• Tidak ada hasil yang ditemukan

23 Salah satu permasalahan yang dihadapi

Dalam dokumen Lakin 2014 (Halaman 37-65)

perusahaan pertambangan mineral dan batubara, yaitu bagaimana melakukan pengelolaan lingkungan sehingga dampak nagatif dari kegiatan usaha pertambangan tersebut dapat dikurangi, dan yang tidak kalah penting semua limbah hasil kegiatan pertambangan tersebut, apabila akan dibuang sudah harus memenuhi standar baku mutu lingkungan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada umumnya perusahaan-perusahaan skala besar telah melakukan pengelolaan lingkungan dengan baik, namun banyak perusahaan-perusahaan skala kecil yang belum melakukan pengelolaan lingkungan dengan baik.

Setiap perusahaan pertambangan perlu melakukan upaya perlindungan lingkungan sejak dini. Upaya perlindungan diintegrasikan ke dalam perencanaan pertambangan. Memahami bagaimana bekerjanya ekosistem untuk mempertahankan keberlanjutan fungsinya. Dalam pelaksanaan good mining practices atau pertambangan yang baik dan benar, maka salah satu aspek yang diperhatikan adalah pelaksanaan reklamasi tambang yang merupakan bagian dari lindungan lingkungan pertambangan. Perusahaan wajib menyediakan jaminan reklamasi sesuai perhitungan rencana reklamasi. Jaminan Reklamasi wajib disediakan pada tahap eksplorasi dan tahap operasi produksi. Perusahaan wajib menyediakan jaminan pascatambang sesuai perhitungan rencana pascatambang. Dalam kaitannya dengan reklamasi tambang, maka terdapat permasalahan yang harus diatasi diantaranya kerusakan lahan akibat pertambangan dan konflik pemanfaatan lahan diwilayah pertambangan.

Dari sejumlah permasalahan dan tantangan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (DJMB) Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (KESDM) sebagai salah satu instansi pemerintahan yang diberi tanggung jawab mengelola sub sektor minerba harus dapat menerapkan good governance. Salah satu kunci atau ciri dari good governance yaitu akuntabilitasnya. Oleh karena hal tersebut di atas maka penting bagi Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara untuk menyampaikan Laporan Kinerja (LKj) yang telah dilaksanakan pada Tahun 2014.

Adapun dasar hukum yang melatarbelakangi penyusunan Laporan Kinerja (LKj) Instansi Pemerintah Tahun 2014 ini adalah:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 4 ayat (1);

2. TAP MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas KKN;

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

4. Peraturan Presiden RI Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

5. Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

6. PerMen PAN dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. 1.3 Tugas dan Fungsi

Berdasarkan amanat Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 24 Tahun 2010 yang mulai berlaku tanggal 14 April 2010 menetapkan pembentukan Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) serta berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 18 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, pengelolaan panas bumi yang semula merupakan kewenangan Ditjen Mineral, Batubara dan Panas Bumi digeser menjadi kewenangan Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi. Sementara pengelolaan air tanah digeser menjadi kewenangan Badan Geologi. Maka Direktorat Pembinaan Pengusahaan Panas Bumi dan Pengelolaan Air Tanah yang semula di bawah Ditjen Mineral, Batubara dan Panas Bumi digeser menjadi di bawah Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi dan namanya menjadi Direktorat Panas Bumi. Reorganisasi ini menjadikan Ditjen Mineral, Batubara dan Panas Bumi berubah nama menjadi Ditjen Mineral dan Batubara.

Ringkasan Eksekutif Pendahuluan Rencana Kinerja

Laporan Kinerja (Lkj) DITJEN MINERBA 2014 24

Tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara sebagaimana tercantum di dalam Peraturan Menteri ESDM No. 18 Tahun 2010 adalah sebagai berikut:

A. Tugas Pokok

Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang mineral dan batubara.

B. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara menyelenggarakan fungsi:

1) perumusan kebijakan di bidang mineral dan batubara;

2) pelaksanaan kebijakan di bidang mineral dan batubara;

3) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang mineral dan batubara; 4) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang mineral dan batubara; dan

5) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara.

