• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkotaan Potensi Wisata

DATA SEKUNDER

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. VIP 4 Festival

Gambar 31. Pusat kerajinan dan cinderamata

Gambar 32. Suasana toko cinderamata dan kerajinan

Zona C (Water Zone)

Zona C adalah zona wisata air. Zona ini berfungsi sebagai zona penerima untuk zona B dan zona keluar kawasan. Rancangan tapak zona C dapat dilihat pada Gambar 33. 1. Toko Cinderamata & Kerajinan 2. Workshop #1 3. Workshop #2 4. Workshop #3

Gambar 33. Rancangan tapak Zona C

Fasilitas yang ada pada zona ini, adalah :

ƒ Pusat belanja tanaman

Pusat belanja tanaman merupakan sebuah areal yang memiliki luas lahan sebesar 8550 m2. Areal ini terdiri dari 3 bangunan yaitu gazebo, pusat belanja tanaman dan rumah kaca. Pusat belanja tanaman merupakan hasil renovasi bangunan yang telah ada saat ini. Penempatan gazebo berfungsi sebagai pintu masuk areal dan sarana untuk bersantai. Rumah kaca berfungsi sebagai tempat pengembangbiakan tanaman, penyimpanan tanaman dan sarana transfer teknologi kepada petani tanaman hias yang ada saat ini (Gambar 34). Perancangan suasana untuk bangunan ini dapat dilihat pada Gambar 35.

Gambar 34. Pusat belanja tanaman

Gambar 35. Suasana belanja tanaman

ƒ Dermaga wisata air

Dermaga wisata air merupakan hasil renovasi dari dermaga wisata air yang ada saat ini. Dermaga wisata air yang ada saat ini dikelola oleh POKJA Situ Pengasinan bekerjasama dengan PEMKOT Depok. Luas dermaga air saat ini adalah sebesar 50 m2 dengan fasilitas tambahan adalah penutup atap. Dalam perancangan luas areal untuk dermaga wisata air adalah 780 m2. Pengembangan dermaga ini menjadi penting karena

1. Pusat Belanja Tanaman 2. Gazebo 3. Rumah Kaca

dermaga merupakan salah satu titik perencanaan kawasan. Selain itu, penambahan sarana olahraga air seperti perahu, bebek air juga termasuk kedalam rancangan renovasi dermaga wisata air. Saat ini baru terdapat 4 buah bebek dengan kondisi lumayan baik. Perancangan dilakukan sampai pada kemasan paket wisata air yang akan dikembangkan. Kondisi saat ini dapat dilihat ada Gambar 36.

Gambar 36. Kondisi dermaga untuk wisata air

ƒ Bangunan Publik dan Servis

Bangunan publik yang akan dirancangan adalah sarana ibadah (mesjid) dan klinik 24 jam. Areal servis digunakan untuk melayani kebutuhan seluruh kawasan. Penempatan areal servis adalah yang paling dekat ke jalan kolektor (Jalan Pengasinan Raya) sebagai kemudahan aksesibilitas keluar masuk kendaraan servis.

Arahan Arahan Tahapan Pembangunan

Perlunya penyusunan prioritas pengembangan guna menyesuaikan kondisi pemerintah dan investor dalam mengembangkan kawasan perencanaan sehingga tujuan dan sasaran dapat tercapai dengan baik. Di dalam arahan penentuan prioritas pembangunan ditentukan antara lain oleh :

ƒ Besarnya biaya untuk pembangunan masing-masing fasilitas.

ƒ Banyaknya orang yang mempergunakan fasilitas tersebut.

ƒ Kepentingan fasilitas tersebut bagi kelangsungan hidup kawasan yang bersangkutan.

ƒ Ketersediaan lahan pengembangan yang dapat dibangun

Untuk menentukan tahapan pelaksanaan tersebut, terlebih dulu perlu ditinjau tingkat kepentingan daripada masing-masing kegiatan, mengapa suatu sarana perlu dibangun terlebih dahulu, mengapa jalan menuju ke lokasi perlu diselesaikan terlebih dahulu, atau mengapa perlu adanya pematangan lahan dan sebagainya (Tabel 34). Hal ini mengingat keterbatasan dana dan perlunya mensosialisasikan kegiatan wisata agar masyarakat lebih memahami tentang usaha sektor wisata yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

Tabel 34. Tingkat kepentingan untuk kegiatan pembangunan fasilitas Jenis Fasilitas Tingkat

Kepentingan Pelaksana Perbaikan sarana irigasi sawah SP MSY/PK Pembangunan dan perbaikan jalur pedestrian SP MSY/PK

Pembangunan pos sepeda SP PK/MSY

Rumah gubug tematik P PK/MSY

Taman dan plasa P PK

Restoran dan café P INV/MSY

Bungalow BP INV/PK

Amphi Theatre BP PK

Penataan pusat tanaman hias dan pembuatan rumah kaca

P INV/MSY

Penataan sarana wisata air P PK/MSY/INV

Pembangunan sarana outbound P PK/INV

Pembangunan kolam pemancingan P PK/MSY

Pembangunan pusat kerajinan BP PK/MSY/INV Pembangunan areal parker dan main gate P PK/INV

