• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Hasil

4.1.2 Latar Belakang Informan

SY adalah seorang wanita yang saat ini berprofesi sebagai analis media di Yayasan KIPPAS. Sebuah yayasan yang bergerak di bidang kajian informasi, pendidikan, dan penerbitan di Sumatera Utara. Profesinya saat ini merupakan implementasi dari hasil masa studinya di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU sejak tahun 2008 hingga 2012. Dengan kepribadiannya yang cukup analitis dalam menanggapi sesuatu hal menjadikan ia begitu berjodoh dengan pekerjaannya saat ini.

Wanita berdarah Aceh ini memiliki tubuh mungil dengan wajah bulat dan beralis tebal. Dalam kesehariannya ia selalu menggunakan jilbab dan pakaian yang casual dengan warna-warna pastel. Meski terkadang ia juga mengenakan pakaian bercorak namun terkesan simpel menjadikan ia pribadi yang terlihat sederhana dan tidak berlebihan.

Informan I merupakan anak ke tiga dari enam bersaudara. Tipe pola asuh yang diterapkan oleh orangtua informan I adalah demokratis. Dimana setiap keputusan baik itu pekerjaan, pendidikan, pasangan hidup, atau kegiatan diluar rumah selalu diberikan ijin oleh orangtua informan. Dengan syarat informan I tetap menjaga kepercayaan orangtua. Meski tinggal dalam satu kota yang sama namun wanita yang memiliki hobi bermain biola ini memilih tinggal terpisah dari orangtua. Alasan

kemandirian menjadi poin utama mengapa ia memilih tinggal berdua dengan teman akrabnya di sebuah kontrakan yang jaraknya tidak begitu jauh dari kantor tempat ia bekerja.

Wanita yang lahir di Medan 23 tahun lalu, tepatnya pada tanggal 04 Desember 1990 ini juga pernah memiliki pengalaman bekerja sebagai Managing Editor di Smart Magz pada tahun 2012. Pengalaman bekerja wanita yang sangat menyukai buah ini juga tidak jauh dari pengalamannya dalam berorganisasi sebagai Reporter, Sekretasis Redaksi, Redaktur Pelaksana, dan Pimpinan Redaksi Pers Mahasiswa Suara USU selama 3,5 tahun.

Informan I memiliki sifat periang namun tegas dan suka bercanda. Ia senang mendengarkan berbagai genre musik meskipun terkadang ia juga memilih lagu-lagu tertentu untuk didengarkan sesuai mood. Jiwa seninya juga terlatih tidak hanya pada dunia musik, namun juga pada dunia tari. Bakat ini ia tunjukkan pada sebuah klub tari sanggar kesenian IPTR (Ikatan Pemuda Tanah Rencong) USU semasa dan setelah ia kuliah.

Film merupakan salah satu alternatif bagi informan I dalam mengisi waktu luang, semisal pada saat pulang setelah urusan kerja selesai. Salah satu hal yang mendorong informan I dalam menonton film selain hasil rekomendasi dari orang-orang terdekat, biasanya ia tertarik setelah melihat review film terlebih dahulu. Tidak hanya film ber genre drama seperti Wedding Dress dan My Sister Keepers yang ia sukai, tetapi juga film animasi seperti Finding Nemo dan Kungfu Panda. Terkhusus daripada itu dan sejalan dengan penelitian ini, ternyata informan I juga cukup terkesan dengan beberapa film dokumenter yang pernah ia tonton seperti, Sixty Minutes, Lentera Indonesia, dan juga Di Balik Frekuensi.

Informan I pertama kali menonton Di Balik Frekuensi pada tanggal 16 Januari 2014. Film Di Balik Frekuensi ditonton pada saat acara pelatihan jurnalistik dari kantor tempat informan I bekerja. Uniknya, film ini dipertontonkan bukan karena agenda tetap dari kantor informan I. Melainkan Stanley A. Prasetyo anggota Alilansi Pers Independen sekaligus trainer pelatihan jurnalis yang memberikan materi kepada para

peserta saat itu. Informan I menilai pada saat itu trainer merasa pelatihan yang diadakan oleh kantor Informan I merupakan wadah yang tepat untuk mempublikasikan film Di Balik Frekuensi di kantornya.

