• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

4. Kepemilikan Manajerial

1.1 Latar Belakang

Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi keuangan yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi. Menurut IAI (2011) tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja perusahaan, serta perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus memiliki karakteristik kualitatif yaitu dapat dipahami, relevan, memiliki keandalan, dan dapat diperbandingkan. Laporan yang berkualitas, terbebas dari rekayasa dan mengungkapkan informasi sesuai dengan fakta yang sebenarnya dibutuhkan dan digunakan oleh banyak pihak (Wicaksono, 2013).

Laporan keuangan yang berisi informasi keuangan disajikan dan disiapkan oleh manajemen suatu perusahaan yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari suatu kesatuan usaha dan dapat digunakan sebagai alat pertanggungjawaban dan komunikasi manajemen kepada pihak-pihak yang membutuhkannya. Dalam PSAK No.1 Revisi 2009 mengenai penyajian laporan keuangan , laporan keuangan yang lengkap terdiri dari beberapa komponen yaitu :

1. laporan posisi keuangan pada akhir periode 2. laporan laba rugi komprehensif selama periode

3. laporan perubahan ekuitas selama periode 4. laporan arus kas selama periode

5. catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya

6. laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.

Dari komponen-komponen tersebut, informasi yang paling sering menjadi perhatian para pemakai laporan keuangan untuk menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan adalah laporan laba rugi komperehensif yang berisi tentang jumlah laba yang dapat dicapai perusahaan dalam suatu periode akuntansi. Pihak yang paling tertarik untuk mengetahui informasi mengenai laba perusahaan selama periode berjalan adalah para pelaku pasar modal atau para investor yang akan membantu dalam pengambilan keputusan investasi dalam sebuah perusahaan.

Perhatian utama terhadap earnings power perusahaan yang dicerminkan angka laba perusahaan dan informasi yang tersaji pada laporan keuangan selalu dilakukan investor dalam memprediksi keadaan usaha pada masa yang akan datang dan mengambil keputusan ekonomis (Wicaksono, 2013). Apabila informasi keuangan yang tersaji dalam laporan keuangan tersebut bermanfaat dan sesuai yang dibutuhkan maka dapat menarik perhatian dan mendapatkan reaksi para pelaku modal atau investor.

Laporan keuangan harus disusun sedemikian rupa agar dapat membantu stakeholder dalam mengambil keputusan. Namun pada prakteknya seringkali laporan keuangan justru disalahgunakan oleh manajemen dengan melakukan manajemen laba. Fenomena tersebut yang menjadi alasan mengapa penelitian ini dilakukan.

Penelitian yang dilakukan oleh Man (2013) mengungkapkan bahwa manajemen laba merupakan penelitian yang penting karena manajemen laba dapat merusak kredibilitas laporan keuangan, yang memberikan informasi yang berguna bagi para pemangku kepentingan dalam pasar modal. Kebanyakan studi mengenai manajemen laba fokus pada dua jenis manajemen laba umum yaitu : akrual manajemen dan manipulasi kegiatan ekonomi riil.

Earning management tidak selalu dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dalam batasan Generally Accepted Accounting Principles (GAAP). Namun kebanyakan pihak eksternal campur tangan menyalahgunakan metode-metode akuntansi yang digunakan dan memanipulasi laporan keuangan dengan sengaja dalam batasan GAAP dengan tujuan lebih mengutamakan kepentingan dan keuntungan pribadinya terlebih dahulu.

Earning management terjadi apabila manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan dalam struktur transaksi untuk mengubah laporan keuangan guna menyesatkan pemegang saham mengenai prestasi ekonomi perusahaan atau mempengaruhi akibat-akibat perjanjian yang mempunyai kaitan

dengan angka-angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan (Healy & Wahlen , 1999). Adanya kecenderungan investor dan pihak – pihak berkepentingan lainnya yang berfokus pada informasi laba, memicu manajemen perusahaan melakukan disfunctional behaviour berupa tindakan manajemen laba (earnings management) atau manipulasi laba untuk menghasilkan laba yang dianggap normal bagi suatu perusahaan (Bartov,1993). Keadaan ini diperburuk dengan adanya kesenjangan informasi antara investor dengan manajemen, dimana manajemen mengetahui lebih banyak tentang keadaan perusahaan dan masalah-masalah di dalamnya dibandingkan dengan investor, kreditor atau pihak luar lainnya (Purnomo, 2009).

