• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani (Studi Kasus Pada Desa Kepala Sungai Kecamatan Secanggang Langkat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani (Studi Kasus Pada Desa Kepala Sungai Kecamatan Secanggang Langkat)"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Anwas, Adiwilaga. 1992. Pengantar Ilmu Pertanian. Jakarta: Rineke Cipta. Bahri, S. 2008. Beberapa Aspek Keamanan Pangan Asal Ternak di Indonesia.

Bogor: Balai Besar Penelitian Veteriner.

Baratha, I Nyoman. 1982. Desa, Masyarakat Desa dan Pembangunan Desa. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Departemen Pertanian. 2000. Pedoman Umum Proyek Ketahanan Pangan. Jakarta.

Karsidi, Ravik. 2001. Paradigma Baru Penyuluhan Pembangunan dalam

Pemberdayaan Masyarakat. Dalam Pambudy dan A.K.Adhy (ed.):

Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Menuju Terwujudnya Masyarakat

Madani. Bogor: Pustaka Wirausaha Muda.

Kartasapoetra, A.G dan Misdyanti. 1993. Fungsi Pemerintah Daerah Dalam

Pembuatan Peraturan Daerah. Jakarta: Bumi Aksara.

Kartasapoetra, A. G dan M. M. Sutedjo. 1994. Teknologi Pengairan Pertanian

Irigasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Komarudin. 1994. Ensiklopedia Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. Mardikanto, T. 2003. Redefinisi Penyuluhan. Jakarta: Penerbit Puspa.

Mulyana,Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari.1990. Administrasi Personel untuk Peningkatan Produktivitas

Kerja.Jakarta : Haji Mas Agung.

Nawawi, Hadari. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press.

Rachmadi dan Lexy J. Moleong, 2011. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi

Revisi). Bandung: Remaja Rosda Karya.

(2)

Rakhmat, J. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sastraatmadja, E. 1993. Penyuluhan Pertanian Falsafah, Masalah dan Srategi. Bandung: Alumni.

Silalahi, Ulbert. 2006. Studi Tentang Ilmu Administrasi Konsep, Teori dan

Dimensi. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi.1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum Cet ke-3. Jakarta: UI Press.

Soekanto, Soerjono. 2002. Teori Peranan. Jakarta: Bumi Aksara.

Soetomo. 2006. Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: CV.Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: CV.Alfabeta.

Sulistiyani, A.T. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Jogjakarta: Gava Media.

Sunardjo, R.H. Unang. 1984. Pemerintahan Desa dan Kelurahan. Bandung: Tarsito.

Suparjan, dan Hempri Suyatno. 2003. Pengembangan Masyarakat: Dari

Pembangunan Sampai Pemberdayaan. Yogyakarta: Aditya Media.

Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial : Berbagai

Altenatif Pendekatan. Jakarta : Prenada Media.

Winarni, Tri. 1998. Memahami Pemberdyaan Masyarakat Desa Partisipatif

dalam Orientasi Pembangunan Masyarakat Desa menyongsong abad 21:

(3)

Wahyuni, Sri. 2003. Kinerja Kelompok Tani Dalam Sistem Usaha Tani Padi dan

Metode Pemberdayaannya. Bogor: Jurnal Litbang Pertanian.

Sumber Undang-Undang :

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani

Undang-Undang No.6 Tahun 2014 Tentang Desa

Sumber Internet :

http://perundangan.pertanian.go.id/admin/file/Permentan%20No.82%20Tahun%2 02013.pdf di akses pada tanggal 16 November 2015 pukul 13.40 WIB

(4)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Peta Desa

Desa Kepala Sungai merupakan desa yang ditemui pertama kali saat memasuki kecamatan secanggang. Dimana desa tersebut memiliki 11 dusun yang sudah tersedia pada tabel berikut ini.

Gambar 3.1 Peta Desa Kepala Sungai

Sumber: RPJM Desa Kepala Sungai Tahun 2015 – 2020

3.2 Demografi

Desa Kepala Sungai yang terbentuk 11 Dusun dan memiliki luas 946 hektar yang terdiri dari :

(5)

3. Tanah Pemukiman, Pekarangan : 146 Hektar 4. Tanah Lainya : 15 Hektar

Desa Kepala Sungai masuk dalam wilayah Kecamatan Secanggang Kabupaten langkat Provinsi Sumatera Utara. Berjarak ±10 Km dari Kantor Pusat Adminitrasi Kecamatan Secanggang, dan berjarak ±8 Km dari Kantor Adminitrasi Bupati Kabupaten Langkat.

Dengan batas - batas sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan - Desa Suka Mulia, Kecamatan Secanggang - Desa Teluk, Kecamatan Secanggang - Desa Perkotaan, Kecamatan Secanggang 2. Sebelah Timur berbatasan - Desa Karang Anyar, Kecamatan

Secanggang

3. Sebelah Selatan berbatasan - Desa Ara Condong, Kecamatan Stabat - Desa Kwala Begumit, Kecamatan Stabat 4. Sebalah Barat berbatasan - Sungai Wampu, Kecamatan Stabat

Desa kepala sungai terletak pada ketinggian ± 6 – 8 Meter dari permukaan air laut. Dari data diatas menunjukkan bahwa sebagian luas wilayah Desa Kepala Sungai kecamatan Secanggang memiliki potensi dalam sektor pertanian, dimana dari luas wilayah tersebut menunjukkan bahwa desa Kepala Sungai didominasi oleh wilayah tanah sawah tada hujan dan tanah pertanian bukan sawah.

3.3 Kondisi Desa

(6)

Desa diseluruh Indonesia yang masih tertinggal dan miskin. Pendapatan asli daerah ditopang dari pemasukan dana dari surat menyurat yang dikeluarkan dari kantor desa, sedangkan pendapatan lainya diperoleh dari bantuan dana Pemerintah Daerah Kabupaten atau Dana Pemerintah Provinsi. Minimnya dana yang dikelola oleh Desa Kepala Sungai, Kecamatan Secanggang yang menyebabkan Desa Kepala Sungai sangat sulit untuk mengembangkan infrastruktur seperti jalan, jembatan dan pengembang dibidang ekonomi, bidang pertanian, bidang perternakan, pembinaan sumber daya manusia untuk ditingkatkan menjadi sumberdaya manusia yang berkualitas. Apalagi Indonesia sudah mencanangkan kerjasama antar Negara-Negara ASEAN tahun 2015 tentang perdagangan bebas antara Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), maka dari itu sebagai masyarakat desa harus siap dan bangkit untuk mengejar ketertinggalan ini.

3.4 Sejarah Desa

Desa Kepala Sungai salah satu desa yang terletak di Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat dan Desa yang sudah berdiri sejak jaman Belanda akan tetapi kepastinya belum diketahui. Nama Kepala Sungai diambil dari sungai yang membelah desa dari Sungai Wampu sampai Ke Sungai Bengkel dan Masyarakat banyak tinggal Hulu Sungai Yang membelah Desa. Sebagai desa induk yang dimekarkan sejak Tahun 2002 dan menjadi dua desa yaitu :

1. Desa Kepala Sungai 2. Desa Karang Anyar

(7)

masih kurang berkembang. Masyarakat Desa Kepala Sungai ingin meningkatkan taraf kehidupan yang lebih baik dan mencapai masyarakat yang adil dan makmur.

