• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makna investor tentu tidak sama artinya antara di pasar modal dengan pengertian sehari-hari. Setiap orang yang melakukan pembelian saham atau surat-surat berharga atau efek-efek di pasar modal disebut investor. Semua orang bisa menjadi investor dengan syarat memiliki dana dan menggunakan dana tersebut untuk membeli dan menjual efek-efek perusahaan di pasar modal. Dalam keseharian makna investor biasanya diartikan sebagai orang yang membangun pabrik atau membangun properti.1

Semua investor baik individu maupun institusi membeli saham perusahaan untuk menghasilkan keuntungan melalui instrumen pasar modal . Komitmen para investor berusaha menempatkan dana pada pasar modal dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.

Salah satu ciri yang membedakan perdagangan di pasar modal dengan perdagangan di pasar barang adalah penggunaan pialang (broker).2

1

Sawidji Widoatmodjo, Cara Sehat Investasi di Pasar Modal, (Jakarta: Yayasan Mpu Ajar Artha, 2000) hal. 44.

Peran investor institusional tidak terlepas dari pialang (broker) sebagai penjamin emisi (underwriter), perantara penjualan atau pembelian efek, dan pengelola investasi di

2

Ibid., hal. 20. Dalah bahasa sehari-hari broker biasanya disebut sebagai makelar. Sedangkan di pasar modal menggunakan istilah pialang dan legal menurut undang-undang. Pada perdagangan di pasar barang, pialang tidak mutlak diperlukan sedangkan pada perdagangan di pasar modal, pialang mutlak diperlukan. Investor di pasar modal tidak bisa membeli atau menjual efek-efek secara langsung ke bursa tanpa melalui pialang.

pasar modal. Hubungannya dengan investor adalah mewakili kepentingan investor, memberikan nasehat atau penjelasan kepada investor dalam menentukan kebijakan berinvestasi. Sehingga dengan demikian untuk menganalisis fakta material, pialang (broker) mempunyai peranan yang sangat besar .3

Investor institusional dilayani oleh institusional broker. Apabila reksa dana atau dana pensiun dan lembaga-lembaga lainnya yang akan melakukan pembelian atau penjualan surat-surat berharga (efek) yang dimilikinya, maka investor institusional menghubungi institutional broker untuk bertransaksi sebagai perantara.4

Investor disebut juga dengan pemodal yakni orang perorangan atau suatu lembaga tertentu yang menanamkan dananya pada instrumen keuangan yang dapat berupa saham-saham, obligasi, dan lain-lain. Dalam pasar modal disebut dengan efek-efek berupa surat berharga yang antara lain: surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.5

Investor institusional merupakan suatu organisasi yang menginvestasikan asetnya sendiri atau asset-aset pihak lain yang dipercayakan padanya melalui bursa efek (pasar modal). Investor institusional yang tipikal antara lain perusahaan-perusahaan investasi ( termasuk dana-dana bersama ) , dana-dana pensiun, perusahaan-perusahaan asuransi, dan bank. Investor institusional mempunyai banyak uang untuk

3

Abdul Halim, Analisis Investasi, (Jakarta: Salemba Empat, 2005) hal. 11.

4

Sawidji Widoatmodjo, Op. cit., hal. 22.

5

diinvestasikan agar menciptakan profit. Tentu saja investor institusional berinvestasi di pasar modal dengan volume yang besar.6

Investor institusional bukan investor perorangan tetapi investor yang merupakan lembaga. Misalnya dana pensiun, perusahaan asuransi, dan perusahaan lain melakukan investasi.7

Ada dua pasar sekaligus menjadi sarana bagi investor institusional memperoleh keuntungan yaitu: pasar perdana (primary market) dan pasar sekunder (secondary market).

Investor akan panik jika ada penyesatan informasi yang mengakibatkan informasi menjadi simpang siur sehingga membuat investor tidak dapat mengambil kebijakan membeli atau menjual saham-saham dengan harga yang sesuai.

8

Tidak meratanya informasi bagi investor karena ada informasi yang tidak disampaikan dan terjadi informasi telah dibocorkan kepada orang tertentu.Sementara informasi itu sangat berpengaruh karena mengandung fakta material, yang dapat

6

http://www.belajarinvestasi.net/saham/main-saham-menghasilkan-uang, tulisan dengan judul “Saham Menghasilkan Uang”, diakses tanggal 24 Juni 2013.

