• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

B. Efek Pemanis Sintetis Terhadap Kesehatan

1.1 Latar Belakang

Makanan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukan sebagai bahan makanan maupun minuman bagi konsumsi manusia (Badan POM, 2004).

Dalam hal ini makanan digunakan sebagai sumber energi dan berbagai zat gizi untuk mendukung hidup manusia. Tetapi makanan juga dapat menjadi unsur pengganggu kesehatan manusia, berupa unsur yang secara alamiah telah menjadi bagian dari makanan maupun unsur yang masuk kedalam makanan dengan cara tertentu. Secara umum bahaya yang timbul dari makanan sering disebut sebagai keracunan makanan (Effendi, 2012).

Pengertian bahan tambahan pangan dalam peraturan menteri kesehatan RI No. 722/Menkes /PerIX| 88 No. 1168 / Menkes/Per/X/1999 Secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi (termasuk organolpetik) pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pegangkutan makanan untuk menghasilkan (langsung atau tak langsung) suatu komponen untuk mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.

Makanan jajanan kaki lima menyumbang asupan energy bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29 %, dan zat besi 52%,(Judarwanto, 2004). Meskipun jajanan memiliki kunggulan-keunggulan dalam menyumbang kecukupan gizi remaja setiap harinya, namun makanan jajajnan disekolah ternyata sangat beresiko terhadap kesehtaan karena penanganannya sering tidak higienis yang memungkinkan makanan jajanan terkontaminasi oleh mikroba beracun maupun penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) yang tidak diizinkan (Mudjajanto, 2005).

Departemen kesehatan telah memasyarakatkan penggunaan BTP yang diizinkan dalam proses produksi makanan dan minuman, yang tertuang dalam peraturan menteri kesehatan dengan acuan UU No. 7/23/1992 tentang kesehatan yang menekankan aspel leamanan sedangkan UU No. 7/1996 tentang pangan, selain mengatur aspek makanan dan gizi, juga mendorong terciptanya perdagangan yang jujur dan bertanggung jawab serta terwujudnya tingkat kecukupan pangan yang terjangkau sesuai kebutuhan masyarakat. (Cahyadi, 2008).

Walaupun pemerintah sudah menetapkan peraturan mengenai penggunaan BTP, masih saja ada penjual makanan dan atau produsen yang menggunakan BTP yang dilarang yang dapat membahayakan kesehatan manusia, seperti pada hasil uji BPOM yang dilakukan di 18 provinsi pada tahun 2008 diantaranya, Jakarta, Surabaya, semarang, Bandar lampung, denpasar, dan padang terhadap 861 contoh makanan menunjukkan bahwa 39,95% (344 contoh) tidak memenuhi syarat mengandung pewarna yang dilarang, yakni rhodamin B metahanil yellow dan

Berdasarkan peraturan pemerintah RI No. 28 tahun 2004 tentang pangan yaitu segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah manupun tidak di olah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan dan minuman.

Salah satu masalah pangan yang masih memerlukan perhatian adalah penggunaan bahan tambahan pangan untuk berbagai keperluan.Penggunaan bahan tambahan pangan dilakukan pada industri pengolahan pangan, maupun dalam pembuatan jajanan makanan, yang umumnya dihasilkan oleh industri kecil dan rumah, tangga. Keunggulan jajanan adalah murah, mudah didapat serta cita rasanya enak.namun jajanan juga beresiko terhadap kesehatan karena dalam proses pengolahannya sering kali ditambahkan pewarna seperti rhodhamin B, methanol yelloe, pengaet formalin, dan boraks. Penggunaan rhodamin B dan methanol yellow, pengawet formalin dan boraks dilarang karena sifat karsinogenik kuat dapat menyebabkan kanker hati, kandung kemih, dan saluran cerna, dari hasil analisis sampel jajanan badan pengawas obat dan makanan (BPOM) antara februari 2001 hingga mei 2003, didapatkan bahwa 315 sampel, 155 (49%) mengandung rhodamin B, 122 Sampel, 129 (11%) mengandung boraks dan dari 242 sampel, 80 (33%) mengandung formalin. Pangan mengandung rhodamin B diantaranya kerupuk makanan ringan, kembang gula, sirup, biscuit, minuman, ringan, cendol, dan manisan. Pangan yang mengandung formalin adalah mie ayam, bakso dan tahu. Sedangkan pangan yang menggunakan boraks adalah bakso, siomay, lontong, dan lemper.

Selain itu, sambal botolan yang biasa digunakan oleh pedagang makanan di pinggiran jalan, seperti bakso, mie ayam, dan sebagainya mengandung zat pewarna yang melebihi ambang batas, beberapa produk saus dan sambal botolan juga ditenggarai memakai zat pewarna terlarang, yang seringkali digunakan tekstil dan industry yaitu rhodamin B dan metahnil yellow untuk membuat warna merah menyala (Iis, 2003).

Pangan jajanan tidak bisa terpisahkan oleh kehidupan manusia selain harga murah dan jenisnya yang beragam, pangan jajanan juga menyumbangkan konstribusi penting bagi kehidupa gizi.Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap orang, terutama anak-anak sekolah sangat menyukai pangan jajanan.Oleh sebab itu, para pedagang berupaya untuk memberikan penampilan yang menarik dan rasanya disenangi anak-anak dengan menggunakan bahan-bahan tertentu tanpa memperdulikan keamanannya (Fardiaz, 1993).