2. Informan II(LAD)

LAD merupakan salah satu informan tertua dalam penelitian ini. Saat ini ia sedang menjalani pekerjaannya sebagai wartawan harian pada salah satu surat kabar lokal di Medan, yakni Tribun Medan. Ia memulai karirnya sebagai wartawan sejak tahun 2007 hingga saat ini. Profesinya saat ini merupakan hasil studinya saat menjalani kuliah pada proram studi Jurnalistik di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Pria yang memiliki ciri tubuh mesomorphy ini cukup atletis dengan tinggi badan sekitar 168 cm dan berat badan 74 kg. Hal ini juga dipengaruhi oleh kesehariannya yang rutin berolahraga lari pagi sebelum pergi bekerja. Meskipun memiliki warna kulit yang cukup gelap, namun ternyata informan II menyukai warna yang cukup kontras seperti ungu. Sementara untuk pakaian sehari-hari ia banyak menggunakan warna hitam atau netral. Aktivitasnya sehari-hari sebagai wartawan yang banyak mengahbiskan waktu di lapangan membuat ia lebih sering menggunakan paduan kaos, jeans, dan sepatu yang casual.

LAD yang lahir di Jakarta, 10 April 1986 merupakan anak sulung dari tujuh bersaudara dari keluarga dengan suku Batak Simalungun. Menurutnya tipe pola asuh keluarga yang ia dapatkan adalah otoriter. Saat kecil ia sering mendapatkan perintah dari ayah untuk selalu membantu pekerjaan ibu di rumah. Namun karena sekarang sudah dewasa dan lebih mandiri, ia merasa tidak perlu diatur dan dapat menentukan pilihannya sendiri. Meski tinggal terpisah dari adik-adik dan keluarganya, informan II memiliki pola komunikasi yang stabil dengan bertukar kabar melalui pesawat telepon.

Pria yang sangat menyukai daging panggang dan makanan laut ini ternyata tidak hanya mendapatkan ilmu jurnalistik dari bangku kuliah saja. Hal ini terlihat dari track record yang dimilikinya. Selama menjadi

mahasiswa ia aktif di organisasi Pers Mahasiswa Suara USU sejak tahun 2004 hingga 2007. Menurutya Pers Mahasiswa Suara USU mengajarkan banyak hal yang tidak didapatkan di kuliah seperti pengetahuan dan skill jurnalistik. Melalui organisasi ini pula banyak bertemu, berkumpul, dan berdiskusi dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama.

Informan II memiliki sifat ekspresif dan cenderung meledak-ledak. Dengan nada suara yang besar dan sedikit lantang, terkadang membuat orang yang tidak mengenalnya akan merasa seperti dibentak. Namun setelah mengenalnya lebih lama hal itu akan menjadi biasa karena memang itulah karakter utama yang dimilikinya. Pria yang memiliki motto hidup “life will find a way” ini sangat tidak menyukai kemiskinan dan pelecehan. Lebih menyukai musik daripada olahraga. Telah mengikuti perkembangan musik sejak lama dan menyukai semua genre musik apapun. Namun saat ini ia sedang menggemari aliran musik electro dance music dan hip hop.

Pria yang mengidolakan penyanyi tersohor Kanye West ini juga hobi menonton film. Ia lebih suka film biografi genre drama seperti kisah hidup Nelson Mandela dalam film Invictus. Ia adalah seorang revolusioner anti-apartheid dan politisi Afrika Selatan yang menjabat sebagai Presiden Afrika Selatan sejak 1994 sampai 1999. Sementara di lain sisi ia juga sangat menyukai film dokumenter The Cove yang disutradarai oleh Rick O' Barry ini bercerita tentang eksploitasi lumba-lumba untuk makanan dan show dan advokasi yang dilakukan para aktivis.

