TINJAUAN YURIDIS LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESIAN (KSEI) SEBAGAI SALAH SATU LEMBAGA DI PASAR MODAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH
SILVIA SUMBOGO 070200081
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
TINJAUAN YURIDIS LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESIAN (KSEI) SEBAGAI SALAH SATU LEMBAGA DI PASAR MODAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH
SILVIA SUMBOGO 070200081
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
Ketua Departemen Hukum Ekonomi
(Windha, S.H., M.H.) NIP. 197501122005012002
Pembimbing I Pembimbing II
(Prof. Dr. Bismar Nasution,S.H., M.H) (Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum) NIP. 19560329 198601 1 001 NIP. 19630215 198903 2 002
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang tak
pernah meninggalkan, mengecewakan dan yang telah memberikan pengharapan
dan semangat serta kekuatan yang baru ketika hampir putus asa sehingga
penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulisan skripsi ini berjudul: TINJAUAN YURIDIS LEMBAGA
PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN (KSEI) SEBAGAI SALAH SATU
LEMBAGA DI PASAR MODAL adalah guna memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatera Utara. Dalam
penulisan skripsi ini penulis menyadarai dengan sepenuhnya bahwa hasil yang
diperoleh masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan
hati penulis akan sangat berterima kasih jika ada kritik dan saran membangun
demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah membantu
sebelum, selama, dan setelah penulis mengerjakan skripsi. Secara khusus, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis,
Irawan Hui dan Dahlia Gunawan, yang telah membesarkan dan mendidik penulis
sehingga penulis bisa memperoleh pendidikan formal sampai pada tingkat Strata
Satu ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kakak serta adik-adik
penulis Nadia Ingrida, Kennardi Dewanto dan Willy Sandy, atas pengertian dan
dukungan kepada penulis. Mudah-mudahan semua yang penulis lakukan dapat
Melalui kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara (USU), Prof. Dr. dr. Syahril
Pasaribu, DTM&H, M.Sc.(CTM), Sp.A(K).
2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).
3. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).
4. Bapak Syarifuddin Hasibuan, S.H., M.Hum., DFM, selaku Pembantu Dekan
II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).
5. Bapak Muhammad Husni, S.H., M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).
6. Ibu Windha, S.H., M.H., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi dan
Dosen Hukum Ekonomi, yang selalu membantu penulis dalam memberi
bimbingan yang sangat berarti atas penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima
kasih sebesar-besarnya atas segala bantuan dan dukungan yang sangat
berarti dan bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak Ramli Siregar, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Jurusan Departemen
Hukum Ekonomi dan Dosen Hukum Ekonomi. Di tengah kesibukan beliau,
beliau selalu membantu penulis dalam memberi bimbingan atas
penyelesaian skripsi ini.
8. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H., selaku Dosen Hukum
bimbingan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. Di tengah kesibukan
beliau, beliau selalu membantu penulis dalam memberi bimbingan atas
penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas segala
bantuan dan dukungan yang sangat berarti dan bermanfaat bagi
penyelesaian skripsi ini.
9. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum., selaku Dosen Hukum Ekonomi dan
Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada penulis
hingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Di tengah kesibukan
beliau, beliau selalu membantu penulis dalam memberi bimbingan yang
sangat berarti atas penyelesaian skripsi ini. Bagi penulis, beliau adalah figur
yang tekun dalam mendidik mahasiswa. Penulis merasa salut atas dedikasi
beliau dalam mengasuh beberapa mata kuliah hukum ekonomi yang pernah
penulis ikuti. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas segala bantuan,
kritikan, saran dan bimbingan yang sangat berarti dan bermanfaat hingga
selesainya penyusunan skripsi ini.
10. Bapak Mahmul Siregar, S.H., M.Hum selaku Dosen Hukum Ekonomi, yang
selalu membantu penulis dalam memberi bimbingan yang sangat berarti atas
penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas segala
bantuan dan dukungan serta ilmu yang sangat berarti dan bermanfaat bagi
penyelesaian skripsi ini.
11. Ibu Keizerina Devi, S.H., M.Hum., selaku Dosen Hukum Ekonomi. Ucapan
mengikuti perkuliahan di hukum ekonomi serta segala saran yang
bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.
12. Ibu Suria Ningsih, S.H., M.Hum., selaku Dosen Wali Penulis dari Semester
I sampai terakhir.
13. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atas segala
ilmu yang telah diberikan.
14. Seluruh staff pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
15. Victor Komala, teman spesial penulis, yang selalu memberikan dorongan,
dukungan serta motivasi yang besar kepada penulis dalam penyelesaian
skripsi ini.
16. Teman-teman stambuk 2007 yang merupakan teman akrab penulis, Melisa,
July Marlina Suteja, Dewi, Li Pei Jung, Hendry, Hendrik Tanjaya, Aries
Shandy P.G., Denny Salim, Christopher Iskandar, Felik, Michael, Edy
Mayor, Dominika, Evelyn, Evelyn Theresia, Melisa Yanwar, Amanda,
Harumi Sonia, Edyson, Tondi Triyono, Ali Sentosa, Patricia, Hendry
William, Ivan B.T. dan Andika.
17. Senior-senior hukum, Lydia Tanaka, Sugondo, Hendrik, Robin Viriyaputra,
Siekmey Ngaserin, Harianto dan Frans Margo Leo.
18. Teman-teman KMB USU, Budiman Chandra, Reny, Christina, Debby
Isabella, Satria, Daris, Effendy, Coandra serta yang lainnya yang tidak bisa
penulis ucapkan satu persatu.
20. Sanak saudara penulis, Lilies Gunawan, Mawar Gunawan, Rosni Gunawan,
Dedy Mulyadi serta yang lainnya yang tidak bisa penulis ucapkan satu
persatu.
Salam Hormat,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...vi
DAFTAR SINGKATAN...ix
ABSTRAKSI...x
BAB Ι PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1
B. Perumusan Masalah...9
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan...9
D. Keaslian Penulisan...11
E. Tinjauan Kepustakaan...11
F. Metode Penulisan...12
G. Sistematika Penulisan...16
BAB ΙΙ PENGATURAN TENTANG MEKANISME PENDIRIAN LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN (KSEI) DALAM PASAR MODAL A. Pengertian Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)...18
B. Latar Belakang dan perkembangan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)...18
C. Dasar Hukum Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)...27
E. Pendaftaran, Pelaporan dan Pemeliharaan Dokumen oleh Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)...35
BAB ΙII PERANAN DAN EKSISTENSI LEMBAGA PENYIMPANAN
DAN PENYELESAIAN (KSEI) SEBAGAI SALAH SATU LEMBAGA DI PASAR MODAL
A. Peran dan Eksistensi Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
(KSEI) di Pasar Modal...44
B. Peran Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) dalam
Penyelesaian Transaksi Efek Tanpa Warkat (Scriptless Trading) di
Pasar Modal...49
C. Kedudukan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)
sebagai Self Regulatory Organization (SRO) di Pasar Modal...58
BAB ΙV HUBUNGAN LEMBAGA PENYIMPANAN DAN
PENYELESAIAN (KSEI) DENGAN LEMBAGA LAIN YANG ADA DI PASAR MODAL
A. Hubungan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)
dengan Lembaga Kliring dan Penjaminan (KPEI) dan Bursa
Efek...65
B. Hubungan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)
C. Hubungan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)
dengan Kustodian...82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...93
B. Saran...95
DAFTAR SINGKATAN
AK = Anggota Kliring
AKSes = Acuan Kepemilikan Sekuritas
Bapepam = Badan Pengawas Pasar Modal
BEI = Bursa Efek Indonesia
C-BEST = Central Depository and Book Entry Settlement System
KDEI = Kliring Deposit Efek Indonesia
KPEI = Kliring Penjaminan Efek Indonesia
KSEI = Kustodian Sentral Efek Indonesia
LKP = Lembaga Kliring dan Penjaminan
LKPP = Lembaga Kliring Penyimpanan dan Penyelesaian
LPP = Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
PTP = Post Trade Processing
RUPS = Rapat Umum Pemegang Saham
Tinjauan Yuridis Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) sebagai Salah Satu Lembaga di Pasar Modal
*) Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H. **) Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum. ***) Silvia Sumbogo
ABSTRAKSI
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) merupakan salah satu lembaga yang memegang peranan cukup penting di pasar modal Indonesia. KSEI mulai menjalankan kegiatan operasionalnya pada tanggal 9 Januari 1998, yaitu kegiatan penyelesaian transaksi efek dengan warkat dengan mengambil alih fungsi sejenis dari PT Kliring Deposit Efek Indonesia (KDEI) yang sebelumnya merupakan Lembaga Kliring Penyimpanan dan Penyelesaian (LKPP).
Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana pengaturan tentang mekanisme pendirian Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI), bagaimana peranan dan eksistensi Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) di pasar modal dan bagaimana hubungan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) dengan lembaga lain yang ada di pasar modal.
Metode penulisan yang dipakai untuk menyusun skripsi ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan dari buku-buku, makalah, koran, internet, peraturan perundang-undangan dan hasil tulisan ilmiah lainnya yang erat kaitannya dengan maksud dan tujuan dari penyusunan karya ilmiah ini.
Kesimpulan dalam skripsi ini adalah perusahaan yang dapat menjalankan kegiatan usaha sebagai LPP adalah perusahaan yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam, dalam hal ini adalah PT. KSEI. KSEI didirikan di Jakarta, pada tanggal 23 Desember 1997 dan memperoleh izin operasionalnya pada tanggal 11 November 1998 sesuai dengan Keputusan Bapepam Nomor Kep-54/PM/1998. KSEI bertugas melayani pemegang rekening, yang terdiri atas Perusahaan Efek dan Bank Kustodian. Selain pemegang rekening, Emiten yang efeknya terdaftar di KSEI juga menggunakan jasa KSEI untuk memperoleh data pihak yang menjadi pemegang efeknya dan untuk distribusi corporate action. Manajer investasi juga dapat menggunakan layanan jasa KSEI, yaitu melalui fasilitas PTP yang telah diimplementasikan oleh KSEI.
Adapun saran dari penulis adalah bahwa peran LPP dan scriptless trading merupakan hal yang cukup baru bagi pasar modal Indonesia. Untuk itulah, perangkat hukum yang saat ini ada, yakni Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 perlu disempurnakan agar pasar modal Indonesia dapat lebih bersaing dengan negara-negara lain.
Kata Kunci : Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian dan Pasar Modal *) Dosen Pembimbing I
**) Dosen Pembimbing II
Tinjauan Yuridis Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) sebagai Salah Satu Lembaga di Pasar Modal
*) Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H. **) Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum. ***) Silvia Sumbogo
ABSTRAKSI
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) merupakan salah satu lembaga yang memegang peranan cukup penting di pasar modal Indonesia. KSEI mulai menjalankan kegiatan operasionalnya pada tanggal 9 Januari 1998, yaitu kegiatan penyelesaian transaksi efek dengan warkat dengan mengambil alih fungsi sejenis dari PT Kliring Deposit Efek Indonesia (KDEI) yang sebelumnya merupakan Lembaga Kliring Penyimpanan dan Penyelesaian (LKPP).
Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana pengaturan tentang mekanisme pendirian Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI), bagaimana peranan dan eksistensi Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) di pasar modal dan bagaimana hubungan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) dengan lembaga lain yang ada di pasar modal.
Metode penulisan yang dipakai untuk menyusun skripsi ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan dari buku-buku, makalah, koran, internet, peraturan perundang-undangan dan hasil tulisan ilmiah lainnya yang erat kaitannya dengan maksud dan tujuan dari penyusunan karya ilmiah ini.
Kesimpulan dalam skripsi ini adalah perusahaan yang dapat menjalankan kegiatan usaha sebagai LPP adalah perusahaan yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam, dalam hal ini adalah PT. KSEI. KSEI didirikan di Jakarta, pada tanggal 23 Desember 1997 dan memperoleh izin operasionalnya pada tanggal 11 November 1998 sesuai dengan Keputusan Bapepam Nomor Kep-54/PM/1998. KSEI bertugas melayani pemegang rekening, yang terdiri atas Perusahaan Efek dan Bank Kustodian. Selain pemegang rekening, Emiten yang efeknya terdaftar di KSEI juga menggunakan jasa KSEI untuk memperoleh data pihak yang menjadi pemegang efeknya dan untuk distribusi corporate action. Manajer investasi juga dapat menggunakan layanan jasa KSEI, yaitu melalui fasilitas PTP yang telah diimplementasikan oleh KSEI.
Adapun saran dari penulis adalah bahwa peran LPP dan scriptless trading merupakan hal yang cukup baru bagi pasar modal Indonesia. Untuk itulah, perangkat hukum yang saat ini ada, yakni Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 perlu disempurnakan agar pasar modal Indonesia dapat lebih bersaing dengan negara-negara lain.
Kata Kunci : Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian dan Pasar Modal *) Dosen Pembimbing I
**) Dosen Pembimbing II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar modal yang maju dan berkembang pesat merupakan impian banyak
negara. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena
pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus yakni fungsi ekonomi dan fungsi
keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar
menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu
pihak yang memiliki kelebihan dana (yaitu investor) dan pihak yang memerlukan
dana (yaitu issuer, pihak yang menerbitkan efek atau emiten). Dengan adanya
pasar modal, maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan
dana tersebut dengan harapan memperoleh imbal hasil (return), sedangkan pihak
issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk
kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi
perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena
memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbal hasil bagi pemilik
dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.1
Keberadaan pasar modal dibentuk berdasarkan kebutuhan perkembangan
ekonomi nasional yang menuntut adanya sarana penarikan dana masyarakat
melalui lembaga pasar modal. Perkembangan secara evolutif ini banyak ditemui
di negara-negara kapitalis liberal. Di Indonesia pendekatannya lebih terarah
1
kepada kebijaksanaan pembangunan nasional. Dengan demikian tujuan
pembentukan pasar modal di Indonesia mempunyai jangkauan dan misi yang
lebih luas dari pada pasar modal di banyak negara.2 Jangkauan yang dirangkum
adalah mencakup 3 (tiga) aspek mendasar, yaitu :3
1. Mempercepat proses perluasan keikutsertaan masyarakat dalam pemilikan
saham perusahaan;
2. Diarahkan pada aspek pemerataan pendapatan masyarakat melalui pemerataan
pemilikan saham perusahaan;
3. Untuk lebih menggairahkan partisipasi masyarakat dalam pengerahan dan
penghimpunan dana untuk digunakan secara produktif.
Jangkauan tersebut mempunyai misi yang sejalan dengan isi yang
terkandung dalam Pasal 33 Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945)
yang menyebutkan bahwa perekonomian Indonesia dijalankan berdasarkan usaha
bersama dan asas kekeluargaan. Atas dasar itu, maka pasar modal mempunyai
landasan idiil dan konstitusional yang sesuai dengan norma yang terdapat dalam
falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.4
Berdasarkan prinsip tersebut, maka pasar modal Indonesia ditujukan
terutama untuk mendemokrasikan ekonomi, yaitu keadilan ekonomi yang menjadi
tujuan cita-cita nasional. Hal ini selaras dengan apa yang ditegaskan dalam
Pembukaan UUD 1945 yakni mencapai kesejahteraan umum bagi seluruh bangsa
Indonesia. Atas dasar itu, maka pasar modal Indonesia harus diarahkan kepada
2
Yulfasni, Hukum Pasar Modal, (Jakarta: Badan Penerbit Iblam, 2005), hal. 14. 3
Jasso Winarto, Pasar Modal Indonesia: Retrospeksi Lima Tahun Swastanisasi BEJ, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997), hal. 32.
