• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada umumnya, pertanian itu di identikkan dengan daerah pedesaan. Karena pertanian di Indonesia sebagian besar hanya ditemukan pada daerah pedesaan. Eratnya kaitan antara eksistensi desa dan pertanian ini menyebabkan orang cenderung mengidentifikasikan desa dengan pertanian dan menyatakan bahwa masyarakat desa adalah petani dan petani adalah masyarakat desa. Bukan hanya itu, mayoritas masyarakat desa juga mendapatkan penghasilan dari bertani. Maka diperlukan pembangunan pertanian karena hasil ini dapat meningkatkan mutu makanan penduduk dan kesejahteraan petani.

Desa sendiri menurut Undang-Undang No 6 Tahun 2014 adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan Petani adalah orang yang melakukan cocok tanam dari lahan pertaniannya atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatan itu (Anwas,1992:34)1

Dalam proses pembangunan pertanian pada hakikatnya adalah upaya mencapai taraf petani yang lebih berkualitas sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku. Sekarang ini, proses pembangunan pertanian telah sampai pada tahap

.

1

yang mensyaratkan adanya partisipasi petani yang lebih besar agar tujuan pembangunan pertanian tercapai. Dalam proses pembangunan pertanian yang berhasil peranan penyuluhan pertanian sangat besar, sehingga penyuluh pertanian disebut sebagai ujung tombak pembangunan pertanian (Mardikanto, 2003:151)2

Suatu pembangunan akan tepat mengenai sasaran, terlaksana dengan baik dan dimanfaatkan hasilnya apabila pembangunan yang dilakukan tersebut benar-benar memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Begitu pula dengan halnya pembangunan pertanian. Untuk memungkinkan hal itu terjadi, umumnya pembangunan pertanian mutlak diperlukan penyuluhan dan pemberdayaan kelompok tani mulai dari keikutsertaan dalam perencanaan sampai pada hasil akhir dari pembangunan pertanian di desa tersebut. Pembangunan pertanian tidak terlepas dari peran serta dari seluruh masyarakat atau kelompok tani diwilayah tersebut, sehingga kinerja seorang kepala desa sebagai kepala pemerintahan desa harus dapat menjalankan tugas pokok memimpin dan mengkoordinasikan pemerintah desa dalam melaksanakan segala urusan yang berhubungan dengan pembangunan desa baik pembangunan masyarakat maupun pembangunan perekonomian desa.

. Selain penyuluhan pemberdayaan kelompok tani juga membantu pembangunan pertanian. Ini juga dihubungkan dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa membuat kebijakan tentang desa dalam memberi pelayanan, peningkatan peran serta dan pemberdayaan masyarakat desa yang ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat ini juga dimaksudkan juga pada petani di desa.

2

Undang-Undang No 6 Tahun 2014 menyatakan, bahwa Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini berarti pemerintah memiliki tanggung jawab terhadap desa yang akan dibangunnya.Termasuk pada sektor pertanian tersebut. Akan tetapi dengan segala upaya yang diberikan oleh pemerintah desa terhadap sektor pertanian, ternyata masih ada beberapa hal yang belum terealisasi sepenuhnya. Misalnya saja seperti hal pemberdayaan masyarakat tani.

Pada saat ini, kualitas sumber daya manusia yang bekerja pada sektor pertanian masih dapat dikatakan rendah. Dilihat dari tingkat pendidikan mereka yang masih rendah dan jarang memiliki pengetahuan dalam bidang pertanian yang dapat dikatakan cukup. Banyak persoalan yang dihadapi oleh para petani, mulai dari produksi, pemasaran maupun masalah sosial didalam kehidupannya sehari-hari. Kemampuan yang dimiliki sebagaian masyarakat tani tidak siap dengan segala kebutuhan, dimana segala sesuatu harus tersedia secara cepat dan tepat. Namun inilah kenyataan yang masih terjadi dikalangan petani, sehingga keterbelakangan dan kemiskinan masih menyelimuti kehidupan mereka. hal tersebut bukan oleh kinerja mereka yang belum maksimal, tetapi oleh karena beberapa sebab misalnya terbatasnya kesempatan mereka untuk bisa mengakses informasi tentang pertanian, kurangnya penyuluh-penyuluh tentang bagaimana mengelola lahan serta bercocok tanam yang produktif.

Pemberdayaan kelompok tani atau petani merupakan konsep yang dikembangkan untuk memperkuat kemandirian petani. Dimana pemberdayaan kelompok tani meliputi peningkatan pengetahuan dan kemampuan petani melalui

penyuluh dan pelatihan, pengembangan jaringan usaha melalui kerjasama, koordinasi dan komunikasi serta peningkatan peran pembinaan melalui motivasi, fasilitasi dan bimbingan teknis. Kelompok tani merupakan kelembagaan (institusi) non-formal dipedesaan yang beranggotakan petani-petani yang mempunyai kepentingan sama, yakni meningkatkan produksi pertanian dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya (Kartasapoetra, 1994 : 71)3

3

A. G Kartasapoetra dan M. M. Sutedjo, Teknologi Pengairan Pertanian Irigasi, Bumi Aksara, Jakarta : 1994. Hlm.71

.

Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor

82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani Pembinaan kelembagaan petani perlu dilakukan secara berkesinambungan, diarahkan pada perubahan pola pikir petani dalam menerapkan sistem agribisnis. Pembinaan kelembagaan petani juga diarahkan untuk menumbuhkembangkan poktan dan gapoktan dalam menjalankan fungsinya, serta meningkatkan kapasitas poktan dan gapoktan melalui pengembangan kerjasama dalam bentuk jejaring dan kemitraan.

Kelompok tani sangat berperan dalam menjembatani dan menterjemahkan program-program pemerintah dibidang peningkatan produksi pertanian. Dengan demikian, pembinaan kelompok tani dipedesaan merupakan hal penting dalam rangka membangkitkan, mengembangkan dinamika dan kemandirian kelompok tani di pedesaan. Dalam hal ini kelompok tani merupakan kumpulan petani-petani yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian untuk bekerjasama meningkatkan produktivitas usaha tani dan kesejahteraan anggotanya.

Untuk mewujudkan kelompok tani yang efektif peran pemerintah lebih kepada pihak mengembangkan kepemimpinan lokal terutama wawasan ekonomi, dan wawasan keorganisasian, karena pemimpinan tersebut telah memiliki energi sosial dan kemampuan menejemen kelompok informal dan lokal yang efektif, selain itu peran pemerintah lebih ditekankan pada pengembangan kompetensi anggota yang lebih beriorientasi kepada pengembangan sumber daya manusia. Untuk mengembangkan kepemimpinan lokal yang efektif harus memenuhi empat syarat yaitu terpercaya, kompeten, komunikatif dan memiliki komitmen kerjasama yang tinggi dalam pengembangan kelompok untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan anggotanya secara berkeadilan serta mampu meningkatkan kinerja dan dinamika kelompok tani (Karsidi, 2001 : 23)4

Desa Kepala Sungai terletak di daerah Kabupaten Langkat Sumatera Utara yang memiliki luas daerah 946 hektar dan terdiri dari 11 Dusun yang 3 diantaranya adalah hasil dari pemekaran. Penduduk Desa Kepala Sungai terdiri dari 5375 yang tersebar di dusun-dusun tersebut. Desa Kepala Sungai sendiri merupakan desa yang mayoritas masyarakatnya berpenghasilan dari sektor pertanian. Ini terlihat dari keadaan ekonomi desa yang menunjukan bahwa pendapatan penduduk Desa Kepala Sungai 88,5% berasal dari bertani dan memiliki 10 kelompok tani yang tersebar di beberapa Dusun Desa Kepala Sungai. Bahkan pemerintah desanya membuat rancangan perencanaan pembangunan desanya yang tertuang pada RPJMDes priode 2015-2020 dalam hal anggaran hampir ±30% di utamakan untuk sektor pertanian. Itu dikarenakan masyarakat

.

4

Ravik Karsidi, Paradigma Baru Penyuluhan Pembangunan dalam Pemberdayaan

Masyarakat. Dalam Pambudy dan A.K.Adhy (ed.): Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Menuju Terwujudnya Masyarakat Madani, Pustaka Wirausaha Muda, Bogor : 2001. Hlm.23

Desa Kepala Sungai yang sebagian besar bertani ikut turut menyumbangkan ide pada saat Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (MUSRENBANGDes) Kepala Sungai.

Selain itu, dengan adanya kegiatan pemberdayaan kelompok tani yang rutin terselenggara di Desa Kepala Sungai juga menunjukan adanya dominasi sektor pertanian di desa ini. Akan tetapi walaupun demikian sektor pertanian di Desa Kepala Sungai tidak luput dari berbagai macam kekurangan yang masih menjadi kendala untuk sektor pertanian di desa tersebut agar menjadi lebih baik demi kemajuan Desa Kepala Sungai yang masyarakatnya dominan berpenghasilan dari bertani. Kegiatan Pemberdayaan Kelompok Tani tersebut diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Langkat yang kemudian di wakili oleh PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) dan seluruh kelompok tani yang ada di Desa Kepala Sungai. Lalu seperti apa kegiatan pemberdayaan kelompok tani yang di laksanakan di Di Desa Kepala Sungai? Apakah ada perubahan antara sebelum dan setelah adanya kegiatan pemberdayaan kelompok tani itu? Dan bagaimana peranan dari pemerintah desa terhadap pemberdayaan kelompok tani tersebut?

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Peranan Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani (Studi Kasus Pada Desa Kepala Sungai Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat)”.

Dokumen terkait