• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Jual Beli 1.Definisi Jual Beli 1.Definisi Jual Beli

5. Larangan-Larangan yang Merusak dalam Jual Beli

Larangan tidak selamanya membatalkan,namun terkadang ia juga dapat membatalkan. Larangan terakhir inilah yang dimaksud disini, dan ia dapat terwujud jika pengharaman itu ditujukan pada akad itu sendiri, seperti hilangnya satu rukun dari rukun yang ada mengarah kepada sesuatu yang berada diluar namun menjadi bagian dari akad seperti syarat dari syarat-syarat yang ada.

a. Asbu Al-Fahl (Jual Beli Sperma Hewan)

Disebutkan dalam Shahih Al Bukhari dari Ibnu Amru :

“Bahwasannya Nabi Saw melarang menjual sperma hewan jantan.”

Yakni mengawinkan antara kuda jantan degan kuda betina, atau spermanya, atau upah mengawinkannya, jika mengikuti dua pendapat diatas berarti ada kalimat yang sandaran agar bisa dilihat larangan yang ada,

30

bayaran pengawinannya atau spermanya.” Artinya memberi dan

mengambilnya sebab ia termasuk dosa besar yang tidak sedikit dosanya karena memakan hartaorang lain dengan cara batil.

Larangan secara jelas juga terdapat dalam Riwayat Imam Asy-Syafi‟i dalam Al-Mukhtasar, karena hukum-hukum syar‟i terkait dengan

perbuatan orang mukallaf dan mengawini kuda bukan termasuk perbuatan mukallaf dan air (sperma) satu jenis benda yang tidak berkaitan dengan satu hukum.

Oleh sebab itu, haram mengambil bayaran pengawinan kuda dan harga spermanya sesuai dengan dalil yang melarang hal ini.Artinya bahwa sperma kuda jantan bukan termasuk harta yang bisa dinilai dan tidak diketahuidan tidak mampu untuk diserahkan karena sangat tergantung dengan pilihannya dan tidak bisadiserahkan kepada yang punya. Adapun yang mengatakan sah menyewanya untuk mendapatkan anaknya bisa berarti dia menyewakan untuk beberapa waktu sesuai dengan keinginannya., maka pada saat itu ia boleh melakukan percampuran ini, dan cara ini menjadi satu keharusan bagiyang punya karena keperluan mendesak orang pedalaman dan dengan makna inilah ditafsirkan ucapan sebagian yang mengatakan bahwa melarang proses perkawinan ini merupakan satu dosa besar. Saya katakana, yang punya tidak harus memberikannya secara gratis sebab mereka juga tidak bisa mengambilnya tanpa jual beli atau menyewa.

31

Termasuk jual beli yang dilarang adalah habl al-hablah dan hadist ini diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim dari ibnu umar

dengan lafal: “Rasul Saw melarang menjual habl al-hablah.” Yaitu

menjual anak hewan atau menjual sesuatu dengan bayaran ketika janin dalam perut melahirkan artinya sampai hewan ini melahirkan anak dan kemudian si anak ini melahirkan, maka akad jual beli batal karena tergantung dengannya.Kalimat habl tidak dipakai kecuali untuk manusia kecuali untuk majaz.Karena kata habl (hamil) khusus untuk manusia dan disini disebutkan untuk umum baik manusia atau yang lainnya. Batalnya akad jual beli ditetapkan berdasarkan penafsiran pertama terhadap larangan yang ada karena ia adalah bentuk jual beli terhadap sesuatu yang bukan hak milik, tidak diketahui, dan tidak mampu diserahkan. Dan menurut penafsiran kedua, karena menunda sampai waktu yang tidak diketahui. Jual beli dengan bayaran anaknya hewan yang masih ada adalam perut ibunya dan ini yang dianamakan oleh penduduk kampong

dengan “muqawamah” yaitu menjual hewan tunggangan dengan harga

yang diakhirkan sehingga ia bisa mengambilnya dari anaknya hewan tunggangan tadi, tidak ada masalah buat yang melakukannya karena termasuk yang tidak terlihat sehingga dimaafkan. Contohnya dia

mengatakan: “Saya jual kepadamu apa yang akan dilahirkan oleh anaknya hewan tunggangan ini,” dan inilah yang dinamakan jual beli habl al-hablah yang hakiki, atau menjual sesuatu dengan harga yang ada pada