4
usaha-usaha pemerataan pendapatan masyarakat demi mencapai keadilan sosial
yang lebih tinggi dalam struktur ekonomi Indonesia. Demokrasi ekonomi yang
diinginkan adalah sistem ekonomi pasar terkendali yang diabadikan bagi
kesejahteraan masyarakat, swasta memegang peranan dalam kegiatan ekonomi,
sedangkan pemerintah bertindak sebagai fasilitator dan pengendali melalui
kebijakan yang dilandasi oleh tatanan hukum yang berlaku.5
Untuk melaksanakan misi tersebut, PT. Danareksa sebagai salah satu
perusahaan persero, pada awal kebangkitan pasar modal Indonesia, ditugaskan
untuk mempercepat pemasyarakatan pasar modal yang sesuai dengan tujuan
utama pasar modal Indonesia, yakni pemerataan pendapatan melalui pemilikan
saham perusahaan. Dengan demikian, masyarakat dapat ikut menikmati
pembangunan.6
Ada pendapat yang mengatakan bahwa pasar modal memainkan peranan
yang penting dalam sistem ekonomi dan pemerintah di berbagai penjuru dunia
sehingga dirasa perlu untuk mengatur berbagai aspek pasar. Dalam kapasitasnya
selaku regulator, pemerintah mempengaruhi evolusi dan perkembangan dari pasar
keuangan dimaksud dan kelembagaan lain.7
Dengan demikian pasar modal dapat memainkan peranan penting bagi
perkembangan ekonomi suatu negara, karena sebagaimana dikemukakan oleh
Munir Fuady suatu pasar modal memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:8
5
Jusuf Anwar, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, (Bandung: PT Alumni Bandung, 2007), hal. 6.
6
Ibid., hal. 55. 7
Ibid., hal. 53-54. 8
1. Sarana untuk menghimpun dana-dana masyarakat untuk disalurkan ke dalam
kegiatan-kegiatan yang produktif;
2. Sumber pembiayaan yang mudah, murah dan cepat bagi dunia usaha dan
pembangunan nasional;
3. Mendorong terciptanya kesempatan berusaha dan sekaligus menciptakan
kesempatan kerja;
4. Mempertinggi efisiensi alokasi sumber produksi;
5. Memperkokoh beroperasinya mekanisme financial market dalam menata
sistem moneter, karena pasar modal dapat menjadi sarana “open market
operation” sewaktu-waktu diperlukan oleh Bank Sentral;
6. Menekan tingginya tingkat bunga menuju suatu “rate” yang reasonable;
7. Sebagai alternatif investasi bagi para pemodal.
Dalam hal ini, Marzuki Usman,dkk menguraikan bahwa pada dasarnya
terdapat 4 (empat) peranan strategis dari pasar modal bagi perekonomian suatu
negara. Peranan strategis pasar modal tersebut adalah sebagai berikut:9
1. Sumber penghimpun dana;
2. Alternatif investasi para pemodal;
3. Biaya penghimpun dana yang relatif rendah;
4. Pasar modal mendorong perkembangan investasi.
Dengan dimulainya sistem perdagangan tanpa warkat (scriptless trading)
di Bursa Efek, dimana setiap transaksi jual beli dilakukan tidak atau tanpa
penyerahan surat efek atau warkat (efek) yang menjadi dasar bukti pemilikan
9
efek, maka seluruh emiten yang menawarkan efeknya melalui pasar modal dan
tercatat pada Bursa Efek, diharapkan mendaftarkan efeknya tersebut dalam suatu
penitipan kolektif pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP), yaitu
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).10
Dalam pelaksanaan scriptless trading, Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai
penyelenggara transaksi yang berperan sebagai front office harus didukung penuh
oleh suatu lembaga yang mem-back up penyelesaian transaksi perdagangan di
bursa. Lembaga tersebut adalah Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP) dan
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP).
11
PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) merupakan LPP di pasar
modal Indonesia, yang didirikan di Jakarta, pada tanggal 23 Desember 1997 dan
memperoleh izin operasional pada tanggal 11 November 1998. Dalam
kelembagaan pasar modal Indonesia, KSEI merupakan salah satu Self Regulatory
Organization (SRO), selain Bursa Efek dan LKP. KSEI, berdasarkan ketentuan
Undang Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, menjalankan
fungsinya sebagai LPP di pasar modal Indonesia dengan menyediakan jasa
kustodian sentral dan penyelesaian transaksi efek yang teratur, wajar dan
efisien. KSEI mulai menjalankan kegiatan operasional pada tanggal 9 Januari
1998, yaitu kegiatan penyelesaian transaksi efek dengan warkat dengan
mengambil alih fungsi sejenis dari PT Kliring Deposit Efek Indonesia (KDEI)
yang sebelumnya merupakan Lembaga Kliring Penyimpanan dan Penyelesaian
10
Gunawan Widjaja, Seri Aspek Hukum Dalam Pasar Modal Penitipan Kolektif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 169.
11
(LKPP). Selanjutnya sejak 17 Juli 2000, KSEI bersama PT Bursa Efek Indonesia
(d/h PT Bursa Efek Jakarta) dan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI)
mengimplementasikan perdagangan tanpa warkat (scripless trading) dan
operasional kustodian sentral di pasar modal Indonesia. Saham KSEI dimiliki oleh
para pemakai jasanya, yaitu: SRO (PT. BEI dan PT. KPEI), Bank Kustodian,
Perusahaan Efek dan Biro Administrasi Efek.12
LPP adalah perusahaan yang mempunyai tanggung jawab menyelesaikan
(settlement) semua transaksi yang sudah dicatat oleh LKP. 13
Saat ini fungsi LPP dilaksanakan oleh PT. KSEI. LPP pada dasarnya
adalah pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi bank
kustodian, perusahaan efek dan pihak lain. Jasa tersebut harus memenuhi standar
bagi sesuatu penggunaan jasa. Jasa kustodian yang diberikan oleh LPP harus
mampu memberikan pelayanan secara menyeluruh termasuk pembagian hak atas
efek seperti dividen dan bonus, pemrosesan administrasi atas segala kegiatan yang
dilakukan oleh emiten yang terkait dengan kepentingan pemegang rekening
seperti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Sesuai fungsinya,
KSEI memberikan layanan jasa yang meliputi: penyimpanan efek dalam bentuk
elektronik, administrasi rekening efek, penyelesaian transaksi efek, distribusi hasil
Corporate Action dan jasa-jasa terkait lainnya, seperti: Post Trade Processing
(PTP) dan penyediaan laporan-laporan jasa kustodian sentral.
14
12
tanggal 22 Nopember 2010. 13
Sawidji Widoatmodjo, Pasar Modal Indonesia: Pengantar dan Studi Kasus, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), hal. 47.
14
Agar para pihak yang terkait dengan kegiatan LPP terlindungi,
Undang-Undang mewajibkan kepada LPP untuk menerbitkan peraturan mengenai hak dan
kewajiban pemakai jasa LPP dan peraturan tersebut wajib mendapat persetujuan
Bapepam. Sebagai suatu lembaga yang tidak dimaksudkan untuk mencari
keuntungan, besarnya biaya atas pemakaian jasa LPP harus disesuaikan dengan
kebutuhan dana penyelenggaraan dan pengembangan lembaga tersebut setelah
mempertimbangkan kepentingan pemakai jasa.15
15
M Paulus Situmorang, Pengantar Pasar Modal, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2008), hal. 36.
