• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Penelitian yang terkait dengan obyek penelitian

Perkotaan Potensi Wisata

DATA SEKUNDER

6 Laporan Penelitian yang terkait dengan obyek penelitian

• Prediksi pengunjung

• Data biofisik Situ

Penyusunan Basis Data dan Pengolahan Data Digital

Perencanaan tapak sebuah kawasan yang akan dibangun membutuhkan tahapan Site Analysis (Analisis Tapak). Menurut Russ (2002), Site Analysis mutlak dibutuhkan karena hasilnya akan menentukan dalam merencanakan tapak. Langkah dalam Site Analysis meliputi pengumpulan data untuk perencanaan awal, evaluasi tapak untuk kesesuaian dengan perencanaan atau kebutuhan dan menilai karakter tapak agar tepat dalam penggunaannya. Site Analysis dilakukan secara deskriptif berdasarkan rencana pembangunan tapak kawasan. Kawasan dipilih dengan batasan kelas jalan kolektor yang jaraknya tidak lebih dari 2,8 km dari jalan arteri. Pengumpulan data Land Cover dan luas kawasan dilakukan melalui interpretasi citra penginderaah jauh. Pelaksanaan interpretasi citra dilakukan dalam tiga tahap:

1. Tahap persiapan

Tahap ini meliputi tahap studi pustaka dan pengumpulan data penginderaan jauh (citra resolusi tinggi Image©Digital Globe yang diambil

dari Google™ Earth Pro eye altitude 750 m) tahun 2007 dan data penunjang (Peta Rupa Bumi skala 1 : 25000 BAKORSURTANAL, Peta Pola Ruang, Pola Jalan dan Pola Hidrologi Kota Depok).

2. Tahap interpretasi, survai lapang dan interpretasi ulang

Kegiatan interpretasi meliputi interpretasi Land Cover/Land Use, situ, pola jalan dan sirkulasi sekitar kawasan, penggambaran peta tematik hasil interpretasi, memplot data tematik ke peta kerja (hasil digitasi), pengeditan dan pelabelan peta tematik. Kegiatan survai lapang dengan melakukan pengecekan hasil interpretasi citra berupa tutupan lahan dengan pengamatan maupun pengukuran langsung di lapangan. Berikutnya interpretasi ulang bertujuan untuk menilai ulang dan memperbaiki data awal yang salah setelah pengecekan lapangan serta menambah atribut yang kurang. Kegiatan ini meliputi tutupan lahan, perbaikan basis data dan perbaikan peta-peta tematik. Perbedaan penarikan batas satuan lereng, tutupan lahan hasil interpretasi dengan kenyataan di lapangan dikoreksi melalui interpretasi ulang. Dengan demikian kesalahan penarikan batas satuan lahan akan dapat diatasi.

3. Tahap penyajian hasil

Penyajian hasil dan analisis peta tematik dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) menggunakan software (perangkat lunak) ESRI’s Arcview ver. 3.30 menggunakan proses intersept/overlay (tumpang tindih) terhadap peta tematik hasil digitasi.

Selanjutnya data olahan tersebut dianalisis untuk :

a. Mengetahui kondisi dan penyebaran berbagai jenis penggunaan lahan di sekitar kawasan situ,

b. Merencanakan tapak kawasan yang akan dibagi menjadi 3 (tiga) zona, yaitu zona A (Village Zone), zona B (rest area zone) dan zona C (Water Zone),

c. Merencanakan pola sirkulasi dalam dan luar kawasan, dan

d. Merencanakan tapak kawasan pengembangan sebagai bagian dari proses keberlanjutan kawasan.

Zona Dan Parameter Penyusun Rencana Tapak

Sesuai dengan potensi tapak, maka kawasan situ pengasinan akan dikembangkan menjadi kawasan wisata dengan tema desa. Kawasan ini akan dibagi menjadi 3 (tiga) zona yaitu zona A yaitu zona desa, zona B yaitu zona istirahat dan zona C yaitu zona air. Masing-masing zona memiliki kegiatan dan content (isi) yang berbeda.

1. Zona A (Zona Desa/Village Zone)

Merupakan zona yang kegiatan primernya ekowisata, kegiatan sekunder bercocok tanam dan istirahat.

