• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM DAN OBJECTIVE MATRIX DI PT. WIJAYA KARYA BETON PPB SUMUT TUGAS SARJANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DESAIN PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM DAN OBJECTIVE MATRIX DI PT. WIJAYA KARYA BETON PPB SUMUT TUGAS SARJANA"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

DESAIN PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN

DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM DAN OBJECTIVE MATRIX DI PT. WIJAYA KARYA BETON PPB SUMUT

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

DESSY M. MARPAUNG 120403097

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 6

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik.

Pembuatan Tugas Sarjana merupakan langkah awal bagi penulis dalam mengenal dunia kerja serta mengimplementasikan ilmu yang telah dipelajari selama perkuliahan. Tugas Sarjana ini ditujukan untuk memenuhi syarat-syarat dan ketentuan dalam mengikuti kurikulum Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Tugas Sarjana ini terdiri dari struktur pengerjaan dan dasar-dasar dari penelitian yang dilakukan di PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut. Tugas Sarjana ini memaparkan penelitian penulis yaitu “Desain Pengukuran Kinerja Perusahaan dengan Metode Performance Prism dan Objective Matrix di PT.

Wijaya Karya Beton PPB Sumut”.

Penulis menyadari bahwa Tugas Sarjana ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari pembaca demi penyempurnaan Tugas Sarjana ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENULIS

MEDAN, NOVEMBER 2016 DESSY M. MARPAUNG

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur, terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas Berkat- Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Sarjana ini. Dalam proses pengerjaannya, banyak pihak yang telah membantu. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih terutama kepada Ayah saya, Alm. Jonson Marpaung dan Ibu saya Rumita Pasaribu serta kelima saudara saya Richo Marpaung, Ferdy Marpaung, Paul Marpaung, Jupenri Marpaung, dan Binsar Marpaung, serta Albiker Panjaitan yang telah memberikan segala jenis dukungan positif kepada saya dan mereka merupakan motivasi terbesar saya dalam mengerjakan laporan Tugas Sarjana ini dan selalu memberikan hiburan disaat penulis membutuhkan semangat. Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, M.T., selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, M.T., selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan.

3. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc., dan Ibu Ir. Rosnani Ginting, M.T., selaku Koordinator Tugas Akhir atas waktu, bimbingan, dan arahan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, M.S.I.E selaku Dosen Pembimbing I atas waktu, bimbingan, arahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana.

(7)

5. Ibu Rahmi M. Sari, S.T., M.M. (T) selaku Dosen Pembimbing II atas waktu, bimbingan, arahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana.

6. Bapak Rahmat , Ibu Nur Izzati Laili, S.T selaku Pembimbing Lapangan di PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut yang telah membantu penulis dan membimbing penulis selama penelitian dan pengumpulan data Tugas Sarjana.

7. Seluruh Dosen Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran selama perkuliahan sebagai bekal penulis dalam menulis Tugas Sarjana.

8. Seluruh staf dan karyawan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam hal administrasi.

9. Rekan seperjuangan di PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut, Dewi Clara Siahaan dan Verayanti Simanullang yang telah membantu mengurus segala kelengkapan administrasi dan membantu selama pengerjaan laporan.

10. Sahabat Kancil (Timbul Daniello, Laxhmi Mahesvary, Tivani Togatorop, Neneng Isnaini, Mega Tobing, Blandina Audrey, Vera Simanullang, Tiur Tambunan) yang memberikan dukungan moril selama pengerjaan laporan.

11. Seluruh teman DUABELATI yang secara langsung ataupun tidak langsung membantu kelancaran mulai dari masa praktikum sampai sekarang.

12. Dan seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak mungkin disebutkan satu per satu.

(8)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR SAMPUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi DAFTAR LAMPIRAN ... xviiI

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Rumusan Masalah ... I-6 1.3. Tujuan Penelitian ... I-7 1.4. Manfaat Penelitian ... I-7 1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian ... I-8

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1. Sejarah Umum Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Perusahaan ... II-2 2.3. Visi dan Misi Perusahaan ... II-4

(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.3.1. Visi ... II-4 2.3.2. Misi ... II-4 2.4. Organisasi dan Manajemen ... II-5 2.4.1. Struktur Organisasi ... II-5 2.4.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-6 2.4.2. Fungsi Manajemen dalam Pengukuran Kinerja ... II-12 2.5. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-13 2.6. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... II-13 2.7. Sistem Produksi ... II-17 2.7.1. Standar Mutu Produk ... II-17 2.7.2. Bahan yang Digunakan ... II-19 2.7.2.1. Bahan Baku ... II-19 2.7.2.2. Bahan Penolong ... II-20 2.7.2.3. Bahan Tambahan... II-21 2.7.3. Uraian Proses Produksi ... II-21 2.7.4. Safety and Fire Protection ... II-28

III LANDASAN TEORI ... III-1 3.1. Pengertian Kinerja ... III-1

(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.2. Penilaian Kinerja ... III-1 3.3. Elemen Pengukuran Kinerja ... III-2 3.4. Ukuran Kinerja ... III-3 3.5. Metode Key Performance Prism untuk Mengukur Kinerja ... III-4 3.6. Langkah-langkah Penilaian Kinerja ... III-6 3.7. Konsep Sistem Manajemen Kinerja ... III-8

3.8. Penilaian Kinerja Tradisional vs Penilaian Kinerja Performance Prism ... III-10 3.9. Pengukuran Kinerja dengan Metode Performance Prism ... III-11 3.10. Disain Metode Performance Prism yang Efisien ... III-13

3.11. Pembobotan dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) ... III-17 3.12. Scoring System dengan Objective Matrix (OMAX) ... III-18 3.13. Traffic Light System ... III-22 3.14. Desain Pengukuran Kinerja ... III-23

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1 4.3. Objek Penelitian ... IV-1

(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.4. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-2 4.5. Definisi Operasional ... IV-2 4.6. Populasi dan Sampel ... IV-5 4.7. Metode Pengumpulan Data ... IV-6 4.8. Metode Pengolahan Data ... IV-7 4.9. Rancangan Penelitian ... IV-8

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Stakeholder Perusahaan ... V-1 5.1.2. Identifikasi Lima faset Performance Prism Perusahaan .. V-2 5.1.2.1. Stakeholder Investor (Kantor Pusat) ... V-3 5.1.2.2. Stakeholder Pemasok ... V-4 5.1.2.3. Stakeholder Karyawan ... V-5 5.1.2.4. Stakeholder Konsumen ... V-7 5.1.2.5. Stakeholder Pemerintah dan masyarakat ... V-8 5.1.3. Identifikasi dan Verfikasi KPI ... V-9 5.1.4. Data Pembobotan KPI (Key Performance Indicator) ... V-11 5.2. Pengolahan Data ... V-13 5.2.1. Menentukan Bobot KPI Berdasarkan Kuisioner AHP ... V-13

(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN 5.2.2. Penyusunan Performance Measurement Record Sheet ... V-19

5.2.3. Scoring System dengan Objective Matrix dan Traffic Light System ... V-23

5.2.3.1. Menentukan Target Nilai Tertinggi dan Terendah KPI ... V-23 5.2.3.2. Melakukan Perhitungan Pecapaian Kelas

Masing-masing KPI ... V-27 5.2.3.2.2. Perhitungan Pecapaian Kelas KPI Pemasok ... V-31

5.2.3.2.3. Perhitungan Pecapaian Kelas KPI Karyawan ... V-34

5.2.3.2.4. Perhitungan Pecapaian Kelas KPI Konsumen ... V-37 5.2.3.2.5. Perhitungan Pecapaian Kelas KPI

Pemerintah dan Masyarakat ... V-40 5.2.4. Desain Pengukuran Kinerja dengan Performance Prism ... V-43

(13)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1. Analisis Hasil Pengukuran Kinerja ... VI-1 6.1.1. Stakeholder Kantor Pusat ... VI-1 6.1.1. Stakeholder Pemasok ... VI-2 6.1.1. Stakeholder Karyawan ... VI-3 6.1.1. Stakeholder Konsumen ... VI-4 6.1.1. Stakeholder Pemerintah dan Masyarakat ... VI-5 6.2. Analisis Desain Pengukuran Kinerja ... VI-6

VII DESAIN PENGUKURAN KINERJA ... VII-1 7.1. Desain Pengukuran Kinerja dengan Performance Prism ... VII-1 7.2. Desain Perbaikan terhadap KPI Kritis ... VII-5 7.3. Struktur Organisasi Pengukuran ... VII-9 7.3.1. Job Description ... VII-10 7.4. Periode Pengukuran ... VII-12 7.4. Peralatan Pendukung ... VII-13

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... VIII-1 8.1. Kesimpulan ... VIII-1 8.1. Saran ... VIII-4