Desa Kepala Sungai yang sudah terbentuk dan berdiri sejak jaman penjajahan dan jaman kemerdekaan yang dipimpin dari masa orde lama, orde baru, masa transisi dan masa reformasi sampai sekarang dan sudah dipimpin oleh 10 (sepuluh) Kepala Desa yaitu :

1. Tengku Pen (Penghulu Kampung) 2. Tengku Mahdin (Penghulu Kampung) 3. Muin (Penghulu Kampung)

4. Maskun (Penghulu Kampung) 5. Ariyanto (Kepala Desa)

6. Ngaliman Joni (Pelaksana Tugas) 7. Saifudin (Kepala Desa)

8. Jemarun (Kepala Desa) 9. Suhedi (Kepala Desa)

10.Sukarman (Pelaksana Tugas) 11.Masriadi (Kepala Desa)

3.5 Keadaan Tanah

Status kepemilikan tanah Di Desa Kepala Sungai Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat adalah sebagai berikut :

(8)

3.6 Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk Desa Kepala Sungai Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Komposisi Penduduk Desa Kepala Sungai

NO. NAMA DUSUN JUMLAH KK JUMLAH PENDUDUK

LK PR JUMLAH

1 Dusun I Kampung Nangka 132 251 243 494

2 Dusun II A Suka Ramai 145 263 248 511

3 Dusun II B Suka Ramai 123 110 129 239

4 Dusun Sukaramai Tengah 109 107 180 287

5 Dusun III Kayu Lima 120 240 202 442

6 Dusun IV A Paya Kangkung 215 341 350 691 7 Dusun IV B Paya Kangkung 105 157 142 229

8 Dusun V Tebasan 187 331 395 726

9 Dusun VI A Sei Cabang Kiri 150 283 248 531 10 Dusun VI A Sei Cabang Kiri 114 214 223 437 11 Dusun VII Sei Cabang Kiri 182 360 358 718

JUMLAH 1582 2657 2718 5375

Sumber: RPJM Desa Kepala Sungai Tahun 2015 – 2020

Dari data di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk secara keseluruhan 5375 jiwa yang tersebar di 11 dusun, berasal dari 1582 KK, yang terdiri dari 2657 jumlah penduduk laki-laki dan 2718 penduduk perempuan.

3.7 Keadaan Sosial

(9)

Penduduk Desa Kepala Sungai terdiri berbagai etnis seperti :

1. Etnis Jawa : ± 51,7 %

2. Etnis Melayu : ± 38,3 %

3. Banjar Kalimantan : ± 5,5 %

4. Dan suku-suku lainya yang terdiri dari Batak Karo, Batak Mandailing, Padang Warga keturanan Cina, Banten : ± 4,5 %

Berbagai suku dan agama hidup di sekitar Desa Kepala Sungai Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat semuanya hidup berdampingan damai dan saling menghargai satu sama lainya walaupun mereka memiliki latar belakang agama dan suku yang berbeda. Pemerintah Desa dan penduduk desa selalu menanamkan Budaya Gotong Royong dan saling menghargai satu sama lainya dan menjunjung nilai-nilai agama dan kebudayaan yang dianut.

3.8 Keadaan Ekonomi

Desa Kepala Sungai mayoritas penduduknya adalah seorang Petani, Pekebun, dan ada juga yang sebagai Peternak, Pedagang, Buruh harian Lepas, PNS, TNI, POLRI, Karyawan Swasta, Tenaga Honorer, Pekerja Bangunan, Pengerajin Batu Bata dan Home Industri.

1. Ada 88,5 % penduduk Desa Kepala Sungai Petani 1) Petani/Berternak : ± 25,5 % 2) Petani/Pengerajin batu bata ada : ± 27,5 % 3) Petani/Pekebun : ±12 %

(10)

2. Peternak ada sekitar : ±0,5 % 3. TNI, POLRI dan PNS : ± 0,5 %

4. Home Industri : ± 1 %

5. Pengeraji Batu Bata : ± 5 %

6. Padagang : ± 1,5 %

7. Pekerja Bangunan : ± 2 % 8. Tenaga Honorer : ± 0,3 % 9. Kariyawan Swasta : ±0,7 %

Dari data diatas menunjukkan sebagian besar masyarakat desa Kepala Sungai bermata pencaharian sebagai petani.

3.9 Kondisi Pemerintahan Desa

Keadan atau kondisi Pemerintahan Desa Kepala Sungai saat ini sangat baik antara Perangkat Desa dan Lembaga Desa lainya termasuk hubungan dengan masyarakat yang ada di Desa Kepala Sungai, Perangkat Desa, Lembaga Desa, Organisasi Kemasyarakatan, saling kerjasama dan mendukung program yang sifatnya membangun untuk kemajuan Desa.

3.9.1 Pembagian Wilayah

(11)

1. Dusun I Kampung Nangka 2. Dusun II A Suka Ramai 3. Dusun II B Suka Ramai 4. Dusun III Kayu Lima

5. Dusun IV A Paya Kangkung 6. Dusun V Tebasan

7. Dusun VI A Sei Cabang Kiri 8. Dusun VII Sei Cabang Kiri

9. Dusun Sukaramai Tengah (Pemekaran Tahun 2010) 10.Dusun IV B Paya Kangkung (Pemekaran Tahun 2010) 11.Dusun VI B Sei Cabang Kiri (Pemekaran Tahun 2010)

(12)

3.9.2 Struktur Organisasi Pemerintah Desa

Gambar 3.2 Struktur Pemerintah Desa Kepala Sungai

Sumber : RPJM Desa Kepala Sungai Tahun 2015-2020

1. Susunan Pemerintahan Desa Kepala Sungai

Tabel 3.2 Susunan Pemerintahan Desa Kepala Sungai

NO JABATAN NAMA USIA PENDIDIKAN

1 Kepala Desa Masriadi 41 SLTA

2 Sekeretaris Desa Purwanto 40 D3

3 Kaur Pemerintahan Hidayah 44 S1

4 Kaur Pembangunan Tegu 47 SLTA

5 Kaur Kesra Rohbania 32 SLTA

6 Kaur Keuangan Susila Wardani 24 SLTA

Kepala Desa

Sekertaris Desa

KAUR Pembangunan KAUR Kesejahteraan

Rakyat

KAUR Pemerintahan Bendahara

Dusun I Kampung

Nangka

Dusun IV A Paya Kangkung

Dusun II A

Sukaramai

Dusun IV B Paya Kangkung

Dusun II B

Sukaramai Dusun V Tebasan Dusun VII Sei Cabang Kiri Dusun Sukaramai Tengah

Dusun VI A Sei Cabang

Kiri

Dusun III

Kayu Lima

Dusun VI B Sei Cabang

(13)

7 Kadus I Kampung Nangka Rusly 54 SLTA 8 Kadus II A Suka Ramai H. Zakaria 73 SMP

9 Kadus II B Suka Ramai Saimin 60 SMP

10 Kadus Sukaramai Tengah Fakharuddin 34 SMP 11 Kadus III Kayu Lima M. Rahmad Edi 44 SLTA

12 Kadus IV A PayaKangkung Kami 51 SLTA

13 Kadus IV B Paya Kangkung Legiman L 54 SMP

14 Kadus V Tebasan Rusli 56 SMP

15 Kadus VI A Sei Cabang Kiri Suwardi 51 SLTA 16 Kadus VI B Sei Cabang Kiri Mesno 30 SLTA 17 Kadus VII Sei Cabang kiri Sagimin 59 SMP

Sumber : RPJM Desa Kepala Sungai Tahun 2015-2020

2. Susunan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Kepala Sungai 1) Ketua : M. Kasir

2) Wakil Ketua : Ahmad Helmi. SH 3) Sekeretaris : Zulkifli Simorangkir 4) Anggota : Pariono

Misliadi Hafizan Suriono Iyo Sinambela Suherman

3. Susunan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) Desa Kepala Sungai

(14)

4) Bendahara : Lili Purweni 5) Anggota : 1. Suwandi

2. Salomah 3. Darji

4. Anton Wihana 5. Sri Amin 6. Sugiman 7. Parida 8. Afifuddin 9. Musa Faun 10.Mushat Sukmana 4. Susun PKK Desa Kepala Sungai

1) Ketua : Yuniati Saloma 2) Wakil Ketua : Hidayah

3) Sekeretaris : Faridah Hariani. S.Pd 4) Bendahara : Yudha

5) Pokja I : Sarweni 6) Pokja II : Rusmiati 7) Pokja III : Legiah 8) Pokja IV : Rasijah