7

Hendy, M. Fakhruddin, Istilah Pasar Modal A-Z, (Jakarta: Elex Media Komputindo-Kelompok Kompas Gramedia, 2008), hal. 98.

8

Tavinayati dan Yulia Qamariyanti, Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 25-26. Pasar perdana (primary market) yaitu antara saat izin go public diberikan sampai dengan waktu tertentu sesuai dengan perjanjian emiten dengan penjamin emisinya. Pada masa ini saham ditawarkan di luar bursa dengan harga yang disepakati antara emiten dengan penjamin emisi. Sedangkan pasar sekunder (secondary market) yaitu pasar di mana investor berkesempatan setelah saham-saham didaftarkan di bursa. Setelah pasar perdana ditutup, perusahaan didaftarkan di bursa, setelah itu pasar sekunder dimulai. Disebut pasar sekunder karena melakukan perdagangan adalah para pemegang saham dan calon pemegang saham. Uang yang berputar di pasar sekunder tidak lagi mengalir ke dalam perusahaan yang menerbitkan efek tetapi berpindah dari pemegang saham yang satu ke pemagang saham yang lain.

digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal.

Pengaruh Investor luar negeri terhadap Bursa Indonesia sangat besar. Investor yang melakukan transaksi di bursa saham dikelompokkan berdasarkan asal dari investor yaitu investor domestik dan investor luar negeri (asing). Investor domestik mempunyai karakteristik dengan pengetahuan tentang transaksi perdagangan saham dan pengalaman bermain saham yang masih minim. Jumlahnya pun masih sedikit. Informasi tentang bursa yang didapatkan oleh investor lokal juga terbatas. Penyebabnya adalah emiten cenderung membatasi informasi yang diberikan kepada investor lokal, yang juga memiliki dana terbatas. Sementara itu investor luar negeri (asing) mempunyai karakteristik superior dibanding investor lokal. Investor asing memiliki pengetahuan yang luas tentang seluk-beluk transaksi saham di bursa, berpengalaman serta memiliki dana untuk diinvestasikan di bursa saham. Sebesar 70 persen dari volume perdagangan saham berasal dari transaksi-transaksi yang dilakukan para investor asing (institusional). Semua pihak sudah memahami bila bursa sudah marak maka investor asing telah masuk atau membeli saham di bursa. Akibatnya, investor lokal kembali mengikuti sehingga perdagangan makin marak, demikian juga sebaliknya. Investor asing melakukan pembelian melalui perusahaan asing seperti Merryl Lynch, Baring, Jardine dan sebagainya. Investor lokal biasanya

memperhatikan transaksi yang dilakukan oleh broker asing yang dijadikan sebagai patokan sebelum membeli atau menjual saham di Pasar Modal.9

Warrent Buffett seorang investor di Amerika, dengan perusahaan investasinya bernama Berkshire Hathaway, menjadi acuan dan banyak ditiru oleh investor. Isu masuknya Warrent Buffett ke bisnis tertentu (membeli saham suatu perusahaan) merupakan sesuatu yang ditunggu-tunggu dan dianggap sebagai sinyal positip yang menjadikan harga saham perusahaan tersebut menjadi naik.

10

Setiap perusahaan (emiten) yang menawarkan efeknya melalui pasar modal wajib mengungkapkan seluruh informasi mengenai fakta material secara transparan

(full disclosure) mengenai keadaan usahanya termasuk keadaan keuangan, aspek

hukum, manajemen, dan harta kekayaan perusahaan kepada publik (investor). Investor sangat menentukan maju mundurnya kegiatan di pasar modal. Dengan fakta material yang diperoleh para investor dapat memahami kondisi perusahaan yang sebenarnya sebelum mengambil keputusan membeli atau tidak membeli efek-efek emiten.