(14)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN 1.1. Perbandingan Metode Pengukuran Kinerja... I-4 2.1. Spesifikasi Produk di PT. Wijaya Karya Beton ... II-3 2.2. Spesifikasi Tenaga Kerja PT. Wijaya Karya Beton ... II-13 2.3. Bahan Baku Material Alam ... II-17 2.4. Bahan Baku Material Industri ... II-17 2.5. Bahan Baku Material Additive ... II-18 2.6. Bahan Baku ... II-19 2.7. Bahan Penolong... II-20 2.8. Bahan Tambahan ... II-21 3.1. Tabel Target Pencapaian Dalam OMAX ... III-19 4.1. Sampel Penelitian dan Alasan Pemilihan ... IV-5 5.1. Identifikasi Lima Sisi Performance Prism untuk

Stakeholder Investor (kantor pusat) ... V-3 5.2. Identifikasi Lima Sisi Performance Prism untuk

Stakeholder Pemasok ... V-4 5.3. Identifikasi Lima Sisi Performance Prism untuk

Stakeholder Karyawan ... V-6 5.4. Identifikasi Lima Sisi Performance Prism untuk

Stakeholder Konsumen ... V-7

(15)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN 5.5. Identifikasi Lima Sisi Performance Prism untuk

Stakeholder Pemerintah dan Masyarakat ... V-8 5.6. Daftar Key Performance Indicators berdasar Kerangka

Performance Prism ... V-10 5.7. Penjumlahan Matriks Perbandingan Berpasangan Antar

Kriteria ... V-13 5.8. Pembagian Tiap Kriteria dengan Hasil Penjumlahan

Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria ... V-14 5.9. Consistensi Rasio (CR) Pada Level 2, 3 dan 4 ... V-15 5.10. Bobot Parsial Pada Level 2, 3 dan 4... V-16 5.11. Data Target dan Realisasi Key Performance Indicator

Stakeholder Kantor Pusat ... V-19 5.12. Data Target dan Realisasi Key Performance Indicator

Stakeholder Pemasok ... V-20 5.13. Data Target dan Realisasi Key Performance Indicator

Stakeholder Karyawan ... V-21 5.14. Data Target dan Realisasi Key Performance Indicator

Stakeholder Konsumen ... V-21 5.15. Data Target dan Realisasi Key Performance Indicator

Stakeholder Pemerintah dan Masyarakat ... V-22

(16)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN 5.17. Data Nilai Optimis dan Pesimis Key Performance

Indicator Stakeholder Kantor Pusat ... V-23 5.18. Data Nilai Optimis dan Pesimis Key Performance

Indicator Stakeholder Pemasok ... V-24 5.19. Data Nilai Optimis dan Pesimis Key

Performance2Indicator Stakeholder Karyawan ... V-25 5.20. Data Nilai Optimis dan Pesimis Key Performance

Indicator Stakeholder Konsumen... V-26 5.21. Data Nilai Optimis dan Pesimis Key Performance

Indicator Stakeholder Pemerintah dan Masyarakat ... V-26 5.23. Stakeholder Kantor Pusat ... V-30 5.24. Stakeholder Pemasok ... V-33 5.25. Stakeholder Karyawan ... V-36 5.26. Stakeholder Konsumen ... V-39 5.27. Stakeholder Pemerintah dan Masyarakat ... V-42 6.1. Score Key Performance Indicator Stakeholder Kantor Pusat VI-1 6.2. Score Key Performance Indicator Stakeholder Pemasok ... VI-2 6.3. Score Key Performance Indicator Stakeholder Karyawan ... VI-3

(17)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN 6.4. Score Key Performance Indicator Stakeholder Konsumen .. VI-4 6.5. Score Key Performance Indicator Stakeholder Pemerintah

dan Masyarakat ... VI-5

(18)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN 1.1. Kerangka Performance Prism ... I-5 2.1. Struktur Organisasi PT. Wijaya Karya Beton ... II-6 3.1. Jejaring Hubungan Stakeholder ... III-9 3.2. Pergeseran Fokus Perusahaan ... III-10 3.3. Sudut Pandang Performance Prism ... III-12 3.4. Hubungan Keterkaitan Kelima Segi dalam Performance

Prism ... III-13 3.5. Ruang lingkup Model Performance Prism ... III-16 3.6. Tahap Perancangan Sistem Manajemen Kinerja ... III-24 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-2 4.2. Blok Diagram Rancangan Penelitian ... IV-4 5.1. Bagan Keterkaitan Stakeholder dengan Perusahaan ... V-2 5.2. Hirarki Performance Prism di PT. Wijaya Karya Beton

PPB Sumut ... V-9 6.1. Diagram Sebab Akibat pada Stakeholder Kantor Pusat .... VI-1 6.2. Diagram Sebab Akibat pada Stakeholder Pemasok ... VI-2 6.3. Diagram Sebab Akibat pada Stakeholder Karyawan ... VI-3 6.4. Diagram Sebab Akibat pada Stakeholder Konsumen ... VI-4 6.5. Diagram Sebab Akibat pada Stakeholder Pemerintah dan

Masyarakat ... VI-5

(19)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN 7.1. Standard Operation Procedure (SOP) Pengukuran ... VII-1 7.2. Flowchart Desain Perbaikan ... VII-6

(20)

ABSTRAK

Pengukuran kinerja di salah satu perusahaan konstruksi dilakukan oleh kepala seksi setiap departemen terhadap karyawan dan pemasok. Variabel yang digunakan dalam pengukuran kinerja terhadap karyawan adalah kedisplinan, tanggung jawab, dan kualitas pekerjaaan. Sementara dalam menilai kinerja pemasok digunakan variabel ketepatan waktu pengiriman, ketepatan kualitas dan kuantitas pasokan. Pengukuran kinerja demikian belum sempurna dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat. Oleh karena itu, perlu dilakukan desain pengukuran kinerja yang komprehensif. Salah satu metode yang efektif adalah dengan menggunakan metode Performance Prism karena mengutamakan needs and want dari seluruh stakeholder perusahaan. Desain pengukuran kinerja dimulai dari tahap mengidentifikasi stakeholder, merancang variabel pengukuran, merancang dan memvalidasi indikator, melakukan pembobotan terhadap KPI, serta menyusun alat pengukuran. Dalam mendesain pengukuran kinerja dirancang juga struktur organisasi yang menjalankan pengukuran beserta Job Description setiap bagian, periode pengukuruan, SOP pengukuran, serta peralatan pendukung dalam menjalankan sistem pengukuran kinerja. Untuk menyusun alat pengykuran kinerja digunakan metode Objective Matrix (OMAX). Dari hasil analisis pengukuran kinerja terdapat 55 KPI yang dijadikan indikator pengukuran kinerja, ditemukan sebanyak 25 KPI masuk dalam kategori hijau, 14 KPI masuk dalam kategori kuning dan 16 KPI masuk dalam kategori merah. Untuk memperbaiki KPI yang berada pada kategori merah dilakukan analisis serta desain perbaikan terhadap hasil pengukuran kinerja tersebut.

Kata kunci : Desain Pengukuran Kinerja Perusahaan, Performance Prism, Objective Matrix (OMAX)

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Era globalisasi memberikan dampak yang signifikan pada perusahaan dalam negeri. Salah satu dampak yang timbul akibat globalisasi adalah persaingan dengan perusahaan-perusahaan baru yang berdiri di Indonesia atas modal asing.

Dampak ini terjadi pada beberapa perusahaan di berbagai bidang, tidak terkecuali perusahaan penghasil beton. PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut sebagai salah satu anak perusahaan dari PT Wijaya Karya (Persero) yang bergerak dalam bidang konstruksi merupakan salah satu perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Dalam perkembangannya, PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut telah banyak menangani proyek pembangunan di wilayah Sumatera Utara, seperti kompleks perkantoran Podomoro City Deli, dan jalan tol ke Bandara Kualanamu, serta menghasilkan produk-produk yang berkualitas dan terkemuka di pasaran.

PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut sebagai salah satu BUMN tidak dapat menutup mata terhadap banyaknya pesaing dalam bidang sejenis. PT.

Wijaya Karya Beton PPB Sumut merupakan perusahaan yang tidak dapat memonopoli seluruh proyek pembangunan, oleh karena itu PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut harus bersaing dengan perusahaan lain untuk dapat memenangkan proyek pembangunan dalam skala besar. Beberapa perusahaan konstruksi asing bahkan mendominasi proyek skala besar yang bernilai tinggi baik dari pemerintah maupun swasta.

(22)

Berdasarkan hal tersebut, tantangan bisnis yang akan dihadapi oleh PT.

Wijaya Karya Beton PPB Sumut akan semakin berat, dan apabila perusahaan tidak berbenah untuk menghadapinya sangat mungkin dalam beberapa periode waktu ke depan PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut akan menghadapi kendala dalam memenangkan proyek dalam skala yang besar. Oleh karena itu, perlu dirumuskan strategi bisnis yang tepat untuk mempertahankan posisi PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut serta untuk memenangkan persaingan yang semakin ketat. Langkah tersebut harus didukung oleh manajemen yang dapat mengukur kinerja PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut. Pengukuran kinerja akan berpengaruh terhadap perusahaan dalam mengambil keputusan untuk memenuhi kebutuhan seluruh stakeholder.