5. Susunan Forum Komunikasi Polisi Masyarakat Desa kepala Sungai 1) Ketua : Marheidi

(15)

Kadus II B Suka Ramai Kadus Sukaramai Tengah Kadus III Kayu Lima

Kadus IV A Paya Kangkung Kadus IV B Paya Kangkung Kadus V Tebasan

Kadus VI A Sei Cabang Kiri Kadus VI B Sei Cabang Kiri Kadus VII Sei Cabang Kiri 6. Susunan Karang Taruna Desa Kepala Sungai

1) Ketua : Suherman

2) Wakil Ketua : Pariono

3) Sekeretaris : Selamet Riadi

4) Bendahara : Legio

5) Seksi Pendidikan : Legian, S.Pd 6) Seksi Pemuda dan Olah Raga : Sulaiman, S.Pd

7) Seksi Agama : Rohim

8) Seksi UKM : Mishayati

9) Seksi Sosial : Legiah

3.10 Kondisi Pertanian

(16)

sebagai cara untuk mendapatkan hasil dan bermatapencaharian dari pertanian di Desa Kepala Sungai. Itu mengapa kondisi perekonomian di Desa Kepala Sungai di dominasi dari masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai petani. Pertanian di desa ini memiliki karakteristik tanah tadah hujan, dimana sistem pengairannya mengandalkan curah hujan . Pada umumnya, jenis tanah pertanian seperti ini hanya menghasilkan atau panen saat musim hujan. Dimusim kering sawah ini dibiarkan dan tidak diolah karena sulit untuk mengambil hasil. Biasanya tanah pertanian tadah hujan hanya dapat dipanen setahun sekali. Akan tetapi Di Desa Kepala Sungai masa panen dalam setahun itu terjadi 2 (dua) kali. Ini dikarenakan Desa Kepala Sungai sudah mencoba irigasi air permukaan walaupun hal ini juga tidak terlalu bisa diharapkan. Hal seperti ini yang sebenarnya masih menjadi kendala sektor pertanian di Desa Kepala Sungai untuk lebih maju dan berkembang.

Untuk hasil pertanian, Desa Kepala Sungai menghasilkan beberapa tanaman seperti padi dan sayuran. Sayuran yang dihasilkan misalnya berupa, kangkung, kacang panjang, cabai, dan lain sebagainya.

3.10.1 Kelompok Tani Desa

Desa kepala sungai memiliki 10 Kelompok Tani yang terdiri dari : Tabel 3.3 Kelompok Tani Di Desa Kepala Sungai

No. Nama Kelompok Tani Lokasi

(17)

5. Kelompok Tani Sepakat Dusun III Kayu Lima 6. Kelompok Tani Sidojadi Dusun IV A Paya Kangkung 7. Kelompok Tani Sidorejo Dusun V Tebasan

8. Kelompok Tani Bina Insan Dusun VI B Sei Cabang Kiri 9. Kelompok Tani Ingin Giat Dusun VI B Sei Cabang Kiri 10. Kelompok Tani Budi Makmur Dusun VII Sei Cabang Kiri

Sumber : Data Kelompok Tani Kepala Sungai

Kelompok Tani Desa Kepala Sungai awalnya hanya berjumlah 9 (sembilan) tetapi salah satu kelompok tani yaitu Kelompok Tani Ingin Giat melakukan pemekaran yang menghasilkan 1 (satu) kelompok tani tambahan yaitu Kelompok Tani Bina Insan. Setiap kelompok tani terdiri dari ketua kelompok tani, sekertaris, bendahara dan anggota kelompok tani seperti :

1. Kelompok Setia Tani di Dusun I Kampung Nangka Ketua : Suyatno

Sekertaris : Sarifudin Bendahara : Julian

2. Kelompok Tani Sukaramai di Dusun II A Suka Ramai Ketua : Boiman

Sekertaris : Suyanto Bendahara : Tugiman

3. Kelompok Tani Tunas Jaya di Dusun Suka Ramai Tengah Ketua : Zulkifli

(18)

4. Kelompok Tani Jaya di Dusun II B Sukaramai

Ketua : Turiman (sekertaris merangkap ketua) Sekertaris : Turiman

Bendahara : Ngatiyah

5. Kelompok Tani Sepakat di Dusun III Kayu Lima Ketua : Ngadirun

Sekertaris : Adi Suwarso Bendahara : Marisun

6. Kelompok Tani Sidojadi di Dusun IV A Paya Kangkung Ketua : Burhan

Sekertaris : Paisah Bendahara : Soile

7. Kelompok Tani Sidorejo di Dusun V Tebasan Ketua : Selamet

Sekertaris : Sutris Bendahara : Rusdi

8. Kelompok Tani Bina Insan VI B Sei Cabang Kiri Ketua : Suardi

Sekertaris : Masus Bendahara : Karto

9. Kelompok Tani Ingin Giat di Dusun VI B Sei Cabang Kiri Ketua : Tegu

(19)

10.Kelompok Tani Budi Makmur di Dusun VII Sei Cabang Kiri Ketua : Turimun

Sekertaris : Sarino Bendahara : Supri

Untuk anggota, anggota yang dimiliki setiap kelompok tani tidak dapat disebutkan satu persatu. Ini dikarenakan besarnya jumlah anggota kelompok yang terdapat pada setiap kelompok tani di Desa Kepala Sungai.

3.10.2 GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani)

Selain memiliki Kelompok Tani Desa Kepala Sungai memiliki GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani) agar mempermudah komunikasi antara para kelompok tani yang ada di setiap dusun. Gapoktan terdiri atas :

(20)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Pada bab ini penulis akan menyajikan data yang telah diperoleh melalui penelitian di lapangan dengan teknik wawancara dan observasi untuk dideskripsikan sebagai jawaban dari permasalahan yang sedang diteliti. Data yang diperoleh tersebut terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan yang telah ditentukan sebelumnya, sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang memperkuat data primer. Adapun permasalahan utama yang akan disajikan dalam bab ini yaitu peranan pemerintah desa dalam pemberdayaan kelompok tani di Desa Kepala Sungai Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.

4.1 Pelaksanaan Wawancara

Wawancara dilaksanakan mulai tanggal 22 Maret 2016 hingga 23 Maret 2016 dibeberapa tempat yang berbeda mengingat tidak semua informan berada ditempat yang sama. Adapun tempat pelaksanaan wawancara antara lain Balai Desa Kepala Sungai Kecamatan Secanggang yang terletak di Jl. Paya Kangkung No.348 Desa Kepala Sungai Kecamatan Secanggang dan beberapa rumah yang menjadi tempat tinggal para informan yang masih berada di sekitar Desa Kepala Sungai.

(21)

informan untuk membuat perjanjian kapan wawancara itu dilakukan setelah mendapatkan waktu yang cocok peneliti mulai mengunjungi para informan untuk melakukan wawancara. Wawancara hanya berlangsung 2 (dua) hari mengingat para informan masih berada di daerah Desa Kepala Sungai, dan pada saat wawancara berlangsung informan memiliki waktu luang untuk dimintai informasi oleh peneliti. Sedangkan observasi berlangsung sekitar 3 (tiga) hari yang kebetulan secara tidak sengaja di hari kedua diadakan penyuluhan kepada beberapa kelompok tani di lahan pertanian yang secara tidak langsung mempermudah peneliti untuk memperoleh beberapa informasi mengenai penelitian yang terkait.

Untuk data sekunder, peneliti mendapatkan sebagian data pada saat praktik magang yang secara kebetulan sebelumnya kelompok magang peneliti di tempatkan di Desa Kepala Sungai, adapun data yang didapatkan berupa RPJMDes yang memuat beberapa informasi penting yang berkaitan dengan penelitian ini dan kemudian data berupa informasi mengenai kelompok tani didapatkan pada saat wawancara seorang ketua GAPOKTAN.

