• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang dan perkembangan Lembaga Penyimpanan dan

Perusahaan yang dapat menjalankan kegiatan usaha sebagai LPP adalah perseroan yang telah mendapat izin usaha dari Bapepam.33

31

Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

LPP harus memiliki

32

33

Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal.

modal disetor sekurang-kurangnya berjumlah Rp.15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah).34

Bapepam seperti diamanatkan dalam UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal sudah membentuk LPP dengan nama PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan LKP yang berwujud PT. Kliring dan Penjaminan Efek Indonesia. Kedua lembaga ini menggantikan peran Lembaga Kliring Penyimpanan dan Penyelesaian (LKPP) dengan nama PT. Kliring Deposit Efek Indonesia (KDEI) yang sudah berdiri sejak tahun 1992. Dua lembaga baru itu membuat pasar modal Indonesia sekomplit pasar modal modern lainnya, yang memiliki Bursa Efek, LPP dan LKP. Melengkapi itu, infrastruktur pasar modal dibangun sesuai dengan tren pasar modal mendatang, yakni komputerisasi. Alat ini menjadikan perdagangan dapat dilaksanakan secara lebih efisien dan likuid. Sumber Daya Manusia juga dibenahi dengan masuknya tenaga-tenaga profesional dari kalangan terdidik sehingga akan memperbaiki pemahaman dalam praktik- praktik yang berlaku di pasar modal.35

Dalam Undang-Undang Pasar Modal dipisahkan secara tegas antara fungsi LPP dengan LKP. Semula fungsi kedua lembaga ini dirangkap oleh Lembaga Kliring Penyelesaian dan Penyimpanan (LKPP). Beberapa pertimbangan atas pemisahan kedua lembaga ini adalah:36

34

Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal.

35

I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern, (Jakarta: Yayasan Sad Satria Bhakti, 2000), hal. 11-12.

36

Nindyo Pramono, Sertifikasi Saham PT Go Public dan Hukum Pasar Modal di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1997), hal. 156-157.

1. LKP dibentuk dengan tujuan untuk menyediakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa yang teratur, wajar dan efisien. Agar kepentingan masyarakat terjamin, maka lembaga ini harus menjamin penyelesian transaksi efek dimaksud. Hal ini adalah praktek yang umum berlaku di luar negeri. Untuk menjaga keharmonisan antara kegiatan transaksi di Bursa Efek dan penyelesaiannya pada LKP maka pemegang saham pada lembaga ini adalah lembaga yang berkepentingan terhadap jasa yang diberikan oleh lembaga ini, seperti Bursa Efek, Perusahaan Efek, Biro Administrasi Efek, Bank Kustodian atau Pihak lain atas persetujuan Bapepam, dengan ketentuan mayoritas pemegang saham LKP adalah Bursa Efek.

2. Dengan diberlakukannya sistem perdagangan efek tanpa warkat (scriptless

trading), maka penyelesaian transaksi efek akan dilakukan dengan sistem

penyelesaian pembukuan (book entry settlement) atas rekening efek para pelaku pasar modal di LPP. Seperti halnya LKP, pemegang saham dari LPP terdiri dari lembaga yang berkepentingan terhadap jasa yang diberikan oleh lembaga ini, seperti Bursa Efek, Perusahaan Efek, Bank Kustodian dan Biro Administrasi Efek atau Pihak lain yang ditetapkan Bapepam, dengan ketentuan mayoritas saham dikuasai oleh Bursa Efek. Dengan pemisahan ini diharapkan fungsi masing-masing lembaga ini akan semakin jelas.

KSEI didirikan di Jakarta, pada tanggal 23 Desember 1997 dan memperoleh izin operasionalnya pada tanggal 11 November 1998 sesuai dengan Keputusan Bapepam No.Kep-54/PM/1998. KSEI mulai menjalankan kegiatan operasionalnya pada tanggal 9 Januari 1998, yaitu kegiatan penyelesaian transaksi

efek dengan warkat, dengan mengambil alih fungsi sejenis dari PT. KDEI yang sebelumnya merupakan LKPP. Selanjutnya sejak tanggal 17 Juli 2000, KSEI bersama Bursa Efek dan KPEI mulai mengimplementasikan perdagangan tanpa warkat (scriptless trading) dan operasional kustodian sentral di pasar modal Indonesia.37