1.4 Struktur Organisasi

Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara merupakan salah satu unit eselon I di Kementerian Energi Sumber Daya Mineral. Untuk melaksanakan tugas pokok, fungsi, susunan organisasi dan tata kerja tersebut, sesuai Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral terdiri atas: a. Sekretariat Direktorat Jenderal Mineral dan

Batubara;

b. Direktorat Pembinaan Pengusahaan Mineral; c. Direktorat Pembinaan Pengusahaan Batubara; d. Direktorat Teknik dan Lingkungan Mineral dan

Batubara; dan

e. Direktorat Pembinaan Program Mineral dan Batubara.

Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara seperti ditunjukkan pada Gambar 1.14 berikut.

Akuntabilitas Kinerja Penutup Lampiran

Laporan Kinerja (Lkj) DITJEN MINERBA 2014 25 1.5 Modal Dasar Ditjen Minerba Untuk

Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Tahun 2014

Dalam perspektif SWOT analysis, setelah sebelumnya dibahas tentang hambatan/kelemahan (weakness) dan ancaman (threat) dalam pengelolaan sub sektor mineral dan batubara, maka pada pembahasan berikut ini dijelaskan tentang kekuatan (strength) dan peluang (opportunity) yang dimiliki oleh Ditjen Minerba dalam menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya sehingga dapat meraih capaian kinerja yang direncanakan pada Tahun 2014. Kekuatan dan peluang inilah yang didefinisikan sebagai modal dasar suatu organisasi yang terdiri atas modal sumberdaya manusia dan modal sarana-prasarana yang dimiliki.

1.5.1 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan unsur yang penting dalam suatu organisasi mengingat bahwa SDM tersebut sebagai inisiator dan pencetus gagasan dalam mencapai tujuan-tujuan suatu organisasi. Mengingat peran strategis sub sektor mineral dan batubara dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional, maka kualitas dan kuantitas dari sumber daya manusia yang dimiliki adalah faktor yang memiliki daya ungkit (leverage) dalam menjawab tantangan organisasi yang semakin berat ke depan. Oleh karena itu Ditjen Minerba senantiasa berupaya melakukan peningkatan kuantitas, kualitas dan kapasitas sesuai dengan kebutuhan organisasi Ditjen Minerba. Pada sisi kuantitas, dengan

penambahan pegawai melalui perekrutan CPNS dengan pola yang lebih baik dan sesuai formasi yang dibutuhkan. Pada sisi kualitas, melalui inventarisasi dan pemutakhiran data pegawai, pemantauan disiplin pegawai, penyusunan uraian jabatan bukan struktural umum dan pengembangan kelembagaan dan tata laksana. Pada sisi kapasitas, melalui peningkatan kompetensi pendidikan ke jenjang S2 dan S3 baik dalam maupun luar negeri melalui tugas belajar ataupun izin belajar serta Penugasan pegawai dalam kegiatan atau pelatihan-pelatihan di forum

internasional serta penugasan pegawai sebagai delegasi Republik Indonesia

Sumber daya manusia pada Ditjen Minerba status Desember Tahun 2014 sebanyak 430 orang

dengan komposisi yang tersebar di masing-masing Unit Kerja Eselon II lingkup Ditjen Minerba seperti ditunjukkan pada Gambar 1.15. Untuk komposisi tingkat pendidikan, hingga Desember Tahun 2014 jenjang pendidikan di Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara ini didominasi dengan sarjana (S1,S2,S3) sebesar 70% seperti ditunjukkan Gambar 1.16. Hal ini membutuhkan pengendalian peningkatan kapasitas sumber daya manusia (capability building) untuk meningkatkan persentase pegawai teknis Ditjen Minerba untuk menempuh pendidikan pascasarjana S2 dan S3

Gambar 1.15 Prosentase Jumlah Pegawai DJMB Tahun 2014

Ringkasan Eksekutif Pendahuluan Rencana Kinerja

Laporan Kinerja (Lkj) DITJEN MINERBA 2014 26

agar tercipta proporsi kompetensi yang lebih ideal dari saat ini dengan 13% berpendidikan S2 dan hanya sejumlah 1% dari keseluruhan pegawai Direktur Jenderal Mineral dan Batubara berpendidikan Doktor/S3.

