• Tidak ada hasil yang ditemukan

73 Laporan Kinerja (Lkj) DITJEN MINERBA 2014

Dalam dokumen Lakin 2014 (Halaman 65-148)

e.

Perlu kerjasama dan konstribusi semua pihak sehingga tercipta Indonesia ferro center.

f.

Beberapa pihak siap membantu pelaku usaha yang berencana membangun fasilitas pemurnian komoditas besi, antara lain:

1) Beberapa penelitian untuk dijadikan suatu pilihan oleh pelaku usaha melakukan peningkatan nilai tambah komoditas besi sedang dikembangkan oleh Puslitbang Tekmira, KESDM antara lain: pig iron nuget (PIN), sponge iron dengan metoda horizontal furnace (70 ribu ton/tahun);

2) PT Rekayasa Industri (PT Rekin) memiliki pengalaman dalam pembangunan feronikel project PT Antam di Pomalaa, pembangunan coal power plant, geothermal power plant, dll. PT Rekin dapat membatu dalam hal EPCC (engineering, procurement, conctruction & comissioning, konsultasi, construction dan comissioning, service engineering (basic engineering, design engineering, 3D modeling design).

g. Menghadapi tantangan peningkatan nilai tambah mineral di dalam negeri, Pihak perbankan (Bank Indonesia, Bank Mandiri, dan BRI) mempunyai program untuk membantu pelaku usaha yang berencana membangun fasilitas pemurnian komoditas besi. Diharapkan para pelaku usaha untuk bekerjasama dengan pihak perbankan untuk memenuhi persyaratan yang ada di perbankan, meliputi supply energi, infrastuktur, buyer, penyedia bahan baku sehingga pihak perbankan yakin untuk membantu para pelaku usaha yang berencana mendirikan smelter dengan resiko-resiko yang akan dihadapi.

h. Perlu diadakan pembahasan lebih lanjut terkait tindakan pemerintah dan perbankan untuk menunjang hilirisasi mineral termasuk memberi insentif bagi smelter yang telah selesai dibangun dan telah beroperasi seperti ditunjukkan pada Gambar 3.28.

i. Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Minahasa Utara dan Kabupaten Sangihe akan mendukung program

peningkatan nilai tambah, memberikan kesempatan sebesar besarnya kepada investor untuk mengembangkan potensi mineral yang ada, dan akan memberikan kemudahan pemberian izin bagi para investor sehingga dapat memberikan kesejahteraan bagi rakyat. j. Prospek besi di Indonesia yang bertipe banded

iron formation yang ada di Kabupaten Tanggamus, Subulus Salam, dan Sanggau yang punya potensi besar untuk dikembangkan seperti yang ada di Afrika.

Adapun yang menjadi hambatan dan permasalahan diantaranya:

a. Pelaksanaan pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian menghadapi berbagai kendala, diantaranya:

1) Perizinan (tumpang tindih kewenagan Izin Usaha, Izin Lokasi dan Izin Lingkungan); 2) Pembebasan Lahan;

3) Suplai Energi.

b. Dengan diberlakukannya UU 4 Tahun 2009, PP 1/2014 dan Permen ESDM 1/2014, sejak 12 Januari 2014 bijih/ore tidak dapat dijual ke luar negeri. Hal tersebut berdampak pada Perbankan lokal mengurungkan niat untuk memberikan pinjaman atas proyek pembangunan fasilitas pemurnian. Sebagian besar investasi yang telah direalisasikan merupakan pinjaman dari bank asing melalui direct foreign investment;

c. Produk pemurnian mineral logam yang telah memenuhi batasan minimum Permen ESDM Nomor 1/2014 sebagai bahan baku industri hilir logam akan semakin meningkat produksinya setiap tahun, namun tidak dibarengi dengan kesiapan industri hilir logam di dalam negeri.

d. Pembangunan industri berbasis mineral tidak boleh berhenti di industri dasar pertambangan (ekstraksi) harus dilanjutkan dan difokuskan pada industri hilirnya yang memanfaatkan logam sebagai bahan bakunya. Saat ini masih ego-sektoral antara KESDM dan Kemenperin tentang aspek kewenangan seharusnya

Rencana Kinerja Pendahuluan

Ringkasan Eksekutif

Laporan Kinerja (Lkj) DITJEN MINERBA 2014 74

diciptakan sinergi Pertambangan dan perindustrian untuk percepatan smelter dalam negeri.