Hal ini sejalan dengan cetak biru pasar modal yang dibuat untuk pertama kalinya, yakni pada tahun 1996, yang berisi pedoman umum pasar modal Indonesia untuk jangka waktu lima tahun mendatang. Dalam pedoman itu telah ditetapkan beberapa sasaran yang dituju, seperti dipersiapkannya suatu sistem perdagangan tanpa warkat (scriptless trading), penyelesaian transaksi melalui pemindahbukuan (book entry settlement), dan jasa-jasa pendukung yang tersentralisasi bagi perantara pedagang efek. Substansi cetak biru pasar modal ini akan mengalami revisi mengikuti perkembangan zaman. Meski hanya sebagai kerangka umum, tapi cetak biru pasar modal sudah memuat secara lengkap dan komprehensif langkah-langkah yang perlu diambil oleh pelaku pasar modal. Sebab dari sanalah para pelaku pasar bisa mengembangkan pasar modal Indonesia duduk sama rendah berdiri sama tinggi dengan pasar modal internasional di tahun 2020.38

Menurut ketentuan Pasal 14 ayat (2) UUPM Nomor 8 Tahun 1995, LPP didirikan dengan tujuan menyediakan jasa kustodian sentral dan penyelesian transaksi yang teratur, wajar dan efisien. Jasa tersebut harus memenuhi standar

37

tanggal 22 Nopember 2010.

38

bagi sesuatu penggunaan jasa. Jasa kustodian yang diberikan oleh LPP harus mampu memberikan pelayanan secara menyeluruh, termasuk pembagian hak atas efek, seperti dividen dan saham bonus, pemrosesan administrasi atas segala kegiatan yang dilakukan oleh emiten yang terkait dengan kepentingan pemegang rekening, seperti RUPS, penyerahan dana dan efek atas instruksi pengguna jasa, administrasi pinjam-meminjam efek, dan pemindahan efek dari dan ke penitipan kolektif. LPP perlu memadukan keahlian teknis dan kemampuan keuangan dalam membangun sistem perdagangan tanpa warkat (scriptless trading), penyelesaian transaksi melalui pemindahbukuan dan peminjaman atas penyelesaian transaksi. Di samping hal tersebut di atas, LPP juga perlu menyusun suatu sistem yang merupakan satu kesatuan yang terpadu dan saling mendukung dengan tetap memperhatikan aspek keamanan atas efek. Sistem yang diimplementasikan oleh LPP harus ditelaah secara cermat dan hati-hati mengingat LPP merupakan kustodian sentral yang mencatat seluruh aset pemegang rekening yang terdapat pada LPP.39

Untuk menjamin keamanan dan kenyamanan para investor dalam melakukan transaksi di pasar modal, maka seluruh kegiatan KSEI diopersikan melalui sistem penyimpanan dan penyelesaian transaksi efek secara pemindahbukuan yang berteknologi tinggi, yang dinamakan The Central

Depository and Book Entry Settlement System atau dikenal dengan sebutan C-

BEST. C-BEST merupakan sistem penyelenggaraan jasa kustodian sentral dan penyelesaian transaksi secara pemindahbukuan yang dilakukan secara otomatis

39

dengan menggunakan sarana komputer yang terhubung dengan terminal komputer pemegang rekening dan atau sarana lain yang ditentukan oleh KSEI.40

Sejak tanggal 13 September 2001, KSEI menyiapkan suatu sistem cadangan bernama Disaster Recovery Center (DRC) yang berfungsi untuk melindungi kelangsungan operasional layanan jasanya. Ditempatkan di lokasi terpisah dengan sistem utama, sistem DRC akan mengamankan penyediaan layanan jasa kustodian sentral dalam kondisi darurat (bencana) atau gangguan. Sistem cadangan ini memiliki kapasitas dan proses kerja yang identik sama dengan sistem utama, di mana keduanya secara otomatis akan saling menggantikan apabila terjadi gangguan pada salah satu sistem. Untuk menjaga agar sistem cadangan ini tetap berfungsi baik, secara berkala, KSEI selalu melakukan pengujian prosedur melalui DRC Live Test dan pelaksanaannya dilakukan 2 (dua) kali setiap tahunnya.41

Saat ini, KSEI telah mengimplementasikan sistem subrekening efek untuk mencatat kepemilikan setiap investor (beneficial owner) yang menjadi nasabah pemegang rekening KSEI. Dengan demikian, catatan kepemilikan di KSEI saat ini tidak hanya terbatas sampai level pemegang rekening KSEI, tetapi sudah menjangkau sampai level beneficial owner melalui sistem subrekening.42

Subrekening (sub-account) merupakan fasilitas yang disediakan oleh sistem C-BEST, dimana Partisipan (Anggota Bursa/Bank Kustodian) dapat mendaftarkan rekening-rekening nasabahnya ke sistem C-BEST. Subrekening

40

Adrian Sutedi, Segi-Segi Hukum Pasar Modal, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), hal. 11-12.

41

tanggal 22 Nopember 2010.