(22)

4.2 Karakteristik Informan

Pada penelitian ini, peneliti mewawancarai 8 (delapan) informan yang terdiri dari informan kunci (key informan), informan utama dan informan tambahan yang antara lain sebagai berikut :

Tabel 4.1 Informan Penelitian

No. Jenis Informan Jabatan Jumlah Nama

1. Informan Kunci

(Key Informan) Sekertaris Desa 1 Purwanto

2. Informan Utama

Kepala Desa Periode

2010-2015 1 Masriadi

Ketua GAPOKTAN 1 Turimun

Ketua Kelompok Tani 1 Tegu

Petani 2 Sadikin

Sutejo 3. Informan

Tambahan Masyarakat 2

Rokayah Yani

Sumber : Penelitian, 2016

Adapun karakteristik para informan berdasarkan jenis kelamin antara lain sebagai berikut :

Tabel 4.2 Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Presentase

1. Laki-Laki 6 75%

2. Perempuan 2 25%

Jumlah 8 100 %

Sumber : Penelitian, 2016

(23)

yang dimaksud adalah informan yang dianggap memahami terkait judul yang diangkat dalam penelitian ini. Pemahaman terkait dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dari informan dalam memberikan keterangan kepada penulis. Adapun klasifikasi informan penelitian berdasarkan pendidikan antara lain:

Tabel 4.3 Karakteristik Informan Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah Presentase

1. D3 1 12,5%

2. SMA 7 87,5%

Jumlah 8 100%

Sumber : Penelitian, 2016

Berdasarkan tabel di atas menunjukan dominasi tingkat pendidikan pada tingkat SMA yaitu sebanyak 87,5 % akan tetapi pemahaman terkait judul penelitian ini tidak terlalu berpengaruh pada tingkat pendidikan. Bukan berarti tingkat pendidikan SMA tidak begitu memahami dan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Selain dari tingkat pendidikan, peneliti juga mengklasifikasi berdasarkan golongan atau jabatan dari para informan antara lain:

Tabel 4.4 Karakteristik Informan Berdasarkan Jabatan

No. Jabatan Jumlah Presentase

1. Sekertaris Desa 1 12,5%

2. Kepala Desa Periode 2010-2015 1 12,5%

3. Ketua GAPOKTAN 1 12,5%

4. Ketua Kelompok Tani 1 12,5%

5. Anggota Kelompok Tani 2 25%

6. Masyarakat 2 25%

Jumlah 8 100 %

(24)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa informan dalam penelitian ini berasal dari berbagai kalangan yang dianggap memahami secara jelas terkait dengan judul yang diangkat dalam penelitian ini dan dianggap mampu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.

4.3 Deskripsi Hasil Wawancara

Metode wawancara yang dipilih oleh penulis adalah tipe wawancara terstruktur, dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu penulis menyusun daftar pertanyaan yang diajukan. Namun, di dalam prosesnya sendiri tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para informan.

Pemberdayaan Kelompok Tani merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memberdayakan dan mendidik yang di dalamnya terdiri dari para petani yang bergabung dan mengelompokkan diri mereka dengan sebutan kelompok tani yang memiliki tujuan dan harapan yang sama agar mereka dapat lebih mengerti dan mendapatkan wawasan yang lebih dari yang mereka ketahui sekarang agar harapan dan tujuan bersama dapat terlaksana dan terwujud sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Hal ini juga tidak jauh berbeda dengan apa yang di sampaikan oleh Sekertaris Desa Kepala Sungai yaitu Bapak Purwanto saat ditanya menurut dia seperti apa pemberdayaan kelompok tani itu yang kemudian menyatakan bahwa :

“Pemberdayaan kelompok tani itu ya masing-masing kelompok tani memberdayakan masyarakat tani atau petani yang ada disekitar mereka yang bertujuan untuk tepat tanam, tepat urus, tepat pupuk serta tepat waktu agar mendapatkan hasil sesuai dengan target yang diinginkan”

(25)

Hal serupa di ungkapkan oleh Bapak Turimun selaku ketua GAPOKTAN yang menyatakan bahwa :

“Pemberdayaan kelompok itu merupakan kegiatan yang mendidik para anggota kelompok tani dari setiap kelompok masing-masing tentang bagaimana cara tanam hingga mengatur musim tanam”

(Hasil wawancara tanggal 22 Maret 2016)

Dari pernyataan di atas, mengemukakan bahwa pemberdayaan kelompok tani di Desa Kepala Sungai Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat ini merupakan suatu rangkaian kegiatan yang di dalam kegiatan tersebut masing-masing kelompok tani diberikan informasi yang berguna bagi kelangsungan pertanian di Desa Kepala Sungai yang kemudian disebarkan kepada anggotanya agar semua petani mengetahui dan mengerti sehingga dapat diterapkan pada sektor pertanian di Desa Kepala Sungai.

Kegiatan Pemberdayaan Kelompok Tani pada umumnya memiliki tujuan untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Kemandirian disini juga memiliki arti bahwa mereka memiliki potensi untuk mampu memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi, dan sanggup memenuhi kebutuhannya dengan tidak menggantungkan hidup mereka pada bantuan pihak luar, baik pemerintah maupun organisasi-organisasi non-pemerintah.

(26)

itu dilaksanakan. Hal ini juga disebutkan oleh Ketua GAPOKTAN Bapak Turimun ketika ditanyakan mengapa kegiatan pemberdayaan ini perlu dilakukan dengan menyatakan :

“Kegiatan ini mengapa harus dilakukan, ya karena kami memang perlu dan membutuhkan tambahan informasi yang lebih dari apa yang kami ketahui sekarang terutama yang berhubungan terhadap pertanian agar kami dapat mempraktekkannya sesuai dengan informasi yang kami dapatkan. Setelah memperoleh hasil yang sesuai dengan target, itu secara tidak langsung akan membantu kami untuk kami tidak terlalu bergantung pada pemerintah desa karena dengan meningkatnya hasil pertanian itu akan berdampak pada keuntungan yang kami dapatkan. Jadi apabila kami mendapatkan keuntungan yang lebih kami tidak selalu mengharapkan bantuan dari pemerintah untuk kebutuhan pertanian yang sementara itu pemerintah desa juga memberikan bantuan berharap pada persetujuan pemerintah pusat untuk memberikan dana yang telah direncanakan sebelumnya”.

(Hasil wawancara tanggal 22 Maret 2016)

Pak Tegu Selaku perwakilan kelompok tani juga menyatakan bahwa :

“Kegiatan ini memang kami butuhkan. Soalnya dengan adanya kegiatan ini membuat kami memiliki wawasan yang lebih yang kemudian kami terapkan dan kami manfaatkan agar kami memperoleh hasil yang kami inginkan. Lalu setelah itu kami akan mendapatkan keuntungan yang kemudian kami putar ulang keuntungan itu menjadi modal untuk membeli apa yang kami butuhkan. Yang seperti ini akan membuat kami tidak terlalu menggharapkan bantuan dana dari pihak lain ya seperti pemerintah desa gitu...”.

(Hasil wawancara tanggal 22 Maret 2016)

Berdasarkan hasil dari wawancara mengenai mengapa kegiatan pemberdayaan kelompok tani ini dibutuhkan diperoleh jawaban yang menunjukan bahwa para kelompok tani menginkan adanya kemandirian dari segi modal sehingga apa yang mereka butuhkan dengan modal yang besar tidak selalu bergantung pada pemerintah desa yang kemudian menuangkan permohonan dana mereka ke dalam RPJMDes dan belum tau pasti kapan dana itu akan dicairkan.

