• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

II. BAHAN DAN METODE

1.1 Latar Belakang

Ikan nila termasuk komoditas yang mudah dibudidayakan. Tidak hanya dapat dibudidayakan di perairan tawar, ikan nila juga dapat dibudidayakan di perairan air payau. Ikan nila salah satunya adalah ikan nila BEST yang masuk dalam komoditas unggulan perikanan budidaya ini, pada tahun 2010 produksinya mencapai 464.191 ton. Angka ini naik dibandingkan dengan angka produksi pada tahun 2009 yaitu sebesar 323.389 ton atau naik sebesar 43,54 persen (Fardiansyah, 2011). Oleh karena itu, perlu dilakukannya usaha yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, salah satunya adalah dengan sistem budidaya intensif.

Sistem budidaya intensif yakni pengelolaan kualitas air media, padat penebaran dan pemberian pakan yang bergizi tinggi serta pemberian pakan dalam jumlah besar, mengakibatkan adanya sisa pakan buatan dan penumpukan feses, sehingga menimbulkan penumpukan bahan organik di wadah pemeliharaan. Penumpukan bahan organik tersebut menimbulkan pencemaran di perairan kolam yang menyebabkan penurunan kualitas air, antara lain dengan terbentuknya amonia (NH3), asam sulfat (H2S), rendahnya oksigen dan cenderung berkembangnya penyakit yang akan membahayakan kehidupan ikan (Afrianto dan Liviawaty, 1992).

Untuk menangani masalah kualitas air pada sistem pemeliharaan tersebut salah satunya pada wadah budidaya pemeliharaan ikan nila BEST, digunakan sistem filter. Filter merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyaring material tertentu yang tidak dikehendaki (amonia, bahan padatan, residu organik) dan meloloskan material lain yang dikehendaki. Berdasarkan proses kerjanya, filter air dibagi atas filter fisik (mekanik), filter kimia dan filter biologi (Spotte, 1970).

Pada saat ini penggunaan sistem resirkulasi dapat diterapkan pada sistem pembesaran ikan secara indoor maupun outdoor, khususnya pemeliharaan ikan air tawar seperti ikan patin pada sistem resirkulasi dengan debit air yang berbeda (Arddhiagung, 2010), ikan lele pada sistem resirkulasi dengan kepadatan yang berbeda (Abadi, 2012), dan ikan nila pada sistem imta outdoor dengan kepadatan

2 yang berbeda (Fikri, 2012). Berdasarkan beberapa penelitian mengenai penggunaan sistem resirkulasi pada ikan air tawar, menunjukan bahwa penggunaan sistem tersebut mampu meningkatkan hasil produksi. Namun, penggunaan sistem resirkulasi masih memiliki kekurangan yaitu kualitas air yang kurang baik. Perubahan kualitas air sistem resirkulasi pada indoor tentunya berbeda dengan outdoor. Oleh karena itu, diharapkan penelitian mengenai penggunaan sistem filter undergravel ini mampu memperbaiki kualitas air pada pemeliharaan ikan secara indoor maupun outdoor untuk tahap pendederan maupun pembesaran.

Pada penelitian ini sistem filter yang digunakan adalah sistem filter

undergravel. Sistem filter undergravel adalah sebuah filter yang terletak dibawah lapisan gravel (pasir, kerikil) di dasar akuarium (Anonim, 2011). Sistem filter

undergravel memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan sistem resirkulasi diantaranya penggunaan wadah yang sedikit, penggunaan volume air yang tidak terlalu banyak, biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar, serta sedikitnya lahan yang diperlukan.

Konstruksi undergravel terdiri dari lapisan bahan anti karat (plastik) berlubang dengan kaki penopang sehingga tercipta ruang bebas dibawahnya untuk memungkinkan air bersih mengalir Pada saat air melalui gravel, air mengalami dua proses filtrasi yaitu secara mekanik, melalui pori-pori efektif lapisan gravel, dan secara biologi, melalui kontak air dengan bakteri pengurai amonia dan nitrit yang hidup pada permukaan gravel. Pada sistem filter ini, partikel organik yang terjebak pada permukaan gravel akan menjadi sumber pakan bagi jasad-jasad renik (plankton) (Anonim, 2011). Pada penelitian kali ini dilakukan penambahan substrat sekam padi, jerami padi, dan serabut kayu yang digunakan sebagai pengganti gravel (pasir, kerikil) pada sistem tersebut.

Pemilihan penggunaan sekam padi, jerami padi, dan serabut kayu sebagai substrat pada sistem filter undergravel dikarenakan ketiga bahan tersebut sering sekali dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, mudah diperoleh, serta penggunaan yang belum maksimal. Penanganan sekam padi dan jerami padi yang kurang tepat akan menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan (Putro dan Didik, 2007).

3 Sekam padi dan jerami merupakan limbah pertanian yang pemanfaatannya belum optimal. Biasanya sekam padi dan jerami hanya dimanfaatkan untuk membakar batu bata sehingga energinya tidak termanfaatkan secara optimal. Padahal jumlah sekam padi dan jerami di Indonesia sangat banyak, apalagi Indonesia adalah negara agraris. Sekam padi memiliki tekstur yang baik dan seragam. Sekam padi memiliki bentuk yang menyerupai kantong yang dapat berfungsi untuk menyimpan air meskipun sementara (Muslih, 1996). Sekam padi memiliki kandungan C/N sebesar 13,33 (Paramita, 2010).

Gambar 1. Sekam Padi

Jerami merupakan tanaman padi yang telah diambil buahnya (gabah) sehingga tersisa batang dan daunnya. Jerami merupakan limbah dari hasil tanaman padi yang selama ini masih belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat (Makarim et al., 2007). Jerami memiliki bentuk berupa tabung sehingga dapat menyimpan air untuk sementara. Selain itu, jerami mempunyai daya serap air dan kelembaban yang lebih tinggi dari serbuk gergaji (Suryaningrum et al., 2000). Substrat yang memiliki daya serap air yang tinggi maka akan mampu mempertahankan suhu dingin lebih lama (Prasetiyo, 1993). Jerami memiliki kandungan C/N sebesar 18,88 (Maspary, 2011).

4 Serabut kayu adalah substrat yang memiliki rongga udara yang lebih besar dibandingkan dengan sekam padi dan jerami padi. Serabut kayu dapat digunakan sebagai substrat karena mempunyai panas jenis yang lebih besar dari pada sekam padi, selain itu serabut kayu juga memiliki tekstur yang baik dan seragam (Junianto, 2003). Serabut kayu yang digunakan dari jenis kayu meranti. Terdapat kandungan zat dammar dan terpenten yang dapat merubah kualitas air (Mulyono dan Anton, 2004). Unsur-unsur kimia penyusun kayu yaitu sebagai berikut C/N 50, C (49-50%), H ( 6%), O (44-45%), dan N (0,1-1%) (Istikowati, 2011).

Gambar 3. Serabut Kayu Meranti

Oleh karena itu, pada penelitian kali ini dilakukan penambahan substrat sekam padi, jerami padi dan serabut kayu yang digunakan sebagai filter pada sistem filter undergravel.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efektifitas penggunaan sekam padi, jerami padi, dan serabut kayu sebagai filter dalam sistem filter undergravel

pada pemeliharaan ikan Nila BEST Oreochromis sp. di akuarium dilhat dari fisika kimia perairannya.

5 II. METODOLOGI

Dokumen terkait