Di era scriptless atau perdagangan tanpa warkat yang pada saat ini sedang
berjalan, maka peran KSEI akan semakin besar karena LPP akan berfungsi penuh
sebagai kustodian sentral yang mana semua efek akan disentralisasi dalam bentuk
catatan elektronik. Saat ini sedang pula berjalan suatu proses yang disebut pula
‘konversi’, yaitu suatu proses dimana seluruh saham yang ada saat ini (yang
masih dalam bentuk sertifikat) akan dikonversi (diubah) ke dalam bentuk catatan
elektronik yang dimiliki oleh KSEI, yaitu sistem C-BEST (Central Depository
and Book Entry Settlement System). Dengan sistem demikian, yang telah tercatat
adalah rekening efek, maka penyelesaian transaksi akan menjadi lebih efektif dan
efisien karena penyelesaian transaksi cukup dilakukan dengan sistem
pemindahbukuan (book entry settlement) dari rekening yang satu ke rekening
yang lainnya. Sejak Juni 2002, KSEI menuntaskan program konversi seluruh
saham yang tercatat di Bursa Efek dari warkat menjadi tanpa warkat (scriptless
Perkembangan zaman telah menciptakan adanya pasar modal ini. Pihak
yang membutuhkan dana untuk kepentingan perluasan aktivitas perusahaan tidak
hanya dapat mengandalkan pinjaman baik dari perbankan atau dari
lembaga-lembaga pembiayaan yang lain. Hal ini disebabkan selain kebutuhan dana yang
sangat besar dan cepat didapat, juga pihak perusahaan akan terbebas dari
kewajiban membayar utang pokok berikut bunganya kepada pihak kreditur yang
di suatu saat nanti bisa menjadi “bumerang”. Faktor lain yang mendukung
terciptanya pasar modal adalah adanya pihak perorangan ataupun lembaga yang
mempunyai dana lebih dan ingin memperoleh keuntungan yang lebih besar dari
sarana berinvestasi yang telah ada dalam produk perbankan, seperti tabungan atau
deposito. Dengan demikian kegiatan pasar modal tercipta karena dirasakan masih
adanya kekurangan fungsi dari lembaga pembiayaan yang telah ada.16
Oleh karena berdasar sifat aktivitasnya yang lebih kompleks dari sekedar
kegiatan penerimaan dana dari masyarakat bagi perusahaan dan pembagian
keuntungan kepada pihak yang telah memberikan dananya, maka kiranya perlu
diatur suatu sistem dari instrumen-instrumen pelaku pasar modal dalam suatu
bentuk peraturan yang mengikat semua pihak dan tunduk patuh kepadanya. Salah
satu instrumen tersebut adalah LPP. Apabila kesemuanya dapat berjalan dengan
baik, merupakan suatu keuntungan bagi pemerintah dalam rangka melanjutkan
pembangunan nasional dengan memperoleh devisa yang diperlukan bagi
pembiayaan pembangunan. Hal ini sebagai salah satu karakteristik suatu negara
16
maju yang tidak hanya mengandalkan kekayaan alam negara dan kegiatan ekspor
untuk membiayai pembangunan.17
B. Perumusan Masalah
Dari pemaparan di atas, dipandang perlu dilakukan studi tentang Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) di pasar modal. Adapun skripsi ini dibuat
untuk menguraikan dan memberikan penjelasan mengenai salah satu lembaga di
pasar modal, dalam hal ini adalah LPP. Skripsi ini diharapkan dapat dipakai
sebagai masukan guna menambah wawasan tentang manfaat dan kegunaan LPP
dalam kegiatan di pasar modal.
Berdasarkan judul skripsi “Tinjauan Yuridis Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian (KSEI) Sebagai Salah Satu Lembaga di Pasar Modal”, maka perlu
dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengaturan tentang mekanisme pendirian Lembaga Penyimpanan
dan Penyelesaian (KSEI)?
2. Bagaimana peranan dan eksistensi Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
(KSEI) di Pasar Modal?
3. Bagaimana hubungan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)
dengan lembaga lain yang ada di Pasar Modal?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
17
Tujuan utama dari penulisan skripsi ini adalah sebagai pemenuhan tugas
akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara. Selain itu, yang menjadi tujuan dari pembahasan skripsi ini dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaturan tentang mekanisme pendirian Kustodian
Sentral Efek Indonesia (KSEI).
2. Untuk mengetahui peranan dan eksistensi Kustodian Sentral Efek Indonesia
(KSEI) di Pasar Modal.
3. Untuk mengetahui hubungan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)
dengan lembaga lain yang ada di Pasar Modal.
Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Pembahasan yang terdapat dalam permasalahan-permasalahan yang telah
dirumuskan di atas akan dapat memberikan kontribusi pemikiran serta
pemahaman bagi ilmu pengetahuan mengenai lembaga di pasar modal
khususnya Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian dan sekaligus menambah
serta memperkaya wawasan ilmiah baik dalam bidang ini maupun dalam
bidang terkait lainnya.
2. Secara Praktis
Pembahasan ini diharapkan dapat menjadi masukan dan tambahan materi bagi
referensi bagi mahasiswa yang ingin membahas tentang Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian di Pasar Modal.
D. Keaslian Penulisan
“Tinjauan Yuridis Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)
Sebagai Salah Satu Lembaga di Pasar Modal” yang diangkat menjadi judul skripsi
ini adalah merupakan karya ilmiah yang belum pernah diangkat menjadi judul
skripsi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulis menyusun skripsi
ini berdasarkan referensi dari buku-buku, peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian dan pasar modal,
media cetak dan elektronik, juga melalui bantuan para pihak.
E. Tinjauan Kepustakaan
Dalam kelembagaan pasar modal Indonesia, LPP merupakan salah satu
Self Regulatory Organization (SRO) selain Bursa Efek dan Lembaga Kliring dan
Penjaminan (LKP).
Defenisi LPP sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang
Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 1 angka 10 adalah: “pihak yang
menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi Bank Kustodian, Perusahaan
Efek dan Pihak lain”.18
Pengertian kustodian sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 8
Undang-Undang Pasar Modal adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek
18
dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima
dividen, bunga dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek dan mewakili
pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.19
Menurut UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 1 angka 13,
yang dimaksud dengan pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan
efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.20
Siswanto Sudomo menyatakan bahwa pasar modal adalah pasar dimana
diterbitkan serta diperdagangkan surat-surat berharga jangka panjang, khususnya
obligasi dan saham. Definisi ini sudah menyangkut dua jenis pasar yang dapat
dikenali secara terpisah, yakni pasar perdana, dimana surat-surat berharga itu
pertama kali diterbitkan, dan pasar sekunder, dimana surat-surat berharga itu
diperdagangkan.21
Lebih lanjut lagi M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, secara sederhana
mendefenisikan pasar modal sebagai pasar yang memperjualbelikan berbagai
instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk utang maupun
modal sendiri yang diterbitkan oleh perusahaan swasta.22
F. Metode Penulisan
19
Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
20
Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
21
Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 166.
22
Untuk melengkapi penulisan skripsi ini dengan tujuan agar dapat lebih
terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penulisan
yang digunakan antara lain:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam menjawab permasalahan-permasalahan
dalam pembahasan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif. Penelitian
hukum normatif merupakan penilaian kepustakaan, yaitu disini peneliti
melakukan penelitian terhadap data sekunder.23 Pada penelitian hukum
normatif, sering kali hukum dikonsepsikan sebagai apa yang tertulis dalam
peraturan perundang-undangan atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau
norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.24
2. Sifat Penelitian
Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan
menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau
kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau
untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala
lain dalam masyarakat. Penelitian ini kadang-kadang berawal dari hipotesis,
tetapi dapat juga tidak bertolak dari hipotesis, dapat membentuk teori-teori
baru atau memperkuat teori yang sudah ada.25
23
Abdul Muis, Pedoman Penulisan Skripsi dan Metode Penelitian Hukum, (Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 1990), hal. 44.
24
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 118.
25
Ibid., hal. 25.
penelitian yang terdiri atas satu variabel atau lebih dari satu variabel, namun
variabel tersebut tidak saling bersinggungan.26
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan yuridis-normatif. Pendekatan
penelitian yuridis-normatif adalah penelitian yang dilakukan terhadap data
sekunder 27
4. Sumber Data
yang berkaitan dengan permasalahan yang diuraikan dalam skripsi
ini.
Data sekunder yang digunakan meliputi:
a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat terdiri
dari:
1) UUD 1945;
2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal;
3) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 juncto Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004;
4) Peraturan Bapepam.
b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, seperti Rancangan Undang-Undang
(RUU), pendapat para pakar hukum, makalah, artikel dari surat kabar,
internet dan data-data lain yang berhubungan dengan pembahasan skripsi
ini.28
26
H. Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 11. 27
Abdul Muis, Loc.cit. hal. 44. 28
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 114.
yang merupakan dokumen yang tidak resmi, dimana publikasi tersebut
terdiri atas: buku-buku teks yang membicarakan suatu dan/atau beberapa
permasalahan hukum.29
c. Bahan Hukum Tertier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder
seperti Kamus (Hukum), dan ensiklopedia.