Informan II pertama kali menonton film Di Balik Frekuensi baru dimulai pada pertengahan bulan Juli 2014. Sebelumnya ia telah mengetahui mengenai pembuatan film ini sekitar 2012 ke 2013. Namun baru mulai menonton secara keseluruhan setelah diminta untuk menjadi informan dalam penelitian ini. Pertimbangan yang diprioritaskan pada informan ini ialah selain basic nya di dunia media ia mengenal beberapa tokoh yang ada dalam film Di Balik Frekuensi ini.

3. Informan III (AJR)

AJR adalah seorang pria yang saat ini sedang menjalani aktivitasnya sebagai Freelancer IT, Web Programmer, sekaligus Koordinator Fasilitator Media di Aceh. Aktivitasnya ini merupakan salah satu kerjasama yang dijalin oleh kantor tempat ia bekerja dengan USAID, lembaga donor dari Amerika. Meskipun pendidikan terakhirnya SMA dan tidak berhubungan dengan media, namun informan III memiliki ketertarikan mengenal dunia media sejak ia berada di pesantren.

Alasannya adalah pada saat itu pola pendidikan di pesantren tempat ia menimba ilmu melarang mereka untuk membaca koran dan menonton siaran berita di televisi. Atas dasar hal inilah, informan III terdorong untuk mempelajari dan mendalami kegiatan di dunia media. Serta hal ini pula yang membawanya turut aktif dalam kegiatan media komunitas di Medan saat ini.

Pria kelahiran Jombang, 18 Juni 1992 ini memiliki bentuk wajah oval, warna kulit gelap, dan bola mata yang lebar. Dengan tinggi badan sekitar 155 cm dan berat badan 54 kg menggolongkan ia termasuk pria bertubuh ectomorphy. Pakaian favoritnya adalah kaos dan jeans, meski sesekali ia juga memakai kemeja. Pilihan warnanya adalah merah, hitam, dan biru. Tanpa alasan ia menyebutkan bahwa ia selalu menggunakan warna ini disetiap pola desain yang dikreasikannya.

Tipe pola asuh yang diterapkan dalam keluarga pria suku Jawa ini adalah demokratis. Dimana orangtua selalu meminta pertanggungjawaban dan alasan mengenai pilihannya mengapa ia belum kuliah. Pola komunikasi yang dijalin juga rutin yakni, 30 menit setiap hari setelah shalat Shubuh. Ia merupakan anak sulung dari empat bersaudara. Memiliki satu adik perempuan dan dua adik laki-laki.

Informan III memiliki sifat yang keras dalam mempertahankan pendapatnya. Meskipun begitu, ia juga memiliki sifat yang ramah kepada orang lain yang telah ia kenal sebelumnya. Cenderung ekstrovert, mudah bergaul dengan siapa saja, dan loyal kepada orang-orang terdekatnya.

Selain hobi mendengarkan musik, informan III juga sangat menyenangi dunia desain dan programming. Hal ini sejalan dengan pekerjaanya sekarang sebagai Web Designer. Di waktu senggang ia menyisakan minimal satu hari untuk menonton film sebagai penyegaran setelah bekerja seharian di kantor dan lapangan. Film favoritnya adalah Transformer. Film dokumenter yang pernah ia tonton selain Di Balik Frekuensi adalah Opera Batak. Ia pertama kali menonton film Di Balik Frekuensi pada bulan Januari tahun 2014 pada acara pelatihan yang diadakan oleh kantor tempat ia bekerja.

4. Informan IV (STG)

STG merupakan seorang pria yang saat ini sedang mengabdikan diri bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementrian Keuangan di Kantor Pelayanan Utama Tipe A Bea dan Cukai Tanjung Priok. Profesinya saat ini ia dapatkan dari pendidikan terakhirnya di bangku kuliah Diploma 1 jurusan Kepabeanan dan Cukai di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Negara dua tahun lalu. Untuk menuju impiannya ini, ia juga merelakan pendidikan sebelumnya di Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Menurutnya selain bisa mendapatkan kesempatan untuk mengabdikan diri pada negara, ia juga melihat peluang realistis yakni, jaminan kerja setelah pendidikan.

