• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanah merupakan salah satu sumber daya alam utama yang berada di bumi dan memiliki pengaruh dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, karena dapat dijadikan sebagai tempat tinggal dan salah satu media pertumbuhan tanaman. Menurut Hanafiah (2005) tanah terbentuk melalui berbagai proses dan tahapan- tahapan yang panjang dan dalam jangka waktu yang sangat lama. Oleh karena itu, keadaan tanah harus selalu dijaga dan dilestarikan agar dapat selalu dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya, begitu juga dengan air dan udara yang berpengaruh dalam pembentukan maupun aktivitas dalam tanah.

Tanah terbentuk melalui disintegrasi dan dekompasisi dari batuan oleh proses fisika dan kimia. Proses pelapukan fisika ini berlangsung disebabkan pengembangan dan pengerutan akibat pemanasan dan pendinginan yang silih berganti, tekanan oleh pembekuan dan pencairan serta penetrasi akar. Adapun proses pelapukan kimia meliputi hidrasi, oksidasi dan reduksi, pelarutan dan penguraian. Selanjutnya dipengaruhi imobilisasi karena pengendapan atau pembuangan, penguapan atau pencucian dan berbagai reaksi pertukaran kimia- fisika. Akibatnya proses pelapukan fisika dan kimia terhadap batuan diatas terbentuklah suatu volume tanah yang terdiri dari bahan padat, cair dan gas. Fase padat dapat berupa bahan mineral atau organik (Lubis, 2015)

Sifat fisika tanah adalah sifat yang bertanggung jawab atas peredaran udara, suhu, air, dan zat terlarut melalui tanah. Sifat ini sangat beragam dalam tanah tropika. Beberapa sifat fisika tanah memang dapat berubah karena

pengolahan tanah. Banyak sifat fisika tanah memburuk akibat pengolahan tanah sehingga membuat tanah menjadi kurang lolos air dan lebih mudah hilang karena limpasan dan pengikisan (Sanchez, 1992).

Sifat kimia tanah adalah sifat tanah yang menjelaskan tentang ketersediaan unsur hara bagi tanaman, pergerakan dan penyerapan unsur hara dari tanah ke tanaman yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan tanaman, karakteristik dan jenis tanah. Setiap jenis tanah memiliki sifat tanah yang berbeda-beda. Misalnya tanah yang memiliki bahan organik organik tinggi warnanya akan lebih coklat hingga hitam dibandingkan tanah yang memiliki bahan organik yang rendah (Hanafiah, 2005).

Kajian tentang sifat fisikayang meliputi tekstur tanah, kerapatan massa tanah, kerapatan partikel tanah, porositas tanah, permeabilitas tanahdan sifat kimia tanah yang meliputi bahan organik tanah, kandungan nitrogen total dalam tanah, kandungan fosfat tersedia dalam tanahdan kandungan kalium tukar tanah pada lahan karet yang menggunakan beberapa jenis penutup tanah ini perlu untuk dikaji lebih lanjut mengingat banyaknya penutup tanah yang ada di lahan sangat mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya tanaman utama.

Karet adalah salah satu jenis tanaman perkebunan yang tumbuh subur di Indonesia. Sejak berabad-abad yang lalu, karet telah dikenal dan digunakan secara tradisional oleh penduduk asli di daerah asal karet yaitu Brasil-Amerika Selatan. Usaha perkebunan karet dimulai di daerah-daerah jajahan Eropa terutama Inggris dan Belanda dan pada tahun 1876 karet masuk ke kebun percobaan pertanian di Bogor. Tanaman karet adalah tanaman berumah satu yang memiliki bunga berbentuk majemuk yaitu bunga betina dan bunga jantan. Penyerbukan pada

tanaman karet dapat terjadi dengan penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang (Setyamidjaja, 1993).