Pengukuran kinerja sebenarnya telah dijalankan oleh PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut pada beberapa stakeholder, seperti terhadap karyawan dan pemasok yang dilakukan sekali dalam setahun. Hasil dari pengukuran kinerja tersebut kemudian dievaluasi oleh manajemen perusahaan. Beberapa karyawan dan pemasok yang dianggap terbaik akan diberikan reward, sementara karyawan dan pemasok yang memiliki kinerja buruk akan dievaluasi kembali.

Penilaian terhadap karyawan dilakukan langsung oleh kepala seksi yang merupakan pemegang jabatan tertinggi dari setiap departemen. PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut memiliki lima departemen, yakni departemen teknik dan mutu, departemen perencanaan dan evaluasi produksi, departemen peralatan, departemen keuangan dan personalia, dan departemen produksi. Pengukuran kinerja terhadap karyawan dilakukan secara lini oleh atasan terhadap bawahan

(23)

pada departemen yang sama, seperti karyawan departemen produksi dinilai langsung oleh kepala seksi produksi. Beberapa aspek yang digunakan oleh kepala seksi dalam melakukan pengukuran kinerja terhadap bawahan secara umum adalah kedisplinan, tanggung jawab, dan kualitas kerja. Aspek-aspek penilaian tersebut tidak memiliki parameter yang ditetapkan oleh perusahaan, sehingga pengukuran kinerja oleh kepala seksi terhadap karyawan pada setiap departemen akan berbeda meskipun menggunakan aspek penilaian yang sama. Hal inilah yang menjadi pemicu munculnya ketidakpuasan dan ketidakadilan pada karyawan.

Pengukuran kinerja yang dilakukan terhadap stakeholder lain adalah pemasok. Pihak yang melakukan pengukuran kinerja terhadap pemasok adalah departemen keuangan dan personalia serta departemen produksi. Aspek yang digunakan dalam melakukan penilaian adalah ketepatan pengiriman, kualitas pasokan, dan kuantitas pasokan. Seperti hal nya pengukuran kinerja terhadap karyawan, aspek penilaian tersebut belum memiliki parameter baku yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

PT. Wijaya Karya Beton memerlukan desain pengukuran kinerja yang sistematis dan yang tidak hanya menilai kinerja karyawan dan pemasok, melainkan aspek lain yang mempengaruhi kinerja perusahaan secara menyeluruh.

Hal inilah yang menyebabkan sehingga perlu digunakan suatu pengukuran kinerja yang mengutamakan pentingnya menyelaraskan aspek perusahaan (stakeholder) secara keseluruhan ke dalam suatu framework pengukuran yang strategis.

Dibandingkan dengan model Performance Prism, model penilaian yang digunakan oleh PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut belum strategis karena

(24)

belum membaca seluruh kebutuhan stakeholder. Menurut Kusuma Welin (2006), pengukuran kinerja yang strategis merupakan pengukuran yang terintegrasi, meliputi seluruh aspek perusahaan (stakeholder) dan dapat memberikan kepuasan kepada stakeholder yang akan meningkatkan kontribusi stakeholder kepada perusahaan dalam jangka waktu yang panjang. Stakeholder ini meliputi investor, konsumen, karyawan, pemasok, serta pemerintah dan masyarakat.

Dalam mendesain pengukuran kinerja yang strategis, diperlukan aspek- aspek pengukuran yang jelas, termasuk ketepatan penentuan Key Performance Indicator (KPI). Sistem pengukuran kinerja model Performance Prism berupaya menyempurnakan model-model sebelumnya, model ini tidak hanya didasari oleh strategi tetapi juga memperhatikan kepuasan dan kontribusi stakeholder, proses dan kapabilitas perusahaan (Gunawan Chandra, 2013). Ada beberapa metode yang digunakan untuk pengukuran kinerja, berikut ini adalah perbandingan antar metode sehingga dapat dilihat metode mana yang paling sesuai digunakan untuk mengukur kinerja pada PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut.

Tabel 1.1. Perbandingan Metode Pengukuran Kinerja Kondisi

Nyata IPMS Balance

Scorecard Cambridge Performance Prism Organisasi

Profit Oriented

Dapat

dipergunakan untuk organisasi profit maupun non profit

Fokus pada aspek finansial, sehingga lebih sesuai bagi perusahaan profit oriented

Starting pada produk group, menunjukkan lebih sesuai bagi kepentingan produk

Dapat

dipergunakan untuk

organisasi profit maupun nonprofit

(25)

Tabel 1.1. Perbandingan Metode Pengukuran Kinerja (Lanjutan)

Kondisi Nyata IPMS Balance

Scorecard Cambridge Performance Prism Memiliki

Stakeholder yang

memegang peranan bagi pelaksanaan

starting point pada

stakeholder requirement

Tidak berdasarkan pada

stakeholder requirement

Tidak berdasarkan pada stakeholder requirement

Berdasarkan stakeholder need and wants

Memiliki output produk

KPI

Performance berupa direct measure and pseudo measure

KPI bersifat direct mesaure and outcome measure

KPI bersifat kuantitatif

KPI bersifat kualitatif dan kuantitatif

Sumber : Patdono Suwignjo, 2005, OPTIMA Volume 2 nomor 1

Performance Prism merupakan suatu sistem pengukuran kinerja berbasis lima sisi (facets) yang membentuk framework tiga dimensi berupa prisma. Sisi atas dan bawah merupakan stakeholder satisfaction dan stakeholder contribution.

Sedangkan tiga sisi yang lain adalah strategies, processes, dan capabilities (Neely Adams & Kennerly, 2002). Kerangka Performance Prism dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut ini.

Gambar 1.1. Kerangka Performance Prism

(26)

Dengan adanya lima aspek tersebut, Performance Prism tidak hanya mengukur hasil akhir, namun juga aktivitas-aktivitas penentu hasil nilai akhir.

Sehingga diharapkan pengukuran kinerja dapat memberikan gambaran jelas dan nyata tentang kondisi perusahaan yang sebenarnya.

Mewujudkan kepuasan para stakeholder secara sempurna merupakan poin penting sehingga pihak manajemen perusahaan perlu juga mempertimbangkan strategi-strategi apa saja yang harus dilakukan, proses-proses apa saja yang diperlukan untuk dapat menjalankan strategi tersebut, serta kemampuan apa saja yang harus dipersiapkan untuk melaksanakannya. Oleh karena itu, penulis akan melakukan telaah serta merancang ulang sistem pengukuran kinerja dengan menggunakan metode Performance Prism yang akan digunakan untuk menyempurnakan metode pengukuran kinerja yang telah ada sebelumnya pada PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sistem pengukuran kinerja yang dilakukan oleh pihak manajemen PT. Wijaya Karya Beton saat ini bersifat sujektif sehingga berdampak terhadap karyawan dan pemasok. Muncul rasa ketidakpuasan dan ketidakadilan dari karyawan dan pemasok akibat tidak ada indikator yang bersifat baku yang diterapkan atasan dalam menilai bawahan. Sistem penilaian tersebut

(27)

hanya digunakan sebagai bahan pertimbangan dan analisis jabatan, bukan sebagai pengembangan kinerja.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah merancang pengukuran kinerja dengan menggunakan metode Performance Prism dan Objective Matrix.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengukur kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan seluruh stakeholder perusahaan.

2. Desain rekomendasi perbaikan terhadap temuan KPI yang kritis

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat bagi mahasiswa

Membantu mahasiswa dalam mempraktikkan pentingnya memiliki kinerja yang baik dalam rangka meningkatkan daya saing, baik secara individu maupun dalam organisasi. Manfaat lain yang dirasakan oleh mahasiswa adalah untuk mengembangkan kemampuan dan pemahaman mengenai pengukuan kinerja serta aplikasinya dalam organisasi.

2. Manfaat bagi perusahaan

Memberikan informasi bagi perusahaan yang dapat digunakan sebagai masukan untuk mengetahui hasil kinerja saat ini agar dapat meningkatkan kinerja perusahaan ke depannya.

(28)

3. Bagi Departemen Teknik Industri USU

Mempererat hubungan kerja sama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri USU.

1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian

Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Key Performance Indicator yang digunakan sesuai dengan standar perusahaan yang ada saat ini.

2. Responden dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang memiliki hubungan perintah langsung terhadap objek penelitian.