Pria kelahiran kota Pematangsiantar, 14 September 1992 ini memiliki postur tubuh mesomorphy yakni proporsional dengan tinggi 165 cm dan berat badan 66 kg, sedikit tegap dan berotot, dan cenderung atletis. Bentuk wajah lonjong, warna kulit kuning langsat, dan memiliki potongan rambut belah samping. Sehari-hari ia menyukai pakaian yang casual dan rapi seperti memadukan kaos, jeans, dan sepatu. Pilihan warna yang paling sering ia gunakan adalah biru dan abu-abu. Menurutnya, warna netral membuat tingkat percaya dirinya meningkat.

Informan VI berasal dari suku Batak Toba. Dengan garis patrilineal, ia mengikuti adat orangtuanya yang kebetulan berasal dari suku yang sama dan keturunan yang berbeda. Ia merupakan anak sulung dari tiga bersaudara sekaligus sebagai satu-satunya anak laki-laki dalam

keluarganya, dua adik perempuannya masih duduk di bangku Sekolah Menangah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Pematangsiantar. Tipe pola asuh yang diterapkan dalam keluarganya adalah demokratis. Hal ini membuat ia merasa diberi kebebasan dalam menenentukan pilihannya, baik pekerjaan mau hobi. Meskipun begitu, ia merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaga kepercayaan yang diberikan orangtuanya.

Selain optimistis dan berprinsip, karakter koleris dalam diri informan IV ditunjukkan pada sifatnya yang ambisius dan berjiwa kepemimpinan yang kuat. Hal ini terlihat dari pengalaman ia saat menjadi ketua organisasi Remaja Pencinta Alam (RAPALA) dan ketua panitia pada acara Pesantren Kilat (Sanlat) ketika ia duduk di bangku SMA.

Informan IV memiliki hobi yang berkesinambungan satu sama lain, yakni fotografi dan travelling. Ia menggeluti dunia fotografi sejak tahun 2010 dan mulai sering melakukan perjalanan ke luar kota sejak tahun 2013. Menurutnya, kedua hobinya ini dapat dilakukan secara bersamaan ketika ia sedang melakukan perjalanan wisata ataupun eksplorasi perjalanannya untuk mendaki gunung minimal dua bulan sekali. Melalui hobinya ini juga ia banyak mendapatkan penghargaan atas hasil karya fotografinya dibeberapa media sosial atau perlombaan tingkat komunitas.

Selain membaca buku, menonton film juga merupakan salah satu hobi pria yang pernah juara 2 lomba cerdas cermat mata pelajaran Matematika ketika SD ini. Menarik dan belajar videografi merupakan alasan utama informan IV menyukai dunia film. Adapun film favoritnya adalah Inception dan The Shawshank Redemption. Sejalan dengan penelitian ini, ternyata selain film dokumenter Di Balik Frekuensi informan IV menyukai beberapa film dokumenter tentang alam yakni, Karpet dan Bagimu Negeri Jiwaku.

Meskipun tidak ada latar belakang media, namun Informan IV telah mengetahui dan menonton film dokumenter Di Balik Frekuensi pada bulan Oktober tahun 2013 lalu. Ia mendapatkannya secara tidak sengaja

ketika bertukar film dengan teman dekatnya dan kemudian merasa penasaran terhadap isi film Di Balik Frekuensi.

5. Informan V (MM)

MM adalah salah satu mahasiswi yang saat ini sedang berjuang menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhirnya menuntut ilmu di Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Meskipun Ilmu Sejarah bukanlah pilihan utamanya dalam melanjutkan studi di perguruan tinggi, tetapi ia senang menjalaninya karena banyak pelajaran tentang budaya yang membuatnya bisa berwisata sambil belajar dengan berkunjung ke beberapa tempat yang unik dan mengandung nilai-nilai histori.

