• Tidak ada hasil yang ditemukan

Era globalisasi memberikan dampak yang signifikan pada perusahaan dalam negeri. Salah satu dampak yang timbul akibat globalisasi adalah persaingan dengan perusahaan-perusahaan baru yang berdiri di Indonesia atas modal asing.

Dampak ini terjadi pada beberapa perusahaan di berbagai bidang, tidak terkecuali perusahaan penghasil beton. PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut sebagai salah satu anak perusahaan dari PT Wijaya Karya (Persero) yang bergerak dalam bidang konstruksi merupakan salah satu perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Dalam perkembangannya, PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut telah banyak menangani proyek pembangunan di wilayah Sumatera Utara, seperti kompleks perkantoran Podomoro City Deli, dan jalan tol ke Bandara Kualanamu, serta menghasilkan produk-produk yang berkualitas dan terkemuka di pasaran.

PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut sebagai salah satu BUMN tidak dapat menutup mata terhadap banyaknya pesaing dalam bidang sejenis. PT.

Wijaya Karya Beton PPB Sumut merupakan perusahaan yang tidak dapat memonopoli seluruh proyek pembangunan, oleh karena itu PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut harus bersaing dengan perusahaan lain untuk dapat memenangkan proyek pembangunan dalam skala besar. Beberapa perusahaan konstruksi asing bahkan mendominasi proyek skala besar yang bernilai tinggi baik dari pemerintah maupun swasta.

Berdasarkan hal tersebut, tantangan bisnis yang akan dihadapi oleh PT.

Wijaya Karya Beton PPB Sumut akan semakin berat, dan apabila perusahaan tidak berbenah untuk menghadapinya sangat mungkin dalam beberapa periode waktu ke depan PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut akan menghadapi kendala dalam memenangkan proyek dalam skala yang besar. Oleh karena itu, perlu dirumuskan strategi bisnis yang tepat untuk mempertahankan posisi PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut serta untuk memenangkan persaingan yang semakin ketat. Langkah tersebut harus didukung oleh manajemen yang dapat mengukur kinerja PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut. Pengukuran kinerja akan berpengaruh terhadap perusahaan dalam mengambil keputusan untuk memenuhi kebutuhan seluruh stakeholder.

Pengukuran kinerja sebenarnya telah dijalankan oleh PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut pada beberapa stakeholder, seperti terhadap karyawan dan pemasok yang dilakukan sekali dalam setahun. Hasil dari pengukuran kinerja tersebut kemudian dievaluasi oleh manajemen perusahaan. Beberapa karyawan dan pemasok yang dianggap terbaik akan diberikan reward, sementara karyawan dan pemasok yang memiliki kinerja buruk akan dievaluasi kembali.

Penilaian terhadap karyawan dilakukan langsung oleh kepala seksi yang merupakan pemegang jabatan tertinggi dari setiap departemen. PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut memiliki lima departemen, yakni departemen teknik dan mutu, departemen perencanaan dan evaluasi produksi, departemen peralatan, departemen keuangan dan personalia, dan departemen produksi. Pengukuran kinerja terhadap karyawan dilakukan secara lini oleh atasan terhadap bawahan

pada departemen yang sama, seperti karyawan departemen produksi dinilai langsung oleh kepala seksi produksi. Beberapa aspek yang digunakan oleh kepala seksi dalam melakukan pengukuran kinerja terhadap bawahan secara umum adalah kedisplinan, tanggung jawab, dan kualitas kerja. Aspek-aspek penilaian tersebut tidak memiliki parameter yang ditetapkan oleh perusahaan, sehingga pengukuran kinerja oleh kepala seksi terhadap karyawan pada setiap departemen akan berbeda meskipun menggunakan aspek penilaian yang sama. Hal inilah yang menjadi pemicu munculnya ketidakpuasan dan ketidakadilan pada karyawan.