Menurut Scott (1997) dalam Wicaksono (2013) mengungkapkan bahwa praktik manajemen laba dapat dilakukan dengan pendekatan pemilihan metode akuntansi maupun rekayasa discretionary accrual. Pengukuran manajemen laba dilakukan dengan menggunakan proxy Discretionary Acrual (DA) dan dihitung dengan The Modified Jones Model. Discretionary Acrual adalah komponen akrual yang terdapat dalam kebijakan manajer, artinya manajer dapat memberikan intervensi dalam laporan keuangan.

Tindakan manajemen laba (earnings management) telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, Merck, World Com dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat. Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi. Kasus PT Lippo Tbk yaitu laporan keuangan per 30 September 2002 yang disampaikan ke publik pada 28 November

2002 disebutkan total aktiva perseroan Rp 24 triliun dan laba bersih Rp 98 miliar. Sedangkan dalam laporan ke BEJ pada 27 Desember 2002 total aktiva perusahaan berubah menjadi Rp 22,8 triliun rupiah (turun Rp 1,2 triliun) dan perusahaan merugi bersih Rp1,3 triliun. Manajemen beralasan perbedaan itu terjadi karena ada penurunan aset yang diambil alih atau foreclosed asset dari Rp 2,393 triliun menjadi Rp 1,420 triliun. Akibatnya pada keseluruhan neraca terjadi penurunan tingkat kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) dari 24,77 menjadi 4,23%. Namun beberapa pihak menduga perbedaan laporan keuangan terjadi karena ada manipulasi yang dilakukan manajemen.

PT Kimia Farma merupakan salah satu perusahaan Manufaktur di Indonesia. PT Kimia Farma Tbk tahun 2001 diduga melakukan mark up laba bersih dalam laporan keuangan tahun 2001. Dalam laporan tersebut Kimia Farma menghasilkan laba sebesar Rp 132 miliar. Setelah diperiksa kembali Kimia Farma hanya memperoleh laba sebesar Rp 99 miliar. Kesalahan penyajian berkaitan dengan persediaan dan penjualan. Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Salah satu penyebab kasus-kasus skandal tersebut adalah kurangnya penerapan corporate governance. Agency theory memberikan gambaran bahwa masalah earnings management dapat dieliminasi dengan

pengawasan sendiri melalui good corporate governance (Iqbal dan Fachriah, 2007).

Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan (Rahmawati, 2013). Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Corporate governance dapat didefinisikan sebagai susunan aturan yang menentukan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan stakeholder internal dan eksternal yang lain sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya (FCGI, 2003).

Good Corporate governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja. Kinerja keuangan ini dapat di ukur oleh faktor keberadaan manajemen laba dan mekanisme dalam pengelolaan perusahaan (corporate governance mechanism). Mekanisme tersebut meliputi : (1) proporsi dewan komisaris independen, (2) kepemilikan institusional, dan (3) kepemilikan manajerial serta (4) komite audit.

Menurut Meutia (2004) menyatakan bahwa manajemen laba merupakan usaha pihak manajer yang disengaja untuk mengatur laporan keuangan dalam batasan yang diperbolehkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dengan tujuan untuk menunjukkan informasi yang kesannya baik bagi para pengguna laporan

keuangan untuk kepentingan pihak manajer. Manajer adalah pelaku utama earning management.

Menurut Isnugrahadi dan Kusuma (2009), salah satu kunci keberhasilan sebuah perusahaan adalah memiliki manajer yang cakap. Stakeholder tentu menginginkan perusahaannya dikelola oleh manajer yang memiliki kemampuan dalam mendesain proses bisnis yang efisien dan mampu membuat keputusan-keputusan andal dan tepat yang memberi nilai tambah bagi perusahaan. .

Earnings management dilakukan oleh manajer dengan merekayasa laba perusahaan menjadi lebih tinggi, rendah ataupun sama selama beberapa periode dengan cara memanfaatkan fakta terkait kelemahan yaitu fleksibilitas penentuan kebijakan dalam menyusun laporan keuangan. Menurut Demerjian et al (2012) manajer yang cakap adalah manajer yang mampu mengambil dan menerapkan keputusan-keputusan yang dapat mengantarkan perusahaan ke tingkat efisiensi yang tinggi.