1.5.2 Sarana Prasarana

Sejumlah sarana dan prasarana menjadi modal Ditjen Minerba dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya serta dalam pencapaian kinerja Tahun 2014, diantaranya:

1.5.2.1 Sarana dan Prasarana Umum

Sarana dan prasarana umum yang dimiliki meliputi gedung perkantoran, peralatan dan sarana prasarana survey, peralatan sarana dan prasarana standarisasi K3 dan Lingkungan.

1.5.2.2 Sarana dan Prasarana Pelayanan Informasi dan Investasi Terpadu (RPIIT)

Unit pelayanan Informasi dan Investasi Terpadu (UPIIT) Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara sudah berjalan semenjak diresmikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (MESDM) pada tanggal 3 Juli 2009. Selain bertujuan untuk meningkatkan pelayanan informasi publik di lingkungan Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, juga untuk dapat memberikan pelayanan prima kepada publik dan menerapkan pelayanan satu pintu terhadap semua pihak yang membutuhkan pelayanan informasi dan investasi sub sektor mineral dan batubara. Selain itu di RPIIT juga tersedia sarana-prasarana pencetakan Peta Wilayah Pertambangan berbasis teknologi GIS. 1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penyajian Laporan Kinerja (LKj) Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Tahun 2014 berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Namun demikian, agar Laporan Kinerja (LKj) ini dapat lebih menjelaskan kinerja Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, maka sistematika penyajiannya sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

menjelaskan secara ringkas latar belakang, permasalahan dan tantangan pengelolaan mineral dan batubara, tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi, dan sistematika penyajian.

Bab II Rencana Strategis Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dan Perjanjian Kinerja (PK)

menjelaskan secara ringkas dokumen perencanaan yang menjadi dasar pelaksanaan tujuan, sasaran,program, kegiatan dan anggaran Direktorat Jenderal Minerba, hubungan antara Indikator kinerja utama (IKU), tujuan dan sasaran strategis kinerja serta perjanjian kinerja (PK) Ditjen Minerba tahun 2014.

Bab III Akuntabilitas Kinerja

Merupakan bagian terpenting dari LKj yang menjelaskan analisis pencapaian kinerja Ditjen Minerba meliputi realisasi capaian, evaluasi capaian kinerja, dan gambaran kinerja yang mendukung pencapaian tiap sasaran dikaitkan dengan pertanggungjawaban publik terhadap pencapaian sasaran strategis serta diakhiri dengan penyampaian akuntabilitas keuangan untuk Tahun 2014.

Bab IV Penutup

menjelaskan simpulan menyeluruh dari Laporan Kinerja (LKj) Ditjen Minerba Tahun 2014 dan menguraikan rekomendasi yang diperlukan bagi perbaikan kinerja di masa datang.

3.1 Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2014

A

nalisis akuntabilitas kinerja program dan kegiatan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Tahun 2014 merupakan analisis keterkaitan antara sasaran strategis program dan kegiatan, indikator kinerja, pengukuran capaian kinerja, dan evaluasi capaian kinerja. Pengukuran tingkat capaian kinerja Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Ditjen Minerba) tahun 2014 dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi masing-masing indikator kinerja sasaran yang telah ditetapkan. Hal yang perlu dibedakan adalah antara kinerja yang akan diukur dan indikator kinerja yang akan digunakan untuk mengukur. Apabila kinerja menunjukkan

suatu kondisi, maka indikator kinerja merupakan alat yang memberikan gambaran atau penilaian mengenai kondisi tersebut.