Perawakannya terlihat kurus dengan tinggi sekitar 160 cm dan berat badan 42 kg. Dalam kesehariannya di luar rumah, ia menggunakan pakaian yang tertutup dengan jilbab yang terulur lebar hingga menutupi dada. Penampilan pakaiannya terlihat sederhana dengan paduan warna yang lembut. Feminin dan elegan menjadi ciri khasnya dalam berbusana. Meskipun begitu, ia lebih nyaman membawa tas ransel saat pergi kuliah.

Informan V lahir di Takengon, 26 April 1992. Ia terlahir sebagai perempuan dalam keluarga yang menganut aliran patrilineal. Ayahnya suku Aceh dan ibunya suku Gayo. Meskipun begitu, dalam kesehariannya ia sering berkomunikasi menggunakan bahasa daerah Gayo dengan kerabat dan keluarganya . Hal ini dipengaruhi oleh lingkungan asal tempat informan tinggal yang didominasi oleh masyarakat suku Gayo.

Informan V dididik dalam keluarga yang memiliki tipe pola asuh yang demokratis dan penuh kasih sayang orang tua. Terlihat dari pola komunikasi mereka ketika saling bertukar kabar setiap hari. Hal ini menjadikan ikatan hubungan keluarga ia menjadi hangat dan dekat meskipun terpisah jarak dari Takengon ke Medan. Tak hanya itu, ia juga dibekali ilmu agama yang kuat. Terlihat dari kebiasaan sehari-harinya yang rajin beribadah.

Ia merupakan satu-satunya anak perempuan dan sekaligus anak bungsu dari tiga bersaudara di keluarganya. Mungkin karena latar

belakang inilah ia memiliki sifat yang cenderung datar sebagaimana sifat perempuan yang umumnya ekspresif. Bagi sebagian orang yang mengenalnya, informan V juga memiliki sifat cuek dan kurang peka. Namun di sisi lain, ia juga merupakan pendengar yang baik bagi teman dekatnya. Karena memang ia bukanlah termasuk tipe orang yang memiliki nilai self disclosure yang tinggi untuk orang yang belum dikenalnya. Meskipun begitu, saat ia sudah percaya tak jarang ia mampu memberikan solusi cerdas dalam membantu permasalahan orang lain.

Tipe introvert sepertinya membuat ia memilih untuk tidak masuk di organisasi manapun meskipun sebelumnya pernah mencoba beberapa kegiatan masa orientasi di beberapa organisasi tertentu. Selain tidak ingin terikat dan memprioritaskan kuliah, ia menganggap pergaulan dalam organisasi cenderung tidak memiliki batas antara perempuan dan laki-laki. Semasa SMA ia juga pernah mengikuti organisasi PII (Pemuda Islam Indonesia) di Banda Aceh dan Takengon. Saat ini ia aktif mengikuti kursus bahasa Belanda di kampusnya. Menurutnya, sebagai mahasiswi Sejarah ia patut mendalami bahasa negara yang pernah menjadi bagian dari bangsa Republik Indonesia sebelum merdeka. Selain itu, kursus bahasa Belanda ditekuni untuk memudahkan informan V dalam memahami arsip-arsip sejarah yang masih banyak menggunakan bahasa Belanda.

Selain membaca ia juga memiliki hobi menonton film. Salah satu film favoritnya adalah The Pursuit Of Happiness. Menurutnya film ini memiliki nilai kekeluargaan yang tinggi dan menyentuh hati. Side effect yang ia rasakan setelah menonton film ini juga membuat ia lebih semangat dan mengajarkannnya agar tidak mudah berputus asa. Informan V belum pernah menonton film dokumenter selain film Di Balik Frekuensi sebelumnya. Hal ini mengundang ketertarikan peneliti untuk terus menggali informasi mengenai perjumpaan pertamanya terhadap film ini.

Ia pertama kali menonton film Di Balik Frekuensi pada bulan Januari 2014. Selain mendapat rekomendasi dari teman dekatnya, ia juga mengatakan bahwa ia merasa tertantang ingin menonton film dokumenter

yang berdurasi 144 menit ini. Menurutnya sebagai orang awam, ia perlu tahu bagaiamana cara kerja media di belakang layar.