42

efek ini akan membuktikan apakah efek yang ditransaksikan atau diperdagangkan secara tanpa warkat oleh Perantara Pedagang Efek (Perusahaan Efek) adalah milik dari nasabahnya atau milik dari Perantara Pedagang Efek tersebut. Sistem subrekening ini bertujuan untuk:43

1. Membantu pemegang rekening dalam mengadministrasikan efek nasabah yang disimpan di KSEI;

2. Menjamin keterbukaan sistem pembukuan pemegang rekening di KSEI sehingga dapat memberikan proteksi kepada investor atas investasi yang mereka lakukan; dan

3. Pemisahan pencatatan aset pemegang rekening dan nasabah sebagai perlindungan terhadap investor.

Sedangkan manfaat dari sistem subrekening ini yakni sebagai berikut:44 1. Keuntungan utama bagi pemegang rekening adalah adanya efisiensi yang

diperoleh pada saat terjadinya aksi korporasi (corporate action), antara lain: pembagian dividen atau saham bonus, dimana pemegang rekening tidak perlu menyampaikan daftar nasabah. KSEI berdasarkan catatan subrekening yang ada akan langsung membagikan dividen tersebut ke masing-masing rekening nasabah yang berhak.

2. Nama investor akan tercatat dalam daftar pemegang saham emiten dan akan tercantum pada Konfirmasi Tertulis Untuk RUPS (KTUR) untuk mencatat kehadirannya pada RUPS.

43

Tjiptono Darmadji dan Hendy M.Fakhruddin, Op.cit., hal. 140. 44

Kemudian dalam Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-01/PM/2003 tentang subrekening efek pada LPP, diwajibkan kepada pemegang rekening KSEI untuk:45

1. Membuka subrekening efek atas nama setiap nasabahnya pada LPP. 2. Mencatat rekening efek nasabah dalam subrekening efek.

3. Memastikan saldo rekening efek setiap nasabah yang tercatat dalam pembukuan Partisipan selalu sama dengan saldo rekening efek setiap nasabah yang tercatat dalam subrekening efek, dan

4. Memastikan identitas nasabah yang tercatat dalam pembukuan Partisipan sama dengan identitas nasabah yang tercatat dalam subrekening efek.

Kemudian pada tanggal 18 Juni 2009, KSEI juga melakukan terobosan baru dengan meluncurkan Fasilitas Investor Area, yang berubah nama menjadi Fasilitas AKSes (Acuan Kepemilikan Sekuritas) KSEI. Implementasi fasilitas ini merupakan salah satu bentuk komitmen KSEI dalam memberikan perlindungan dan transparansi atas portofolio investasi milik investor dan meningkatkan kepercayaan investor untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.46

Hingga saat ini, KSEI masih melakukan serangkaian kegiatan sosialisasi untuk memperkenalkan dan mempromosikan fasilitas AKSes KSEI ini kepada para pelaku pasar modal, khususnya kepada investor serta kepada mahasiswa, wartawan dan masyarakat pada umumnya. Kegiatan tersebut meliputi

45

Gunawan Widjaja, Op.cit., hal. 179. 46

Iswi Hariyani dan R.Serfianto, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal, (Jakarta: Visi Media, 2010), hal. 61.

penyelenggaraan seminar, workshop serta talkshow di radio dan televisi, di samping pemuatan advertorial di beberapa surat kabar nasional dan daerah.47

Menurut Sulistyo Budi, Direktur PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada acara sosialisasi kartu AKSes di Palembang, untuk memonitor portofolio efek dan dana, investor cukup menggunakan Kartu AKSes. Kartu AKSes dapat dimiliki secara gratis melalui Perusahaan Efek (Broker) atau Bank Kustodian dimana investor terdaftar sebagai nasabahnya.48

Fasilitas AKSes KSEI merupakan sarana bagi investor sebagai nasabah pemegang rekening KSEI untuk memperoleh informasi terkait efek miliknya. Dengan demikian, para investor dapat mengetahui dan memonitor posisi atau mutasi efek miliknya dalam sub-rekening efek yang disimpan di KSEI secara real

time hingga 30 hari terakhir. Fasilitas ini dapat diakses melalui website

http://akses.ksei.co.id. Dengan adanya kartu AKSes itu, pengusaha tidak perlu lagi khawatir menanamkan sahamnya di perusahaan-perusahaan dalam negeri.

49

Keberhasilan KSEI harus memiliki pengalaman yang cukup dalam operasi perbankan, terutama dalam jasa kustodian dan pengendalian keamanan pemrosesan data keuangan manajemen harus didukung oleh staf yang andal yang memiliki dedikasi, moral dan akhlak yang tinggi. Sistem yang diterapkan oleh KSEI mencakup sistem pengendalian yang independen yang berlapis dan memiliki sistem cadangan (back up), prosedur yang aman, penyimpanan catatan

47

Ibid., hal. 62. 48

Analisa, Jumat, 18 Pebruari 2011, hal. 22. 49

yang terpisah, audit intern, dan pengamanan komputer yang canggih dan aman dari pihak-pihak yang tidak berwenang.50

Dokumen terkait