah satu bentuk mind body therapy (terapi pikiran dan otot-otot tubuh) dalam terapi komplementer. Bown (1997) dalam Snyder & Lindquist (2002) menyebutkan bahwa respon stres merupakan bagian dari jalur umpan balik yang tertutup antara otot-otot dan pikiran. Penilaian

stresor mengakibatkan ketegangan otot yang mengirimkan stimulus ke otak dan membuat jalur umpan balik. Relaksasi autogenik akan menghambat jalur tersebut dengan cara mengaktivasi kerja saraf parasimpatis dan memanipulasi hipotalamus melalui pemusatan pikiran untuk mempercepat sikap positif sehingga rangsangan stres terhadap hipotalamus berkurang.

Temuan penelitian ini sejalan dengan temuan Jablon et al (2007) bahwa latihan relaksasi yang dilakukan pada pasien DM rawat jalan memberikan hasil terjadinya penurunan kadar glukosa darah puasa HbA1C dan penurunan kecemasan. Perbedaannya dengan penelitian ini, pada penelitian tersebut menggunakan terapi relaksasi outogenik yang di kombinasikan dengan biofeedback, dilakukan seminggu sekali dalam tiga minggu (Joblon, et al, 2007). Penelitian ini menemukan bahwa pada kelompok intervensi ada perbedaan bermakna KGD sebelum dan setelah dilakukan relaksasi outogenik. Sesuai pernyataan McGinnis, et al (2005) penurunan yang signifikan terhadap rata-rata KGD dan HbA1c jika dibandingkan dengan kelompok kontrol karena relaksasi outogenik mempengaruhi hipotalamus untuk menurunkan produksi kortikostreroid sehingga menurunkan aktifitas glukoneogenesis.

Temuan bahwa relaksasi ini memiliki pengaruh untuk menurunkan KGD, maka relaksasi ini sangat bermanfaat jika diterapkan dalam setting keperawatan medikal bedah khususnya sistem endokrin. Relaksasi outogenik ini disebut pula relaksasi psikofisiologi yang telah terbukti melalui beberapa penelitian akan mempengaruhi cara berpikir dan proses tubuh. Relaksasi ini dapat pula dilakukan pada klien rawat jalan karena dapat dilakukan sesuai waktu senggang klien.

Beberapa penelitian mengungkapkan manfaat relaksasi outogenik ini antara lain menurunkan stres fisiologis, meningkatkan konsentrasi, meningkatkan kualitas tidur, menurunkan depresi dan cemas, meningkatkan penerimaan terhadap perubahan status kesehatan (Bowden, et al, 2012).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Dunning (2003) bahwa CAM memberikan manfaat pada klien DM diantaranya penerimaan terhadap kondisi DM saat ini, menurunkan stres dan depresi, mengembangkan strategi untuk mencegah stres berkelanjutan, meningkatkan keterlibatan klien dalam proses kesembuhan, meningkatkan produksi insulin dan menurunkan resistensi insulin sehingga hipertensi pada DM dapat tertangani, mengurangi mual dan nyeri pada ulkus, menjaga integritas kulit dan meningkatkan pengetahuan bagi klien dan keluarga. Keuntungan CAM secara spesifik bagi klien DM juga dikemukakan oleh Riyadi dan Sukarmin (2008) yaitu menurunkan kadar glukosa darah. Meningkatkan kontrol metabolik, mencegah neuropati perifer, menurunkan kadar kotekolamin dan aktifitas otonom.

Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan relaksasi autogenik, penting memperhatikan sikap konsentrasi pasif, yaitu alami respon fisik, mental dan emosi apapun yang dimiliki tanpa mengharapkan. Konsentrasi bukan berarti membuat jarak atau pergi tidur, tetapi tetap sadar akan pengalaman tanpa menganalisa. Sikap sederhana ini dibedakan dengan konsentrasi aktif yang diperlukan untuk aspek tertentu. Konsentrasi pasif pada awalnya tidak akan dapat dipertahankan dan pikiran akan menyimpang (Davis, et al. 2005). Peneliti sudah berusaha

memberitahukan kepada responden bahwa jika hal itu terjadi, sesegera mungkin kembali pada rumusan ucapan.

Cara menciptakan stimulus eksternal seminimal mungkin adalah dengan memilih ruangan yang sunyi dimana tidak ada yang mengggangu serta menjaga suhu ruangan yang hangat, memakai baju longgar dan memejamkan mata (Davis, et al. 2005). Pada praktiknya di bangsal pada penelitian ini, stimulus tersebut diminimalkan dengan memejamkan mata dan memakai baju longgar.

Adanya perbedaan KGD sebelum dan sesudah relaksasi autogenik sesuai dengan asumsi peneliti. Dimana jika dilakukan relaksasi autogenik maka diharapkan perbedaan KGD mengarah ke angka normal karena terjadi perbaikan pengaturan KGD melaui perbaikan sirkulasi sehingga hormon-hormon termasuk insulin dapat terdistribusi dengan baik ke seluruh tubuh, tetapi jika tidak melakukan relaksasi autogenik maka KGD bisa turun, tetap atau bahkan naik dari angka semula cenderung untuk tidak stabil. Hasil temuan adanya pengaruh relaksasi autogenik terhadap KGD pada hari kedua ini dapat mendukung peryataan Ernst, et,al (2007) bahwa relaksasi auotugenik dapat diterapkan diklinik untuk meningkatkan keterlibatan atau partisipasi klien dalam proses kesembuhan mereka.

Menurut Crisp dan Taylor (2006), individu memiliki sifat yang multidimensi. Respon individu dalam mengatasi masalah berbeda-beda. Tampak pada penelitian ini, dengan perlakuan yang sama dalam relaksasi autogenik ternyata rentang penurunan KGD berbeda-beda pada kelompok intervensi. Responden pada penelitian ini melaporkan bahwa mereka merasakan hangat di

sekujur tubuh setelah dilakukan relaksasi autogenik, seperti ada aliran listrik dan perasaan geli, tetapi ada pula responden yang tidak merasakan sensasi apapun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Saunders (2007). Sensasi yang umumnya dirasakan adalah perasaan panas, hangat, dingin, berdenyut, terasa berat atau tidak merasakan sensasi apa-apa. Menurut Davis, et al (2005) sensasi tersebut merupakan gejala awal autogenik yang dianggap normal tetapi menggangu, terdiri dari perubahan berat badan, suhu tubuh, geli, gerakan otomatis, kekakuan, ansietas, sakit kepala atau halusinasi. Namun, semua keadaan tersebut hanyalah peralihan, bukan tujuan relaksasi autogenik (Davis, et al, 1995).

Kesimpulan akhir adalah adanya perbedaan KGD sebelum dan setelah relaksasi autogenik pada kelompok intervensi. Hasil tersebut membuktikan hipotesa penelitian yang menyatakan ada pengaruh relaksasi auotogenik terhadap KGD pada klien DM tipe 2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa relaksasi autogenik dapat menurunkan KGD melalui mekanisme reduksi aktivasi hormon-hormon stres.

5.1.2 Hubungan kadar glukosa setelah relaksasi autogenik dengan variabel