2. Zona B (Zona Istirahat/Rest Area)

Merupakan zona yang kegiatan primernya peristirahatan dan pemandangan, kegiatan sekundernya wisata air dan belanja.

3. Zona C (Zona Air/Water Zone)

Merupakan zona yang kegiatan primer wisata air dan belanja, kegiatan sekunder peristirahatan dan jalan-jalan.

Adapun content dari masing-masing zona disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Content masing-masing zona dalam kawasan Bangunan Pendukung Kegiatan Zona

Primer Sekunder

Lahan sawah Pintu Utama

Pedestrian Way Kantor Pengelola Bicycle Path Lapangan Parkir Utama

Taman dan Plaza Pos Sepeda

Rumah Gubug Tematik Fasilitas Outbound A (Village Zone)

Kolam Pemancingan

Restoran Wisata Air

Bungalow terbatas Kolam Pemancingan Amphi Theatre Handicraft Store Fasilitas Permainan Taman dan Plaza

Pedestrian Way Service Area B (Rest Area)

Tabel 4. Content masing-masing zona dalam kawasan (lanjutan) Bangunan Pendukung Kegiatan Zona

Primer Sekunder Wisata Air Taman dan Plaza

Handicraft Store Kolam Pemancingan

Plant Store Service Area

Pedestrian Way Pos Sepeda C (Water Zone)

Bicycle Path Lapangan Parkir Kecil

Analisis Kesesuaian Lokasi (Analisis Makro Kawasan)

Penggunaan parameter dalam menentukan lokasi kawasan wisata ditentukan berdasarkan pemeringkatan terhadap infrastruktur, status lahan, view dan Land Cover/Land Use. Lokasi terpilih merupakan kombinasi antara keseluruhan parameter diatas. Lokasi dalam kawasan yang paling sesuai merupakan kombinasi antara aksesibilitas yang mudah, status lahan yang memiliki tingkat resistensi yang rendah, pemandangan yang bagus dan Land Cover/Land Use yang sesuai dengan tema obyek wisata yang akan dibangun. Proses pemeringkatan untuk kesesuaian lokasi dapat dilihat pada Tabel 5, 6, 7, 8 dan Tabel 9.

Tabel 5. Pemeringkatan kesesuaian lokasi yang digunakan

Deskripsi Rangking Kesesuaian

Sesuai 4 – 6

Sedang 7 – 9

Tidak Sesuai 10 – 12

Tabel 6. Pemeringkatan kesesuaian infrastruktur yang ada Tipe Rangking

Kesesuaian Deskripsi Alasan Kesesuaian Jalan Kolektor

(dengan 50 m buffer)

1 Sesuai Aksesibilitas sangat mudah,

Jalan Lingkungan (dengan 10 m

buffer)