32

barang yang dijual yaitu jual beli habl al-hablah secara toleransi dan inilah penafsiran Ibnu Umar dan pendapat inilah yang dipakai oleh Imam Asy-Syafi‟i.

c. Larangan Jual Beli Malaqih dan Madhamin

Al-Malaqih bentuk jamak dari malaquhah secara bahasa artinya

janin unta secara khusus.Menurut istilah syara‟ lebih umum dari itu yaitu

janin yang ada dalam perut hewan baik yang jantan maupun betina, pendapat ini kemudian dibantah karena yang menjadi tradisi ahli bahasa

maknanya lebih khusus dari definisi menurut syar‟i walaupun yang

masyhur adalah kebalikan dari itu, kecuali jika dikatakan yang masyhur ini yang lebih dominan, kalau tidak keduanya sama dan terkadang makna secara bahasa lebih khusus seperti dalam pembahasan ini.

Al-Madhamin bentuk jamak dari madhamun seperti manshur atau midhman seperti miftah, artinya sperma yang ada dalam tulang punggung kuda.Al-Azhari berkata “Dinamakan demikian karena Allah

menciptakan tulang punggungnya seakan ia adalah pengaman baginya.”

Imam Malik meriwayatkan hadis tentang larangan ini secara mursal dan Imam Al-Bazzar secara musnad dan tidak sah nya akad jual

beli dari segi makna dari hadisnya Abu Hurairah “Rasulullah Saw

melarang menjual malaqih dan madhamin.”

33

Yaitu memegang baju yang dilipat atau dalam gelapnya malam lalu ia membelinya tanpa khiyar jika dia melihatnya, karena memegang

sudah dianggap cukup dari melihat atau dia mengatakan “Jika kamu menyentuhnya, maka saya menjualnya kepadamu” cukup dengan

menyentuh tanpa shighat atau menjual sesuatu dengan syarat kapan dia memegannya, maka jual beli menjadi wajib dan tidak ada khiyar majlis dan yang lain. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Sa‟id hadis ini dengan lafal “Rasulullah Saw melarang munabadzah dan mulamasah dalam jual beli.”

Imam Asy-Syafi‟i menjelaskan alasan batalnya akad karena ada penggantungan dan tidak memakai shighat syar‟i.dan Al-Asnawi menjelaskan bahwa jika dia menjadikan memegang (lams) sebagai syarat, maka batalnya akad karena ada penggantungan, dan jika dia menjadikan memegang sebagai jual beli, maka karena tidak ada shighat. Adapun

ucapan: “Jika kamu memegangnya, maka saya telah menjualnya keapadamu ”kemudian diterima oleh pihak yang lain, walaupun ada ijab dan qabul namun ada syarat yang rusak yaitu memegang.

Adapun munabadzah, menjadikan ”menjatuhkan” sebagai jual beli sudah dianggap cukup menggantikan shighat kemudian yang lain

mengatakan:”Saya jatuhkan bajuku kepadamu dengan harga sepuluh”, lalu diambil oleh pihak kedua atau dia berkata: “Saya jual kepadamu baju

34

kepadamu,”maka jual beli menjadi wajib dan tidak ada khiyar (memilih). Dan batal karena tanpa ru‟yah (melihat) atau karena tanpa shighat atau karena syarat yang rusak.

e. Larangan Jual Beli Hushah (dengan kerikil)

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi melarang jual beli dengan hushah (kerikil). Yaitu jika dia melempar

batu, maka jual beli menjadi wajib, dengan cara mengatakan “saya jual

kepadamu dari baju-baju ini mana yang terkena lemparan batu” atau

melempar dari jauh tanpa adanya shighat, kemudian pihak yang lain

menjawab: “jika saya lempar batu kecil ini maka baju ini terjual darimu dengan harga sepuluh” atau dia berkata “Saya jual kepadamu dan bagimu

khiyar sampai ia melempar”. Batalnya akad dalam jual beli ini karena barang yang dijual atau waktu khiyar tidak diketahui, atau karena tidak ada sighat.Pendapat ang terakhir dibantah bahwa ucapannya dalam

mulasamah “Maka saya telah menjualnya kepadamu” sebagai bentuk

pemberitahuan dan bukan pembuatan atau karena menganggap shighat tidak ada sebab tidak ada syarat yaitu tanpa penggantungan.