30
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:
Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan
dengan cara meneliti bahan pustaka atau disebut dengan data sekunder.
Adapun data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal
dari perpustakaan, artikel-artikel, baik yang diambil dari media cetak maupun
elektronik, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-
undangan.
6. Analisis Data
Data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisis secara
perspektif dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode
deduktif dilakukan dengan cara membaca, menafsirkan dan membandingkan;
sedangkan metode induktif dilakukan dengan menerjemahkan berbagai
sumber yang berhubungan dengan topik dalam skripsi ini, sehingga diperoleh
kesimpulan yang sesuai dengan penelitian yang telah dirumuskan.
29
H.Zainuddin Ali, Op.cit., hal. 54. 30
G. Sistematika Penulisan
Demi menghasilkan suatu karya ilmiah yang baik, maka pembahasan
dalam skripsi ini akan diuraikan secara sistematis. Penulisan Skripsi ini terbagi ke
dalam lima bab, yaitu sebagaimana diuraikan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi pengantar yang didalamnya terurai mengenai latar
belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, yang dilanjutkan
dengan tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan
kepustakaan, metode penulisan dan diakhiri dengan sistematika
penulisan skripsi.
BAB II : PENGATURAN TENTANG MEKANISME PENDIRIAN
LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN (KSEI)
DALAM PASAR MODAL
Bab ini berisi uraian mengenai pengertian Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian (KSEI), latar belakang dan perkembangan Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI), dasar hukum Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI), perizinan Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI), serta pendaftaran, pelaporan
dan pemeliharaan dokumen oleh Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian (KSEI).
BAB III : PERANAN DAN EKSISTENSI LEMBAGA PENYIMPANAN DAN
PENYELESAIAN (KSEI) SEBAGAI SALAH SATU LEMBAGA DI
Bab ini berisi uraian mengenai peran dan eksistensi Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) di pasar modal, peran
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) dalam penyelesaian
transaksi tanpa warkat (scriptless trading) di pasar modal dan
kedudukan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) sebagai
self regulatory organization (SRO) di pasar modal.
BAB IV: HUBUNGAN LEMBAGA PENYIMPANAN DAN
PENYELESAIAN (KSEI) DENGAN LEMBAGA LAIN YANG ADA
DI PASAR MODAL
Bab ini berisi uraian mengenai hubungan Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian (KSEI) dengan Lembaga Kliring dan Penjaminan (KPEI)
dan Bursa Efek, hubungan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
(KSEI) dengan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan
hubungan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) dengan
kustodian.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab terakhir ini akan memuat kesimpulan dari pembahasan yang ada
pada bab-bab sebelumnya dan akan diakhiri dengan saran-saran
BAB II
PENGATURAN TENTANG MEKANISME PENDIRIAN LEMBAGA
PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN (KSEI) DALAM PASAR MODAL
A. Pengertian Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)
Defenisi LPP sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang
Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 1 angka 10 adalah: “pihak yang
menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi Bank Kustodian, Perusahaan
Efek dan Pihak lain”.31
KSEI adalah PT Kustodian Sentral Efek Indonesia, yaitu perseroan yang
telah memperoleh izin usaha dari Bapepam untuk menyelenggarakan kegiatan
usaha sebagai LPP.32
B. Latar Belakang dan Perkembangan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)
Perusahaan yang dapat menjalankan kegiatan usaha sebagai LPP adalah
perseroan yang telah mendapat izin usaha dari Bapepam.33
31
Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
LPP harus memiliki
32
33
modal disetor sekurang-kurangnya berjumlah Rp.15.000.000.000,00 (lima belas
milyar rupiah).34
Bapepam seperti diamanatkan dalam UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal sudah membentuk LPP dengan nama PT. Kustodian Sentral Efek
Indonesia (KSEI) dan LKP yang berwujud PT. Kliring dan Penjaminan Efek
Indonesia. Kedua lembaga ini menggantikan peran Lembaga Kliring
Penyimpanan dan Penyelesaian (LKPP) dengan nama PT. Kliring Deposit Efek
Indonesia (KDEI) yang sudah berdiri sejak tahun 1992. Dua lembaga baru itu
membuat pasar modal Indonesia sekomplit pasar modal modern lainnya, yang
memiliki Bursa Efek, LPP dan LKP. Melengkapi itu, infrastruktur pasar modal
dibangun sesuai dengan tren pasar modal mendatang, yakni komputerisasi. Alat
ini menjadikan perdagangan dapat dilaksanakan secara lebih efisien dan likuid.
Sumber Daya Manusia juga dibenahi dengan masuknya tenaga-tenaga profesional
dari kalangan terdidik sehingga akan memperbaiki pemahaman dalam
praktik-praktik yang berlaku di pasar modal.35
Dalam Undang-Undang Pasar Modal dipisahkan secara tegas antara fungsi
LPP dengan LKP. Semula fungsi kedua lembaga ini dirangkap oleh Lembaga
Kliring Penyelesaian dan Penyimpanan (LKPP). Beberapa pertimbangan atas
pemisahan kedua lembaga ini adalah:36
34
Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal.
35
I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern, (Jakarta: Yayasan Sad Satria Bhakti, 2000), hal. 11-12.
36
1. LKP dibentuk dengan tujuan untuk menyediakan jasa kliring dan penjaminan
penyelesaian transaksi bursa yang teratur, wajar dan efisien. Agar kepentingan
masyarakat terjamin, maka lembaga ini harus menjamin penyelesian transaksi
efek dimaksud. Hal ini adalah praktek yang umum berlaku di luar negeri.
Untuk menjaga keharmonisan antara kegiatan transaksi di Bursa Efek dan
penyelesaiannya pada LKP maka pemegang saham pada lembaga ini adalah
lembaga yang berkepentingan terhadap jasa yang diberikan oleh lembaga ini,
seperti Bursa Efek, Perusahaan Efek, Biro Administrasi Efek, Bank Kustodian
atau Pihak lain atas persetujuan Bapepam, dengan ketentuan mayoritas
pemegang saham LKP adalah Bursa Efek.
2. Dengan diberlakukannya sistem perdagangan efek tanpa warkat (scriptless
trading), maka penyelesaian transaksi efek akan dilakukan dengan sistem
penyelesaian pembukuan (book entry settlement) atas rekening efek para
pelaku pasar modal di LPP. Seperti halnya LKP, pemegang saham dari LPP
terdiri dari lembaga yang berkepentingan terhadap jasa yang diberikan oleh
lembaga ini, seperti Bursa Efek, Perusahaan Efek, Bank Kustodian dan Biro
Administrasi Efek atau Pihak lain yang ditetapkan Bapepam, dengan
ketentuan mayoritas saham dikuasai oleh Bursa Efek. Dengan pemisahan ini
diharapkan fungsi masing-masing lembaga ini akan semakin jelas.
KSEI didirikan di Jakarta, pada tanggal 23 Desember 1997 dan
memperoleh izin operasionalnya pada tanggal 11 November 1998 sesuai dengan
Keputusan Bapepam No.Kep-54/PM/1998. KSEI mulai menjalankan kegiatan
efek dengan warkat, dengan mengambil alih fungsi sejenis dari PT. KDEI yang
sebelumnya merupakan LKPP. Selanjutnya sejak tanggal 17 Juli 2000, KSEI
bersama Bursa Efek dan KPEI mulai mengimplementasikan perdagangan tanpa
warkat (scriptless trading) dan operasional kustodian sentral di pasar modal
Indonesia.37
Hal ini sejalan dengan cetak biru pasar modal yang dibuat untuk pertama
kalinya, yakni pada tahun 1996, yang berisi pedoman umum pasar modal
Indonesia untuk jangka waktu lima tahun mendatang. Dalam pedoman itu telah
ditetapkan beberapa sasaran yang dituju, seperti dipersiapkannya suatu sistem
perdagangan tanpa warkat (scriptless trading), penyelesaian transaksi melalui
pemindahbukuan (book entry settlement), dan jasa-jasa pendukung yang
tersentralisasi bagi perantara pedagang efek. Substansi cetak biru pasar modal ini
akan mengalami revisi mengikuti perkembangan zaman. Meski hanya sebagai
kerangka umum, tapi cetak biru pasar modal sudah memuat secara lengkap dan
komprehensif langkah-langkah yang perlu diambil oleh pelaku pasar modal.