Beberapa terobosan strategis yang dapat dilakukan ke depan sehubungan dengan kebijakan hilirisasi minerba adalah:

a. Pengembangan sumber daya mineral diutamakan dekat dengan sumber daya. Industri berbasis nikel di Sulawesi tanggara dan tengah, dan Maluku Utara. Alumina di Kalbar dan Kalteng, sementara untuk industri berbasis besi dapat tersebar. Sedangkan untuk tembaga yang membutuhkan energi besar dalam jangka pendek sebaiknya di Kalimantan, Sulawesi atau Jawa

b. Pemerintah perlu secara serius memberikan fasilitasi dan mempercepat pembangunan infrastruktur. Kemudahan diberikan manakala pelaku usaha yang membangun pembangkit listrik, pelabuhan dan prasarana transportasi lainnya.

c. Pemerintah perlu segera menyiapkan road map industri strategis nasional sebagai basis di dalam mengelola sumber daya energi dan mineral

d. Mempertimbangkan perkembangan nasional maupun internasional, maka pengelolaan pertambangan mineral dan batubara perlu dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh instansi terkait agar kita bisa menjadi bangsa yang mandiri, andal, transparan, berdaya saing, efisien, dan berwawasan lingkungan, guna menjamin pembangunan nasional secara berkelanjutan.

3.2.6 Capaian Sasaran Terwujudnya Pemberdayaan Nasional (Sasaran 6) 3.2.6.1 Realisasi Capaian Sasaran

Sasaran strategis Terwujudnya Pemberdayaan Nasional, capaian realisasinya didukung oleh 2 (dua) indikator kinerja yaitu Persentase pemanfaatan barang dalam negeri untuk pengembangan sub sektor mineral dan batubara dan Persentase penggunaan tenaga kerja nasional di sub sektor mineral dan batubara. Indikator kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya di Tahun 2014 diuraikan dalam Tabel 3.14.

Sampai dengan akhir Desember 2014, indikator Persentase pemanfaatan barang dalam negeri untuk pengembangan sub sektor mineral dan batubara realisasi pencapaiannya sebesar 76,7% atau 125,73% dari target 61%. Indikator kinerja lainnya untuk mencapai sasaran srategis Terwujudnya pemberdayaan nasional adalah Persentase penggunaan tenaga kerja nasional di sub sektor mineral dan batubara. Sampai dengan akhir Desember 2014, realisasi pencapaiannya sejumlah 98,85% atau 100,87% dari target 98%. 3.2.6.2 Evaluasi Realisasi Capaian Sasaran Peraturan penanaman modal asing masing-masing negara pada dasarnya berisi ketentuan tentang persyaratan-persyaratan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh investor asing, seperti kewajiban kandungan lokal (local content requirement), kewajiban menggunakan komponen tertentu buatan dalam negeri, kewajiban alih teknologi (technology transfer requirement), kebijakan keseimbangan perdagangan (trade balancing policy), pembatasan bidang usaha,

Tabel 3.14 Pengukuran Kinerja Sasaran 6

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi %

Terwujudnya pemberdayaan nasional

Persentase pemanfaatan barang dalam negeri untuk pengembangan sub sektor

mineral dan batubara % 61 76,7 125,73

Persentase penggunaan tenaga kerja nasional di sub sektor mineral dan

batubara % 98 98,85 100,87

Akuntabilitas Kinerja Penutup Lampiran

pemilikan saham, penggunaan tenaga kerja asing, dan lain sebagainya.

Dasar hukum dalam pelaksanaan prioritas penggunaan produksi dalam negeri, beberapa aturan tersebut, yaitu:

1. Undang-Undang No. 4 tahun 2009, Pasal 106:

“Pemegang IUP dan IUPK harus

mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja setempat, barang, dan jasa dalam negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.” (Begitu juga dengan pembangunan smelter harus mengutamakan produksi dalam negeri).