Tingkat intelegensia, pendidikan yang tinggi, dan pengalaman manajer mengisyaratkan manajer menguasai dan memahami prosedur dan metode akuntansi yang bisa atau tidak bisa digunakan dalam menyusun laporan keuangan (Wicaksono, 2013). Dalam penyusunan laporan keuangan, semakin cakap seorang manajer maka akan semakin mungkin dan mudah untuk mengambil keputusan dalam rangka melakukan manajemen laba serta keputusan – keputusan yang terkait aktivitas perusahaan.

Berbeda dengan yang dikatakan oleh Salvatore (2005:17) dalam Septiana (2013) bahwa laba adalah ganjaran dari efisiensi, dengan memiliki manajer yang

cakap, maka perusahaan akan mampu menghasilkan laba yang optimal. Oleh karena itu dalam mencapai kesuksesan perusahaan, manajer yang cakap tidak perlu melakukan manajemen laba untuk mencapai target yang ditentukan perusahaan. Manajer yang cakap akan lebih mempertimbangkan untuk terus meningkatkan kualitas kinerjanya dengan menggunakan sumber daya secara tepat dan optimal yang selanjutnya akan memberi nilai tambah bagi perusahaan, daripada harus melakukan manajemen laba yang berisiko menurunkan nilai perusahaan yang pada akhirnya gagal mempertahankan kepercayaan publik dan stakeholder.

Tindakan manajer dalam melakukan manajemen laba akan memberikan dampak secara langsung terhadap kualitas laba. Laba yang tidak dilaporkan sesuai dengan fakta yang terjadi dapat diragukan kualitasnya. Apabila kualitas laba dari suatu perusahaan berkurang dalam suatu periode akuntansi, dapat mengakibatkan nilai perusahaan akan berkurang. Nilai perusahaan yang semakin rendah akan berdampak secara langsung terhadap berkurangnya minat para pelaku pasar modal atau para investor dalam melakukan investasi untuk perusahaan tersebut. Demikian sebaliknya, dengan tingginya nilai perusahaan maka nilai investasi di masa yang akan datang juga akan semakin tinggi.

Menurut Haruman (2008) menyatakan bahwa nilai perusahaan yang tinggi dapat meningkatkan kemakmuran bagi para pemegang saham, sehingga para pemegang saham akan menginvestasikan modalnya kepada perusahaan tersebut. Saat ini, perusahaan tidak hanya berfokus pada bagaimana perusahaan untuk

menghasilkan laba melainkan juga bagaimana perusahaan meningkatkan nilai perusahaan.

Menurut Myers (1977) Investment opportunity set memberikan petunjuk yang lebih luas dimana nilai perusahaan sebagai tujuan utama tergantung pada pengeluaran perusahaan di masa yang akan datang. Investment Opportunity Set adalah tersedianya alternatif investasi di masa datang bagi perusahaan. IOS merupakan suatu keputusan investasi yang merupakan bentuk kombinasi antara aktiva yang dimiliki (assets in place) dan pilihan investasi dimasa yang akan datang. Investment Opportunity Set (IOS) merupakan proksi kombinasi dari pertumbuhan perusahaan (Smith dan Watts, 1986). Nilai IOS dihitung dengan kombinasi dari berbagi jenis proksi yang menggambarkan nilai aktiva ditempat dan nilai kesempatan tumbuh perusahaan dimasa depan (yang digambarkan berupa nilai pasar). IOS merupakan kombinasi dari nilai aktiva ditempat dan nilai kesempatan dimasa depan.

Pada dasarnya tugas manajer keuangan perusahaan adalah berusaha mencari keseimbangan finansial neraca yang dibutuhkan serta mencari susunan kualitatif neraca tersebut dengan sebaik - baiknya. Kebutuhan akan modal sangat penting dalam membangun dan menjamin kelangsungan perusahaan selain faktor pendukung lainnya. Struktur modal dalam perusahaan harus dapat dibedakan dengan struktur keuangan. Struktur keuangan menyatakan bagaimana harta perusahaan dibiayai. Oleh karena itu struktur keuangan adalah keseluruhan yang terdapat di dalam neraca sebelah kredit. Pada neraca sebelah kredit terdapat hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek,dan modal sendiri (ekuitas)

baik jangka panjang maupun jangka pendek. Jadi, struktur keuangan mencakup semua pembelanjaan baik jangka panjang maupun jangka pendek. Sebaliknya struktur modal hanya menyangkut pembelanjaan jangka panjang saja, tidak termasuk pembelanjaan jangka pendek.