Sebab dari sanalah para pelaku pasar bisa mengembangkan pasar modal Indonesia
duduk sama rendah berdiri sama tinggi dengan pasar modal internasional di tahun
2020.38
Menurut ketentuan Pasal 14 ayat (2) UUPM Nomor 8 Tahun 1995, LPP
didirikan dengan tujuan menyediakan jasa kustodian sentral dan penyelesian
transaksi yang teratur, wajar dan efisien. Jasa tersebut harus memenuhi standar
37
tanggal 22 Nopember 2010.
38
bagi sesuatu penggunaan jasa. Jasa kustodian yang diberikan oleh LPP harus
mampu memberikan pelayanan secara menyeluruh, termasuk pembagian hak atas
efek, seperti dividen dan saham bonus, pemrosesan administrasi atas segala
kegiatan yang dilakukan oleh emiten yang terkait dengan kepentingan pemegang
rekening, seperti RUPS, penyerahan dana dan efek atas instruksi pengguna jasa,
administrasi pinjam-meminjam efek, dan pemindahan efek dari dan ke penitipan
kolektif. LPP perlu memadukan keahlian teknis dan kemampuan keuangan dalam
membangun sistem perdagangan tanpa warkat (scriptless trading), penyelesaian
transaksi melalui pemindahbukuan dan peminjaman atas penyelesaian transaksi.
Di samping hal tersebut di atas, LPP juga perlu menyusun suatu sistem yang
merupakan satu kesatuan yang terpadu dan saling mendukung dengan tetap
memperhatikan aspek keamanan atas efek. Sistem yang diimplementasikan oleh
LPP harus ditelaah secara cermat dan hati-hati mengingat LPP merupakan
kustodian sentral yang mencatat seluruh aset pemegang rekening yang terdapat
pada LPP.39
Untuk menjamin keamanan dan kenyamanan para investor dalam
melakukan transaksi di pasar modal, maka seluruh kegiatan KSEI diopersikan
melalui sistem penyimpanan dan penyelesaian transaksi efek secara
pemindahbukuan yang berteknologi tinggi, yang dinamakan The Central
Depository and Book Entry Settlement System atau dikenal dengan sebutan
C-BEST. C-BEST merupakan sistem penyelenggaraan jasa kustodian sentral dan
penyelesaian transaksi secara pemindahbukuan yang dilakukan secara otomatis
39
dengan menggunakan sarana komputer yang terhubung dengan terminal komputer
pemegang rekening dan atau sarana lain yang ditentukan oleh KSEI.40
Sejak tanggal 13 September 2001, KSEI menyiapkan suatu sistem
cadangan bernama Disaster Recovery Center (DRC) yang berfungsi untuk
melindungi kelangsungan operasional layanan jasanya. Ditempatkan di lokasi
terpisah dengan sistem utama, sistem DRC akan mengamankan penyediaan
layanan jasa kustodian sentral dalam kondisi darurat (bencana) atau gangguan.
Sistem cadangan ini memiliki kapasitas dan proses kerja yang identik sama
dengan sistem utama, di mana keduanya secara otomatis akan saling
menggantikan apabila terjadi gangguan pada salah satu sistem. Untuk menjaga
agar sistem cadangan ini tetap berfungsi baik, secara berkala, KSEI selalu
melakukan pengujian prosedur melalui DRC Live Test dan pelaksanaannya
dilakukan 2 (dua) kali setiap tahunnya.41
Saat ini, KSEI telah mengimplementasikan sistem subrekening efek untuk
mencatat kepemilikan setiap investor (beneficial owner) yang menjadi nasabah
pemegang rekening KSEI. Dengan demikian, catatan kepemilikan di KSEI saat ini
tidak hanya terbatas sampai level pemegang rekening KSEI, tetapi sudah
menjangkau sampai level beneficial owner melalui sistem subrekening.42
Subrekening (sub-account) merupakan fasilitas yang disediakan oleh
sistem C-BEST, dimana Partisipan (Anggota Bursa/Bank Kustodian) dapat
mendaftarkan rekening-rekening nasabahnya ke sistem C-BEST. Subrekening
40
Adrian Sutedi, Segi-Segi Hukum Pasar Modal, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), hal. 11-12.
41
tanggal 22 Nopember 2010.
42
efek ini akan membuktikan apakah efek yang ditransaksikan atau diperdagangkan
secara tanpa warkat oleh Perantara Pedagang Efek (Perusahaan Efek) adalah milik
dari nasabahnya atau milik dari Perantara Pedagang Efek tersebut. Sistem
subrekening ini bertujuan untuk:43
1. Membantu pemegang rekening dalam mengadministrasikan efek nasabah
yang disimpan di KSEI;
2. Menjamin keterbukaan sistem pembukuan pemegang rekening di KSEI
sehingga dapat memberikan proteksi kepada investor atas investasi yang
mereka lakukan; dan
3. Pemisahan pencatatan aset pemegang rekening dan nasabah sebagai
perlindungan terhadap investor.
Sedangkan manfaat dari sistem subrekening ini yakni sebagai berikut:44
1. Keuntungan utama bagi pemegang rekening adalah adanya efisiensi yang
diperoleh pada saat terjadinya aksi korporasi (corporate action), antara lain:
pembagian dividen atau saham bonus, dimana pemegang rekening tidak perlu
menyampaikan daftar nasabah. KSEI berdasarkan catatan subrekening yang
ada akan langsung membagikan dividen tersebut ke masing-masing rekening
nasabah yang berhak.
2. Nama investor akan tercatat dalam daftar pemegang saham emiten dan akan
tercantum pada Konfirmasi Tertulis Untuk RUPS (KTUR) untuk mencatat
kehadirannya pada RUPS.
43
Tjiptono Darmadji dan Hendy M.Fakhruddin, Op.cit., hal. 140. 44
Kemudian dalam Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-01/PM/2003
tentang subrekening efek pada LPP, diwajibkan kepada pemegang rekening KSEI
untuk:45
1. Membuka subrekening efek atas nama setiap nasabahnya pada LPP.
2. Mencatat rekening efek nasabah dalam subrekening efek.
3. Memastikan saldo rekening efek setiap nasabah yang tercatat dalam
pembukuan Partisipan selalu sama dengan saldo rekening efek setiap nasabah
yang tercatat dalam subrekening efek, dan
4. Memastikan identitas nasabah yang tercatat dalam pembukuan Partisipan
sama dengan identitas nasabah yang tercatat dalam subrekening efek.
Kemudian pada tanggal 18 Juni 2009, KSEI juga melakukan terobosan
baru dengan meluncurkan Fasilitas Investor Area, yang berubah nama menjadi
Fasilitas AKSes (Acuan Kepemilikan Sekuritas) KSEI. Implementasi fasilitas ini
merupakan salah satu bentuk komitmen KSEI dalam memberikan perlindungan
dan transparansi atas portofolio investasi milik investor dan meningkatkan
kepercayaan investor untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.46
Hingga saat ini, KSEI masih melakukan serangkaian kegiatan sosialisasi
untuk memperkenalkan dan mempromosikan fasilitas AKSes KSEI ini kepada
para pelaku pasar modal, khususnya kepada investor serta kepada mahasiswa,
wartawan dan masyarakat pada umumnya. Kegiatan tersebut meliputi
45
Gunawan Widjaja, Op.cit., hal. 179. 46
penyelenggaraan seminar, workshop serta talkshow di radio dan televisi, di
samping pemuatan advertorial di beberapa surat kabar nasional dan daerah.47
Menurut Sulistyo Budi, Direktur PT Kustodian Sentral Efek Indonesia
(KSEI) pada acara sosialisasi kartu AKSes di Palembang, untuk memonitor
portofolio efek dan dana, investor cukup menggunakan Kartu AKSes. Kartu
AKSes dapat dimiliki secara gratis melalui Perusahaan Efek (Broker) atau Bank
Kustodian dimana investor terdaftar sebagai nasabahnya.48
Fasilitas AKSes KSEI merupakan sarana bagi investor sebagai nasabah
pemegang rekening KSEI untuk memperoleh informasi terkait efek miliknya.