Pengukuran kinerja yang dilakukan terhadap stakeholder lain adalah pemasok. Pihak yang melakukan pengukuran kinerja terhadap pemasok adalah departemen keuangan dan personalia serta departemen produksi. Aspek yang digunakan dalam melakukan penilaian adalah ketepatan pengiriman, kualitas pasokan, dan kuantitas pasokan. Seperti hal nya pengukuran kinerja terhadap karyawan, aspek penilaian tersebut belum memiliki parameter baku yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

PT. Wijaya Karya Beton memerlukan desain pengukuran kinerja yang sistematis dan yang tidak hanya menilai kinerja karyawan dan pemasok, melainkan aspek lain yang mempengaruhi kinerja perusahaan secara menyeluruh.

Hal inilah yang menyebabkan sehingga perlu digunakan suatu pengukuran kinerja yang mengutamakan pentingnya menyelaraskan aspek perusahaan (stakeholder) secara keseluruhan ke dalam suatu framework pengukuran yang strategis.

Dibandingkan dengan model Performance Prism, model penilaian yang digunakan oleh PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut belum strategis karena

belum membaca seluruh kebutuhan stakeholder. Menurut Kusuma Welin (2006), pengukuran kinerja yang strategis merupakan pengukuran yang terintegrasi, meliputi seluruh aspek perusahaan (stakeholder) dan dapat memberikan kepuasan kepada stakeholder yang akan meningkatkan kontribusi stakeholder kepada perusahaan dalam jangka waktu yang panjang. Stakeholder ini meliputi investor, konsumen, karyawan, pemasok, serta pemerintah dan masyarakat.

Dalam mendesain pengukuran kinerja yang strategis, diperlukan aspek-aspek pengukuran yang jelas, termasuk ketepatan penentuan Key Performance Indicator (KPI). Sistem pengukuran kinerja model Performance Prism berupaya menyempurnakan model-model sebelumnya, model ini tidak hanya didasari oleh strategi tetapi juga memperhatikan kepuasan dan kontribusi stakeholder, proses dan kapabilitas perusahaan (Gunawan Chandra, 2013). Ada beberapa metode yang digunakan untuk pengukuran kinerja, berikut ini adalah perbandingan antar metode sehingga dapat dilihat metode mana yang paling sesuai digunakan untuk mengukur kinerja pada PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut.

Tabel 1.1. Perbandingan Metode Pengukuran Kinerja Kondisi

Nyata IPMS Balance

Scorecard Cambridge Performance Prism

Tabel 1.1. Perbandingan Metode Pengukuran Kinerja (Lanjutan)

Kondisi Nyata IPMS Balance

Scorecard Cambridge Performance Prism

Sumber : Patdono Suwignjo, 2005, OPTIMA Volume 2 nomor 1

Performance Prism merupakan suatu sistem pengukuran kinerja berbasis lima sisi (facets) yang membentuk framework tiga dimensi berupa prisma. Sisi atas dan bawah merupakan stakeholder satisfaction dan stakeholder contribution.

Sedangkan tiga sisi yang lain adalah strategies, processes, dan capabilities (Neely Adams & Kennerly, 2002). Kerangka Performance Prism dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut ini.

Gambar 1.1. Kerangka Performance Prism

Dengan adanya lima aspek tersebut, Performance Prism tidak hanya mengukur hasil akhir, namun juga aktivitas-aktivitas penentu hasil nilai akhir.

Sehingga diharapkan pengukuran kinerja dapat memberikan gambaran jelas dan nyata tentang kondisi perusahaan yang sebenarnya.

Mewujudkan kepuasan para stakeholder secara sempurna merupakan poin penting sehingga pihak manajemen perusahaan perlu juga mempertimbangkan strategi-strategi apa saja yang harus dilakukan, proses-proses apa saja yang diperlukan untuk dapat menjalankan strategi tersebut, serta kemampuan apa saja yang harus dipersiapkan untuk melaksanakannya. Oleh karena itu, penulis akan melakukan telaah serta merancang ulang sistem pengukuran kinerja dengan menggunakan metode Performance Prism yang akan digunakan untuk menyempurnakan metode pengukuran kinerja yang telah ada sebelumnya pada PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut.

Dokumen terkait