(27)

Sungai dan ini juga serupa dengan jawaban yang diberikan oleh Bapak Turimun yang ketika ditanya siapa saja yang terlibat dalam kegiatan ini memberikan jawaban seperti berikut:

“Yang terlibat dalam kegiatan ini selain kami para kelompok tani, disini juga melibatkan PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) yang ditugaskan dari Dinas Pertanian Kabupaten Langkat untuk memberikan penyuluhan kepada kami selaku para kelompok tani agar kami dapat mempraktekan informasi yang kami dapatkan dengan tepat”.

(Hasil wawancara pada tanggal 22 Maret 2016)

Bapak Tegu juga memberikan jawaban yang hampir sama dengan jawaban Bapak Turimun dengan mengatakan:

“Kegiatan pemberdayaan kelompok tani ini juga melibatkan petugas dari Dinas Pertanian Kabupaten Langkat yang biasanya kami sebut PPL...”.

(Hasil wawancara pada tanggal 22 Maret 2016)

Berdasarkan hasil wawancara di atas mengenai siapa lagi yang terlibat pada kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa tidak hanya para kelompok tani yang ada di desa Kepala Sungai saja yang terlibat dalam kegiatan Pemberdayaan Kelompok Tani ini yaitu adanya keterlibatan petugas dari Dinas Pertanian Kabupaten Langkat ini yang membuat informasi yang mereka dapatkan bisa mereka praktekan dengan adanya penyuluhan berbagai informasi baru yang di sampaikan oleh PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) yang berada di Desa Kepala Sungai.

(28)

pertama peneliti mendapatkan jawaban dari Bapak Purwanto selaku Sekertaris Desa Kepala Sungai yang menyatakan:

“Dalam kegiatan pemberdayaan kelompok tani di Desa Kepala Sungai, pemerintah desa juga dilibatkan dalam kegiatan tersebut. Akan tetapi dalam kegiatan ini pemerintah desa tidak terlibat sepenuhnya. Pemerintah desa disini hanya sebagai pendukung kegiatan pemberdayaan kelompok tani itu berlangsung. Misalnya saja pada saat kegiatan tersebut dilaksanakan, kami selaku pemerintah desa hanya sebagai tamu undangan yang menjadi perwakilan dari pemerintah desa. Untuk masalah pengurusan hal ini itu pemerintah tidak bisa ikut campur banyak soalnya sudah ada pihak yang terkait seperti GAPOKTAN, petugas dari dinas pertanian yang lebih memahami hal tersebut. Paling tidak pada saat perencanaan dan penyusunan RPJMDes kami pihak pemerintah desa melibatkan mereka selaku perwakilan kelompok masyarakat yang ada di desa ini untuk menyampaikan ide, baru disitulah mereka mengajukan ide tentang apa yang mereka butuhkan seperti berupa alat atau bahan yang harus dibeli dengan dana yang besar untuk keperluan pertanian yang kemudian kami tuangkan kedalam RPJMDes Kepala Sungai”.

(Hasil wawancara pada tanggal 22 Maret 2016)

Lalu Bapak Masriadi selaku mantan Kepala Desa periode 2010-2015 juga mengatakan hal yang hampir sama yaitu :

“Peran kami selaku pemerintah desa hanya sebagai pendukung yang memberikan dukungan sepenuhnya apa yang telah di programkan oleh pihak yang berhubungan dengan kegiatan ini demi kemajuan Desa Kepala Sungai ini. Apabila pemerintah desa dimintai bantuan terkait kegiatan ini, kami akan membantu dengan sebisa mungkin dan mengusahakan apa yang kami bisa agar kegiatan ini tetap berjalan lancar”.

(Hasil wawancara pada tanggal 22 Maret 2016) Bapak Turimun juga menambahkan :

“Peran pemerintah desa hanya mendukung. Kalau untuk memfasilitasi dan lain sebagainya, pemerintah desa tidak terlalu berperan banyak ini dikarenakan sudah ada dinas yang terkait yang lebih memahami apa yang kami butuhkan”

(Hasil wawancara pada tanggal 22 Maret 2016)

(29)

yang diselenggarakan di Desa Kepala Sungai demi kemajuan sektor pertanian yang ada di desa tersebut. Keterlibatan Petugas Dinas Pertanian yang lebih memahami apa yang dibutuhkan juga menjadi alasan mengapa pemerintah desa tidak dapat ikut campur lebih banyak. Akan tetapi hal ini juga bukan menjadi penghalang untuk para kelompok tani turut menyampaikan apa yang mereka butuhkan kepada pemerintah desa.

Meskipun pemerintah desa tidak banyak terlibat dalam kegiatan yang berlangsung, akan tetapi pemerintah desa juga setidaknya mengetahui apa saja yang berhubungan pada saat kegiatan pemberdayaan kelompok tani itu dilaksanakan. Seperti halnya dengan kegiatan pemberdayaan kelompok tani di Desa Kepala Sungai ini. Ketika peneliti menanyakan perihal apakah pemerintah desa mengetahui bagaimana kegiatan pemberdayaan kelompok tani baik dari program, strategi, faktor yang mendukung dan menghambat kegiatan itu berlangsung Bapak Purwanto memberikan jawaban seperti ini :

“Untuk program-program kami tidak mengetahui secara detail. Akan tetapi yang saya ketahui program yang mereka sebutkan bertujuan untuk mendapatkan hasil panen yang telah mereka targetkan dengan strategi seperti, rutin mengadakan perkumpulan sebulan sekali kemudian mereka saling bertukar informasi dan membicarakan serta membahas apa yang perlu mereka bicarakan. Untuk faktor yang mendukung yang saya ketahui itu mengenai dana. Soalnya mereka sangat membutuhkan dana disetiap kegiatan berlangsung. Tapi dana ini jugalah yang menjadi faktor penghambat berjalannya kegiatan ini dengan lancar....”.

(Hasil wawancara 22 Maret 2016)

Jawaban ini juga hampir serupa dengan jawaban yang diberikan oleh Bapak Masriadi yaitu :

(30)

lancar ya saya rasa ini soal dana juga. Soalnya mereka membutuhkan dana sementara dana ini juga yang sampai sekarang masih menjadi penghambat.Walaupun mereka rutin sebulan sekali mengadakan pertemuan akan tetapi terkadang tidak semua anggota kelompok tani secara rutin ikut berpartisipasi dalam pengumpulan dana tersebut”.

(Hasil wawancara tanggal 22 Maret 2016)

Ketika hal ini ditanyakan oleh Bapak Turimun selaku ketua GAPOKTAN mengenai faktor pendorong dan faktor penghambat dari berjalannya kegiatan ini, beliau membenarkannya dengan mengatakan :

“Iya memang benar, yang menjadi faktor pendukung dalam kegiatan ini agar tetap berjalan lancar adalah soal dana. Soalnya setiap kegiatan berlangsung kan semuanya menggunakan dana, mulai dari persiapan hingga pelaksanaan kegiatan tersebut. Akan tetapi hal ini juga lah yang menjadi faktor penghambat agar kegiatan itu tetap berjlan lancar. Kami juga sejujurnya masih terkendala dana, meskipun sedikit banyaknya kami menanggulanginya dengan cara mengumpulkan uang kas rutin akan tetapi tidak semua anggota kelompok tani secara rutin membayarkan uang kas untuk keperluan kelompok tani ini. Terkadang masih ada anggota yang tidak membayarkan secara rutin terkendala dengan keadaan ekonomi yang mereka alami...”.