Dengan demikian, para investor dapat mengetahui dan memonitor posisi atau
mutasi efek miliknya dalam sub-rekening efek yang disimpan di KSEI secara real
time hingga 30 hari terakhir. Fasilitas ini dapat diakses melalui website
http://akses.ksei.co.id. Dengan adanya kartu AKSes itu, pengusaha tidak perlu lagi
khawatir menanamkan sahamnya di perusahaan-perusahaan dalam negeri.
49
Keberhasilan KSEI harus memiliki pengalaman yang cukup dalam operasi
perbankan, terutama dalam jasa kustodian dan pengendalian keamanan
pemrosesan data keuangan manajemen harus didukung oleh staf yang andal yang
memiliki dedikasi, moral dan akhlak yang tinggi. Sistem yang diterapkan oleh
KSEI mencakup sistem pengendalian yang independen yang berlapis dan
memiliki sistem cadangan (back up), prosedur yang aman, penyimpanan catatan
47
Ibid., hal. 62. 48
Analisa, Jumat, 18 Pebruari 2011, hal. 22. 49
yang terpisah, audit intern, dan pengamanan komputer yang canggih dan aman
dari pihak-pihak yang tidak berwenang.50
C. Dasar Hukum Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)
Adapun yang menjadi dasar hukum dalam pengaturan Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dalam Bab I Pasal
1 angka 10 dan Bab III Pasal 13 ayat (1) dan (2), Pasal 14 ayat (2), (3) dan (4),
Pasal 15 ayat (1), Pasal 16 ayat (2) dan (3) dan Pasal 17;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 jo Peraturan Pemerintah Nomor
12 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal
dalam Bab II Pasal 15 sampai dengan Pasal 22;
3. Keputusan Bapepam yakni sebagai berikut:51
a. Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-12/PM/1996 tentang Perizinan
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan III.C.1);
b. Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-13/PM/1996 tentang Tata Cara
Pembuatan Peraturan oleh Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
(Peraturan III.C.2);
c. Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-14/PM/1996 tentang Persyaratan
Calon Direktur dan Komisaris Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
(Peraturan III.C.3);
50
M.Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Op.cit., hal.150. 51
d. Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-15/PM/1996 tentang Tata Cara
Penyusunan serta Pengajuan Rencana Anggaran dan Penggunaan Laba
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan III.C.4);
e. Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-16/PM/1996 tentang Tata Cara
Pemberian Persetujuan Anggaran Dasar Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian (Peraturan III.C.5);
f. Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-29/PM/1998 tentang Prosedur
Operasi dan Pengendalian Intern Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
(Peraturan III.C.6);
g. Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-01/PM/2003 tentang Subrekening
Efek pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan III.C.7);
h. Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-68/PM/1996 tentang Laporan
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan X.C.1);
i. Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-69/PM/1996 tentang
Pemeliharaan Dokumen oleh Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
(Peraturan X.C.2);
Pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal,
pengertian LPP dapat dilihat dalam Pasal 1 angka 10 yang menyebutkan:52
52
Pasal 56 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
LPP
adalah pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi Bank
Kustodian, Perusahaan Efek dan Pihak lain.
Sedangkan pengaturan tentang LPP dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal dapat dilihat pada:53
- Pasal 13 ayat (1)
Yang dapat menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai LPP adalah Perseroan
yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam.
- Pasal 13 ayat (2)
Persyaratan dan tata cara perizinan LPP sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.
- Pasal 14 ayat (2)
LPP didirikan dengan tujuan menyediakan jasa kustodian sentral dan
penyelesaian transaksi yang teratur, wajar dan efisien.
- Pasal 14 ayat (3)
LPP dapat memberikan jasa lain berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh
Bapepam.
- Pasal 14 ayat (4)
Rencana anggaran tahunan dan penggunaan laba LPP wajib disusun sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh dan dilaporkan kepada Bapepam.
- Pasal 15 ayat (1)
Yang dapat menjadi pemegang saham LPP adalah Bursa Efek, Perusahaan
Efek, Biro Administrasi Efek, Bank Kustodian atau Pihak lain atas persetujuan
Bapepam.
- Pasal 16 ayat (2)
53
LPP wajib menetapkan peraturan mengenai jasa kustodian sentral dan jasa
penyelesaian transaksi efek, termasuk ketentuan mengenai biaya pemakaian
jasa.
- Pasal 16 ayat (3)
Penentuan biaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) disesuaikan menurut
kebutuhan pelaksanaan fungsi LPP.
- Pasal 17
Peraturan yang wajib ditetapkan oleh LPP, termasuk perubahannya, mulai
berlaku setelah mendapat persetujuan Bapepam.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 juncto
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Kegiatan
di Bidang Pasar Modal, pengaturan tentang Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian dapat dilihat pada:54
- Pasal 15
LPP dapat menjalankan usaha setelah memperoleh izin usaha dari Bapepam.
- Pasal 16
Modal disetor LPP sekurang-kurangnya berjumlah Rp.15.000.000.000,00
(lima belas miliar rupiah).
- Pasal 17
(1) Permohonan untuk memperoleh izin usaha LPP diajukan kepada
Bapepam disertai dengan dokumen dan keterangan sebagai berikut:
54
a. akta pendirian perseroan yang telah disahkan oleh Menteri
Kehakiman;
b. Nomor Pokok Wajib Pajak perseroan;
c. proyeksi keuangan 3 (tiga) tahun;
d. rencana kegiatan 3 (tiga) tahun termasuk susunan organisasi, fasilitas
komunikasi dan program-program latihan yang akan diadakan;
e. daftar calon direktur dan komisaris termasuk pejabat satu tingkat di
bawah direksi;
f. Bursa Efek yang akan mengendalikan dan atau menggunakan jasa
LPP;
g. rancangan peraturan mengenai jasa kustodian sentral dan jasa
penyelesaian transaksi efek, termasuk ketentuan mengenai biaya
pemakaian jasa yang ditetapkan oleh LPP; dan
h. dokumen dan keterangan pendukung lain yang berhubungan dengan
permohonan izin usaha LPP yang ditetapkan lebih lanjut oleh
Bapepam.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan dengan
menggunakan formulir yang bentuk dan isinya ditetapkan oleh Bapepam.
- Pasal 18
Bapepam mempertimbangkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 dengan mempertimbangkan:
a. integritas dan keahlian calon anggota direksi dan komisaris;
c. prospek terbentuknya suatu pasar yang teratur, wajar dan efisien; dan
d. sistem penyelesaian serta jasa kustodian yang aman dan efisien.
- Pasal 19
(1) Jumlah anggota direksi dan komisaris LPP sebanyak 7 (tujuh) orang.
(2) Anggota direksi LPP dilarang mempunyai jabatan rangkap sebagai
anggota direksi, komisaris atau pegawai pada perusahaan lain.
(3) Anggota direksi dan komisaris diangkat untuk masa jabatan selama 3
(tiga) tahun dan dapat diangkat kembali.
- Pasal 20
(1) Saham LPP adalah saham atas nama yang mempunyai nilai nominal dan
hak suara yang sama.
(2) Saham LPP hanya dapat dimiliki oleh Bursa Efek, Perusahaan Efek, Biro
Administrasi Efek, Bank Kustodian atau Pihak lain atas persetujuan
Bapepam.
(4) Pemindaham hak atas saham LPP hanya dapat dilakukan kepada Bursa
Efek, Perusahaan Efek, Biro Administrasi Efek, Bank Kustodian atau
Pihak lain yang telah memperoleh persetujuan dari Bapepam.