2. Kontrak Karya, Pasal 24 tentang Promosi Kepentingan Nasional

“Kontraktor harus

menggunakan tenaga kerja Indonesia, jasa-jasa dan bahan-bahan mentah yang dihasilkan dari sumber Indonesia dan

produk-produk yang dibuat di Indonesia sepanjang jasa-jasa dan produk-produk tersebut tersedia dalam waktu, harga, dan dasar mutu yang bersaing, dengan ketentuan, bahwa dalam membandingkan harga barang-barang yang diproduksi atau dihasilkan di Indonesia dengan harga barang-barang yang diimpor harus ditambahkan premi (maksimum dua belas setengah persen) dan biaya-biaya lain (tidak termasuk PPN) yang timbul sampai saat barang-barang yang diimpor tiba di Indonesia.”

3. Renegosiasi Kontrak

Kewajiban penggunaan tenaga kerja, barang, dan jasa pertambangan dalam negeri adalah salah satu isu strategis dalam renegosiasi kontrak.

Penggunaan produksi dalam negeri untuk menggantikan barang impor tidak bisa dilakukan sekaligus, namun perlu dilakukan upaya terus-menerus sejak sekarang agar target pencapaian kandungan lokal secara maksimum dapat dicapai.

Untuk menghasilkan produk yang tidak kalah bersaing baik dalam segi kompetensi, mutu, harga dan jangka waktu penyerahan barang/peralatan, maka dapat mengikuti perkembangan kemajuan teknologi di bidang pertambangan.

Kewajiban penggunaan barang dan jasa dalam negeri adalah untuk menekan biaya produksi dan menumbuhkan ekonomi lokal, sehingga diharapkan industri pertambangan akan lebih banyak dapat menampung banyak tenaga kerja. Pembelian barang modal perusahaan Kontrak Karya (KK) dan PKP2B periode 5 (lima) tahunan (2010-2014) yang terdiri atas impor dan domestik, realisasinya seperti ditunjukkan pada Tabel 3.15.

Jika dilihat prosentase perbandingan antara domestik dan import maka Pencapaian kinerja Tahun 2014 mengenai Persentase pemanfaatan barang dalam negeri untuk pengembangan sub sektor mineral dan batubara telah melampaui target sebesar 76,7% dari target local content sebesar 61%. Adapun statistik realisasi pemanfaatan barang dan jasa dalam negeri di sub sektor mineral dan batubara periode lima tahunan 2010-2014 menunjukkan tren positif rata-rata tumbuh 10%/tahun, dan pertumbuhan barang dan jasa yang berasal dari impor mengalami penurunan selama kurun waktu lima tahun terakhir sebesar 14,5%/tahun seperti ditunjukkan pada Gambar 3.29.

Dorongan untuk menggunakan produksi dalam negeri ini sebenarnya juga telah tercantum di dalam kontrak baik itu batubara maupun mineral; dimana dalam kontrak disebutkan bahwa sepanjang kualitas, harga dan waktu pengiriman dapat bersaing, maka perusahaan wajib untuk membeli dan menggunakan produk dalam negeri. Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pengusaha nasional, melalui peningkatan

Tabel 3.15 Realisasi Masterlist KK dan PKP24 Periode Tahun 2010-2014

Rencana Kinerja Pendahuluan

Ringkasan Eksekutif

Laporan Kinerja (Lkj) DITJEN MINERBA 2014 76

penggunaan produksi nasional sehingga akan membuat tumbuhnya industri nasional yang kuat di dalam negeri. Selain itu, dengan kokohnya industri pada sektor ini akan memacu tumbuhnya industri pada sektor lain.