Pembangunan kantor pengelola P PK/INV

Deforestrasi sebagian kawasan P PK/MSY

Pembangunan klinik BP PK/MSY

Perbaikan sarana ibadah BP MSY/PK

Keterangan: PK = PEMKOT SP = Sangat Penting

INV = Investor P = Penting

Untuk memberikan gambaran kepada pengelolaan kawasan wisata dalam tahun mendatang diperlukan suatu pentahapan pembangunan yang disesuaikan dengan kemampuan pemerintah daerah dan investor yang akan menanamkan modalnya di dalam pengembangan kawasan wisata ini.

Pentahapan pembangunan ini disusun berdasarkan tingkat kepentingan atau prioritas masing-masing kegiatan sehingga diharapkan tidak terjadi tumpang tindih pembangunan. Dengan adanya arahan rencana pentahapan pembangunan ini dapat saling menunjang dan memberikan kontribusi bagi pemerintah daerah maupun masyarakat setempat dalam hal pemerataan ekonomi pada masa mendatang.

Pemasaran dan Promosi

Jika pengembangan kawasan tidak diiringi oleh kegiatan promosi maka akan menyebabkan lambatnya umpan balik dari pembangunan kawasan wisata itu sendiri. Oleh karena itu diperlukan suatu langkah dalam hal pemasaran dan promosi guna memperkenalkan kembali tentang adanya obyek wisata alam yang bertujuan menarik minat wisatawan berkunjung ke daerah ini. Upaya tersebut dapat meliputi ;

1. Promosi besar-besaran di pintu-pintu gerbang utama kota Depok dan kawasan-kawasan potensial

2. Promosi dan pemasaran hendaknya dilakukan secara terpadu dan diarahkan untuk memasarkan Kawasan Situ Pengasinan sebagai Daerah Tujuan Wisata yang utama di kota Depok.

3. Perlu pola kerja sama pemerintah atau swasta yang diijinkan mengelola obyek/kegiatan wisata dengan biro-biro perjalanan, baik dalam lingkup kota maupun dalam lingkup Jawa Barat dalam menawarkan paket-paket wisata.

4. Pembuatan Website Kawasan Situ Pengasinan dengan bekerjasama dengan Bagian Humas kota Depok maupun dengan Kantor Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Depok.

5. Promosi dan pemasaran yang terpadu dengan membuat peta-peta wisata yang mencakup di dalamnya berbagai informasi wisata dan berbagai

informasi lainnya yang sangat komunikatif yang dapat menggambarkan kegiatan pariwisata kota Depok secara menyeluruh.

Bentuk Kerjasama dan Pola Investasi Pengembangan

Pengembangan sektor kepariwisataan pada umumnya dilakukan untuk mencapai jumlah kunjungan wisata yang telah ditargetkan oleh setiap pemerintah daerah. Faktor utama yang harus diperhatikan dalam usaha pengembangan tersebut adalah untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke lokasi obyek wisata yang ada. Oleh sebab itu, kenyataan ini tidak akan lepas dari atraksi wisata yang disuguhkan kepada wisatawan dengan didukung oleh berbagai fasilitas penunjang pariwisata, sehingga wisatawan merasa puas karena sesuai dengan motif perjalanan wisata yang dilakukannya.

Dalam memenuhi pengadaan instrumen yang dibutuhkan bagi pengembangan sektor kepariwisataan tersebut, pemerintah daerah perlu mengadakan kerjasama dengan berbagai pihak seperti swasta, POKJA, dan masyarakat lokal baik kerjasama dalam pengelolaan obyek pariwisata maupun kerjasama dalam investasi bagi pengadaan instrumen/fasilitas pendukung pariwisata tersebut.

Kerjasama Pemerintah Kota dengan Pihak Swasta

Bentuk kerjasama ini merupakan pengadaan dan pengelolaan berbagai fasilitas pendukung kegiatan pariwisata antara pemerintah daerah dengan pihak swasta berdasarkan ketentuan-ketentuan yang mengatur kerjasama tersebut. Adapun bentuk-bentuk kerjasama tersebut diantaranya adalah :

1. Pihak swasta yang membangun, mengoperasikan dan menyerahkan fasilitas pendukung tersebut menjadi milik pemerintah pada akhir masa perjanjian kerjasama.

2. Penambahan dan pengembangan fasilitas yang dibangun pemerintah oleh yang dilaksanakan oleh swasta, mengoperasikannya dan mengembalikannya setelah berakhir masa perjanjian kerjasama ekpada pemerintah.

Bentuk-bentuk kerjasama diatas dapat diterapkan sesuai dengan kondisi masing-masing obyek wisata yang ada di kawasan Situ Pengasinan. Pemilihan

pola kerjasama yang akan diterapkan akan disesuaikan dengan spesifikasi dan fasilitas pendukung yang akan dikerjasamakan dengan tetap mengutamakan prinsip saling menguntungkan, bagi pemerintah daerah dalam bentuk peningkatan PAD, sedangkan bagi pihak swasta dalam bentuk profit/laba.