Tanaman karet merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi indonesia. Di indonesia karet merupakan salah satu pertanian terkemuka karena banyak menunjang perekonomian negara. Hasil devisa yang diperoleh dari karet cukup besar. Bahkan, Indonesia menguasai produksi karet dunia dengan melibas negara-negara lain dan asal tanaman karet sendiri di Daratan Amerika Selatan. Menurut Nazaruddin dan Paimin (1993) Indonesia pernah mencapai puncaknya pada periode sebelum Perang Dunia II hingga tahun 1956. Pada masa itu Indonesia menjadi negara penghasil karet alam terbesar di dunia.

Sumatera dan Kalimantan adalah penghasil karet terbesar di indonesia dengan sentra produksi tersebar di Sumatera Selatan (668 ribu hektar), Sumatera Utara (465 ribu hektar, Jambi (444 ribu hektar), Riau (390 ribu hektar dan Kalimantan Barat (388 ribu hektar). Sementara Ulawesi Selatan adalah provinsi yang memiliki luas perkebunan karet terbesar di sulawesi yaitu sekitar 19 ribu hektar (Janudianto, dkk., 2013)

Salah satu perkebunan terbesar penghasil karet adalah PT. Perkebunan Nusantara III disingkat menjadi PTPN III (Persero) yang merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) perkebunan yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Kegiatan usaha perseroan mencakup usaha budidaya dan pengolahan tanaman kelapa sawit dan karet produk utama perseroan adalah Minyak Sawit (CPO) dan Inti Sawit (Kernel) dan produk hilir karet (PTPN III, 2014)

Perkebunan yang akan menjadi objek tempat penelitian adalah di perkebunan karet milik perusahaan BUMN yakni PT. Perkebunan Nusantara III Sarang Giting Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Dimana jarak perusahaan ini ± 112 km dari Medan berada antara 03°15′00″ LU dan 99°00′00″ BT dengan ketinggian ± 114 Meter diatas permukaan laut, dengan jenis tanahultisol, latosol, dan inceptisol topografi berbukit sampai dengan bergelombang. Pada budidaya tanaman perkebunan seperti kebun karet Sarang Giting, sebelum dilakukan penanaman utama di lapangan, biasanya lahan ditanami tanaman penutup tanah terlebih dahulu

(PTPN III, 2014)

Tanaman penutup tanah adalah tanaman yang khusus ditanam untuk melindungi tanah dari ancaman erosi serta memperbaiki sifat kimia dan fisik tanah. Tanaman penutup berfungsi untuk menahan dan mengurangi daya rusak butir-butir hujan dan aliran permukaan, sebagai sumber pupuk oraganik dan untuk menghindari dilakukannya penyiangan yang intensif. Penyiangan intensif dapat menyebabkan tergerusnya lapisan atas tanah. Untuk menghindari persaingan antara tanaman penutup dengan tanaman utama, dapat dilakukan penyiangan melingkar (ring weeding) (Dariah, 2005)

Hampir seluruh perkebunan karet di Indonesia menggunakan tanaman kacangan sebagai tanaman penutup tanah (legume cover crop). Tanaman kacangan yang umumnya digunakan di perkebunan adalah Calopogonium caeruleum (Cc), Campuran Pueraria (Pj), Calopogonium mucunoides (Cm), and Centrosema pubescensis (Cp), Arachis pintoi, M. Conchinensis, dan lain-lain. Penamanan kacangan perkebunan bertujuan untuk mengurangi erosi di

perkebunan tanah, meminimalisasi run off, memperkaya bahan organik tanah, menambat nitrogen (N2) dari udara, memperbaiki struktur tanah dan mengendalikan gulma (Nugroho, 2010)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sifat fisika dan kimia tanah pada lahan karet dengan beberapa jenis vegetasi yang tumbuh di kebun PTPN III Sarang Giting.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswayaitu sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh tanaman vegetasi terhadap sifat fisika dan kimia tanah.