11

Dalam hal suatu informasi yang mengandung fakta material tidak seluruhnya diungkapkan atau disembunyikan atau dipalsukan sehingga menyesatkan

(misleading) investor, maka perusahaan (emiten) wajib bertanggung jawab atas

kerugian yang dialami oleh investor . Profesionalisme para investor merupakan hal 9

Adles Haymans Manurung, Pasar Modal Indonesia Menjadi Bursa Kelas Dunia, (Jakarta, PT. Elex Media Komputindo, 2005), hal. 37-39

10

Roy Sambel, dan Totok Sugiharto, Becoming Smarter, tougher, and Wiser Investor

(Jakarta, PT. elex Media Komputindo, 2009) hal. 13

11

Jusuf Anwar, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, (Bandung: Alumni, 2005), hal. 208.

penting dalam mendukung perkembangan pasar modal. Meningkatnya investor institusional dapat meningkatkan objektifitas, kewajaran, dan efisiensi, serta keterbukaan di pasar modal.12

Mengenai fakta material juga terdapat pada saat perusahaan diperiksa dari segi hukum (due diligence) atau disebut dengan legal audit. Sebelum perusahaan (emiten) melakukan proses go public wajib terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dari segi hukum (due diligence). Tujuan dari legal audit ini untuk menyajikan fakta-fakta hukum mengenai emiten secara utuh dan menyeluruh tanpa ada fakta-fakta material yang ditutupi (full disclosure).

13

Pihak pemeriksa pada tahap ini wajib melaksanakan prinsip kerahasiaan, bahwa hasil pemeriksaan merupakan fakta material yang tidak dibenarkan dibuka ke publik sebelum pada waktunya dibuka.14 Selain pihak pemeriksa, bagi penjamin

emisi (underwriter), penasehat hukum perusahaan, akuntan perusahaan, juga diwajibkan melaksanakan prinsip kerahasiaan terhadap fakta material yang diperolehnya ketika melaksanakan due diligence.15

Fakta material dapat diperoleh oleh investor institusional dengan menggunakan sistim book building. Penawaran saham dengan menggunakan book

building ini khusus ditujukan untuk mempengaruhi investor institusional yang

diperkirakan akan menjadi pemesan yang potensial. Sistim ini digunakan sebagai 12

Ibid., hal. 209.

13

St. Laksanto Utomo, Pemeriksaan Dari Segi Hukum atau Due Diligence, (Bandung: Alumni, 2008), hal. 6.

14

Ibid., hal. 9.

15

Asril Sitompul, Due Diligence dan Tanggung Jawab Lembaga-Lembaga Penunjang Pada Proses Penawaran Umum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), hal. 35-38.

penawaran awal yang dilakukan emiten dan penjamin emisi (underwriter) sebelum melakukan penawaran umum saham perdana (Initial Public Offering-IPO) yaitu sebelum ditetapkannya jumlah dan harga yang pasti. Tujuannya untuk mengetahui besarnya permintaan akan saham yang akan IPO beserta harganya.16

Sebagai contoh, misalnya PT. ABC menawarkan sahamnya pada kisaran harga antara Rp.625 hingga Rp.825 per saham. Dengan book building ternyata diketahui pada umumnya para investor berminat pada harga Rp.700. Sehingga kemudian emiten dan penjamin emisi sepakat menjual saham pada harga tersebut. Sistim ini dilakukan emiten dan penjamin emisi dengan memberikan prospektus ringkas. Sehingga emiten dan penjamin emisi dapat mengetahui informasi atau fakta material besaran jumlah saham yang akan diterbitkan nanti pada saat IPO.

Sebab jika investor institusional masuk sebagai pemesan efek suatu perusahaan (emiten), biasanya diikuti dengan masuknya investor-investor lain (investor institusional atau individual) sebagai followers.

17

Berpedoman pada Pasal 1 angka 7 UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menentukan bahwa fakta material sama dengan informasi, yaitu: “Informasi atau fakta material adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada bursa efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut”. Di dalam penjelasan undang-undang, tentang

16

Hendy M. Fakhruddin, Go Public Strategi Pendanaan dan Peningkatan Nilai Perusahaan, (Jakarta: Elex Media Komputindo-Kelompok Kompas, 2008), hal. 89.

17

informasi atau fakta materiil diuraikan: a). penggabungan usaha, pengambil alihan, peleburan usaha, b).pemecahan saham,pembagian dividen, c). pendapatan yang luar biasa sifatnya, d).perolehan/kehilangan kontrak penting, e).produk atau penemuan baru yang berarti, f).perubahan tahun buku perusahaan, g).perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen. Informasi atau fakta material menurut Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor: Kep-86/PM/1996 tentang Keterbukaan Informasi yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik yang diperkirakan dapat mempengaruhi efek atau keputusan investasi pemodal :18

1. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau pembentukan usaha patungan;

2. Pemecahan saham atau pembagian dividen saham; 3. Pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya; 4. Perolehan atau kehilangan kontrak penting; 5. Produk atau penemuan baru yang berarti;

6. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen; 7. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran efek yang bersifat utang; 8. Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang

material jumlahnya;

9. Pembelian, atau kerugian penjualan aktiva yang material; 10.Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting;

11.Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau direktur dan komisaris perusahaan;

12.Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain; 13.Penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan;

14.Penggantian wali amanat;

15.Perubahan tahun fiskal perusahaan.

UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal tidak memerinci apa yang dimaksud dengan fakta material sesuai dengan perkembangan di dalam praktek. Sebab di dalam praktek sesungguhnya banyak hal yang dapat digolongkan sebagai

18

Redaksi Sinar Grafika, Himpunan Peraturan Pasar Modal, UU No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), hal. 901.

fakta material dan yang lebih penting dari itu adalah bahwa fakta material tersebut dapat mempengaruhi harga saham atau keputusan calon investor di bursa termasuk diantaranya hal-hal yang diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor: Kep-86/PM/1996 tentang Keterbukaan Informasi yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik dan Peraturan Nomor X.K1 sebagaimana di atas.

Para investor institusional selalu aktif mengumpulkan berbagai informasi dan memanfaatkannya untuk memahami harga-harga saham yang ditawarkan dalam pasar perdana maupun pasar sekunder. Informasi yang dikumpulkan tentu saja informasi yang mengandung fakta material. Misalnya penentuan fakta material dalam kasus

Texas Gulf Sulfur (TGS) di Amerika Serikat diputuskan oleh pengadilan bahwa

pengeboran bijih utama yang potensial dapat mempengaruhi investor membeli atau menjual saham dan penemuan itu mempengaruhi harga saham di bursa.19

Penerapan teori kemungkinan (propability theory) di pasar modal Amerika Serikat pada masa itu baru pertama kali diterapkan tepatnya pada kasus antara SEC

versus Texas Gulft Sulphur. Pada kasus TGS Co akhirnya ditetapkan kriteria atau

standar materiel yang dirinci dengan pengujian:20

1. Apabila disampaikan kepada publik, dapat mengakibatkan fluktuasi harga saham;

2. Informasi yang dapat diprediksi oleh orang luar perusahaan (outsiders) melalui keahliannya yang dapat mempengaruhi keputusan untuk berinvestasi;

19

Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Program Pascasarjana, 2001), hal. 65.

20

3. Fakta material tidak hanya terbatas pada sesuatu informasi melainkan dapat pula membawa dampak bagi perusahaan di masa akan datang dan dapat membawa akibat yang mempengaruhi keinginan investor untuk membeli atau menjual saham.

Terhadap perbuatan pegawai TGS Co., Darke dan Coates (membeli opsi saham berdasarkan informasi orang dalam),Pengadilan USA mengambil putusan menggunakan ukuran material, dan pengadilan berpendapat informasi yang dihilangkan (menemukan cadangan bahan tambang) dalam perkara ini termasuk sebagai fakta materiel karena besarnya dan luasnya potensi pelanggaran dan pelanggaran tersebut aktual terjadi di banyak tempat sehingga dimungkinkannya dilakukan tuntutan hukum terhadap kedua pegawai yaitu Darke dan Coates.21

Pada kasus TGS di atas, penentuan fakta material sangat begantung pada tanggapan para investor institusional. Tanggapan tersebut dapat berupa membeli saham perusahaan jika ternyata informasi itu potensial dapat memberikan keuntungan bagi investor atau menjual saham-saham perusahaan disebabkan adanya indikasi merosotnya kondisi perusahaan untuk menghindari kerugian yang lebih besar. Jadi pada prinsipnya penentuan fakta material bagi investor dapat diukur dari sejauh mana pengaruhnya bagi investor (followers) untuk membeli atau menjual saham karena dalam transaksi tersebut masuk sebuah atau beberapa investor institusional yang cukup mampu mempengaruhi harga saham di bursa.