Berdasarkan hal tersebut, ini menunjukkan sinyal yang positif bahwa penggunaan barang dan jasa yang digunakan di sub sektor pertambangan umum telah menggunakan barang dalam negeri (local content) sehingga sasaran strategis untuk terwujudnya pemberdayaan nasional dapat tercapai melalui peran barang dan jasa tesebut. Selain itu, hal ini menunjukkan bahwa sub sektor pertambangan umum telah berorientasi pada berorientasi pada pro growth, pro poor dan pro job. Ditjen Minerba senantiasa menghimbau agar instansi terkait yang membawahi langsung pembinaan industri produksi dalam negeri dapat menjalin kerjasama yang baik dalam upaya peningkatan volume dan jenis produksi dalam negeri yang dipasok kedalam industri pertambangan di Indonesia. Pembelian barang dari dalam negeri ini diharapkan akan membentuk dan meningkatkan sentra industri yang dalam perkembangannya akan menumbuhkan kantong-kantong perekonomian di daerah, dalam rangka mewujudkan hal tersebut perlu pengertian dan kesadaran dari para pengusaha pertambangan untuk mengumumkan daftar barang atau jasa yang diperlukan, serta memberikan kesempatan uji coba kepada produsen barang dalam negeri.

Beberapa upaya strategis yang telah dilakukan oleh Ditjen Mineral dan Batubara sepanjang Tahun 2014 dan memiliki daya ungkit dalam mendukung pencapaian sasaran Terwujudnya pemberdayaan nasional khususnya indikator prosentase pemanfaatan barang dalam negeri untuk pengembangan sub sektor mineral dan batubara diantaranya:

1. Ditjen Mineral dan Batubara untuk Tahun 2014 telah melakukan evaluasi pada penggunaan barang dan jasa dalam negeri dengan melakukan evaluasi ke perusahaan pertambangan. Evaluasi ini bertujuan untuk mensubstitusi produk impor sehingga meningkatkan persentase penggunaan barang dan jasa dalam negeri dan untuk optimalisasi dan peningkatan pemanfaatan barang dan jasa dari impor ke domestik. Beberapa perusahaan yang dilakukan evaluasi, antara lain PT Jorong Barutama Greston, PT Indominco Mandiri dan PT Insani Bara Perkasa. Ditjen Minerba melalui Direktorat Pembinaan dan Pengusahaan Batubara dalam rangka mendukung peningkatan penggunaan produksi dalam negeri telah melakukan beberapa hal seperti evaluasi ke perusahaan PKP2B, evaluasi ke produsen dalam negeri pendukung usaha pertambangan.

2. Fasilitasi pertemuan antara KK/PKP2B dengan produsen dalam negeri pendukung usaha pertambangan khususnya produsen safety equipment, ban, belt conveyor, minyak pelumas dan bahan peledak. Diharapkan dalam kegiatan tersebut di atas, dapat meningkatkan pemakaian produksi dalam negeri di sektor pertambangan batubara, mengalihkan pemakaian barang/ peralatan impor menjadi produk dalam negeri, sarana pertemuan secara langsung antara produsen barang dalam negeri dan pelaku usaha pertambangan, serta sarana bagi Pemerintah menyampaikan kebijakan tentang pertambangan mineral dan batubara. Contoh produk-produk lokal yang telah digunakan perusahaan pertambangan seperti ditunjukkan pada Gambar 3.30

3. Mendorong perusahaan KK untuk terus meningkatkan produksi dalam negeri karena perusahaan pertambangan mineral sebagai

Gambar 3.29 Prosentase Pemakaian Barang Dan Jasa Dalam Negeri Tahun 2010-2014

Akuntabilitas Kinerja Penutup Lampiran

“primemover” dalam pembangunan wilayah dan masyarakat sekitar tambang, akan sangat menentukan berkembangnya produsen dalam negeri pendukung kegiatan pertambangan; 4. Mendorong produsen dalam negeri untuk dapat

meningkatkan sisi kualitas, pasokan dan harga sehingga dapat bersaing dengan perusahaan impor;

5. Mendorong perusahaan KK untuk dapat membantu produsen dalam negeri dengan memberikan informasi terkait dengan prosedur, term dan kondisi pengadaan produk dalam negeri;

6. Penggunaan Produk Dalam Negeri pada perusahaan pertambangan mineral dioptimalkan dengan mempertimbangkan kualitas, kontinyuitas, dan harganya;

7. Kebutuhan barang modal perusahaan pertambangan sangat beragam dari inti hingga pendukung, kesempatan ini harus dimanfaatkan;

8. Pemerintah terus melakukan evaluasi terhadap penggunaan peralatan barang modal, baik itu dilakukan melalui Rencana Kerja Anggaran dan Biaya (RKAB) maupun evaluasi per triwulan, sehingga pemerintah terus mengontrol penggunaan produksi dalam negeri. Selain itu juga saat ini sedang dilakukan penyusunan Rancangan Peraturan Menteri ESDM mengenai pengadaan barang-barang.