2 Sedang Aksesibilitas sedang,

Jalan Setapak

Tabel 7. Pemeringkatan kesesuaian status lahan Tipe Rangking

Kesesuaian Deskripsi Alasan Kesesuaian Milik Instansi

Pemerintah/PEMKOT 1 Sesuai

Tingkat resitensi rendah dalam status pengelolaan Milik Instansi Semi

Pemerintah 2 Sedang

Tingkat resitensi sedang dalam status pengelolaan Milik Swasta dan atau

Pribadi 3 Tidak Sesuai

Tingkat resitensi tinggi dalam status pengelolaan

Tabel 8. Pemeringkatan kesesuaian Land Cover dan Land Use Land

Cover Land Use

Rangking

Kesesuaian Deskripsi Alasan Kesesuaian

Air Lahan sawah 1 Sesuai

Pendukung kegiatan wisata, tidak diperlukan perubahan

Land Use, Kebun

Campuran 1 Sesuai

Pendukung kegiatan wisata, tidak diperlukan perubahan

Land Use, Pohon tinggi

dengan jarak renggang

1 Sesuai

Pendukung kegiatan wisata, tidak diperlukan perubahan

Land Use, Pohon tinggi

dengan jarak rapat

2 Sedang

Pendukung kegiatan wisata, tidak dapat sepenuhnya digunakan sebagai daerah

wisata Vegetasi Padang rumput dan alang-alang 2 Sedang

Pendukung kegiatan wisata, dapat digunakan untuk jenis bangunan yang terbatas,

Permukiman 3 Tidak

Sesuai

Land use tidak dapat dirubah, kurang mendukung sebagai

kawasan wisata

Perumahan 3 Tidak

Sesuai

Land use tidak dapat dirubah, kurang mendukung sebagai

kawasan wisata Bangunan

khusus 2 Sedang

Agak sulit merubah Land Use, dapat mendukung kawasan

wisata

Lapangan

terbuka 2 Sedang

Mudah merubah Land Use menjadi bangunan namun sulit

untuk merubah menjadi lahan terbuka hijau, mendukung untuk sarana dan prasarana

kawasan wisata Built-up Area Sawah bera permanen 3 Tidak Sesuai

Mudah merubah Land Use menjadi lahan terbuka namun

sulit untuk merubah menjadi sawah, mendukung untuk

Tabel 9. Pemeringkatan kesesuaian untuk View dengan Buffer 100 m Tipe Rangking

Kesesuaian Deskripsi Alasan Kesesuaian Empat penjuru mata angin

tidak ada gangguan pandangan permukiman

1 Sesuai

Pendukung kegiatan wisata, sesuai dengan

tujuan ekowisata Dua penjuru mata angin

tidak ada gangguan pandangan permukiman

2 Sedang

Pendukung kegiatan wisata, kurang sesuai

dengan tujuan ekowisata Satu penjuru mata angin

tidak ada gangguan pandangan permukiman

3 Tidak

Sesuai

Tidak mendukung kegiatan wisata, tidak

sesuai dengan tujuan ekowisata

Analisis Kesesuaian Zona (Analisis Mikro Kawasan)

Kriteria yang digunakan untuk menetapkan suatu lahan menjadi sesuai sebagai sebuah tapak kawasan wisata adalah menggunakan parameter lahan yang dianggap paling berpengaruh terhadap content (isi) tapak kawasan tersebut. Parameter-parameter tersebut adalah :

a. Land Cover/Land Use (Tutupan Lahan/Penggunaan Lahan) b. Slope (kemiringan lahan)

c. Water Body (tubuh air) d. Vegetasi

e. Aksesibilitas

f. View (pemandangan)

g. Ketersediaan lahan untuk infrastruktur dan pengembangan

Kombinasi dari berbagai kondisi lahan berdasarkan parameter tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi apakah lahan tersebut sudah memenuhi daya dukungnya. Namun tidak semua parameter tersebut secara sekaligus digunakan untuk menilai kesesuaian lahan untuk sebuah zona dalam kawasan. Demikian juga dengan bobot dari setiap parameter tersebut, juga berbeda-beda. Adapun parameter yang digunakan dan masing-masing nilai bobotnya adalah seperti yang disajikan dalam Tabel 10. Parameter-parameter tersebut dipilah berdasarkan obyek wisata yang akan dibangun, dan nilai bobot yang diberikan juga berbeda- beda tergantung kepada zona dimana obyek wisata tersebut berada.

Tabel 10. Parameter dan bobot untuk penentuan lokasi dalam zona Pembobotan Parameter Zona A (Village Zone) Zona B (Rest Area) Zona C (Water Zone) LandCover/Land Use 1 2 1

Slope (kemiringan lahan) 3

Vegetasi 2 2

Water Body (Badan Air) 3 3

Aksesibilitas mikro 1 2 1

View 2 1

Berdasarkan Tabel diatas terlihat bahwa tidak semua parameter digunakan, tetapi dibedakan menurut zonanya. Namun dari 6 parameter yang digunakan, terdapat 2 parameter umum yang selalu digunakan yaitu Land Cover/Land Use dan aksesibilitas mikro. Sedangkan 4 parameter yang lain merupakan parameter spesifik, yaitu slope yang hanya digunakan dalam penentuan zona A, vegetasi yang hanya digunakan dalam penentuan zona A dan zona C, parameter water body yang hanya digunakan dalam penentuan zona B dan zona C, dan view yang digunakan dalam penetuan zona A dan B.

