• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2. Amelia, Desmiyawati,

1.1. Latar Belakang

Perhatian terhadap bagaimana menciptakan kinerja manajerial perusahaan yang unggul telah menjadi isu yang menarik bagi para peneliti dan praktisi dari tahun ke tahun.Pengukuran kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi perusahaan.Manajer harus mampu menterjemahkan visi strategi menjadi langkah-langkah konkret agar dapat terlaksana (Rustiana, 2004).Perusahaan yang baik minimal memiliki kinerja yang baik pula dan juga dapat memberikan solusi pemecahan masalah yang mungkin dihadapi kedepannya.

Manajemen kinerja yang baik menuju organisasi berkinerja tinggi harus memiliki suatu indikator kinerja kunci (key performance indicator) yang terstruktur secara kualitatif, serta jelas batas waktu untuk mencapainya.Semua ukuran kinerja biasanya dituangkan dalam bentuk kesepakatan antara atasan dan bawahan yang sering disebut sebagai kontrak kerja (performance contract). Adanya suatu proses siklus manajemen kinerja yang baik dan dipatuhi untuk dikerjakan bersama yang meliputi perancanaan kinerja, pelaksanaan dan evaluasi kinerja yang berdampak pada pencapaian tujuan perusahaan, hal ini akan menunjukan adanya keefektifan dari kinerja itu sendiri (Astuti, 2010).

Kinerja manajerial sangat dibutuhkan dalam organisasi karena diharapkan mampu membawa keberhasilan bagi perusahaan. Menurut Nur dan Bambang

(2009,115), kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial. Kinerja manajerial meliputi: perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan staf, pengaturan, negosiasi, dan perwakilan. Dengan kinerja manajerial atau kemampuan mengelola kegiatan dalam suatu organisasi yang maksimal, kelangsungan hidup suatu organisasi akan dapat dipertahankan.

Kemampuan manajerial lahir dari proses yang panjang dan terjadi secara perlahan-lahan melalui proses pengamatan dan belajar. Bukti dari kemampuan manajerial adalah sejauhmana mereka mampu berkinerja secara optimal. Menurut Nasution (2005), yang dimaksud dengan kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial antara lain: perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, supervisi, pengaturan staf, negosiasi, dan representasi. Seseorang yang memegang posisi manajerial diharapkan mampu menghasilkan suatu kinerja manajerial.Berbeda dengan kinerja karyawan umumnya yang bersifat konkrit, kinerja manajerial bersifat abstrak dan kompleks (Aida 2004).

Aida (2004) menyatakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Kinerja adalah keberhasilan personel, tim, atau unit organisasi dalam mewujudkan sasaran strategik yang telah ditetapkan sebelumnya dengan perilaku yang diharapkan.

Kinerja suatu organisasi tergantung pada kerja pegawainya, namun atasan dapat berperan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan suatu organisasi.Dalam hal ini, atasan harus mempunyai peran yang penting dalam usahanya untuk memotivasi dan mengelola pegawainya.Kondisi inilah yang pada akhirnya menuntut para pelaku bisnis termasuk para manajer untuk meningkatkan kinerjanya meliputi kemampuan dalam hal perencanaan, perkoordinasian, serta pengendalian berbagai aktivitas dan sumber daya yang dimiliki.

Manajer sebagai seseorang yang memiliki tanggung jawab besar dalam pengelolaan perusahaan harus sadar akan peran yang dimilikinya. Manajer harus dapat menjalankan tugasnya untuk menciptakan nilai bagi konsumen serta meningkatkan shareholder value bagi organisasi perusahaan. Seorang manajer dituntut untuk menghasilkan kinerja yang baik melalui tiga kegiatan utama berikut ini: (1) mendesain produk dan jasa yang mampu menghasilkan value bagi konsumen, (2) memproduksi produk dan jasa secara cost effective, dan (3) memasarkan produk dan jasa secara efektif kepada konsumen.

Organisasi yang berhasil dalam mencapai tujuan serta mampu memenuhi tanggug jawab sosialnya akan sangat tergantung pada para manajernya (pimpinan). Bila pimpinan mampu melaksanakan dengan baik, sangat mungkin organisasi tersebut akan mencapai sasarannya. Suatu organisasi membutuhkan pemimpin yang efektif, yang mempunyai kemampuan mempengaruhi perilaku anggotanya. Jadi, seorang pemimpin atau kepala suatu organisasi akan diakui sebagai seorang pemimpin apabila ia dapat mempunyai pengaruh dan mampu mengarahkan bawahannya kearah pencapaian tujuan organisasi. Kualitas dari

pemimpin seringkali dianggap sebagai faktor terpenting dari keberhasilan atau kegagalan organisasi demikian juga keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi baik yang berorientasi bisnis maupun publik, biasanya dipersepsikan sebagai keberhasilan atau kegagalan pemimpin. Begitu pentingnya peran pemimpin sehingga isu mengenai pemimpin menjadi faktor yang menarik perhatian para peneliti bidang perilaku keorganisasian, hal ini akan membawa konsistensi bahwa setiap pemimpin berkewajiban memberikan perhatian yang sungguh-sungguh untuk membina, menggerakkan, mengarahkan semua potensi karyawan dilingkungannya agar terwujud volume dan beban kerja yang terarah pada tujuan. Pimpinan perlu melakukan pembinaan yang sungguh-sungguh terhadap karyawan agar dapat meningkatkan kinerja dan menimbulkan kepuasan kerja yang tinggi. Ketika pemimpin menunjukkan kepemimpinan yang baik, para karyawan akan berkesempatan untuk mempelajari perilaku yang tepat untuk berhadapan dengan pekerjaan mereka.

Pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance (GCG) sangat diperlukan untuk menciptakan suatu sikap kepercayaan di kalangan masyarakat sebagai syarat mutlak bagi dunia usaha untuk dapat berkembang lebih baik lagi dan sehat kedepannya.Corporate Governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan relasi antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang berperan dalam penentuan arah kinerja dari perusahaan itu sendiri.Dengan berkembangnya sistem ketenagakerjaan di Indonesia, perkembangan dunia usaha dan tingkat keberhasilan suatu organisasi bergantung pada tingkat produktivitas sumber daya manusia dalam mencapai tujuan yang telah dicanangkan.Sumber

daya manusia merupakan faktor yang tidak bisa dilepaskan karena merupakan modal utama dan pertama yang harus diperhatikan. Meskipun ketersediaan faktor yang lain seperti kualitas teknologi dan ekonomi yang memadai, bila tidak didukung oleh sumber daya manusia maka tidak akan membuahkan hasil yang maksimal.

World Bank mendefinisikan tata kelola perusahaan (corporate governance) sebagai hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi

yang dapat mendorong kinerja perusahaan secara efisien. Komite Nasional kebijakan corporate governance telah menerbitkan pedoman pelaksanaan Good

Corporate Governance (tata kelola perusahaan yang baik) untuk para pelaku

usaha di Indonesia dan mendefinisikan corporate governance sebagai struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh perusahaan untuk memberikan tambahan nilai bagi perusahaan yang berkelanjutan dalam jangka waktu lama bagi pemegang saham, dengan tetap memperhatikan stakeholder lainnya berlandaskan peraturan dan norma yang berlaku (Wardani, 2010).

Dewasa ini masyarakat juga menuntut pembentukan lembaga yang good

public dan corporate governance (Mardiasmo, 2004) sehingga pihak manajemen

perlu memikirkan ulang perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan yang tepat.Dalam hal ini pengendalian intern memiliki peran yang penting dari fungsi manajemen seperti perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pengembalian keputusan yang tepat.

Pengendalian intern merupakan suatu proses yang dijalankan dengan dewan komisaris, manajemen, dan personil usaha lainnya yang dirancang untuk

mendapatkan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tujuan (IAI, 2001). Oleh karena itu perusahaan besar dan perusahaan yang sedang berkembang membutuhkan peranan pengendalian intern yang lebih besar juga.Karena semakin besar ukuran perusahaan, semakin banyak pula orang-orang yang terlibat dalam kegiatan perusahaan yang dispesifikasikan dalam bidang-bidang tertentu, maka memungkinkan munculnya kesalahan yang dapat terjadi.Di dalam pengendalian intern, kinerja manajemen sangatlah penting karena merupakan inti dalam perusahaan untuk mencapai tujuannya.

Audit Manajemen merupakan salah satu factor yang mempengaruhi kinerja manajerial. Audit Manajemen itu sendiri menurut Agoes (2009) adalah suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomi.

Budaya organisasi atau perusahaan menjadi satu hal penting sebagaimana Atmosoeprapto (2000) menyatakan bahwa budaya organisasi atau budaya perusahaan yang kuat akan mempengaruhi pandangan mengenai suatu pekerjaan menjadi lebih menyenangkan, maka budaya perusahaan perlu tetap dipelihara keberadaannya, sehingga seluruh karyawan dimulai dari pimpinan puncak hingga karyawan lapis terbawah menghasilkan kinerja yang tinggi.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Ira Amelia, Desmiyawati, Nur Azlina (2013) mengenai Pengaruh Good Governance, Pengendalian Intern dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah(Studi Pada Satuan Kerja

Pemerintah Kabupaten Pelalawan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa good governance dan pengendalian intern berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah sedangkan budaya organisasi tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja pemerintah daerah kabupaten pelalawan.

Rannia Farida Yossy Astuty (2014) melakukan penelitian tentang pengaruh audit manajemen dan lokus kendali terhadap kinerja manajerial perusahaan (survey pada BUMN di Kota Bandung). Hasil penelitian menunjukkan bahwa audit manajemen dan lokus kendali berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Apabila keduanya semakin baik dan terkendali maka akan dapat meningkatkan kinerja manajerial.

Nova Andriyanto (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh pengendalian intern dan penerapan prinsip-prinsip good corporate governance terhadap kinerja manajerial (studi empiris pada PT.BRI (persero) tbk cabang jember).

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul ““PengaruhPengendalian Intern, PenerapanGood Corporate Governance, Budaya OrganisasiDanAudit Manajemen TerhadapKinerja Manajerial (Studi Kasus Pada PT. PEGADAIAN (Persero) Kanwil I Medan)”.

Dokumen terkait