3. Bagi masyarakat yaitu sebagai informasi mengenai sifat fisika dan kimia tanah pada lahan karet yang menggunakan beberapa jenis vegetasi yang tumbuh di kebun.

Karet Telah Menghasilkan dengan Beberapa Jenis Vegetasi yang Tumbuh Di Kebun PTPN III Sarang Giting, dibimbing oleh SUMONO dan ACHWIL PUTRA MUNIR

Sifat fisika dan kimia tanah merupakan faktor penting bagi pertumbuhan karet. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sifat fisika dan kimia tanah ultisol pada lahan karet dengan vegetasi paku harupat, rumput, keladi dan tanpa vegetasi di Kebun PTP. Nusantara III Sarang Giting. Parameter yang diamati meliputi tekstur tanah, porositas, kadar air kapasitas lapang, permeabilitas tanah, N-total, P tersedia dan K tukar tanah. Hasil penelitian menunjukkan jenis tanah di daerah penelitian adalah ultisol bertekstur liat berpasir, lempung liat berpasir, dan lempung berpasir dengan pH 4,55-4,69 (masam). Tanah dengan vegetasi mempunyai porositas berkisar 55,42-56,36 % pada kedalaman 5 cm dan 54,86-55,14 % pada kedalaman 25 cm, kadar air kapasitas lapang 37,9-49,9 % pada kedalaman 5 cm dan 35,1-47,5 % pada kedalaman 25 cm, permebilitas berkisar 3,40-4,72 cm/jam, N-total 0,07- 0,11 %, P tersedia 15,10-17,70 ppm, K tukar tanah 0,57-0,76 me/100g. Tanah tanpa vegetasi mempunyai porositas berkisar 55,42 % pada kedalaman 5 cm dan 54,86 % pada kedalaman 25 cm, kadar air kapasitas lapang 42,8 % pada kedalaman 5 cm dan 42,2 % pada kedalaman 25 cm, permebialitas berkisar 4,72 cm/jam, N-total 0,10 %, P tersedia 17,12 ppm, K tukar tanah 0,67 me/100g.

Kata Kunci: Fisika dan kimia tanah, vegetasi, kebun karet, ultisol

ABSTRACT

DONY ROMANOSA : The Study of Physical And Chemical Properties of Soil Ultisol The Rubber Land has Resulted In Some Type of Vegetation that Grows In PTPN III Sarang Giting, supervised by SUMONO and ACHWIL PUTRA MUNIR

Physical and chemical soil characteritics are important factors for the growth of rubber plant. This research was aimed to study physical and chemical soil characteritics of the rubber plant with vegetations of harupat spikes, grass, taro and no vegetation in PTP. Nusantara III Sarang Giting. The observed parameters were soil texture, porosity, water content of field capasity, soil permeability, total Nitrogen, available Phospate, and land Potassium exchange. The results showed that the soil type was ultisol, with sandy loam texture and pH of 4,55-4,69 (acid). The vegetation soil had porosity of 55,42-56,36 % at a depth of 5 cm and 54,86-55,14 % at a depth of 25 cm. The water content of field capacity was ranged from 37,9-49,9 % at a depth of 5 cm and 35,1-47,5 % at a depth of 25 cm. Permeability was ranged from 3,40-4,72 cm/h. Total N was 0,07-0,11 %. P available was ranged from 15,10-17,70 ppm. K exchange of land was ranged from 0,57-0,76 me/100g. The soil with no vegetation had porosity of 55,42 % at a depth of 5 cm and 54,86 % at a depth of 25 cm. The water content of field capacity was 42,8 % at a depth of 5 cm and 42,2 % at a depth of 25 cm. Permeability was 4,72 cm/h. Total N was 0,10 %. P available was 17,12 ppm. K exchange of land was 0,67 me/100g.

BEBERAPA JENIS VEGETASI YANG TUMBUH DI KEBUN

Dokumen terkait