Demikian juga dengan nilai bobot yang diberikan, terlihat bahwa untuk penentuan zona A parameter LandCover/Land Use memiliki bobot terbesar. Dalam penentuan zona B faktor LandCover/Land Use dan aksesibilitas mikro memiliki bobot terbesar, dan terakhir parameter water body memiliki bobot terbesar di dalam penentuan zona C.

Metode yang digunakan untuk menganalisis tingkat kesesuaian zona berdasarkan kombinasi beberapa parameter adalah dengan menggunakan metode skoring. Setiap parameter memiliki kelas-kelas, misalnya parameter penutupan LandCover/Land Use memiliki 5 kelas yaitu sangat ideal, ideal, sedang, tidak ideal dan sangat tidak ideal. Masing-masing kelas tersebut selanjutnya memiliki skor. Kelas-kelas dalam sebuah parameter yang memberikan korelasi negatif atau menghambat kemungkinan diletakkannya zona tertentu, diberikan skor besar. Sebagai contoh semakin banyak lahan sawah pada LandCover/Land Use maka daerah tersebut semakin sesuai untuk zona A yang peruntukkannya areal ekowisata desal dan sebaliknya, dengan demikian maka LandCover/Land Use

yang memiliki lahan sawah banyak diberi skor besar dan sebaliknya kelas LandCover/Land Use yang memiliki lahan sawah sedikit diberi skor kecil. Setelah didapatkan bobot dari masing-masing parameter, maka dilakukan penilaian tingkat kesesuaian zona. Skoring dihitung berdasarkan persamaan :

Skoring =

BP , B=Bobot dan P=Skor Parameter

Dengan cara yang sama, maka semua kelas dalam parameter tersebut diberi skor. Selanjutnya kombinasi dari semua parameter lahan tersebut, dijumlahkan skornya. Dengan demikian semakin tinggi jumlah skornya maka keidealannya juga semakin besar atau dengan kata lain sangat sesuai. Skor kemudian diperingkatkan untuk menilai tingkat kesesuaian zona mulai dari sangat sesuai sampai dengan sangat tidak sesuai (Tabel 11.) dengan selang tingkat kesesuaian berdasarkan persamaan :

Selang Kelas =

Parameter l SkorMinima al SkorMaksim

Tabel 11. Pemeringkatan kesesuaian zona Pembobotan Tingkat Kesesuaian Zona A

(Village Zone) Zona B (Rest Area) Zona C (Water Zone) Sangat Sesuai 20,1 – 25 20,1 – 25 20,1 – 25 Sesuai 15,1 – 20 15,1 – 20 15,1 – 20 Sedang 10,1 – 15 10,1 – 15 10,1 – 15 Tidak Sesuai 5,1 – 10 5,1 – 10 5,1 – 10 Sangat Tidak Sesuai 0 – 5 0 – 5 0 – 5

Zona A (Village Zone)

Content utama zona ini adalah :

1. Lahan sawah sebagai daya tarik utama ekowisata pedesaan dan menjadi ikon utama kawasan wisata ini.

2. Taman dan plaza sebagai satelit-satelit zona

3. Rumah gubug tematik yang dijadikan sebagai ikon pendukung kawasan ekowisata ini. Rumah ini pun berfungsi sebagai sarana interaksi sosial antara pengunjung, pengelola dalam bingkai budaya kearifan tradisional.

Zona A merupakan area dimana terdapat produk utama kawasan. Selain itu, zona A juga merupakan zona penerima pengunjung. Pada zona ini keberadaan lahan sawah merupakan aset penting. Sehingga lahan sawah merupakan faktor penilaian yang sangat penting dalam menentukan keberadaan zona (Tabel 12.)