6. Informan VI (RS)

RSadalah mahasiswi stambuk 2013 di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Ia memilih program studi ini karena di perguruan tinggi tempat ia menuntut ilmu tidak menyediakan jurusan Hubungan Internasional seperti yang diminatinya. Selain itu, menurutnya melalui Ilmu Komunikasi ia bisa belajar untuk menjadi jurnalis dan sutradara. Selama menjadi mahasiwi Ilmu Komunikasi ia sangat menyukai mata kuliah Keterampilan Komunikasi 1. Menurutnya, selain diterapkan secara praktik, mata kuliah ini juga dibimbing oleh dosen favoritnya.

RS merupakan informan termuda dalam penelitian ini. Ia memiliki postur tubuh ectomorphy yakni, kurus dan tinggi, warna kulit kuning langsat, wajah cenderung bulat, memiliki senyum yang manis, dan suara lembut namun sedikit melengking. Sehari-hari ia menggunakan pakaian tertutup dengan jilbab panjang menjulur menutupi dada. Sangat menyukai warna-warna girly seperti ungu pastel dan merah muda.

Perempuan kelahiran Medan, 21 Januari 1996 ini merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Memiliki seorang kakak perempuan dan seorang adik laki-laki. Kedua orangtuanya mewariskan darah minang pada gadis cantik yang sangat menyukai eskrim ini. Lantaran hal inilah keluarganya masih menganut adat matrilineal dimana anak akan mengikuti garis keturunan ibu. Meskipun kedua orangtua berdarah minang, namun kesehariannya RS dan orangtua jarang berbahasa daerah karena keduanya merupakan perantau di kota Medan.

Tipe pola asuh keluarga RS adalah demokratis, namun terkadang orangtua sedikit memaksakan kehendak kepadanya. Salah satu contoh yang diutarakan RS adalah bahwa kedua orangtuanya membebaskan ia untuk memilih kuliah dimana saja yang ia mau namun tidak mengijinkan ia untuk melanjutkan pendidikan ke luar kota, terutama pulau Jawa.

Perempuan yang ramah dan periang ini aktif diberbagai organisasi baik di dalam maupun luar kampus. Pers Mahasiswa Pelita Insan Terpelajar (PIJAR) FISIP USU dan Unit Kegiatan Mahasiswa Islam (UKMI) AS-Siyasah FISIP USU menjadi organisasi pilihannya di dalam kampus. Sementara untuk luar kampus, ia aktif mengikuti organisasi KAMMI dan Forum Lingkar Pena Sumatera Utara.

Melalui beberapa organisasinya tersebut ia berniat mendalami dunia tulis menulis yang sudah ia kenal sejak duduk di bangku SMP. Berbagai tulisannya telah banyak dimuat di beberapa media cetak seperti surat kabar lokal di Medan yakni, Medan Bisnis. Untuk tingkat nasional, penghargaan terbesar baginya dalam dunia tulis menulis adalah dengan dimuatnya hasil karya cerita pendeknya di Bandung. Selain menulis ia juga gemar membaca buku dan menonton film. Meskipun rajin menulis ternyata RS lebih sering mendapatkan inspirasi ketika ia menonton film. Tak heran jika ia berang ketika sedang asyik menonton lalu diganggu dan dijejali banyak pertanyaan tentang film yang ia tonton.

Adapun film yang sangat disukainya adalah bagian dari karya tetralogi Andrea Hirata yakni, Sang Pemimpi. Sedangkan untuk film luar negeri ia menyukai film Harry Potter yang diangkat dari hasil karya tulisan J.K Rowling. Untuk film dokumenter, ia sebelumnya pernah menonton film Anak Jalanan dan Di Balik Frekuensi. RS pertama kali menonton film Di Balik Frekuensi pada bulan Februari tahun 2014. Film ini diputar dalam acara nonton bersama yang diadakan oleh Pers Mahasiswa PIJAR, organisasi tempat ia bajar jurnalistik secara praktik selama kuliah.

Dokumen terkait