Dapat dikatakan bahwa peningkatan penggunaan produksi nasional akan mendorong tumbuhnya industri nasional yang kuat. Pada gilirannya, kokohnya industri pada sektor ini akan memacu terjadinya multiplier effect terhadap kekuatan industri pada sektor lain. Pengelolaan pertambangan mineral dan batubara perlu dilakukan secara terintegrasi hulu-hilir, mandiri, berdaya saing, efisien, dan berwawasan lingkungan, guna menjamin pembangunan nasional secara berkelanjutan. Dalam hal berdaya saing, maka perlunya produsen dalam negeri untuk memberikan kontribusi yang lebih dalam pemakaian produk pertambangan. Oleh karena itu penggunaan produksi dalam negeri wajib untuk diperhatikan dan diberikan kesempatan untuk berkembang.

Beberapa hambatan yang telah diidentifikasi oleh DJMB pada Tahun 2014 dalam rangka peningkatan pembelian dalam Negeri diantaranya:

1. Ketidaktersediaan barang di dalam negeri; 2. Produk dengan spesifikasi tertentu belum

tersedia di dalam negeri;

3. Kualitas barang tidak sesuai dengan kebutuhan produksi;

4. Waktu pengiriman yang lama karena Supplier di Indonesia juga membeli barang dari luar negeri; 5. Harga yang lebih mahal jika pembelian

dilakukan di dalam negeri;

6. Belum tersedianya pabrik barang/peralatan di Indonesia. Sehingga dibutuhkan investasi yang besar jika Supplier membangun pabrik di Indonesia.

Sasaran strategis Terwujudnya Pemberdayaan

Gambar 3.30 Mining Equipment Produk Lokal

Rencana Kinerja Pendahuluan

Ringkasan Eksekutif

Laporan Kinerja (Lkj) DITJEN MINERBA 2014 78

Nasional juga dicapai melalui Persentase penggunaan tenaga kerja nasional di sub sektor pertambangan umum (mineral dan batubara). Perusahaan KK, PKP2B dan IUP dalam menggerakkan roda operasional perusahaannya perlu untuk memiliki tenaga kerja yang memiliki kompetensi. Tenaga kerja tersebut berasal dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan Tenaga Kerja Asing (TKA). Tentunya dalam hal tenaga kerja asing diwajibkan untuk menyampaikan permohonan kebutuhan tenaga kerja asing di perusahaan KK, PKP2B dan IUP serta Perusahaan Jasa Pertambangan (IUJP).

Pada tahun 2014, persentase jumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) sebesar 98,85% atau 98,85% dan telah melampaui target 100,87%. Capaian persentase ini dengan asumsi dasar terhadap perusahaan-perusahaan yang masih dalam rentang kendali (span of control) dan izinnya diterbitkan oleh DJMB. Hal ini dimungkinkan karena Ditjen Minerba selalu melakukan evaluasi penggunaan TKA pada perusahaan mineral dan batubara sehingga penggunaan TKA di setiap perusahaan pertambangan (KK,PKP2B dan IUP) dapat terkontrol dan TKI tetap memegang peranan penting pada setiap pucuk manajemen perusahaan. Dalam menggunakan TKA pada perusahaan, perlu mendapat rekomendasi penggunaan TKA dari Ditjen Mineral dan Batubara. Kalau merujuk pada statistik Jumlah Penggunaan TKI dan TKA di Perusahaan Pertambangan khusus KK, PKP2B dan Usaha Jasa Pertambangan (orang) periode 2010-2014 menunjukkan trend positif seperti pada Tabel 3.14.