Tabel 12. Skoring Land Cover dan Land Use dalam zona A (Village Zone) Kelas Besaran Deskripsi Skor Keterangan Sangat ideal

Sawah beririgasi baik, vegetasi teratur/bergerombol dan kebun

campuran teratur

5

Ideal

Sawah beririgasi baik, vegetasi teratur/bergerombol dan kebun

campuran tidak teratur

4

Sedang Sawah beririgasi baik, vegetasi tidak

teratur dan kebun campuran tidak ada 3

Tidak Ideal

Sawah tidak beririgasi baik, vegetasi tidak teratur dan tidak ada kebun

campuran

2

Sangat tidak ideal

Sawah tidak beririgasi, vegetasi tidak

teratur dan tidak ada kebun campuran 1

Aksesibilitas dalam zona ditentukan berdasarkan kepentingannya terhadap obyek wisata. Kelas jalan yang semakin kecil akan menentukan tingkat kebisingan dan gangguan pandangan yang terjadi disekitarnya. Semakin kecil kelas jalan maka tingkat kebisingan yang terjadi akan semakin rendah. Selain itu kelas jalan yang semakin kecil akan membuat daerah agak sulit berkembang sehingga perumahan dan permukiman tidak akan berkembang. Hal ini mendorong keasrian kawasn akan tetap terjaga. Parameter aksesibilitas dan view menjadi sebuah kesatuan yang saling memberi keuntungan terhadap keberlangsungan kawasan (Tabel 13. dan Tabel 14.)

Tabel 13. Skoring Aksesibilitas Mikro dalam zona A (Village Zone) Kelas Besaran Deskripsi Skor Keterangan Sangat ideal Memiliki aksesibilitas sulit ke jalan

lingkungan 5

Sedang Memiliki aksesibilitas sedang ke jalan

lingkungan 3

Sangat tidak ideal

Memiliki aksesibilitas mudah ke jalan

Tabel 14. Skoring View dalam zona A (Village Zone)

Kelas Besaran Deskripsi Skor Keterangan Sangat ideal Empat penjuru mata angin tidak ada

gangguan pandangan permukiman 5

Sedang Dua penjuru mata angin tidak ada

gangguan pandangan permukiman 3

Sangat tidak ideal

Satu penjuru mata angin tidak ada

gangguan pandangan permukiman 1

Vegetasi yang diukur pada kawasan ini adalah vegetasi yang terdiri dari pohon- pohon tinggi dengan jarak rapat, pohon-pohon tinggi dengan jarak renggang dan padang alang-alang/rumput (ruang terbuka hijau). Ketiga jenis vegetasi ini sangat mendukung zona A, karena keberadaannya menjadikan obyek wisata utama menjadi variatif. Selain itu vegetasi ini dapat dirubah menjadi taman-taman hidup yang menjadi satelit-satelit dalam zona.

Tabel 15. Skoring Vegetasi dalam zona A (Village Zone)

Kelas Besaran Deskripsi Skor Keterangan Sangat ideal Vegetasi bergerombol dan teratur 5

Sedang Vegetasi bergerombol dan tidak

teratur 3

Sangat tidak ideal

Vegetasi tidak bergerombol dan tidak

teratur 1

Berdasarkan kriteria penetapan arahan penggunaan lahan kawasan budidaya pada umumnya terdapat pada daerah dengan topografi ringan (datar atau landai). Pengusahaan lahan pada daerah dengan topografi berat pada dasarnya merupakan bentuk pemaksaan terhadap lahan dan cenderung akan menurunkan daya dukung lahan. Dengan demikian maka semakin curam kondisi topografi, skor yang diberikan semakin kecil, karena pengusahaan lahan pada wilayah dengan topografi berat ini akan memperbesar terjadinya kerusakan lingkungan. Selain itu pengusahaan lahan pada wilayah dengan topografi berat juga membutuhkan biaya yang sangat besar.

Tabel 16. Skoring Slope dalam zona A (Village Zone)

Kelas Besaran Deskripsi Skor Keterangan

Sangat ideal < 1 % 5

Sedang 1 % - 2 % 3

Sangat tidak

Zona B (Rest Area)

Content utama zona ini adalah bangunan-bangunan yang digunakan untuk istirahat dan interaksi sosial seperti restoran/café, amphi theater, bungalow, arena bermain anak dan taman. Penentuan skoring parameter zona B dapat dilihat pada Tabel 17. sampai dengan Tabel 20.