Mengingat Tahun 2014 adalah tahun terakhir dari pencapaian Rencana Strategis DItjen Minerba periode 2010-2014, maka pembahasan realisasi capaian tahun 2014, dilakukan pula perbandingan dengan realisasi tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, realisasi dan prosentase capaian Tahun 2014 juga dibandingkan dengan dengan data eksternal misalnya dengan negara lain, data asosiasi/ lembaga lokal maupun internasional, dan sebagainya. Adapun rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator tersebut ditunjukkan pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Pengukuran Kinerja DJMB Tahun 2014

Sasaran Strategis Indikator Target Realisasi Capaian

(%)

Meningkatnya kemampuan pasokan energi untuk domestik

Jumlah produksi batubara PKP2B, PTBA dan IUP

421 Juta Ton (Batas Atas)

458 108,79 386 Juta Ton

Jumlah pasokan batubara untuk kebutuhan dalam negeri

95,5 Juta Ton (KepMen ESDM No.2901.K/30/ MEM/2013

76 79,53

Meningkatnya investasi sub sektor mineral dan batubara

Jumlah investasi bidang mineral dan

batubara US$ 5.793 Juta 7,429.87 144,93 Terwujudnya peran penting sub sektor

mineral dan batubara dalam penerimaan negara

Jumlah penerimaan negara bukan pajak sub sektor pertambangan umum (mineral dan batubara)

Rp. 39,6 Triliun 35,49 89,48

Terwujudnya peningkatan peran sub sektor mineral dan batubara dalam pembangunan daerah

Jumlah anggaran community development sub sektor mineral dan batubara

Rp. 1,7 Triliun 2,026 119,17 Jumlah dana bagi hasil sub sektor

pertambangan umum Rp. 18,8 Triliun 15,72 83,62 Peningkatan industri jasa dan industri

yang berbahan baku dari sub sektor pertambangan umum

Jumlah industri jasa penunjang sub

sektor mineral dan batubara 800 Perusahaan 1.025 128 Jumlah smelter beroperasi 15 Perusahaan 14 93,33

Terwujudnya pemberdayaan nasional

Persentase pemanfaatan barang dalam negeri untuk pengembangan sub sektor mineral dan batubara

61% 76,7 125,73 Persentase penggunaan tenaga kerja

nasional di sub sektor mineral dan batubara

98% 98,85 100,87

Rencana Kinerja Pendahuluan

Ringkasan Eksekutif

Laporan Kinerja (Lkj) DITJEN MINERBA 2014 50

Secara garis besar sasaran strategis yang telah ditargetkan dapat dicapai, namun demikian masih belum sepenuhnya tercapai karena masih terdapat beberapa sasaran strategis yang tidak berhasil diwujudkan pada tahun 2014 ini. Sedangkan sasaran maupun target indikator kinerja yang tidak berhasil diwujudkan tersebut, Ditjen Minerba telah melakukan beberapa analisis dan evaluasi agar terdapat perbaikan pelaksanaan dan penanganan program dan kegiatan di masa mendatang serta penyempurnaan berbagai kebijakan yang diperlukan.

3.2 Analisis Capaian Kinerja

Hingga akhir Tahun 2014 Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara telah melaksanakan seluruh kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dalam

melaksanakan amanat pembangunan sub sektor mineral dan batubara sesuai dengan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2014 dan dokumen Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2014. Adapun dalam capaian sasaran dapat dilihat, berikut di bawah ini: 3.2.1 Meningkatnya Kemampuan Pasokan Energi

Untuk Domestik (Sasaran I) 3.2.1.1 Realisasi Capaian Sasaran

Sasaran strategis meningkatnya kemampuan pasokan energi untuk domestik, realisasi capaiannya didukung oleh 2 (dua) indikator kinerja yaitu jumlah produksi batubara PKP2B, PTBA dan IUP dan jumlah pasokan batubara untuk kebutuhan dalam negeri. Adapun realisasi capaian sasaran seperti ditunjukkan pada Tabel 3.2.