Praktek perdagangan orang dalam (insider trading) tidak dapat dipisahkan dengan penggunaan fakta material oleh insider. Sebab insider selalu menggunakan

21

fakta material tersebut. Pihak yang memiliki fakta material itu salah satunya adalah

insider yang jika membocorkan informasi kepada pihak lain berpotensi

mempengaruhi harga-harga saham di bursa. Jika mempengaruhi harga-harga saham di bursa, maka informasi tersebut masuk dalam kategori fakta material. Tetapi fakta material tidak saja hanya digunakan dan mempengaruhi harga-harga saham di bursa, walaupun insider tersebut tidak membocorkan informasi tersebut kepada pihak lain tetap disebut sebagai fakta material karena berhubungan langsung dengan efek-efek perusahaan.22

Tidak adanya batasan mengenai kapan orang dalam (insider) dapat melakukan transaksi setelah fakta material dibuka (disclose) dapat mengakibatkan investor institusional kewalahan dalam menentukan fakta material tersebut. Contoh kasus misalnya suatu emiten yang bergerak di bidang pembuatan komputer di Indonesia, pada tanggal 15 Maret 1997, akan melakukan akuisisi 80% sebuah perusahaan penanaman modal asing (joint venture) yang bergerak di bidang pengahasil komponen komputer di Tangerang.23

Informasi tersebut adalah fakta material, sebab dengan akuisisi tersebut akan menghindarkan kesulitan bagi emiten dalam memperoleh pasokan komponen komputer dan akan berakibat positif terhadap kualitas maupun kuantitas produksinya. Informasi tersebut telah disampaikan kepada masyarakat (investor) pada tanggal 14 Maret 1997 satu hari sebelum dilakukan akuisisi melalui jumpa pers. Masalahnya

22

Tavinayati dan Yulia Qamariyanti, Op. Cit., hal. 78-80.

23

Najib A. Gisymar, Insider Trading Dalam Transaksi Efek, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), hal. 76-77.

adalah bagaimana jika direktur terkait misalnya melakukan transaksi beli 1.000.000 (satu juta) lembar saham perusahaan target tersebut.24

Kasus tersebut di atas sepintas tidak menimbulkan masalah sebab emiten telah mengumumkan fakta material yang akan terjadi. Tetapi di sisi lain pihak direktur telah terlebih dahulu menggunakan fakta material dengan membeli saham perusahaan target pada tanggal 14 Maret 1997 dan informasi tersebut ternyata mempengaruhi harga saham perusahaan target. Sementara investor tidak seluruhnya mengetahui informasi tersebut.25

Berdasarkan contoh kasus di atas, pada satu sisi direktur melakukan praktek

insider trading sedangkan di sisi lain para investor terkecoh dengan informasi fakta material yang telah dimanfaatkan orang dalam (insider). Peluang ini terjadi karena dalam UU No.8 Tahun 1999 tentang Pasar Modal dan peraturan lainnya tidak diatur kapan informasi fakta material dibuka (disclose) sehingga peristiwa ini mengakibatkan informasi menyesatkan (misleading information) yang pada gilirannya akan mengurangi kepercayaan para investor.

Rencana perseroan yang telah go public untuk melakukan merger, akuisisi, maupun konsolidasi juga merupakan suatu fakta material yang wajib dibuka kepada para investor pada saat yang tepat, sebab fakta tersebut sangat mempengaruhi terjadinya fluktuasi harga efek perusahaan yang bersangkutan (perusahaan target). Perbuatan direktur tersebut dapat dikenakan sanksi sebagaimana Pasal 104 UU No.8

24

Ibid., hal. 78.

25

Tahun 1999 tentang Pasar Modal sementara bagi investor tidak ada konsekuensi bagi investor yang dirugikan oleh praktek perdagangan orang dalam.26

Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni PT. Krakatau Steel pada bulan November tahun 2010 melakukan IPO dengan harga Rp.850,- (delapan ratus lima puluh rupiah) per lembar saham. Penentuan harga ini menjadi perdebatan umum. Sebagian ahli pasar modal dan ahli ekonomi memandang harga yang ditetapkan demikian tidak wajar dan terlalau rendah, tetapi di sisi lain pihak manajemen dan penjamin emisi (underwriter)27 mengatakan harga tersebut adalah

harga yang wajar. Akhirnya 13 (tiga belas) orang ekonom mengajukan gugatan pembatalan penawaran umum saham perdana ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (Surat Gugatan No. 500/PDT/2010/PN Jakpus), karena diduga ada penyimpangan.28

Argumentasi dari para ekonom itu mengatakan fundamental PT. Krakatau Steel sangat baik dengan harga wajar per lembar saham seharusnya di atas Rp. 1000,- (seribu rupiah) bukan dengan harga Rp.850,- (delapan ratus lima puluh rupiah) per lembar saham. Para ekonom itu juga mengemukakan tidak ada transparansi (keterbukaan) tentang fakta-fakta material dan proses pengambilan keputusan harga saham per lembar untuk saham PT. Krakatau Steel tersebut ditetapkan.