Perusahaan harus mengadakan suatu rencana pelatihan untuk Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Indonesia, wajib memperkenalkan hukum dan adat-istiadat Indonesia kepada Tenaga Kerja Asing (TKA) dan sub kontraktornya. Perusahaan dan sub kontraktor yg terdaftar dapat memasukkan

ke Indonesia TKA untuk melaksanakan kegiatannya dengan efisien (disertai keterangan pendidikan, pengalaman dan kualifikasi lainnya). Perusahaan akan menyerahkan kepada pemerintah rencana keperluan Tenaga Kerja (TK), laporan TK, program penggantian TKA oleh TKI dan laporan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bagi TKI. Perusahaan akan menyerahkan kepada pemerintah rencana keperluan TK, laporan penggunaan TK, program penggantian TKA oleh TKI dan laporan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bagi TKI.

Upaya yang telah dilakukan oleh Ditjen Mineral dan Batubara sepanjang Tahun 2014 untuk mendukung pencapaian sasaran Terwujudnya pemberdayaan nasional, khususnya indikator Persentase penggunaan tenaga kerja nasional di sub sektor mineral dan batubara adalah:

a. Pengawasan Pengunaan Tenaga Kerja Asing; Di beberapa perusahaan pertambangan sering sekali penggunaan tenaga kerja pertambangan tidak dilakukan pengawasan, sehinga banyak sekali di lapangan ditemukan bahwa TKA asing yang dipekerjakan di perusahaan pertambangan belum mendapatkan izin secara resmi dari Kementerian ESDM selaku otoritas pemberi izin dan rekomendasi penggunaan tenaga kerja asing, oleh sebab itu program ini bertujuan untuk memberikan pembinaan dan pengawas kepada pemegang perusahaan pertambangan dalam rangka tertib dalam melaksanakan PP No 23 tahun 2010 sebagai yang disebutkan bahwa setiap Pemegang IUP/ KK harus mendapatkan terlebih dahulu rekomendasi dari Menteri ESDM.

b. Evaluasi Rekomendasi Tenaga Kerja Asing Sub Sektor Mineral dan Batubara

Ditjen Minerba senantiasa melakukan evaluasi yang lebih ketat terhadap permohonan RPTKA yang diajukan oleh KK/PKP2B/IUP dengan meningkatkan kepatuhan akan “negative list” pada jabatan-jabatan tertentu yang tidak boleh di jabat oleh TKA. Menekankan agar program “Indonesiasi”/pendampingan TKI menjadi persyaratan pokok dalam perpanjangan rekomendasi TKA.

Tabel 3.16 Perbandingan TKI dan TKA di KK dan PKP2B dan Usaha Jasa (Orang)

Akuntabilitas Kinerja Penutup Lampiran

3.2.7 Capaian Sasaran Terwujudnya Penyerapan Tenaga Kerja (Sasaran 7)

3.2.7.1 Realisasi Capaian Sasaran

Sasaran strategis Terwujudnya Penyerapan Tenaga Kerja, capaian realisasinya didukung oleh 1 (satu) indikator kinerja yaitu Jumlah tenaga kerja sub sektor mineral dan batubara. Indikator kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya di Tahun 2014 diuraikan dalam Tabel 3.16

Sampai dengan akhir Desember 2014, indikator Jumlah tenaga kerja sub sektor mineral dan batubara dengan menghitung semua tenaga kerja pada perusahaan pertambangan yang izinnya oleh DJMB (KK, PKP2B, Usaha Jasa Pertambangan) serta oleh Gubernur/Bupati/Walikota (IUP Mineral/ IUP Batubara) realisasinya sejumlah 614.651 orang atau pencapaiannya 82,82% masih dibawah target 742.134 orang.

3.2.7.2 Evaluasi Realisasi Capaian Sasaran Pembangunan industri pertambangan Indonesia dengan memperhatikan sisi pro job terlihat pada keberhasilan pencapaian ini. Sasaran ini sebagai multiplier effect dari industri

pertambangan. Dengan memperhatikan sisi pro job ini secara langsung mengurang angka pengangguran di Indonesia sekaligus mengurangi kemiskinan di Indonesia.