3. Stakeholder kantor pusat, konsumen serta pemerintah dan masyarakat diwaliki oleh departemen keuangan dan personalia yang menjalankan fungsi manajemen, humas dan pemasaran.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian adalah :

1. Perusahaan memiliki komitmen untuk melakukan perbaikan terhadap kinerja perusahaan.

2. Responden yang dipilih sudah mempunyai pengalaman kerja dan paham mengenai kinerja objek yang diteliti.

3. Responden yang dipilih dianggap kompeten dan memilki pengetahuan pada masing-masing fungsi stakeholder.

(29)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Umum Perusahaan

PT. Wijaya Karya Beton merupakan anak perusahaan yang didirikan pada tanggal 11 Maret 1997 berdasarkan keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Kerja No. 5 Tahun 1960 dengan nama Perusahaan Bangunan Nagara Widjaja Karya. Sejak diberlakukannya Peraturan Pemerintah No. 64 tanggal 29 Maret 1961 tentang Nasionalisasi Perusahaan-perusahaan Asing, Perusahaan Bangunan Negara Wijaya Karya berubah menjadi Perusahaan Negara Wijaya Karya. Dengan perkembangan perusahaan, maka pemerintah merubah status perusahaan dari Perusahaan Negara Wijaya Karya Beton menjadi Perusahaan Persero Terbatas (PT) Wijaya Karya dalam Akta Notaris No. 110 tanggal 20 Desember 1972. Pada tahun 1977, PT. Wijaya Karya Beton mengembangkan produk beton pencetak untuk teras rumahan, kemudian bertekad mempertahankan pengembangan produk tersebut untuk antisipasi adanya pengembanagn perencanaan dan datangnya proyek infrastruktur lainnya.

Pengembangan produk tersebut telah menciptakan beberapa hasil seperti tiang beton untuk jalur pendistribusian energi dan bantalan beton pracetak serta produk lain, seperti bantalan rel kereta api, produk beton untuk jembatan pipa, dinding penahan tanah, dan bangunan gedung dan perumahan yang diinplemenrasikan dalam berbagai macam proyek. Produk ini dihasilkan pada waktu yang tepat dan diprediksi akan menjadi pimpinan di pasaran.

(30)

Saat ini PT. Wijaya Karya Beton melanjutkan pengembangan produk dengan menambah jumlah pabrik di bebrapa lokasi, dan saat ini didukung oleh 7 (tujuh) pabrik yang berlokasi di:

1. Pabrik Produk Beton Sumatera Utara, Kabupaten Binjai - Sumatera Utara.

2. Pabrik Produk Beton Lampung, Natar - Lampung Selatan.

3. Pabrik Produk Beton Bogor, Cileungsi - Jawa Barat.

4. Pabrik produk Beton Majalengka, Jati Wangi - Jabar.

5. Pabrik Produk Beton Boyolali, Mojosongo - Jawa Tengah.

6. Pabrik Produk Beton Pasuruan, Japanan - Jawa Timur.

7. Pabrik Produk Beton Sulawesi Selatan, Ujung Pandang.

PT. Wijaya Karya Beton (PPB Sumut) ini terletak di jalan Medan-Binjai Km 15,5 Desa Sei Semayang Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang dengan luas area 48.000 M2

1. Kemudahan untuk memperoleh bahan baku yang digunakan

. Adapun pertimbangan didirikannya PT. Wijaya Karya Beton dilokasi tersebut adalah :

2. Lebih layak dan lebih strategis dalam rangka menjakau pasar 3. Kemudahan untuk perekrutan tenaga kerja

2.2. Ruang Lingkup Perusahaan

PT. Wijaya Karya Beton adalah perusahaan anak dari PT. Wijaya Karya yang bergerak di bidang produk beton pracetak yang terbesar di Indonesia.

Adapun spesifikasi dari berbagai produk pada PT. Wijaya Karya Beton dapat dilihat pada Tabel 2.1.

(31)

Tabel 2.1. Spesifikasi Produk di PT. Wijaya Karya Beton

Jenis Spesifikasi

PC Poles (Tiang listrik / beton)

- Tiang distribusi (7-14 m) - Tiang transmisi (17-30) - Tiang Katemari

- Tiang lighting

- Tiang Telekomunikasi - Tiang Netting

PC Piles (Tiang Pancang)

- Tiang pancang bulat berongga - Tiang pancang kotak berongga - Tiang pancangkotak

- Tiang pancang segitiga Railway Concrete (Produk untuk

kereta api)

- Sleeper (bantalan) - Turn out

- Railway crossing

Bridge Concrete (Produk untuk jembatan)

- Grinder (I shape, U shape &

box)

- Voided Slab - Double tee Retaining Wall Concrete (Produk

penahan tanah)

- Corrugated sheet piles - Flat sheet piles

Hydrostructure Concrete (Produk untuk keairan)

- Pipes

- Pressure pipes - Open channel - Lining

Building & Housing Concrete (Produk bangunan & rumah)

- Coloumn - Half slabs - Hollow slabs - Tee slabs - Stairs

(32)

Tabel 2.1. Spesifikasi Produk di PT. Wijaya Karya Beton (Lanjutan)

Jenis Spesifikasi

Marine Structure (Produk kelautan)

- Beams - Half slabs - Breakwater

Produk Nonstandar

- L shape

- Water drop open channel - Fences

- Dry joint system - Concrete barier, etc

Sumber: PT. Wijaya Karya Beton

2.3. Visi dan Misi Perusahaan 2.3.1. Visi

Visi dari PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut adalah menjadi perusahaan terbaik dalam industri beton percetak.

2.3.2. Misi

Misi dari PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut adalah sebagai berikut.

1. Memipin pasar beton percetak di Asia Tenggara

2. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan dengan kesesuaian mutu ketepatan waktu, dan harga bersaing

3. Menerapkan sistem manajemen dan teknologi yang dapat memacu peningkatan efisiensi konsistensi mutu, keselamatan dan kesehatan kerja yang berwawasan lingkungan

(33)

4. Tumbuh dan berkembang bersama mitra kerja secara sehat dan berkesinambungan

5. Mengembangkan kompetensi dan kesejahteraan pegawai

Oleh karena itu, PT. Wijaya Karya Beton memgang teguh motto Spirit of Innovation dan mengoptimalkan nilai perusahaan berdasarkan prinsip berikut.

Commitmenti : berbuat sesuai kesepakatan dan janji Innovation : menerapkan sesuatu yang baru

Balance : menjaga keseimbangan semua aspek Excellence : memberikan hasil yang lebih baik

Relationship : hubungan kemitraan yang baik untuk semua pihak Teamwork : sinergi, kerjasama intra dan lintas unit kerja

Integrity : keutuhan dan ketulusan seperti keasdilan, bertanggung jawab, tiak bergantung, transparan, dan jujur

2.4. Organisasi dan Manajemen 2.4.1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah suatu cara atau sistem untuk mengadakan pembagian kerja, pembatasan tugas, tanggung jawab, dan wewenang serta menetapkan hubungan-hubungan antar unsur organisasi yang sama dengan yang lain sehingga memungkinkan orang untuk bekerja sama dalam mencapi tujuan.

Struktur organisasi yang diterapkan PT. Wijaya Karya Beton adalah merupakan hubungan lini dan fungsional. Dimana tugas dan tanggung jawab berjalan secara vertikal menurut garis lurus antara atasan dan bawahan juga dengan saling mengawasi dan memberikan saran antara staff yang satu dengan staff yang lainnya

(34)

yang berguna untuk kejelasan informasi bagi karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Struktur organisasi di PT. Wijaya Karya Beton dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Manajer Pabrik

Kepala Seksi Teknik dan

Kepala Seksi Produksi Mutu Kepala Seksi PEP (Perencanaan

dan Evaluasi Produksi) Kepala Seksi Peralatan Kepala Seksi Personalia dan Keuangan

Staf Staf Staf Staf Staf

Sumber : PT. Wijaya Karya Beton

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Wijaya Karya Beton

2.4.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Uraian tugas dan tanggung jawab masing-masing staf yang terdapat pada struktur organisasi PT. Wijaya Karya Beton adalah sebagai berikut :

A. Manajer Pabrik (Factory Manajer) Adapun tugas dan wewenangnya adalah : 1. Memimpin seluruh kegiatan di dalam pabrik

2. Sebagai pengambil keputusan ”decision maker” dalam pelaksanaan kegiatan.

3. Mengendalikan dan mengevaluasi produksi dari segi biaya, mutu dan waktu secara berkala.

4. Melaksanakan fungsi perencanaan dan pengawasan produksi sehingga tujuan perusahaan akan tercapai secara efektif.

5. Bertanggung jawab atas pengadaan lokasi dan pengendalian persediaan suku cadang, bahan baku, bahan penunjang dan produk jadi.

(35)

6. Mengupayakan peningkatan kualitas hasil kerja meliputi biaya, mutu dan waktu sesuai standar yang telah ditetapkan.

7. Mengupayakan terlaksananya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

8. Bertanggung jawab atas keamanan semua harta perusahaan yang ada di bawah pengelolaannya.

9. Mengupayakan tertib administrasi dan menyajikan laporan seluruh kegiatan pabrik secara berkala.

10. Mengupayakan peningkatan kemampuan sumber daya manusia dalam bidang manajemen, keahlian dan keterampilan.

11. Melaksanakan kerja sama dengan organisasi pemasaran dalam rangka optimasi sumber daya produksi dan distribusi.

12. Mengusahakan terjadinya hubungan yang sehat dan saling menguntungkan dengan pihak-pihak luar atau di dalam perusahaan yang berkaitan dengan ruang lingkup kerjanya.