Sasaran Strategis Indikator Target Realisasi Capaian

(%)

Terwujudnya penyerapan tenaga kerja Jumlah tenaga kerja sub sektor mineral dan batubara

742.134 Orang 614.651 82,82

Terlaksananya kegiatan pertambangan mineral dan batubara yang memenuhi persyaratan lingkungan

Jumlah luas lahan kegiatan usaha pertambangan yang telah direklamasi oleh pemegang usaha pertambangan

6.500 ha 6.596,59 101,49 Persentase recovery penambangan

terkait konservasi bahan galian pada kegiatan usaha pertambangan

87,5% (mineral) 90% (batubara) 90,7 (mineral) 94,3 (batubara) 104 105 Persentase recovery pengolahan terkait

konservasi bahan galian pada kegiatan usaha pertambangan 75% (mineral) 97% (batubara) 82,9 (mineral) 94,3 (batubara) 110 97 Terlaksananya kegiatan pertambangan

mineral dan batubara yang memenuhi persyaratan keselamatan

Tingkat kekerapan kecelakaan pada

perusahaan pertambangan umum 0,5 0,19 263,15

Tabel 3.2 Pengukuran Kinerja Sasaran 1

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi %

Meningkatnya kemampuan pasokan energi untuk domestik

Jumlah produksi batubara PKP2B, PTBA dan IUP

Juta Ton 421 (Batas Atas) 458 108,79 386 (Batas Bawah) Jumlah pasokan batubara untuk kebutuhan dalam negeri Juta Ton 95,55 (KepMen ESDM No.2901.K/30/ MEM/2013) 76 79,53

Akuntabilitas Kinerja Penutup Lampiran

Sampai dengan akhir Tahun 2014, indikator kinerja jumlah produksi batubara PKP2B, PTBA dan IUP realisasi pencapaiannya sebesar 458 juta ton atau 108,79% dari target produksi batas atas sebesar 421 juta ton dan batas bawah sebesar 386 juta ton. Untuk indikator Jumlah pasokan batubara untuk kebutuhan dalam negeri realisasi pencapaiannya sejumlah 76 juta ton atau 79,53% dari target sebesar Rp 95,55 juta ton sesuai KepMen ESDM No.2901.K/30/MEM/2013.

3.2.1.2 Evaluasi Realisasi Capaian Sasaran 1 Pencapaian sasaran meningkatnya kemampuan pasokan energi untuk domestik sangat ditentukan oleh ketersediaan batubara yang dihasilkan dari produksi PKP2B, PTBA dan IUP yang saat ini ada. Dari rencana produksi antara 386 juta ton – 421 juta ton, sampai dengan akhir Tahun 2014 realisasi produksi batubara sudah mencapai 458 juta ton atau realisasi capaiannya 108,79% terhadap target tahun 2014 sebesar 421 juta ton, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1 berikut.

Kalau dilihat data realisasi produksi batubara periode 5 tahun terakhir 2010-2014 sesuai dengan periode Rencana Strategis DJMB 2010-2014

seperti ditunjukkan pada Gambar 3.2, maka ada kecenderungan adanya trend positif pertumbuhan rata-rata produksi batubara sebesar 12,8%/tahun, hal ini berimplikasi pada peningkatan perekonomian nasional. Batubara saat ini masih diperlakukan sebagai komoditi, artinya sebagai sumber Pendapatan Negara (state revenue), sehingga peningkatan produksi akan berimbas pada kenaikan besaran Penerimaan Negara. Produksi nasional batubara berasal dari pencatatan produksi perusahaan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B), PT Bukit Asam (PTBA) yang merupakan IUP BUMN serta produksi dari IUP yang izinnya diterbitkan oleh Pemerintah Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) dengan rincian produksinya seperti pada Tabel 3.3. Untuk PKP2B, pertumbuhan produksi batubara selama kurun waktu lima tahun terakhir (2010-2014) mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 7,7%/tahun. Sedangkan pertumbuhan produksi batubara PTBA sempat mengalami pertumbuhan produksi negatif pada Tahun 2013 sebesar -1% jika dibandingkan produksi tahun 2012 tetapi mengalami pertumbuhan positif kembali pada

Gambar 3.1 Produksi Batubara Tahun 2014

Gambar 3.2 Produksi Batubara Periode 2009-2014

Tabel 3.3 Produksi Batubara Nasional Periode 2010-2014

(Ribuan Ton) No Kontraktor 2010 2011 2012 2013 2014 1 BUMN (PT BA) 11.919 12.389 13.728 13.602 16.125 2 PKP2B 218.198 245.237 256.349 287.885 292.779 3 IUP OP 45.052 95.645 137.438 119.972 149.686 Total 275.169 353.271 407.515 421.459 458.590