(6) LPP dilarang membagi dividen kepada pemegang saham.
- Pasal 21
(1) Anggaran dasar atau peraturan LPP atau perubahannya wajib diajukan
(2) Dalam hal anggran dasar atau peraturan LPP atau perubahnnya
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditolak, Bapepam memberikan
alasan atas penolakan tersebut.
(3) Dalam rangka terciptanya pasar modal yang teratur, wajar dan efisien,
Bapepam dapat memerintahkan LPP untuk mengubah anggaran dasar atau
peraturan LPP.
- Pasal 22
Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi penyelenggaraan kegiatan LPP
berdasarkan Peraturan Pemerintah ini, ditetapkan oleh Bapepam.
D. Perizinan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)
Bapepam telah memberikan 1 izin usaha LPP kepada PT. KSEI. LPP
sebelum menjalankan usahanya harus memperoleh izin usaha dari Bapepam.
Permohonan izin usaha LPP diajukan kepada Bapepam dalam rangkap 4 (empat)
dengan menggunakan Formulir Nomor III.C.1-1.55
Permohonan izin usaha sebagaimana dimaksud dalam angka 1 Keputusan
Ketua Bapepam Nomor Kep-12/PM/1996 tentang Perizinan LPP (Peraturan
III.C.1) ini disertai dokumen sebagai berikut :56
a. akta pendirian Perseroan yang memuat anggaran dasar Perseroan sesuai
dengan Peraturan Nomor III.C.5 yang telah disahkan oleh Menteri
Kehakiman;
55
Angka 1 Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-12/PM/1996 tentang Perizinan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan III.C.1).
56
b. daftar pemegang saham berikut jumlah saham yang dimilikinya;
c. Nomor Pokok Wajib Pajak Perseroan;
d. proyeksi keuangan 3 (tiga) tahun;
e. rencana kegiatan 3 (tiga) tahun termasuk susunan organisasi, fasilitas
komunikasi, dan program-program latihan yang akan diadakan;
f. daftar calon direktur dan komisaris sesuai persyaratan Peraturan Nomor
III.C.3 serta pejabat satu tingkat di bawah direksi;
g. Bursa Efek yang akan mengendalikan dan atau menggunakan jasa LPP;
h. rancangan peraturan mengenai jasa kustodian sentral dan jasa penyelesaian
transaksi efek, termasuk mengenai biaya pemakaian jasa yang ditetapkan oleh
LPP;
i. neraca pembukaan Perseroan yang telah diperiksa oleh Akuntan yang terdaftar
di Bapepam;
j. bukti penyetoran modal yang memuat sekurang-kurangnya
Rp.15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah); dan
k. rencana pengembangan kegiatan LPP yang mengacu pada praktek kustodian
sentral internasional.
Dalam rangka memproses permohonan izin usaha sebagai LPP, Bapepam
melakukan penelitian atas kelengkapan dokumen, wawancara, serta pemeriksaan
setempat apabila dipandang perlu.57
57
Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 peraturan
ini tidak memenuhi syarat, Bapepam memberikan surat pemberitahuan kepada
pemohon yang menyatakan bahwa :58
a. permohonannya tidak lengkap dengan menggunakan Formulir Nomor
III.C.1-2 lampiran III.C.1-2 skripsi ini; atau
b. permohonannya ditolak dengan menggunakan Formulir Nomor III.C.1-3
lampiran 3 skripsi ini.
Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 Keputusan
Ketua Bapepam Nomor Kep-12/PM/1996 tentang Perizinan Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan III.C.1) memenuhi syarat, Bapepam
memberikan surat izin usaha kepada pemohon dengan Formulir Nomor
III.C.1-4.59
E. Pendaftaran, Pelaporan dan Pemeliharaan Dokumen oleh Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)
Pendaftaran LPP
Dalam Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 tidak ada
diatur ketentuan tentang kewajiban LPP untuk mendaftarkan kegiatan usahanya di
Bapepam. Bapepam mewajibkan pendaftaran kegiatan usaha bagi Profesi
58
Angka 11 Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-12/PM/1996 tentang Perizinan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan III.C.1).
59
Penunjang Pasar Modal dan Wali Amanat.60 Profesi Penunjang Pasar Modal
terdiri dari:61
a. Akuntan;
b. Konsultan Hukum;
c. Penilai;
d. Notaris; dan
e. Profesi lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Karena pendapat dan atau penilaian Profesi Penunjang Pasar Modal sangat
penting bagi pemodal dalam mengambil keputusan investasinya, maka kegiatan
profesi tersebut di pasar modal perlu diawasi dengan mewajibkannya mendaftar
di Bapepam.62
Kegiatan usaha sebagai Wali Amanat merupakan salah satu kegiatan bank
umum sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang
perbankan. Oleh karena itu, bank umum tidak lagi memerlukan izin untuk
melakukan kegiatan usaha sebagai Wali Amanat. Namun, untuk melakukan
kegiatan tersebut, bank umum tetap memerlukan pendaftaran di Bapepam.63
60
www.bapepam.go.id.htm, Menuju pasar modal yang wajar, teratur dan efisien, diakses tanggal 15 Juni 2011.
61
Pasal 64 ayat (1) Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995. 62
Penjelasan Pasal 64 ayat (2) Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995. 63
Sebagai salah satu lembaga yang berada di bawah pengawasan Bapepam,
LPP wajib menyampaikan laporan kegiatan kepada Bapepam dalam rangkap 4
(empat) yang meliputi :64
a. laporan harian mengenai mutasi penyimpanan dan penyelesaian transaksi
bursa;
b. laporan bulanan yang memuat :
1) rekapitulasi kegiatan selama periode tersebut dilengkapi dengan statistik
perkembangan volume penyimpanan dan penyelesaian;
2) laporan mengenai jumlah Emiten yang pencatatan efeknya pada buku
daftar pemegang saham Emiten diwakili oleh LPP; dan
3) kegiatan pemakai jasa LPP.
c. laporan keuangan tengah tahunan dan laporan keuangan tahunan yang telah
diaudit oleh Akuntan yang terdaftar di Bapepam disertai pendapat dari
Akuntan tersebut;
d. laporan realisasi anggaran dan penggunaan laba;
e. laporan penyelenggaraan RUPS;
f. laporan mengenai perubahan status pemakai jasa LPP;
g. laporan mengenai pengenaan sanksi oleh LPP terhadap pemakai jasa LPP;
h. laporan mengenai peristiwa khusus seperti kesulitan keuangan pemakai jasa
LPP; dan
64
i. laporan posisi rekening efek nasabah atas kepemilikan 5% (lima perseratus)
atau lebih saham dan setiap perubahan kepemilikan atas saham Emiten atau
Perusahaan Publik dimaksud pada rekening efek pada LPP.
Laporan harian mutasi penyimpanan dan penyelesaian Transaksi Bursa
sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf a Keputusan Ketua Bapepam Nomor
Kep-68/PM/1996 tentang Laporan LPP (Peraturan X.C.1) wajib disampaikan
kepada Bapepam selambat-lambatnya pada hari kerja berikutnya.65
Laporan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf b Keputusan Ketua
Bapepam Nomor Kep-68/PM/1996 tentang Laporan LPP (Peraturan X.C.1)
meliputi jumlah dan jenis efek yang dimutasikan serta keterangan lain yang
diminta oleh Bapepam yang berkaitan dengan fungsinya sebagai LPP, dan wajib
disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya hari ke-12 (dua belas) pada
bulan berikutnya.66
Laporan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf c Keputusan Ketua
Bapepam Nomor Kep-68/PM/1996 tentang Laporan LPP (Peraturan X.C.1)
meliputi:67
a. laporan keuangan tengah tahunan, wajib disampaikan kepada Bapepam
selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari sejak tanggal akhir periode;
b. laporan keuangan tahunan wajib disampaikan kepada Bapepam
selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari sejak tanggal akhir tahun buku;
65
Angka 2 Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-68/PM/1996 tentang Laporan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan X.C.1).
66
Angka 3 Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-68/PM/1996 tentang Laporan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan X.C.1).
67