13. Bertanggung jawab atas kelangsungan pabrik 14. Bertanggung jawab kepada direktur pusat.

B. Seksi Teknik dan Mutu

Tugas dan wewenangnya adalah :

1. Menyusun rencana teknik untuk mencapai sasaran mutu produk susuai dengan persyaratan teknis didalam dokumen yang telah disepakati oleh pelanggan dan perusahaan.

(36)

2. Bertanggung jawab atas tercapainya tingkat efektifitas pemanfaatan sumber daya di pabrik melalui optimalisasi desain dan metode produksi.

3. Bertanggung jawab terlaksananya dukungan dan pelayanan jasa rekayasa diperlukan di pabrik dan wilayah penjualan dalam rangka pengupayaan percepatan penyelesaian proses produksi dan distribusi.

4. Melaksanakan pengujian standar yang dihasilkan gugus kendali mutu di pabrik dan merekomendasikan hasil pengujian tersebut sebagai standar produk dalam lingkungan pabrik.

5. Menyusun rencana pengawasan dan pengujian berupa prosedur, sistem dan pedoman lingkungan pabrik, antara lain meliputi:

a. Menetapkan kendali mutu

b. Merumuskan kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan pada saat pengendalian.

c. Merumuskan kriteria kendali mutu.

d. Merumuskan sistem dokumentasi/sistem informasi e. Merumuskan alat kendali mutu.

6. Menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 2000 dan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang dikembangkan perusahaan.

7. Melaksanakan penelitian terhadap metode produksi serta rekomendasi peningkatan sistem produksi agar dicapai kualitas yang diinginkan.

8. Melaksanakan pembinaan bawahan yang meliputi tanggung jawab sesuai dengan perkembangan perusahaan.

(37)

C. Seksi Perencanaan dan Evaluasi Produksi Tugas dan wewenangnya adalah :

1. Melaksanakan dan mengelola administrasi produksi secara berkala.

2. Bertanggung jawab tersusunnya produksi dan kebutuhan sumber daya untuk keperluan seluruh jalur yang ada di pabrik.

3. Mengumpulkan, mengelola dan menyimpan surat permintaan produk beton dari unit penjualan produk beton secara tertib dan mengadminitrasi surat perintah produksi secara tertib dan baik.

4. Menerima pesanan dari langganan-langganan dan konsumen.

5. Menyusun rencana produksi produk beton yang disesuaikan dengan rencana distribusi dengan rencana distribusi unit penjualan produk beton.

6. Melaksankan pengendalian, evaluasi dan analisa biaya produksi dan pemanfatan sumber daya pabrik.

7. Mengupayakan peningkatan efektivitas dan efisiensi biaya produksi dan pemanfatan sumber daya tanpa mengurangi waktu yang telah ditetapkan.

8. Menyusun anggaran biaya produksi untuk keperluan seluruh jalur yang ada di pabrik.

9. Melaksanakan administrasi persediaan gudang yang meliputi persediaan bahan baku dan penunjang, persediaan dalam proses, persediaan barang jadi dan suku cadang secara tertib.

10. Membuat dan menyajikan laporan produksi secara berkala.

11. Bertanggung jawab atas keterpaduan jadwal produksi dengan rencana penyerahan dan distribusi dari waktu ke waktu.

(38)

D. Seksi Peralatan

Tugas dan wewenangnya adalah :

1. Merencanakan dan melaksanakan pengawasan program perawatan mesin dan peralatan pabrik sesuai dengan standar.

2. Mengupayakan pemanfaatan mesin dan peralatan pabrik secara optimal serta memantau produktivitas pemanfaatan mesin dan peralatan pabrik.

3. Merencanakan, mengendalikan dan mengevaluasi kebutuhan suku cadang mesin dan peralatan pabrik.

4. Bertanggung jawab atas keberadaan mesin dan peralatan pabrik.

5. Mempersiapkan sumber daya cetak sesuai dengan rencana produksi yang telah ditetapkan.

6. Bertanggung jawab atas beroperasinya mesin dan peralatan pabrik sebelum dan selama proses produksi.

7. Mengendalikan dan mengevaluasi biaya peralatan pabrik.

8. Bertanggung jawab atas kelengkapan dan berfungsinya mesin dan peralatan yang akan dimobilisasikan ke pabrik.

9. Mengatur pembagian shift kerja regu peralatan dan menentapkan kepala regunya.

E. Seksi Keuangan dan Personalia Tugas dan wewenangnya adalah :

1. Menyusun anggaran biaya dan kas keperluan seluruh kegiatan.

(39)

2. Melaksanakan pembayaran kepaa pihak ketiga sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.

3. Melaksanakan pengendalian dan evaluasi biaya langsung dan tidak langsung serta anggaran kas secara berkala.

4. Mengadakan pengadaan lokal dan memantau perkembangan harga dari pemasok agar didapat harga yang bersaing.

5. Mengelola secara tertib kas dan bank, jaminan bank, perpajakan, serta mengendalikan persekot.

6. Melaksanakan administrai persediaan kantor yang meliputi persediaan bahan baku dan penunjang, persediaan dalam proses, persediaan barang jadi dan suku cadang secara tertib.

7. Membuat dan menyajikan laporan keuangan yang meliputi neraca dan membuat perhitungan laba rugi secara berkala.

8. Melaksanakan pencatatan, klasifikasi data keuangan serta evaluasinya menjadi info yang akurat.

9. Melaksanakan pengawasan penerapan sistem informasi dalam arti seluas- luasnya.

F. Seksi Produksi

Tugas dan wewenangnya adalah :

1. Merencanakan jadwal induk produksi dan kebutuhan sumber daya keperluan jalur-jalur produksinya.

2. Mengatur pembagian shift kerja kepala-kepala shift

(40)

3. Memimpin regu-regu produksi dalam melaksanakan produksi sesuai dengan jadwal dan pedoman yang telah ditetapkan.

4. Melaksanakan pengaduan lokal dan memantau perkembangan harga.

5. Bertanggung jawab atas kualitas hasil kerja yang meliputi biaya, mutu, waktu sesuai standar.

6. Bertanggung jawab atas tercapainya jadwal dan mutu produk yang telah ditetapkan pada jalur-jalur produksinya.

7. Berdiskusi dengan seksi teknik dan mutu bila terjadi kegagalan produksi.

8. Membuat laporan secara rutin dan tahunan untuk hasil produksi.

2.4.3. Fungsi Manajemen dalam Pengukuran Kinerja

Manajemen perusahaan ditangani oleh seksi personalia dan keuangan.

Salah satu fungsi manajemen perusahaan adalah mengukur kinerja dari karyawan dan pemasok. Pengukuran kinerja karyawan dan pemasok dilakukan sekali dalam setahun, dimana penilaian terhadap karyawan dilakukan langsung oleh kepala seksi yang merupakan pemegang jabatan tertinggi dari setiap departemen. PT.

Wijaya Karya Beton PPB Sumut memiliki lima departemen, yakni departemen teknik dan mutu, departemen perencanaan dan evaluasi produksi, departemen peralatan, departemen keuangan dan personalia, dan departemen produksi.

Pengukuran kinerja terhadap karyawan dilakukan secara lini oleh atasan terhadap bawahan pada departemen yang sama, seperti karyawan departemen produksi dinilai langsung oleh kepala seksi produksi. Beberapa aspek yang digunakan oleh kepala seksi dalam melakukan pengukuran kinerja terhadap bawahan secara

(41)

umum adalah kedisplinan, tanggung jawab, dan kualitas kerja. Aspek-aspek penilaian tersebut tidak memiliki parameter yang ditetapkan oleh perusahaan, sehingga pengukuran kinerja oleh kepala seksi terhadap karyawan pada setiap departemen akan berbeda meskipun menggunakan aspek penilaian yang sama.

Pengukuran kinerja yang dilakukan terhadap stakeholder lain adalah pemasok.

Pihak yang melakukan pengukuran kinerja terhadap pemasok adalah departemen keuangan dan personalia serta departemen produksi. Aspek yang digunakan dalam melakukan penilaian adalah ketepatan pengiriman, kualitas pasokan, dan kuantitas pasokan.