(Hasil wawancara tanggal 22 Maret 2016)

Mengenai program dan strategi apa yang digunakan agar kegiatan pemberdayaan yang terselenggara di desa Kepala Sungai dapat sesuai dengan apa yang di harapkan Bapak Tegu memberikan jawaban seperti ini :

“...kalau soal program yang direncanakan kami baru membuat beberapa program, seperti merubah cara tanam secara menyeluruh dari yang dulu lama menjadi lebih cepat panen, menambahkan tambahan kimia yang aman dan sesuai aturan pemakaian selain pengunaan pupuk agar tanaman yang ditanam menjadi lebih bagus, mengumpulkan uang kas secara rutin agar dana bukanlah hal yang menjadi penghambat berjalannya proses kegiatan ini berlangsung. Untuk strateginya, kami lebih kearah strategi pengembangan sumber daya manusia dan strategi pengembangan kemampuan dalam permodalan. Kalau untuk strategi selanjutnya mungkin kami akan menambahkan strategi pengembangan pasar. Akan tetapi kami akan lebih mengutamakan strategi pengembangan sumber daya manusia dan pengembangan kemampuan permodalan. Soalnya setelah strategi itu berhasil maka secara tidak langsung akan mempengaruhi strategi selanjutnya”.

(31)

Program-program ini juga tak luput dari faktor penghambat yang menghambat berjalannya program ini berjalan lancar, ini seperti yang ditambahkan oleh Pak Tegu yang

mengatakan :

“...tapi dalam melakukan program ini kami juga mendapat hambatan, yaitu masalah irigasi atau pengaliran air ketanah. Untuk sektor pertanian, di Desa Kepala Sungai ini lah yang masih bisa dikatakan masih kurang berhasil. Soalnya tanah di desa Kepala Sungai adalah tanah tadah hujan. Jadi apabila musim kering tiba maka semua tanah di daerah sini kering dan tidak bisa ditanami apa-apa. Disini hanya mengaharapkan musim hujan yang panjang agar tanah bisa ditanami dan panen sesuai dengan yang telah ditentukan. Memang walaupun demikian pada saat panen tiba, jumlah yang dipanen juga tidak kalah dari jumlah yang dipanen yang menggunakan sistem irigrasi. Tetapi tetap saja terkendala waktu panen yang mengikuti musim yang berlangsung...”

(Hasil wawancara tanggal 22 Maret 2016)

(32)

strategi ini menjadi strategi utama dikarenakan apabila kedua strategi ini berhasil maka akan menghasilkan apa yang mereka inginkan baik dari segi hasil panen ataupun lainnya yang kemudian berpengaruh pada strategi pasar yang akan mereka rencanakan selanjutnya.

Kelangsungan kegiatan pemberdayaan kelompok tani tidak terlepas dari sistem pelaksanaannya yang rutin dikerjakan. Berdasarkan hal ini pula peneliti mengajukan pertanyaan mengenai sistem pelaksanaannya seperti kapan dan dimana kegiatan ini diadakan. Maka berikut adalah jawaban Pak Turimun yang mengatakan bahwa :

“Kegiatan ini rutin di selenggarakan sebulan sekali, bersamaan dengan melakukan kegiatan perkumpulan yang rutin sebulan sekali itu. Hanya saja setelah waktu perkumpulan rutin itu dilaksanakan, sebagian perwakilan dari beberapa kelompok tani itu bertugas kembali untuk menyebarkan dan memberikan informasi yang telah didapatkan kepada anggota kelompok tani lainnya akan tetapi hal tersebut juga tidak terlepas dari pengawasan petugas PPL yang ditugaskan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Langkat. Untuk tempat, kami belum memiliki satu tempat yang pasti dimana kegiatan itu berlangsung. Selama ini kami hanya secara bergantian menggunakan rumah-rumah para ketua kelompok tani. Tapi hal ini juga sudah menjadi salah satu rencana kami kedepan untuk membuat satu pondok untuk tempat perkumpulan saat kegiatan ini dilakukan...”.

(Hasil wawancara pada tanggal 22 Maret 2016)

Dari keterangan informan di atas peneliti kembali membuat sebuah pertanyaan tambahan mengenai apakah setiap kegiatan berlangsung semua para petani dapat mengikuti kegiatan ini? Atau dalam kegiatan ini hanya di wakilkan oleh beberapa orang saja? Kemudian pak Turimun kembali menjawab :

“Tidak kegiatan ini hanya diwakilkan oleh beberapa orang saja dari setiap kelompok tani. Soalnya hal ini terkendala dari tempat yang kurang memadai untuk menampung semua petani. Kalau semuanya ikut menghadiri mungkin hampir sebagian besar masyarakat desa Kepala Sungai ini menghadirinya. Soalnyakan mayoritas masyarakat desa disini bermatapencaharian sebagai petani”

(33)

Berdasarkan dari keterangan diatas menunjukan bahwa kegiatan Pemberdayaan Kelompok Tani di Desa Kepala Sungai dilaksanakan secara bersamaan dengan perkumpulan rutin namun setelah itu masing-masing perwakilan setiap kelompok tani masih memiliki tugas dengan menyebarkan informasi tentang apa yang didapat selama kegiatan itu berlangsung kepada anggota kelompok tani lainnya. Mengenai tempat, kegiatan ini dilaksanakan secara berpindah-pindah dari rumah ketua kelompok tani satu kerumah ketua kelompok lainnya. Kegiatan pemberdayaan kelompok tani ini dihadiri oleh hanya ketua kelompok tani dan beberapa anggota kelompok tani lainnya.

Suatu kegiatan pastilah memiliki tanggapan yang berbeda-beda dari para pelaku kegiatan tersebut. Begitu pula saat ditanya mengenai tanggapan mereka mengenai adanya kegiatan ini. Lalu bapak Sadikin selaku salah satu anggota kelompok tani menjawab :

“Tanggapan kami ya senang dan mendukung kegiatan ini berlangsung. Soalnya kegiatan ini menguntungkan kami selaku para petani. Kami mendapatkan informasi, yang kemudian berdampak pada kegiatan dan hasil yang kami dapatkan setelah kegiatan ini rutin kami ikuti”.

(Hasil wawancara pada tanggal 23 Maret 2016)

Hal serupa juga diungkapkan oleh bapak Sutejo selaku salah satu anggota kelompok tani yang mengungkapkan bahwa :

“Kami senang dik dengan adanya kegiatan ini. Soalnya kegiatan ini menambah ilmu kami soal pertanian agar kami mendapatkan hasil panen yang banyak dan waktu panen juga bisa lebih cepat. Kami terus belajar agar pertanian di desa ini juga semakin maju...”

(Hasil wawancara tanggal 23 Maret 2016)

(34)

“Pada dasarnya sih kayaknya semua menanggapinya positif, Cuma terkadang masih ada juga yang menghambat dan kurang menerima kegiatan ini. Tapi mereka selalu bilang apa yang menjadi unek-unek mereka, kemudian kami dan pihak yang bersangkutan menjelaskannya dengan baik-baik sampai mereka mengerti dan mau menerima”.

(Hasil wawancara pada tanggal 23 Maret 2016)

Kemudian Bapak Sutejo kembali menanggapinya dengan memberikan jawaban :

“Kalau dibilang menerima, semua pasti menerima. Tapi pada saat kegiatan berlangsung terkadang masih ada terkendala beberapa orang yang kurang menerima, tapi itu juga bisa diselesaikan kok dengan obrolan yang lebih santai sampai orang itu juga mengerti kenapa kegiatan ini harus dilakukan”.

(Hasil wawancara tanggal 23 Maret 2016)

Dari kedua jawaban diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa anggota kelompok tani pada dasarnya secara menyeluruh menanggapi kegiatan ini dengan positif dan mendukung, itu dikarenakan para anggota kelompok tani disini mendapatkan keuntung berupa pengetahuan baru yang dijadikan sebagai bekal mereka saat melakukan kegiatan bertani agar dapat mencapai target yang telah ditentukan. Namun terkadang tidak semua petani dapat menerima dan mencerna maksud dari kegiatan itu, itu yang masih menjadi kendala akan tetapi itu semua dapat teratasi dengan cara membicarakan dan menjelaskan dengan perlahan sampai mereka mengerti dan mau menerima maksud dari kegiatan ini.

(35)

memperhatikan, dan mengetahui perubahan seperti apa yang terjadi setelah adanya kegiatan ini. Untuk itu dalam penelitian ini peneliti mencoba memperoleh beberapa informasi dari masyarakat dan menjadikan masyarakat sebagai informan tambahan dalam penelitian ini.