Tabel 17. Skoring Land Cover dan Land Use dalam zona B (Rest Area) Kelas Besaran Deskripsi Skor Keterangan

Sangat ideal

Built-up Area dominan(Lapangan terbuka dominan, sawah Bera dominan, ada bangunan khusus), sawah sedang dan vegetasi teratur

5

Ideal

Built-up Area dominan(Lapangan terbuka dominan, sawah bera dominan, ada bangunan khusus), sawah sedikit dan vegetasi teratur

4

Sedang

Built-up Area dominan(Lapangan terbuka dominan, sawah Bera dominan, tidak ada bangunan khusus), sawah tidak ada dan vegetasi

tidak teratur

3

Tidak Ideal

Built-up Area tidak dominan (Lapangan terbuka dominan, sawah

bera tidak dominan, tidak ada bangunan khusus), sawah tidak ada

dan vegetasi tidak teratur

2

Sangat tidak ideal

Built-up Area tidak dominan (Lapangan terbuka tidak dominan, sawah bera tidak dominan, tidak ada

bangunan khusus), sawah tidak ada dan vegetasi tidak teratur

1

Tabel 18. Skoring Aksesibilitas Mikro dalam zona B (Rest Area) Kelas Besaran Deskripsi Skor Keterangan Sangat ideal Memiliki aksesibilitas mudah ke jalan

lingkungan dan atau kolektor 5

Sedang Memiliki aksesibilitas sedang ke jalan

lingkungan dan atau kolektor 3

Sangat tidak ideal

Memiliki aksesibilitas sulit ke jalan

Tabel 19. Skoring View dalam zona B (Rest Area)

Kelas Besaran Deskripsi Skor Keterangan Sangat ideal Empat penjuru mata angin tidak ada

gangguan pandangan permukiman 5

Sedang Dua penjuru mata angin tidak ada

gangguan pandangan permukiman 3

Sangat tidak ideal

Satu penjuru mata angin tidak ada

gangguan pandangan permukiman 1

Tabel 20. Skoring Water Body dalam zona B (Rest Area)

Kelas Besaran Deskripsi Skor Keterangan

Sangat ideal Buffer Situ 10 m 5

Sedang Buffer Situ 50 m 3

Sangat tidak

ideal Buffer Situ 100 m 1

Zona C (Water Zone)

Content utama zona ini adalah kegiatan wisata air dan wisata belanja. Penentuan skoring parameter zona B dapat dilihat pada Tabel 21. sampai dengan Tabel 24.

Tabel 21. Skoring Land Cover dan Land Use dalam zona C (Water Zone) Kelas Besaran Deskripsi Skor Keterangan

Sangat ideal

Vegetasi teratur dan bergerombol, Built- up Area dominan (permukiman tidak dominan, banyak bangunan khusus, ada

lapangan terbuka)

5

Ideal

Vegetasi teratur dan atau bergerombol, Built-up Area dominan (permukiman tidak dominan, ada bangunan khusus,

ada lapangan terbuka)

4

Sedang

Vegetasi teratur dan atau tidak bergerombol, Built-up Area dominan (permukiman dominan, ada bangunan

khusus, ada lapangan terbuka)

3

Tidak Ideal

Vegetasi tidak teratur dan tidak bergerombol, Built-up Area dominan (permukiman dominan, ada bangunan khusus, tidak ada lapangan terbuka)

2

Sangat tidak ideal

Vegetasi tidak teratur dan tidak bergerombol, Built-up Area dominan

(permukiman dominan, tidak ada bangunan khusus, tidak ada lapangan

terbuka)

Tabel 22. Skoring Aksesibilitas Mikro dalam zona C (Water Zone) Kelas Besaran Deskripsi Skor Keterangan Sangat ideal Memiliki aksesibilitas mudah ke jalan

lingkungan dan atau kolektor 5

Sedang Memiliki aksesibilitas sedang ke jalan

lingkungan dan atau kolektor 3

Sangat tidak ideal

Memiliki aksesibilitas sulit ke jalan

lingkungan dan atau kolektor 1

Tabel 23. Skoring Water Body dalam zona C (Water Zone)

Kelas Besaran Deskripsi Skor Keterangan

Sangat ideal Buffer Situ 5 m 5

Sedang Buffer Situ 10 m 3

Sangat tidak

ideal Buffer Situ 20 m 1

Tabel 24. Skoring Vegetasi dalam zona C (Water Zone)

Kelas Besaran Deskripsi Skor Keterangan Sangat ideal Vegetasi teratur dan bergerombol 5