2.5. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut memiliki tenaga kerja yang terdiri dari tenaga kerja produksi dan penunjang produksi. Tenaga kerja produksi adalah karyawan harian yang ditempatkan pada bagian pengolahan, sedangkan tenaga kerja penunjang adalah karyawan yang ditempatkan pada bagian kantor. Jumlah karyawan yang bekerja pada PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut secara keseluruhan 122 orang. Jumlah tenaga kerja diuraikan pada Tabel 2.2 sebagai berikut :

Tabel 2.2. Spesifikasi Tenaga Kerja PT. Wijaya Karya Beton

No. Departemen Jumlah Pendidikan

1. Manajer Pabrik 1 Sarjana

2. Seksi Teknik dan Mutu

• Kepala Seksi 1 Sarjana

• Inspektur K3 2 SLTA/Sederajat

(42)

Tabel 2.2. Spesifikasi Tenaga Kerja PT. Wijaya Karya Beton (Lanjutan)

No. Departemen Jumlah Pendidikan

• QA Lab. Mutu Beton 1 SLTA/Sederajat

• QA Proses dan Kualifikasi 6 SLTA/Sederajat

• QA Material Suku Cadang 1 SLTA/Sederajat

• Adm. Teknik Mutu 1 SLTA/Sederajat

• QA Standarisasi 1 SLTA/Sederajat

• QA Produk Jadi 1 SLTA/Sederajat

3. Seksi Perencanaan dan Evaluasi

Produksi Sarjana

• Kepala Seksi 1 SLTA/Sederajat

• Adm. Produksi 2 SLTA/Sederajat

• Evaluasi Produksi 2 SLTA/Sederajat

• Stock Yard 3 SLTA/Sederajat

• Adm. Gudang 4 SLTA/Sederajat

• Operator Wheel Loader 2 SLTA/Sederajat

• Operator Dum Truck 1 SLTA/Sederajat 4. Seksi Peralatan

• Kepala Seksi 1 Sarjana

• Staf Seksi Peralatan 1 SLTA/Sederajat

• Adm. Peralatan 1 SLTA/Sederajat

• Karu Storing 3 SLTA/Sederajat

• Anggota Storing 5 SLTA/Sederajat

• Work Shop Peralatan 1 SLTA/Sederajat

• Operator Boiler 4 SLTA/Sederajat

• Operator Forklif 1 SLTA/Sederajat 5. Seksi Keuangan dan Personalia

• Kepala Seksi 1 Sarjana

• Kasir 1 SLTA/Sederajat

(43)

Tabel 2.2. Spesifikasi Tenaga Kerja PT. Wijaya Karya Beton (Lanjutan)

No. Departemen Jumlah Pendidikan

• Akutansi 2 SLTA/Sederajat

• Logistik 2 SLTA/Sederajat

• Sekretaris 1 SLTA/Sederajat

• Adm. Personalia 1 SLTA/Sederajat

• Umum 1 SLTA/Sederajat

• Satpam 7 SLTA/Sederajat

• Driver 1 SLTA/Sederajat

6. Seksi Produksi

• Kepala Unit Produksi 1 Sarjana

• Kepala Shift 1 Sarjana

• KKR 4 SLTA/Sederajat

• KKRS 3 SLTA/Sederajat

• Adm. Produksi 1 SLTA/Sederajat

• Karu 6 SLTA/Sederajat

• Anggota Regu Produksi 39 SLTA/Sederajat

Total 122

2.6. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya

Pedoman yang diikuti oleh PT. Wijaya Karya Beton dalam sistem pengupahan adalah kebijakan Upah Minimum Regional (UMR) yang telah ditetapkan pemerintah. Sistem pengupahan digolongkan menjadi yaitu :

1. Karyawan Tetap

Karyawan tetap menerima gaji bulanan sesuai dengan peraturan yang berlaku, disamping juga mendapat fasilitas lainnya seperti pelayanan kesehatan dan asuransi pembayaran gaji dilakukan pada tanggal terakhir bulan berjalan,

(44)

apabila tanggal tersebut jatuh pada hari Minggu atau hari besar, maka pembayaran gaji dimajukan pada tanggal sebelumnya. Karyawan yang melebihi hari kerja yang ditentukan undang-undang atau bekerja pada hari Minggu atau hari besar terhitung sebagai over time (lembur).

2. Karyawan dengan sistem kontrak

Karyawan ini merupakan tenaga yang diperbantukan di perusahaan dan bekerja sesuai dengan lama kontrak kerja tersebut. Kontrak kerja ini dapat diperpanjang. Karyawan kontrak ini berasal dari berbagai profesi, misalnya dokter, sopir maupun tenaga keamanan yang bergaji secara bulanan.

3. Karyawan harian

Karyawan harian direkrut berdasarkan kebutuhan dan telah pernah bekerja dalam perusahaan. Gaji karyawan harian ini berdasarkan target kerja yang tercapai.

2.7. Sistem Produksi

PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut merupakan sebuah perusahaan yang produk utamanya adalah beton dan tiang pancang. Dalam proses produksinya, PT. Wijaya Karya Beton selalu memperhatikan mutu produk. Pengawasan terhadap mutu dilakukan dari mulai bahan baku hingga produk jadi. Proses produksi dimulai dari proses persiapan tulangan (Reinforcement Preparation), persiapan cetakan beton, pembuatan adukan beton (Concrete Mixing), pembuatan benda uji beton, perakitan tulangan (Reinforcement Assembly), pengecoran adukan beton (Concrete Filling), penutupan cetakan dan penarikan kawat

(45)

pratekan (Mould Closing and Prestressing), pemutaran cetakan (Mould Spinning), perawatan uap (Steam Curing), pembukaan cetakan (Mould Stripping) dan merek WIKA Beton PPB Sumut, perawatan air dan penyelesaian akhir (Water Curing and Finishing).

2.7.1. Standar Mutu Produk

Bahan-bahan yang digunakan selama proses produksi pada PT. Wijaya Karya Beton merupakan bahan-bahan yang berkualitas yang telah memenuhi standar tertentu dari perusahaan. Kriteria yang digunakan untuk memberi batasan pada mutu adalah untuk pasir, koral/split, semen, PC wire, besi beton, besi plat sambung,dan zat additive (Kaomighty, Rheobuild 900 i Degusa, Sicament NN, Glenium, Viscocrate). Masing-masing karakteristik tersebut erat kaitannnya dengan barang yang akan dihasilkan. Oleh sebab itu spesifikasi mutu produk sangat menentukan aspek pasar bagi produk itu sendiri.

Standar mutu bahan dapat diperlihatkan pada Tabel 2.3, Tabel 2.4, dan Tabel 2.5 berikut ini.

Tabel 2.2. Bahan Baku Material Alam

No. Parameter Standar

1. Pasir Kadar lumpur < 5%

2. Koral/split Kadar lumpur < 3%

Sumber : PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut

(46)

Tabel 2.3. Bahan Baku Material Industri

No. Paramater Standar

1. Semen SNI

2. PC Wire SNI

3. Kawat Spiral SNI

4. Besi Beton SNI

5. Besi plat sambung SNI

6. Cat SNI

Sumber : PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut

Tabel 2.4. Bahan Baku Material Additive

No. Paramater Standar

1. Kaomighty SNI

2. Rheobuild 900i Degusa SNI

3. Sicament NN SNI

4. Glenium SNI

5. Viscocrate SNI

Sumber : PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut

2.7.2. Bahan yang Digunakan

Bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi di PT. Wijaya Karya Beton dapat dikelompokkan atas bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong.

2.7.2.1.Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan-bahan yang digunakan dalam suatu produk dimana komponen-komponennya sangat jelas terlihat pada produk jadi tersebut dimana bahan tersebut mudah ditelusuri sampai bahan jadi dan jumlahnya dari

(47)

waktu ke waktu tidak berubah. Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan beton di PT. Wiajaya Karya Beton dapat dikelompokkan menjadi dua seperti Tabel 2.5 berikut ini.

Tabel 2.5. Bahan Baku

No. Kategori Bahan Baku Spesifikasi

1. Material Alam

Pasir Pasir berasal dari supplier yang kualitas nya sudah SNI

Koral/split (batu pecah) Ukuran N (5-20) mm

2. Material Industri

Semen Semen yang digunakan adalah Semen Padang dan Semen Andalas

PC Wire (batangan baja) Berukuran 7 mm dan 9 mm

Besi/plat sambung Berukuran N 300 mm, 350 mm, 400 mm, 450mm, 500 mm, dan 600 mm

Kawat spiral Berukuran N 3mm, 4.2 mm, dan 5.5 mm Besi beton Berukuran N 4.2 mm dan cincin tiang

pancang N 5.5 mm

2.7.2.2.Bahan Penolong

Bahan penolong yaitu suatu bahan yang digunakan dan ditambahkan pada proses produksi yang dikenakan langsung terhadap bahan baku namun sifatnya hanya mendukung kelancaran proses produksi dan bahan ini bukan bagian dari produk akhir. Bahan penolong yang digunakan dalam memproduksi beton dapat dilihat pada Tabel 2.6 berikut ini.

(48)

Tabel 2.6. Bahan Penolong

No. Bahan Penolong Fungsi

1. Water

Sebagai kebutuhan proses mengaduk pada mixing dan membersihkan material yang masih mengandung kadar lumpur

2. Sangkar plat sambung Tiang Pancang

Sebagai kebutuhan proses untuk plat sambung dengan PC Wire sehingga lebih kuat setiap produk

3. Sangkar plat sambung Tiang Pancang

berfungsi sebagai arde penghantar arus ke bawah tanah dan sebagai anti petir

4. Besi penghantar grounding pada TL

Sebagai arde penghantar arus ke bawah tanah dan sebagai anti

5. LPG

Sebagai sumber energi untuk pemotongan sisa PC Wire yang terdapat pada bagian atas dan bawah produk akhir

6. Trafo las

Sebagai sumber energi untuk menyambung spiral dengan pc wire pada sangkar plat sambung

2.7.2.3.Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan dalam produk tersebut sehingga dapat meningkatkan mutu dari produk itu sendiri. Bahan tambahan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.6 berikut ini.