Pada pertanyaan pertama, peneliti menanyakan kepada Ibu Yani selaku masyarakat di desa tersebut yaitu dengan menanyakan apakah anda mengetahui adanya kegiatan pemberdayaan kelompok tani? Lalu Ibu Yani menjawab :

“Saya cuma tau-tau saja, pernah mendengar tapi tidak mengetahui benar bagaimana kegiatan itu berlangsung. Yang saya tahu kegiatan itu bertujuan untuk memajukan sektor pertanian saja”.

(Hasil wawancara tanggal 23 Maret 2016)

Peneliti kembali menanyakan hal yang sama kepada masyarakat lainnya, kemudian Ibu Rokayah selaku masyarakat menjawab :

“Tahu, saya tahu soal kegiatan itu. Kebetulan ada keluarga saya yang bergabung di salah satu kelompok tani yang ada di desa ini, jadi saya mengetahui sedikit tentang kegiatan ini dari keluarga saya itu”.

(Hasil wawancara tanggal 23 Maret 2016)

Kemudian dari pernyataan diatas peneliti menambahkan pertanyaan apakah anda terlibat dalam kegiatan ini? Berikut merupakan jawaban Ibu Yani yang mengatakan :

“Tidak saya tidak terlibat. Saya hanya menjadi masyarakat biasa paling saya cuma melihat dan memperhatikan kegiatan pertanian saja.”

(Hasil wawancara tanggal 23 Maret 2016)

Jawaban yang sama juga hampir didapatkan dari Ibu Rokayah yang mengatakan :

“Kalau terlibat langsung ya tidak, soalnya saya juga bukan termasuk masyarakat yang berpenghasilan dari bertani, saya cuma buka usaha kecil-kecilan saja. Jadi paling tidak saya Cuma melihat saja bagaimana proses pertanian itu terjadi.”

(36)

Berdasarkan jawaban-jawaban di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tidak semua masyarakat mengetahui pasti seperti apa kegiatan ini berlangsung. Itu dikarenakan kegiatan tersebut hanya dilakukan oleh masyarakat yang tergabung oleh kelompok tani. Sementara yang tidak terlibat hanya dapat melihat bagaimana proses pertanian yang terjadi di Desa Kepala Sungai.

Ketika ditanya bagaimana tanggapan mereka mengenai adanya kegiatan ini mereka menjawab :

Ibu Yani mengatakan :

“Ya saya senang, soalnya yang saya dengar ini juga bertujuan untuk memajukan sektor pertanian di desa ini. Dan saya selalu mendukung apapun yang membuat desa menjadi lebih maju dan lebih baik lagi”.

(Hasil wawancara pada tanggal 23 Maret 2016) Ibu Rokayah juga menjawab :

“Saya senang dengan adanya kegiatan ini, meskipun saya tidak terlibat langsung saya selalu mendukung kegiatan apapun yang membuat desa ini berkembang. Apalagi kalau dari kegiatan ini dapat terlihat secara langsung perubahan seperti apa yang terjadi di sektor pertanian”

(Hasil wawancara 23 Maret 2016)

Dari pernyataan di atas dapat dilihat bagaimana tanggapan mereka yang walaupun tidak terlibat langsung mereka senang dan selalu mendukung kegiatan yang membuat desa Kepala Sungai semakin berkembang.

Tujuan dari suatu kegiatan positif adalah untuk mendapatkan hasil yang positif. Begitu pula dengan adanya kegiatan Pemberdayaan Kelompok Tani di Desa Kepala Sungai ini yang mengharapkan adanya perubahan yang bentuknya positif. Maka dari itu peneliti mengajukan pertanyaan apakah anda merasakan perubahan setelah adanya kegiatan ini? Berikut adalah jawaban dari perwakilan para informan:

(37)

“Iya saya merasakan perubahan, itu terlihat misalnya saja dari sistem tanam itu yang dulunya masa panen berkisar 4 bulan, sekarang menjadi 3 bulan, dulu yang sistemnya bajak sekarang sudah tidak lagi, terus pengelolaan pupuknya semakin maksimal kalau dulu kan hanya menggunakan urea, tapi sekarang ditambahkan beberapa bahan agar hasil yang didapatkan juga maksimal. Intinya perubahan itu mulai terlihat”

(Hasil wawancara pada tanggal 22 Maret 2016) Bapak Turimun mengatakan :

“Kalau saya pribadi ya jelas merasakannya. Itu bisa dilihat dari sistem tanamnya yang dulu ramos sekarang hibrida, bibitnya juga sudah menggunakan bibit unggul yang bermerek, Cara penanaman juga mulai berubah kalau dulu rapat-rapat sekarang sudah lebih berjarak sesuai ketentuan pemerintah....”

(Hasil wawancara 22 Maret 2016) Ibu Yani mengatakan :

“Saya rasa saya sudah melihat perubahannya ya. Yang saya tau masa panen itu lebih cepat beberapa bulan beda kalau dulu sepertinya agak lebih lama”

(Hasil wawancara 23 Maret 2016)

Berdasarkan dari jawaban di atas dapat dilihat bahwa perubahan itu sudah mulai dirasakan oleh siapa saja, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Perubahan itu mempengaruhi waktu dan hasil yang didapatkan saat kegiatan itu berlangsung.

Sebagai pertanyaan penutup, peneliti mengajukan pertanyaan apakah kegiatan pemberdayaan ini sudah dapat dikatakan berhasil? berikut merupakan jawaban yang didapatkan oleh para informan :

Bapak Masriadi :

“Kalau untuk berhasil, saya rasa belum berhasil sepenuhnya masih dapat dikatakan mendekati berhasil. Ini dikarenakan masalah yang sejak dulu yaitu masalah pengaliran air ke tanah belum dapat diatasi secara menyeluruh. Hal ini lah yang membuat sampai sekarang pertanian masih berjalan sedikit lambat kearah maju”.

(38)

Bapak Tegu mengatakan :

“Saya rasa kalo untuk dikatakan berhasil, ya belum berhasil sepenuhnya soalnya masih ada permasalahan diirigasi yang dari dulu belum terselesaikan.Walaupun sekarang juga sudah ada irigasi air permukaan tetapi ya sekarang lagi musim panas biasanya kami tetap harus menunggu lagi sampai bulan depan. Setidaknya sampai ada turun hujan...”.

(Hasil wawancara tanggal 22 Maret 2016) Bapak Sutejo mengatakan :

“....sepertinya belum berhasil, soalnya masih terkendala soal pengairan. Tanah desa Kepala Sungai kan tanah tadah hujan, jadi kami lebih berharap dari cuaca. Semua tergantung cuaca, kalau musim kering lebih lama biasanya panennya yaitu setahun sekali tapi kalau musim hujannya panjang ya bisa lebih dari sekali....”

(Hasil wawancara tanggal 23 Maret 2016)

Berdasarkan dari ketiga jawaban di atas dapat ditemukan penyebab sulit majunya pertanian di Desa Kepala Sungai. Yaitu masalah pengairan yang sejak dulu masih menjadi kendala. Ini yang menyebabkan pertanian di Desa Kepala Sungai meskipun dalam kegiatan pemberdayaan itu rutin dilaksanakan akan tetapi jika permasalahan pengairan ini tidak dapat diselesaikan dengan segera maka hasil yang didapatkan tetap saja kurang maksimal dan terkesan berjalan lambat.

4.4 Data Skunder

(39)

datanya di wakilkan oleh Ketua GAPOKTAN untuk melihat informasi apa yang dibutuhkan peneliti sebagai penunjang kegiatan penelitian ini agar dapat berjalan dengan lancar. Seperti kepengurusan kelompok tani dan sebagai penunjang informasi peneliti mendapat data yang berkaitan dengan data desa Kepala Sungai dari Pemerintah Desa Kepala Sungai.