Sedang Vegetasi tidak teratur atau tidak

bergerombol 3

Sangat tidak ideal

Vegetasi tidak teratur dan tidak

bergerombol 1

Metode Analisis Keruangan

Kegiatan penyusunan data spasial kesesuaian lokasi dan zona dimulai dengan pemetaan parameter-parameter yang digunakan dalam penyusunan kesesuaian lokasi dan zona. Dalam bab ini akan dijelaskan secara lebih rinci proses pemetaan parameter-parameter kesesuaian lokasi dan hasil yang diperoleh. Proses pemetaan tersebut dimulai dengan mengidentifikasi data-data baik primer atau sekunder yang digunakan dalam penyusunan data spasial kesesuaian lokasi dan zona. Kemudian proses tersebut dilanjutkan dengan pengumpulandata itu sendiri dan proses bagaimana metode merepresentasikan data parameter kesesuaian lokasi dan zona ke dalam format data keruangan (spasial), atau dengan kata lain bagaimana cara melakukan pemetaan parameter kesesuaian lokasi dan zona. Semua parameter yang digunakan dalam analisis lokasi dan zona harus dipetakan dikarenakan keluaran dari kegiatan ini adalah data kesesuaian lokasi dan zona dalam format data keruangan (spasial).

Proses pemetaan tersebut dilakukan dengan menggunakan pendekatan teknik pengideraan jauh dan analisis keruangan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Pendekatan penginderaan jauh digunakan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan kondisi penutupan dan atau penggunaan lahan saat ini (present land use/land cover), yang didapatkan dengan cara interpretasi citra satelit. Dari proses tersebut didapatkan informasi mengenai sebaran (distribusi) dan kondisi penutupan lahan dan penggunaan lahan.

Analisis SIG dilakukan untuk parameter kesesuaian lokasi dan zona yang diekstraksi dari Peta Topografi dan atau peta-peta tematik yang sudah ada, seperti Peta RTRW, Peta Hidrologi atau Peta Jaringan Jalan. Dari analisis SIG dengan memanfaatkan peta-peta tersebut sebagai masukan ini, maka dapat diperoleh keluaran data mengenai kondisi kemiringan lereng dan aksesibilitas. Disamping itu juga dilakukan pemetaan untuk data-data yang pada dasarnya bukan merupakan data keruangan seperti status kepemilikan lahan dan view (pemandangan). Untuk data-data seperti ini maka harus dicari kaitan (link) untuk menghubungankan data non-spasial sehingga menjadi atribut pada referensi keruangannya. Dari analisis ini maka akan didapatkan peta kesesuaian lokasi dan zona pada kawasan.

Setelah semua parameter yang digunakan untuk mengidentifikasi kesesuaian lokasi dan zona tersebut sudah tersaji dalam bentuk peta, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis keruangan dengan cara tumpang susun (overlay) peta, sehingga didapatkan satuan-satuan pemetaan yang memiliki keseragaman (homogenitas) dalam semua parameter yang digunakan. Unit-unit yang seragam ini selanjutnya akan memudahkan analis dalam melakukan skoring dan klasifikasi tingkat kesesuaian.

Untuk lebih memperjelas gambaran prosesnya maka analisis keruangan penentuan kesesuaian lokasi dan zona disajikan dalam bentuk diagram alir seperti yang tersaji dalam Gambar 5, Gambar 6, Gambar 7 dan Gambar 8.

Gambar 5. Prosedur penentuan kesesuaian lokasi

Gambar 6. Prosedur penentuan kesesuaian untuk Zona A (Village Zone)

Gambar 8. Prosedur penentuan kesesuaian untuk Zona C (Water Zone)

Setelah penetapan untuk keseluruhan zona selesai, maka ditentukan pemilihan lokasi tapak dalam kawasan yang akan digunakan untuk pembuatan rencana tapak. Pemilihan kesesuian dilakukan hanya untuk tingkat kesesuaian Sangat Sesuai, Sesuai dan Sedang. Prosedur yang dilakukan adalah dengan membandingkan poligon-poligon hasil perhitungan kesesuaian dan memilih tingkat kesesuaian yang paling tinggi pada masing-masing poligon yang dipilih (Gambar 9.).

Dokumen terkait