Beberapa penelitian tentang penggunaan bahan tambahan pangan pada makanan dilakukan di kota medan. Penelitian oleh Nova (2004) menemukan boraks pada bakso ayam jajanan anak-anak yang dijajakan di lingkungan sekolah kecamatan medan Helvetia. Sinaga (2007) menemukan natrium benzoate dan siklamat pada agar-agar jelly yang beredar di kota medan.

Selain itu dilakukan juga penelitian pengetahuan siswa sekolah dasar tentang makanan dan minuman jajanan mengandung bahan tambahan pangan yang dilakukan oleh sitorus (2007) yang menemukan bahwa pengetahuan dari siswa sekolah dasar di kecamatan medan denai sudah cukup baik tentang makanan yang menggunakan bahan tambahan pangan, meskipun pengetahuan siswa

sekolah dasar cukup baik, namun masih diperlukan peranan berbagai pihak terutama serta guru dalam mengawasi makanan yang di konsumsi oleh siswa melalui kegiatan usaha kesahatan sekolah (UKS), yaitu mengawasi makanan yang dijual, kebersihan kantin, serta memberikan pelatihan kepada petugas kantin. Guru juga sebaiknya berperan penting dalam memeberikan pengertian dan pengetahuan kepada anak-anak mengenai dampak negative yang timbul pada jajan di sembarang tempat. Dari penelitian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kita perlu lebih teliti dan berhati-hati dalam mmilih makanan terutama makanan yang mengandung BTP dan bahan kimia berbahaya.

Dalam kehidupan sehari-hari BTP sudah digunakan secara umum oleh masyarakat.Kenyataannya masih banyak produsen makanan menggunakan bahan tambahan yang berbahaya bagi kesehatan. Efek dari bahan tambahan beracun tidak dapat langsung dirasakan, tetapi secara perlahan dan pasti dapat menyebabkan penyakit. Penyimpangan atau pelanggaran mengenai penggunaan BTP yang sering dilakukan oleh prudusen pangan, yaitu menggunakan bahan tambahan yang dilarang pengguaannnya untuk makanan, menggunakan BTP melebihi dosis yang diizinkan, penggunaan bahan tambahan yang beracun atau BTP yang melebihi batas akan membahayakan kesehatan masyarakat, dan berbaya bagi pertumbuhan generasi yang akan datang. Karena itu produsen pangan perlu mengetahui peraturan-peraturan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah mengenai penggunaan BTP.

Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi permasalahan dalam peneliti adalah bagaimana pengetahuan penjual makanan di sekolah dasar wilayah kecamatan medan sunggal tentang bahaya bahan tambahan pangan yang meliputi, pemanis, pengawet, penyedap rasa, dan perwarna bagi kesehatan.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengetahuan penjual makanan di sekolah dasar wilayah kecamatan medan sunggal tentang bahaya bahan tambahan pangan bagi kesehatan

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi SD Sekecamatan medan sunggal

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi para penjual serta pemahaman tentang keamanan pangan pada jajanan, makanan dan minuman yang baik dan yang tidak mengandung zat bahan tambahan pangan.

2. Manfaat bagi Peneliti

Dapat meningkatkan pengetahuan terutama dalam masalah bahaya bahan tambahan pangan serta dapat menginformasikan yang telah didapat hasil penelitian ini kepada orang lain sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan peneliti selanjtnya.

Judul : Pengetahuan pedagang penjual makanan di sekolah dasar wilayah kecamatan medan sunggal tentang bahaya bahan tambahan pangan bagi kesehatan

Nama : Prayogi Dimas Alghifari NIM : 141121099

Fakultas : S1 Keperawatan Tahun Akademik : 20015/2016

Abstrak

Bahaya bahan tambahan pangan bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan seperti zat pewarna, pemanis, pengawet dan penyedap. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan penjual tentang bahaya bahan tambahan pangan. menggunakan desain deskriptif sampel adalah pedagang yang berjualan dia area SD Kecamatan medan sunggal berjumlah sampel 72orang dan menggunakan tehnik total sampling. Penelitian dilakukan pada tanggal 25 november 2015 sampai dengan 3 Februari 2016 bahwa tingkat pengetahuan pedagang tentang bahaya bahan tambahan pangan menunjukkan kategori Baik (1.4%) dan kategori penilaian cukup (77.8%). Dan kategori kurang 20.8%). Bagi petugas kesehatan untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya bahan tambahan pangan.

Kata kunci: Pengetahuan, penjual makanan, bahaya bahan tambahan pangan

Title of Student : Food Sellers’ Knowledge on the Danger of Food Additive for Health in the Elementary Schools in District of Medan Sunggal

Name of Student : Prayogi Dimas Alghifari Student ID Number : 1411121099

Faculty : S1 (Undergraduate) Nursing Academic Year : 2016

ABSTRACT

Food additive or natural food additive is not a part of raw food material, but it is material added into the food to influence the characteristics or forms of food material, such as coloring substance, sweetener, preservative, and seasoning. The objective of research is to identify food sellers’ knowledge on the danger of food additive. The design of research is a descriptive research. The sample is the food sellers around the areas of elementary schools in District of Medan Sunggal. The total sample is 72 sellers selected by using the total sampling. The research is carried out from November 25, 2015 to February 3, 2016. The research result shows that the sellers’ knowledge on the danger of food additive is categorized good (1.4%), sufficient (77.8%), and insufficient (20.8%). It is suggested that the health personnel provide counseling on the danger of food additive.

PENGETAHUAN PENJUAL MAKANAN DI SEKOLAH

Dokumen terkait