f. Larangan Jual Beli Al-Urbun

Al-Urbun adalah seseorang membali satu barang dan memberi Penjual sejumlah uang dengan syarat ia menjadi bagian dari harga barang kalau dia ridha dengan jual beli dan kalau tidak, maka hanya hadiah saja.Abu Dawud dan yang lainnya meriwayatkan dari Amru bin Syu‟aib

35

dari ayahnya dari kakeknya: “Bahwasanya Nabi melarang jual beli „urbun. Tidak sah nya jual beli ini karena mengandung syarat harus mengembalikan atau hibah jika Pembeli tidak ridha dengan barang jualan, dan jawaban Asy-Syubramalisi karena mengandung dua syarat yang merusak, syarat hibah, dan syarat mengembalikan barang dengan ketentuan jika dia tidak ridha.

Haram hukumnya memisahkan antara ibu dan anak kecil

sesuaidengan sabda Nabi “Siapa yan memisahkan anatara ibu dan

anakanya, maka Allah akan memisahkanny dengan orang-orang yang

disayanginya pada hari kiamat.” Dihasankan oleh oleh At-Tirmidzi dan disahihkan oleh al-hakim sama dengan syarat Muslim, baik memisahkan dalamhal jual beli atau hibah,maka akad menjadi batal menurut pendapat kedua, tidakoleh dipisahkan sebab bisa membahayakandan bukan karena ada cacat pada jual beli.

Maksud dari pemisahan dalam hadist diatas adalah memisahkan antara ibu dan anaknya, adapun memisahkan antara hewan dengan anaknya, Asnawi berkata, ada perincian: tidak mengapa jika dengan cara keduanya disembelih atau salah satunya seperti ibunya atau anaknya dengn syarat si anak tidak tergantung lagi dengan ibunya, pada saat itu hukumnya makruh, dan diharamkan berbuat selain yang diatas, dan tidak boleh melakukan sesuatu ketika sudah diharamkan seperti menjual, seandainya dia menjual salah satunya kepada orang yang kemungkinan

36

besar akan menyembelihnya, maka hukumnya tidak sah,belum tentu dia menyembelihnya dan syarat harus menyembelihnya adalah tidak tepat. Pendapat yang unggul tidak sah jual beli secara mutlak baik si pembeliakan menyembelihnya atau tidak walaupun dia tahu dia akan menyembelihnya atau tidak walaupun dia tahu dia akan menyembelih

sesuai dengan hadis Nabi:”Dilaknat orang yang memisahkan antara ibu dan anaknya,” dengan begitu ini termasuk dosa besar sebab ada ancaman

yang keras. Adapun yang kuat, bahwa perbuatan ini hanya dosa kecil berbeda dengan Ibnu Hajar yang mengatakan ini termasuk dosa besar seperti yang diakui oleh Syaikh Muhammad Abduh.

g. Larangan Dua Jualan dalam Satu Akad

Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan yang lainnya dari Abu Hurairah dan mengatakan hadist ini hasan sahih. Dengan mengatakan :

“saya jual kepadamu rumah ini dengan seribu secara tunai atau dua ribu tahun depan dan ambil yang mana kamu suka” atau dia mengatakan : “saya jual kepadamu kuda ini dengan syarat kamu menjual rumahmu

dengan harga seribu atau kamu membeli rumahku dengan harga sekian”.

Batalnya akad karena bayaran tidak diketahui dan karena syarat yang rusak, sebenarnya satu akad dinamakan dua akad lebih karena ada unsur tardid (ragu-ragu) dalam menentukan harga.

Ada beberapa bentuk jual beli dan syarat yang dikecualikan, diantaranya :

37

1) Jual beli dengan syarat khiyar, atau bebeas dari aib atau syarat harus dipetik dari pohon.

2) Jual beli dengan syarat penundaan tempo bayaran, gadai, jaminan terhadap barang yang ada dengan harga dalam tanggungan (Azzam, 2010: 66-76).

Dokumen terkait