Pencapaian kinerja Tahun 2014 mengenai Jumlah tenaga kerja sub sektor mineral dan batubara sangat menggembirakan sejumlah 614.651 orang atau capaiannya

sebesar 82,82%, masih di bawah target sejumlah 742.134 orang. Tidak tercapainya target tersebut karena untuk komoditas mineral masih diberlakukan kebijakan pembatasan ekspor dengan terbitnya Permen ESDM No 1 Tahun 2014,

sehingga menyebabkan beberapa perusahaan pertambangan membatasi jumlah produksi yang sudah direncanakan dan terbatasnya ekspor raw mineral, dipengaruhi oleh turunnya harga mineral Cu dan Ag di pasaran internasional akibat over supply sehingga menyebabkan permintaan dan pasokan negara seperti China, Spanyol dan Jepang menurun, adanya krisis global yang melanda sejumlah negara Eropa.

Untuk komoditas batubara hingga saat ini harga

jual masih tertekan, berkurangnya permintaan di pasar global di satu sisi ditambah lagi belum ada instrumen pembatasan ekspor batubara sehingga terjadi over supply. Banyak perusahaan terpaksa merumahkan sejumlah karyawan untuk menekan biaya agar tetap survival. Namun demikian jika dilihat dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ini 2010-2014, tingkat pertumbuhan angka jumlah tenaga kerja yang terserap di sub sektor mineral dan batubara cukup menggembirakan ditengah melambatnya perekonomian global, dengan tetap mencatatkan angka rata-rata 37,4%/tahun dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 seperti ditunjukkan pada Tabel 3.18 di atas dan Gambar 3.31.

Hal ini menunjukkan bahwa Industri pertambangan pada hakikatnya merupakan industri yang menunjang pertumbuhan ekonomi. Oleh Karena itu industri pertambangan diharapkan dapat meningkatkan angka tenaga kerja.

Tabel 3.17Pengukuran Kinerja Sasaran 7

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi %

Terwujudnya penyerapan tenaga kerja

Jumlah tenaga kerja sub sektor

mineral dan batubara

Orang 742.134 614.651 82,82%

Tabel 3.18 Jumlah Tenaga Kerja Yang Terserap Pada Perusahaan Pertambangan (KK,PKP2B, IUP, IUJP, SKT) Tahun 2014

Rencana Kinerja Pendahuluan

Ringkasan Eksekutif

Laporan Kinerja (Lkj) DITJEN MINERBA 2014 80

Beberapa upaya yang telah dilakukan oleh Ditjen Minerba sepanjang Tahun 2014 untuk mendukung pencapaian sasaran Terwujudnya penyerapan Tenaga Kerja, diantaranya:

a. Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara menginisiasi diselenggarakannya pelatihan untuk meningkatkan kompetensi TKI dalam rangka transfer knowledge dan keterampilan di beberapa perusahaan seperti PT Newmont Nusa Tenggara, PT Nusa Halmahera Mineral, PT Freeport Indonesia, PT Agincourt Resources

yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kompetensi (capacity building) yang harus dimiliki oleh pekerja pada perusahaan pertambangan, disamping itu perlunya menyelaraskan tentang penggunaan beberapa jabatan tenaga teknis pertambangan seperti ditunjukkan pada Gambar 3.32. b. Program Indonesianisasi Perusahaan

Pertambangan, bertujuan untuk meningkatkan peran dan kapasitas sumberdaya manusia lokal di sektor pertambangan dengan cara mendorong sejumlah perusahaan pertambangan meningkatkan program pelatihan dan pengalihan teknologi dari Tenaga Kerja Asing (TKA) kepada Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dengan melalui tahapan yang jelas dan berkesinambungan.

c. Inventarisasi tenaga Kerja Pertambangan Kegiatan ini bertujuan untuk menyiapkan database serta membuat klasifikasi tenaga kerja pertambangan di perusahaan KK/PKP2B dan Izin Usaha Pertambangan (IUP) seluruh

Dalam dokumen Lakin 2014 (Halaman 65-148)

Dokumen terkait