(49)

Tabel 2.6. Bahan Tambahan

No. Bahan Tambahan Fungsi

1. Minyak cetak Memoles bagian dalam mal cetakan agar campuran beton nantinya tidak lengket

2. Cat semprot Sebagai pembuatan merek WIKA, kode type tiang, dan tanggal produksinya

3. Karet busa

Sebagai kebutuhan dalam sisi kanan dan kiri cetakan pada saat penutupan cetakan terkunci dengan rapat yang menghasilkan produk yang mulus

4.

Additive (Kaomighty 150 S, Rheobuild

900 i Degusa, Sicament NN, Glenium, Viscocrete)

Sebagai zat additive untuk mempermudah adukan supaya homogen dan mengurangi pemakaian air dalam pembuatan adukan beton dengan tidak mengurangi mutu, tetapi meningkatkan strenght dan dapat mempermudah pekerjaan.

5. Kawat ikat Sebagai kebutuhan proses untuk mengikat spiral ke besi prategang

2.7.4. Safety and Fire Protection

Beberapa fasilitas safety and fire protection yang terdapat pada PT. Wijaya Karya Beton adalah sebagai berikut.

1. Peralatan pemadam kebakaran

Peralatan pemadam kebakaran yang disediakan oleh PT. Wijaya Karya Beton telah memadai dan memenuhi standar sesuai dengan material yang berada pada pemusnah api. Isi dari sebuah pemusnah api biasanya dikeluarkan dengan menggunakan tekanan internal, baik yang permanen maupun yang menggunakan gas.

(50)

2. APD (Alat Pelindung Diri)

Alat pelindung diri (APD) merupaka alat yang sangat penting dalam menunjang kesehatan dan keselamatan kerja para karyawan, khusunya pada lantai produksi. Alat pelindung diri yang digunakan yaitu:

a. Sarung tangan

Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Sarung tangan digunakan oleh operator pada lantai produksi.

b. Sepatu pelindung (safety shoes)

Sepatu pelindung tidak seperti biasa, tapi terbuat dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari karet tebal dan kuat. Safety shoes ini juga wajib digunakan oleh semua operator di lantai produksi.

c. Masker

Berfungsi untuk melindungi karyawan dari debu, asap dan bau yang menyengat selama bekerja di lantai produksi.

(51)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Pengertian Kinerja

Istilah kinerja berasal dari kata job informance atau actual performance, yaitu prestasi kerja atau prestasi yang sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang.

Pengertian kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya (Mangkunegara, 2004). Menurut Bernardin dan Russell, kinerja merupakan catatan out come yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu (Sulistiani, dkk. 2003). Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan sehingga mereka mempengaruhi beberapa banyak mereka memberikan kontribusi kepada instansi atau organisasi termasuk kualitas pelayanan yang disajikan.

3.2. Penilaian Kinerja

Menurut Nasution Harmein (2008) penialain kinerja bisa didefenisikan dengan evaluasi hasil kerja dari seorang karyawan secara sistematis yang berhubungan dengan jabatan dan potensi yang dimilikinya untuk dikembangkan.

Penilaian prestasi merupakan hasil dari prestasi kerja yang dicapai oleh seseorang karyawan sesuai dengan tugasnya pada periode waktu yang telah ditetapakan.

Adapun tujuan penilain kinerja adalah sebagai berikut :

(52)

1. Untuk mengetahui hasil pekerjaan karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Untuk mengetahui kualitas personel karyawan yang berhubungan dengan sikap, watak maupun kekuatan dan kelemahan lainnya sehubungan dengan pekerjaan di perusahaan.

3. Untuk mengetahui potensi yang dimiliki karyawan dalam menduduki jabatan lain (promosi), apakah melalui training terlebih dahulu atau tanpa training sudah dapat dipromosikan.

Adapun manfaat penilaian kinerja adalah sebagai berikut :

1. Bagi pekerja : dapat digunakan sebagai umpan balik tentang prestasi kerja selama ini. Dari hasil kerja karyawan akan dapat memahami kelebihan dan kelemahan yang ada pada dirinya, dan untuk mengembangkan kemampuan lebih lanjut.

2. Bagi perusahaan : sebagai dasar dalam pengambilan keputusan terhadap karyawan yang berkaitan dengan promosi jabatan, mutasi, penentuan gaji dan kompensasi yang lebih objektif, demosi, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), untuk mengidentifikasi kebutuhan akan training.

3.3. Elemen Pengukuran Kinerja

Menurut Furtwengler Dale (2002) pengukuran kinerja diukur berdasarkan:

1. Kecepatan, kecepatan dalam sebuah proses akan dapat meningkatkan efisiensi.

(53)

2. Kualitas, kecepatan tanpa kualitas merupakan hal yang sia-sia, maka kualitas merupakan suatu keharusan dalam pengukuran kinerja .

3. Layanan, sebuah pelayanan yang buruk akan menghapuskan manfaat apapun yang dicapai dalam kecepatan dan kualitas.

4. Nilai, nilai adalah kombinasi dari kecepatan, kualitas dan harga yang memungkinkan pelanggan untuk merasakan bahwa mereka mendapatkan sesuatu yang lebih daripada yang mereka bayarkan.

3.4. Ukuran Kinerja

Ukuran kinerja adalah indicator yang digunakan oleh manajemen untuk ,engukur, membuat laporan, dan mengelola kinerja (Parmenter, 2010). Terdapat tiga tipe ukuran kinerja yaitu sebagai berikut.

1. Key Result Indicators (KRI) yang menggambarkan bagaimana keberhasilan suatu perusahaan secara perspektif.

2. Performance Indicator (PI) yang menjelaskan apa yang harus dilakukan perusahaan.

3. Key Performance Indicator (KPI) yang menjelaskan apa yang harus dilakukan perusahaan untuk mn ingkatkan kinerja secara dramatis.

KPI menyajikan serangkaian ukuran yang fokus pada aspek-aspek kinerja yang paling penting untuk kenerhasilan organisasi pada saat ini dan waktu yang akan datang. KPI merupakan barometer yang berorientasi pada saat ini atau masa datang. KPI harus mampu memberi tahu tentang tindakan apa yang harus dilakukan. KPI masuk dan mengakar ke dalam organisasi sehbingga mengikat

(54)

setiap individu. KPI yang baik akan memiliki efek mengalir. KPI adalah indikator yang digunakan mempresentasikan kinerja dari proses yang dilaksanakan. KPI dapat digunakan untuk memprediksi peluang kesuksesan atau kegagalan dari proses-proses yang dilaksanakan organisasi. Terdapat tujuh karakteristik KPI, yaitu :

1. Ukuran nonfinansial (tidak hanya dalam dolar, yen. pound, euro, dsb.) 2. Ukuram kekerapan (misalnya harian atau 24 jam/7hari)

3. Ditindaklanjuti oleh CEO atau tim manajemen senior

4. Semua staf harus memahami pengukuran dan tindakan koreksi 5. Baik individu atau tim ikut bertanggung jawab

6. Berpengaruh signifikan (misalnya berpengaruh hampir pada inti semua faktor kunci keberhasilan)

7. Berpengaruh positif (misalnya mempengaruhi ukuran kinerja yang lain secara positif)

3.5. Metode Key Performance Indicator untuk Mengukur Kinerja

Key Performance Indicators atau KPI digunakan untuk mengukur berbagai parameter kualitatif pada suatu perusahaan yang cukup sulit untuk diukur seperti kepuasan pelanggan atau kualitas kepemimpinan. Meski demikian, tidak semua matrik bisa dianggap sebagai KPI.

Suatu matrik bisa dianggap sebagai KPI bila memenuhi beberapa kriteria yang antara lain adalah memiliki nilai threshold atau ambang batas, memiliki target, serta berorientasi pada outcome. Perlu juga diperhatikan bahwa KPI yang

(55)

digunakan untuk mengukur performa suatu divisi dalam perusahaan bisa saja memiliki parameter yang berbeda dengan KPI yang digunakan untuk mengukur performa pada divisi atau bagian lain dalam suatu perusahaan.