Ringkasan Eksekutif Pendahuluan Rencana Kinerja

Laporan Kinerja (Lkj) DITJEN MINERBA 2014 52

Akuntabilitas Kinerja Penutup Lampiran

Tahun 2014 sebesar 19% dibandingkan dengan produksi Tahun 2013. Secara keseluruhan angka pertumbuhan produksi IUP BUMN (PTBA) selama periode 2010-2014 rata-rata tumbuh positif sebesar 8,1%/tahun. Kemudian produksi batubara dari IUP yang merupakan kewenangan PEMDA (Prov/Kab/Kota) selama periode 2010-2014 mengalami pertumbuhan positif yang sangat signifikan yaitu rata-rata sebesar 42%/tahun. Ilustrasi kegiatan produksi batubara ditunjukkan pada Gambar 3.3.

Pembeli batubara Indonesia dari mancanegara tahun 2014 masih didominasi oleh buyer tradisional yaitu Cina dan India. Selain itu juga Jepang, Malaysia, Korea, negara-negara Eropa dan Afrika. Pembeli domestik yaitu PLTU, industri semen, metalurgi, pupuk, pulp & paper, dengan PLTU sebagai konsumen terbesar.

Selain peran batubara sebagai komoditi, batubara juga memiliki peran sebagai salah satu jenis energi primer yang diprioritaskan untuk pasokan bagi kebutuhan domestik. Pasokan batubara untuk domestik memiliki korelasi ketahanan energi nasional untuk mendukung pembangunan nasional. Pasokan batubara untuk sumber energi domestik perlu dipenuhi dan dijaga supaya tidak terjadi

kelangkaan batubara. Domestic market obligation (DMO) batubara adalah kewajiban pemasokan batubara untuk kebutuhan pemakai batubara di dalam negeri. DMO batubara dikenakan kepada badan usaha pertambangan batubara di Indonesia, dalam rangka mengamankan penyediaan batubara dalam negeri.

Dalam pelaksanaan kebijakan DMO batubara, produsen batubara diwajibkan menjual sejumlah tertentu batubara yang diproduksikannya ke dalam negeri, yang selanjutnya disebut sebagai kuota DMO batubara. Penentuan besarnya kuota DMO batubara dilakukan setiap tahun berdasarkan jumlah kebutuhan batubara dan tingkat produksi batubara pada tahun yang bersangkutan. Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No.2901.K/30/MEM/2013 tentang Penetapan Kebutuhan dan Persentase Minimal Penjualan untuk Kepentingan Dalam Negeri Tahun 2014 maka untuk DMO tahun 2014 sebesar 95,5 juta ton atau sekitar 22,68% dari total produksi batubara sebesar 421 juta ton dengan rincian seperti terlihat pada Tabel 3.4.

Gambar 3.3 Kegiatan Produksi Batubara No Perusahaan Persentase

Kebutuhan Per End User Per

Tahun Rencana Tahun 2014 (Juta Ton) Realisasi Tahun 2014 (Juta Ton) 1 PLTU 82,37% 78,7 65,975 PT PLN (Persero), PLTGB, PLTGBB 60,07% 57,4 47,435 IPP 20,84% 19,91 17,583 PT Freeport Indonesia 1,45% 1,39 0,555

PT Newmont Nusa Tenggara 0,403

2 Semen 10,26% 9,8 7,187 Semen Indonesia 10,26 9,8 7,187 3 Metalurgi 3,38% 3,23 0,298 PT Vale Indonesia 3,38% 3,23 0,149 PT ANTAM (Persero) Tbk 0,149