Kerjasama Pemerintah Kota dengan Kelompok Kerja (POKJA) Situ Pengasinan Selain bentuk kerjasama antara pemerintah dengan mengikutsertakan peran POKJA dalam pengadaan fasilitas pendukung dan pengelolaan obyek wisata lokasi yang masih dalam wilayah kerjanya. Kerjasama ini mungkin lebih ditekankan kepada peran POKJA tersebut untuk menunjang kelengkapan fasilitas pendukung obyek wisata diantaranya berupa pengadaan industri souvenir/cenderamata, rumah makan, travel agent, jasa pemandu wisata, pertunjukan seni dan budaya, jasa telekomunikasi (wartel) dan lain-lain. Agar memberikan hasil yang optimal dalam mengikutsertakan POKJA untuk pengembangan sektor kepariwisataan di kawasan Situ Pengasinan, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Mengupayakan kemudahan perizinan bagi Anggota POKJA dibidang usaha yang menunjang pengembangan pariwisata.

2. Peningkatan keterampilan pelaksanaan usaha pariwisata melalui pelatihan singkat sesuai dengan komoditi andalan yang diusahakan. 3. Memotivasi perangkat kerja pedesaan anggota POKJA terutama dalam

usaha penyediaan cenderamata bagi wisatawan serta usaha lainnya. 4. Mengadakan pembinaan dalam kaitannya dengan pengembangan

modal swadaya, modal luar negeri maupun modal ventura.

5. Bimbingan manajemen pemasaran, manajemen keuangan, pemasaran jasa dan lain-lain.

6. Memotivasi para pengrajin anggota POKJA agar memproduksi barang-barang cenderamata sesuai dengan permintaan pasar.

7. Mengadakan bimbingan kegiatan pelayanan terpadu dalam mendorong pertumbuhan pariwisata.

8. Meningkatkan keterampilan manajerial dan keterampilan teknis yang semula sederhana, meningkat pada teknis pelayanan yang disesuaikan dengan persyaratan standarisasi usaha pariwisata.

V. PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa hal, sebagai berikut :

ƒ Analisis kesesuaian lokasi dibangun berdasarkan parameter yang terdiri dari Land Cover/Land Use, jaringan jalan, status lahan dan view. Analisis kesesuaian zona dibangun berdasarkan parameter Land Cover/Land Use, Slope, Water Body, View, aksesibilitas dan vegetasi.

ƒ Analisis kesesuaian lokasi menggambarkan bahwa kawasan situ Pengasinan cocok untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata kota dengan luas area sebesar 85% dari total kawasan.

ƒ Analisis kesesuaian zona membagi kawasan situ Pengasinan menjadi tiga zona yaitu zona A (Village Zone) sebesar 37% luas kawasan, zona B (rest area) sebesar 23% luas kawasan dan zona C (Water Zone) sebesar 21% luas kawasan dengan masing-masing peruntukan dan obyek-obyek wisata yang berbeda.

ƒ Konsep perancangan situasi yang diusung untuk kawasan wisata situ Pengasinan adalah pedesaan dengan lahan sawah dan kolam besar. Konsep tersebut menentukan isi dan perancangan keseluruhan bangunan termasuk tata letak bangunan dan tata bangunannya.

ƒ Berdasarkan obyek-obyek wisata yang dibangun serta rancangan suasana yang ada pada rencana kawasan maka target pengunjung kawasan adalah keluarga dan perorangan dan tidak ada batasan umur.

ƒ Kawasan situ Pengasinan sesuai untuk dikembangkan menjadi sebuah kawasan wisata dan dengan arahan rencana tapak dan rencana pengembangan yang telah dibuat maka diharapkan kawasan situ Pengasinan dapat menjaga kelangsungan hidup dan berkembang sebagai kawasan wisata kota yang bernuansa ramah lingkungan.

Saran

ƒ Pemerintah kota Depok perlu menetapkan kawasan sekitar situ Pengasinan sebagai kawasan wisata agar pengembangan dan pengelolaan dapat lebih terarah,

ƒ Keterjagaan kondisi lingkungan merupakan modal utama kawasan wisata situ Pengasinan sehingga perlu pengaturan yang cukup ketat terhadap masalah konversi lahan dalam kawasan. Pengaturan ini termasuk pengaturan masalah insentif dan disinsentif bagi masyarakat yang menempati kawasan yang dapat diatur dengan PERDA (Peraturan Daerah),

ƒ Untuk lebih menjaga kelangsungan hidup kawasan situ Pengasinan, maka perlu dilakukan penelitian mengenai keberlangsungan dan sirkulasi air situ Pengasinan,

ƒ Perhitungan multiplier effect, secara ekonomi dan sosial, bagi kawasan juga perlu dilakukan untuk menilai kelayakan pengembangan kawasan.

Dokumen terkait