Menurut Menteri BUMN, Pemerintah memilih menetapkan harga Rp.850,- per lembar saham demi untuk dapat mengakomodasi investor domestik selain

26

Ibid., hal. 51.

27

Ada tiga underwriter PT. Krakatau Steel yaitu : PT. Mandiri Sekuritas, PT. Danareksa Sekuritas, dan PT. Bahana Sekuritas.

28

investor luar negeri. Pemerintah menawarkan 20% (dua puluh persen) saham (3.155 milyar lembar) milik PT. Krakatau Steel senilai Rp.4 Trilyun kepada publik. Dari pembentukan harga (book building)29 jelas mulai Rp.800,- (delapan ratus rupiah), Rp.

825,- (delapan ratus dua puluh lima rupiah), Rp.850,- (delapan ratus lima puluh rupiah, dan sampai Rp.925,- (sembilan ratus dua puluh lima rupiah) permintaan langsung menurun. Menteri BUMN mengumumkan rentang harga saham antara Rp.800 (delapan ratus rupiah) s/d Rp.1.150,- (seribu seratus lima puluh rupiah) per lembar saham dan kemudian menetapkan Rp.850,- per lembar.30

Jika dibandingkan dengan perusahaan industri baja lainnya, harga saham perdana milik PT. Krakatau Steel senilai Rp.850,- (delapan ratus lima puluh rupiah) tersebut, bahwa harga ini tergolong tidak murah, karena 20 % (dua puluh persen) lebih tinggi daripada harga saham Pohang Iron and Steel Corporation (Posco) dari Korea Selatan dan Tata Steel asal India yang masing-masing merupakan produsen baja terbesar keempat dan kedelapan di dunia.31

Dalam proses book building, PT. Krakatau Steel memperoleh pesanan hingga 30 (tiga puluh) milyar saham atau hampir 9 (sembilan) kali lipat dari jumlah saham

29

Hendy M. Fakhruddin, Istilah Pasar….Op. cit., hal. 25. Sistem book building adalah proses yang dilakukan emiten dan penjamin emisi sebelum melakukan penawaran umum saham perdana (IPO), yaitu sebelum ditetapkannya jumlah dan harga yang pasti atas penawaran saham tersebut. Proses book building dilakukan pihak penjamin emisi dan emiten dengan cara menerbitkan prospektus

ringkas yang disertai dengan kisaran harga penawaran saham. Tujuan sistem ini adalah untuk mengetahui besarnya permintaan akan saham yang akan ditawarkan beserta harganya. Setelah masa penawaran ditutup, emiten dan penjamin emisi dapat menentukan harga penawaran yang pasti atas dasar harga rata-rata yang diajukan oleh para investor tadi, beserta jumlah saham yang akan diterbitkan.

30

Kompas, Tanggal 28 Oktober 2010 dan Tanggal 4 November 2010.

31

yang dilepas ke publik. Dalam hal ini, PT. Jamsostek (Persero) salah satu investor institusional, memperoleh jatah Rp.100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah) pada saat PT. Krakatau Steel melaksanakan IPO.32

Pada hari pertama pencatatan atau pendaftaran (listing) di pasar sekunder, harga saham PT. Krakatau Steel naik sampai Rp.1.350,- (seribu tiga ratus lima puluh rupia) per lembar saham dengan volume perdangangan yang lumayan besar. Kemudian harga berangsur turun, terkoreksi, menjadi sebesar kurang lebih Rp.1.000,- (seribu rupiah) per lembar saham. Dari harga saham di pasar sekunder tersebut, terlihat animo masyarakat masih cukup tinggi untuk bertransaksi pada saham milik PT. Krakatau Steel. Harga di pasar perdana (IPO) sebesar Rp.850,- (delapan ratus lima puluh rupiah) kemudian naik pada harga Rp.1.350,- (seribu tuga ratus lima puluh rupiah) di pasar sekunder dan saat ini Rp.1.010,- (seribu sepuluh rupiah) pada bulan September 2011. Penurunan ini menunjukkan bahwa harga perdana tersebut

Dokumen terkait