Pada saat menyusun Key Performance Indicators, ada juga beberapa persiapan yang perlu dilakukan. Persiapan yang sebaiknya dilakukan sebelum menyusun KPI antara lain berupa menetapkan tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan, menciptakan proses bisnis yang telah terdefinisi secara jelas, menetapkan berbagai ukuran kualitatif dan kuantitatif berdasar tujuan yang akan dicapai, serta memonitor kondisi yang ada di perusahaan dan mengambil langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

Penyusunan Key Performance Indicators membutuhkan perencanaan yang matang untuk mendapatkan hasil yang optimal. Selain itu, penyusunan KPI juga sebaiknya didukung dengan ketersediaan informasi serta data yang dapat diandalkan. Untuk memaksimalkan fungsi KPI, maka KPI setidaknya harus memenuhi berbagai persyaratan seperti spesifik, terukur, bisa dicapai, bisa dipercaya, serta target waktu. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang perlu diperhatikan ketika akan menyusun Key Performance Indicators seperti sasaran strategis. Perlu ditentukan sasaran strategis perusahaan serta posisi perusahaan di masyarakat sehingga bisnis yang dikelola dapat memiliki landasan yang kuat.

Hal selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah key result area. Key result area atau KRA adalah ruang lingkup terhadap berbagai kategori kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Penyusunan KPI juga perlu memperhatikan tugas-

(56)

tugas yang bisa digunakan untuk menjelaskan rincian serta detail dari KRA yang telah disusun sebelumnya.

Hal selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah bobot KRA. Bobot total KRA harus memenuhi nilai 100. Oleh karena itu, setiap bagian dari perusahaan harus mengetahui tugas apa yang sebaiknya diprioritaskan untuk mendapatkan nilai KRA yang bagus. Perhatikan juga target dari KPI yang harus dicapai oleh perusahaan. Bila ingin menggunakan KPI untuk mengukur performa atau kinerja masing-masing bagian pada perusahaan, pastikan mengunakan KPI yang tepat untuk bagian-bagian tersebut. KPI yang digunakan untuk mengukur performa bagian perawatan mesin tentu memiliki variabel yang berbeda dengan KPI yang digunakan untuk mengukur performa bagian general affairs. Dengan memahami hal ini, maka akan bisa mendapatkan hasil yang optimal dari pengukuran kinerja dengan menggunakan KPI.

3.6. Langkah-langkah Penilaian Kinerja

Langkah-langkah penilaian kinerja adalah sebagai berikut (Nasution, Harmein, 2008) :

1. Menentukan standar keberhasilan

Standar ini berkaitan dengan hasi; yang ingin dicapai dari suatu jabatan, dan ahrus ditentukan dengan objektif serta memungkinkaan untuk dicapai oleh karyawan. Penilian yang dilakukan harus berhubungan dengan pekerjaan yang dhasilkan. Apabila informasi ini tidak cukup, maka standar penilaian

(57)

ditetapkan melalui observasi ataupun melalui diskusi bersama para atasannya langsung.

2. Parameter dan ukuran penilaian

Umumnya seorang atasan akan secara otomatis ditetapkan sebagai penilai sehingga ia harus memiliki syarat seperti : cukup dekat untuk memahami pekerjaan karyawan, termasuk hambatan, masalah maupun tindakannya;

mempunyai akses informasi terhadap prestasi dan aspirasi karyawan yang bersangkutan; dan berkemauan untuk mengkonsultsikan pandangan dengan pihak lain untuk memperkaya sudut pengamatannya.

3. Menentukan tim penilaian

Ada beberapa alternatif yang digunakan seperti :

a. Dilakukan langsung oleh atasan yang kemudian diperiksa oleh atasannya lagi

b. Dilakukan oleh komite penilaian yang bias terdiri dari atasan langsung, atasannya lagi, rekan kerja, bawahannya, serta konsumen.

c. Rekan kerja menilai kolega nya d. Bawahan menilai atasannya 4. Menentukan frekuensi penilaian

Secara formal penilaian dilakukan sebanyak sekali dalam setahun atau sekali dalam enam bulan. Secara informal penilaian dilakukan setiap saat.

5. Melakukan interview

Mejalian pengertian mengenai posisi kinerja karyawan yang dinilai saat ini dalam kaitannya engan pengembangan organisasi. Interview ini dapat

(58)

dilakukan pada atasan karyawan, karyawan yang bersangkutan, dan bawahan karyawan.

6. Menganalisis kinerja karyawan saat ini

Hasil analisis disimpan pada arsip kepegawaian yang akan digunakan untuk pengembangan karyawan. Hasil analisis ini harus bias diukur (quantifiable), mudah dimengerti, seimbang, dapat dipublikasikan, dan dapat dimotivasi untuk meningkatkan kinerja.

3.7. Konsep Sistem Manajemen Kinerja

Dalam sebuah perusahaan, terdapat hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholder), yaitu penanam modal, karyawan, pelanggan, pemasok, pemerintah, dan masyarakat. Hubungan yang terjadi antara perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan tersebut mengalami perubahan yang substansial beberapa tahun terakhir ini. Hubungan ini sangat kompleks dan sangat berbeda bahkan jika dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu. Hal ini dapat diilustrasikan seperti sebuah jejaring (web) yang kompleks yang harus diatur dalam lingkungan bisnis. Hubungan antarbagian mana yang harus diperkuat dan harus mendapatkan prioritas utama untuk proses perbaikan sangat bervariasi, tergantung dari jenis industrinya. Akan tetapi, pada umumnya hubungan yang terkuat adalah antara organisasi dengan penanam modal, pelanggan, karyawan, pemasok (supplier), dan regulator. Hubungan yang kompleks tersebut dapat dijabarkan seperti tampak pada Gambar 3.1.

(59)

Gambar 3.1. Jejaring Hubungan Stakeholder

Saat ini dan di masa depan, cara terbaik bagi perusahaan untuk dapat bertahan dan berhasil dalam jangka panjang adalah dengan mengetahui keinginan (wants) dan kebutuhan (needs) dari setiap stakeholder dan berusaha memenuhi hal tersebut.

Perubahan orientasi serta fokus kebutuhan dan keinginan (needs & wants) yang semula hanya menjadi titik perhatian pemegang saham (shareholders) kini telah bergeser menjadi perhatian pihak yang lebih luas yaitu stakeholder, yang terdiri dari pemegang saham, pelanggan, pemasok, pemerintah, maupun masyarakat sekitarnya. Perubahan orientasi dan fokus tersebut diperlihatkan pada Gambar 3.2.

(60)

Gambar 3.2. Pergeseran Fokus Perusahaan

3.9. Penilaian Kinerja Subjektif vs Penilaian Kinerja Performance Prism Metode penilaian kinerja yang sering digunakan saat ini adalah metode subjektif. Metode subjektif mewajibkan atasan (sebagai penilai) untuk menilai kinerja bawahan (Edward & Ewen, 1996). Lawler III (1994) mengemukakan bahwa penilaian subjektif tidak mengarahkan perkembangan kompetensi dan kemampuan individu. Penerapan penilaian ini memicu perilaku disfungsional antara atasan dan bawahan sehingga diperlukan inovasi dalam menembangkan sistem penilaian yang efektif. Menurut Ghorpade dan Chen (1995) penggunaan metode metode subjektif dalam memberikan feedback kepada karyawan memunculkan penilaian bias yang dapat diakibatkan oleh penerapan penilaian kinerja yang bersifat subjektif, mengandung unsur politis, hanya berorientasi kepada output dan bukan pada kualitas proses bagaimana individu melaksanakan tugas. Berbeda dengan sistem penilaian kinerja Performance Prism yang tidak hanya melibatkan karyawan, namun seluruh aspek perusahaan (stakeholder) dan

Gambar

Tabel 1.1. Perbandingan Metode Pengukuran Kinerja  Kondisi
Tabel 1.1. Perbandingan Metode Pengukuran Kinerja (Lanjutan)
Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Wijaya Karya Beton
Tabel 2.2. Spesifikasi Tenaga Kerja PT. Wijaya Karya Beton (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Performance Prism adalah merupakan suatu metode pengukuran kinerja yang menggambarkan kinerja organisasi sebagai bangun 3 dimensi yang mempunyai 5 bidang sisi, yaitu dari sisi

Kinerja dengan Metode Performance PRISM (Studi Kasus pada Hotel X). Institut Teknoogi Sepuluh

kerja yang baik salah satu caranya adalah dengan melakukan pengukuran kinerja.. pada seluruh komponen aspek perusahaan, mulai dari implementasi

Hal ini karena hasil rekayasa sistem pengukuran kinerja perusahaan yang disarankan dengan menggunakan metode performance prism, lebih terintegrasi dan lebih mudah

Dari hasil perancangan serta pengukuran kinerja dengan menggunakan metode performance prism dan objective matrix , didapatkan 34 KPI yang tersebar dalam empat stakeholder

Performance prism adalah bentuk yang telah disempurnakan dari metode pengukuran kinerja pada masa lalu yang menjadi suatu kerangka kerja atau framework.. Kelebihan dari kerangka

Dalam pengukuran kinerja dengan menggunakan metode performance prism terdapat 4 stakeholder yang terintegrasi yaitu investor, karyawan, pelanggan dan supplier.. Dimana dari

Penelitian ini bertujuan untuk merancang suatu kerangka kerja pengukuran kinerja yang sesuai untuk Hotel Preanger dengan menggunakan metode The