4 Tekstil, Pupuk & Pulp 4,0% 3,82 2,722 Tekstil & Produk Tekstil 2,16% 2,06 1,458

Pupuk 1,21% 1,16 0,400

Pulp 0,63% 0,6 0,864

Total 100,00% 95,55 76,183

Tabel 3.4 Realisasi DMO Tahun 2014 sesuai Kepmen ESDM No.2901.K/30/2013

Sampai dengan akhir Desember 2014, realisasinya sebesar 76 juta ton atau 79,53% dari target DMO sebesar 95,5 juta ton yang dikontribusikan dari 50 (lima puluh) perusahaan pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B), 1 (satu) perusahaan Badan Usaha Milik Negara; dan 34 (tiga puluh empat) perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan batubara. Adapun yang menjadi hambatan dan permasalahan tidak terealisasinya target capaian sasaran strategis meningkatnya kemampuan pasokan energi untuk domestik disebabkan kebutuhan batubara PLN menurun akibat mundurnya jadwal commercial on date (COD) dari PLTU 10.000 MW dan terjadi kenaikan/penurunan produksi dari Badan Usaha Pertambangan Batubara khususnya Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B). Selanjutnya, secara spesifik yang menjadi hambatan dan permasalahan dalam pelaksanaan DMO 2014, yaitu:

1. Belum ditetapkan mekanisme adjusment pada tahun berjalan (sebelum bulan Desember) bila produksi/kebutuhan batubara domestik naik atau turun;

2. Sanksi untuk pemakai domestik tidak dapat diterapkan.

Untuk mengatasi hambatan dan permasalahan tersebut diatas langkah antisipasi yang diambil oleh Ditjen Minerba adalah sebagai berikut:

1. Adanya revisi Peraturan Menteri ESDM No. 34 Tahun 2009 yang mengatur, sebagai berikut: a) Adjusment pada tahun berjalan jika terjadi

perubahan produksi dan/atau kebutuhan domestik;

b) Perbaikan sistem transfer kuota;

c) Aturan teknis mekanisme pengenaan sanksi.

2. Adanya kajian DMO untuk Badan Usaha Pertambangan Batubara yang dapat memasok

batubara sesuai kualitas batubara yang diperlukan di dalam Negeri;

3. Sanksi bagi pemakai domestik tidak dengan pengurangan alokasi pasokan;

4. Pertemuan rutin dengan pihak buyer/pembeli batubara domestik khususnya PLN;

5. Meminta masukan dari pihak terkait guna perbaikan mekanisme DMO;

6. Meningkatkan demand domestik dengan cara memperbanyak PLTU mulut tambang, gasifikasi dan pencairan batubara.

3.2.2 Capaian Sasaran Meningkatnya Investasi Sub Sektor Pertambangan Umum (Mineral dan Batubara) (Sasaran 2)

3.2.2.1 Realisasi Capaian Sasaran 2

Sasaran strategis Meningkatnya Investasi Sub Sektor Mineral dan Batubara, capaian realisasinya didukung oleh 1 (satu) indikator kinerja yaitu jumlah investasi bidang mineral dan batubara. Indikator kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam Tabel 3.5.

Sampai dengan akhir Desember 2014, realisasinya sebesar US$ 7,429.87 juta atau 144,93% dari target investasi sebesar US$ 5,793 juta.

3.2.2.2 Evaluasi Realisasi Capaian Sasaran Setiap penyusunan kebijakan sub sektor mineral dan batubara perhatian utamanya adalah pada pengembangan investasi. Kebijakan secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap besaran investasi pada sub sektor mineral dan batubara. Terbitnya UU No.4/2009 beserta aturan pendukungnya telah mengantisipasi akan adanya perubahan lingkungan strategis dan menjawab sejumlah pertanyaan investor terhadap easy doing business sub sektor mineral dan batubara dan atau business uncertainty.

Tabel 3.5 Pengukuran Kinerja Sasaran 2

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi %

Meningkatnya investasi sub sektor mineral dan batubara

Jumlah investasi bidang mineral dan batubara

Juta US$ 5,793 7,429.87 144,93

Rencana Kinerja Pendahuluan

Ringkasan Eksekutif

Laporan Kinerja (Lkj) DITJEN MINERBA 2014 54

Meskipun kondisi global yang sedang dilanda resesi

Dalam dokumen Lakin 2014 (Halaman 37-65)

Dokumen terkait