Weston dan Copeland (1992) memberikan definisi struktur modal sebagai pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus modal dan akumulasi modal ditahan. Bila perusahaan memiliki saham preferen, maka saham tersebut akan ditambahkan pada modal pemegang saham. Struktur modal perusahaan menggambarkan perbandingan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan. Ada 2 macam tipe modal yaitu modal hutang (debt capital) dan modal sendiri (equity capital). Tetapi dalam kaitannya dengan struktur modal, jenis modal hutang yang diperhitungkan hanya hutang jangka panjang.

Dalam penelitian ini kecakapan manajerial, investment opportunity set, dan struktur modal diuji pengaruhnya terhadap praktik manajemen laba serta digunakan pula variabel struktur corporate governance yang terdiri dari empat mekanisme yang meliputi : (1) proporsi dewan komisaris independen, (2) kepemilikan institusional, dan (3) kepemilikan manajerial serta (4) komite audit sebagai variabel pemoderasi untuk diuji perannya dalam memoderasi pengaruh kecakapan manajerial, investment opportunity set, dan struktur modal terhadap praktik manajemen laba. Corporate governance dipilih menjadi variabel

pemoderasi karena corporate governance menjadi bagian dari sistem yang mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan.

Penelitian mengenai manajemen laba telah banyak dilakukan. Septiana (2013) meneliti hubungan manajemen laba dengan kecakapan manajerial. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa manajemen laba tidak dipengaruhi oleh kecakapan manajerial dimana tingkat efisiensi yang tinggi tidak dapat menjamin bahwa manajer tidak akan melakukan praktek manajemen laba. Berbeda dengan penelitian Isnugrahadi (2013) yang menyimpulkan bahwa kecakapan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Selain variabel kecakapan manajerial, investment opportunity set juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi manajemen laba. Hal ini didukung dengan penelitian Warianto (2013) menyimpulkan bahwa variabel Investment Opportunity Set berpengaruh positif signifikan terhadap discretionary accruals yang merupakan pengukuran yang digunakan dalam mencari manajemen laba. Sedangkan penelitian Wah (2009) menyimpulkan bahwa Investment Opportunity Set berpengaruh negatif tehadap manajemen laba. Man (2013) menyimpulkan bahwa Good Corporate Governance dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan tingkat manajemen laba. Wicaksono (2013) juga meneliti hubungan kecakapan manajerial dan manajemen laba dengan corporate governance sebagai pemoderasi. Penelitian ini meyimpulkan bahwa corporate governance tidak dapat memoderasi pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba.

Penelitian ini merupakan replika dari penelitian Wicaksono (2013) yang

Dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Tahun 2009-2011 Di BEI)”. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu peneliti menambah beberapa variabel independen yaitu Pertumbuhan Penjualan dan Pertumbuhan Aset. Alasan peneliti menambahkan variabel tersebut adalah untuk membuktikan apakah variabel tersebut berpengaruh terhadap manajemen laba dan hubungan antar variabel tersebut dapat dimoderasi oleh Corporate Governance. Perbedaan yang lain yaitu menggunakan data laporan tahunan perusahaan manufaktur periode 2012-2014. Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu melalui website www.idx.com.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka topik penelitian ini berjudul : “ Pengaruh Kecakapan Manajerial, Investment Opportunity Set, Struktur Modal, Pertumbuhan penjualan, dan Pertumbuhan Aset terhadap Earning Management dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah kecakapan manajerial, investment opportunity set, struktur modal, pertumbuhan penjualan, dan pertumbuhan aset berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap earning management?

2. Apakah corporate governance berperan dalam memoderasi pengaruh kecakapan manajerial, investment opportunity set, struktur modal, pertumbuhan penjualan, dan pertumbuhan aset terhadap earning management?

Dokumen terkait