(40)

BAB V

ANALISIS DATA

Dalam bab ini peneliti akan melakukan analisis terhadap semua data yang diperoleh dari hasil penelitian seperti yang disajikan dalam bab sebelumnya. Adapun analisa yang dilakukan adalah teknik analisa kualitatif dengan metode deskriptif dengan tetap mengacu pada hasil interpretasi data dan informasi sesuai rumusan masalah dalam penelitian ini.

(41)

5.1 Peranan Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani di

Desa Kepala Sungai

Sektor pertanian masih menjadi dominan di berbagai daerah di Indonesia. Tidak hanya di pedesaan Indonesia, sebagian besar masyarakat pedesaan di negara-negara berkembang masih memiliki ketergantungan pada sektor pertanian, bahkan menurut Rahardjo (1999:12)49

Pemberdayaan petani atau kelompok tani, di Indonesia sudah dilakukan dibeberapa daerah pedesaan. Kegiatan ini bertujuan agar sektor pertanian dapat lebih maju dan berkembang, serta menjadikan para anggota kelompok tani lebih mandiri. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani yang menyatakan bahwa Pembinaan kelembagaan petani perlu dilakukan secara berkesinambungan, diarahkan pada perubahan pola pikir petani dalam

pertanian memang masih merupakan karakteristik pokok dari umumnya desa-desa di dunia. Itu mengapa sektor pertanian masih bisa diandalkan untuk memperoleh pengahasilan untuk memenuhi kebutuhan harian seperti misalnya mengandalkan pekerjaan disektor pertanian sebagai sumber matapencaharian.

Akan tetapi seiring dengan berkembangnya jaman yang membuat segalanya semakin cepat yang kemudian dipengaruhi dengan munculnya teknologi-teknologi yang canggih dan memudahkan segala pekerjaan. Hal ini terkadang yang membuat masyarakat semakin konsumtif. Hal seperti ini juga mempengaruhi bagaimana sektor pertanian yang harus mampu menanggulangi kebutuhan para konsumen. Itu mengapa pemberdayaan petani perlu dilakukan.

49

(42)

menerapkan sistem agribisnis. Pembinaan kelembagaan petani juga diarahkan untuk menumbuhkembangkan poktan dan gapoktan dalam menjalankan fungsinya, serta meningkatkan kapasitas poktan dan gapoktan melalui pengembangan kerjasama dalam bentuk jejaring dan kemitraan.

Kegiatan pemberdayaan kelompok tani diselenggarakan oleh dinas pertanian kabupaten/kota yang diwakilkan dengan seorang PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) di setiap desa dan kemudian kegiatan tersebut diikuti oleh gapoktan yang terdiri dari para kelompok tani yang ada di desa tersebut. Dengan memberikan penyuluhan dan informasi yang dibutuhkan diharapkan para petani mampu menerima dan mempraktekan dilapangan agar pertanian di desa dapat lebih berkembang. Pemerintah Desa selaku oknum yang memiliki tanggung jawab dan pemeran utama dari adanya pembangunan di desa selalu mengharapkan yang terbaik untuk desa yang dibangunnya agar dapat lebih maju dan berkembang.

(43)

pemerintah desa untuk menghadiri kegiatan pemberdayaan kelompok tani, akan tetapi pemerintah desa juga selalu melibatkan petani di dalam kegiatan perencanaan serta penyusunan RPJMDes sebagai perwakilan dari masyarakat yang bermatapencaharian sebagai petani untuk menyumbangkan ide dan saran serta keinginan para petani untuk suatu kebutuhan yang memang mereka butuhkan dalam skala besar misalnya saja seperti mesin pompa air yang membutuhkan dana tidak sedikit dan sangat diperlukan oleh para petani mengingat tanah di desa Kepala Sungai didominasi oleh tanah sawah tadah hujan dimana pertanian yang berada pada keadaan seperti ini hanya memanfaat hujan sepenuhnya sebagai sumber air. Hal seperti ini yang masih menjadi kendala untuk berkembangnya sektor pertanian di Desa Kepala Sungai.

Pemerintah desa Kepala Sungai juga tidak dapat memfasilitasi sepenuhnya mengingat meskipun pemerintah desa sudah melibatkan para kelompok tani di dalam perencanaan dan penyusunan RPJMDes, pada kenyataannya tidak semua yang diinginkan oleh kelompok tani dapat diwujudkan. Hal ini dikarenakan dana yang dibutuhkan dan di susun di dalam RPJMDes belum dapat dikeluarkan sepenuhnya. Ini yang membuat pemerintah desa harus memilah dan memilih kebutuhan mana yang paling penting dan harus diutamakan. Akan tetapi dalam hal ini pemerintah desa telah menjanjikan dengan mengusahakan sebisa mungkin meskipun yang mereka inginkan belum dapat terwujud semuanya akan tetapi mereka akan berusaha semampu mereka untuk membantu memenuhi apa yang mereka butuhkan.

(44)

dibidang pendanaan. Ini dikarenakan pendanaan adalah faktor pendukung sekaligus faktor penghambat dalam pelaksanaan kegiatan tersebut yang bertujuan untuk membangun sektor pertanian. Meskipun pemerintah desa dalam kegiatan ini tidak terlalu banyak, akan tetapi dengan bantuan pemberian dana dalam kegiatan tersebut sangat membantu kegiatan mereka agar tetap terlaksana dengan baik. Minimnya dana yang dimiliki oleh para kelompok tani mempengaruhi pelaksanaan kegiatan tersebut. Untuk menanggulangi hambatan dibidang pendanaan biasanya para kelompok tani mengadakan pengumpulan dana pada saat kegiatan berlangsung yaitu sebulan sekali yang kemudian dimasukkan kedalam kas gapoktan dan kemudian digunakan untuk menutupi kebutuhan mereka. Memang untuk kebutuhan sektor pertanian para kelompok tani selalu dibantu oleh Dinas Pertanian Kabupaten Langkat dan Pemerintah Desa akan tetapi para kelompok tani juga tidak bisa terlalu bergantung pada itu, itu mengapa mereka rutin mengadakan pengumpulan dana untuk lebih memenuhi apa yang mereka butuhkan.

(45)

5.2 Perubahan yang terjadi setelah adanya kegiatan pemberdayaan

kelompok tani di Desa Kepala Sungai

Tujuan dari terlaksananya suatu kegiatan adalah sebuah perubahan kearah yang lebih baik. Begitu pula halnya dengan kegiatan pembedayaan kelompok tani. Kegiatan pemberdayaan kelompok tani meliputi kegiatan penyuluhan yang menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani menyebutkan bahwa Penyuluhan Pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

(46)

Perubahan yang terjadi pada pertanian di Desa Kepala Sungai tidak terlepas dari program-program pada saat kegiatan pemberdayaan kelompok tani berlangsung. Adapun program tersebut antara lain merubah cara tanam secara menyeluruh, penyuluhan tentang penggunaan zat kimia yang aman dan baik untuk tanaman yang penggunaannya sesuai dengan aturan yang telah ada, dan program yang paling mendukung adalah kegiatan arisan yang dilaksanakan bertepatan pada saat kegiatan pemberdayaan kelompok tani di Desa Kepala Sungai berlangsung. Karena apabila program tersebut tidak dilaksanakan mungkin kegiatan pemberdayaan kelompok tani yang ada di Desa Kepala Sungai tidak dapat berjalan dengan lancar.

(47)

Setelah strategi pengembangan sumber daya manusia, kegiatan pemberdayaan kelompok tani ini juga mencoba melakukan strategi pengembangan kemampuan dalam permodalan. Strategi ini dimaksudkan agar para kelompok tani dapat lebih mandiri dan tidak terlalu bergantung pada pihak lain diluar dari kegiatan yang berlangsung. Akan tetapi sebenarnya strategi ini belum dapat dicoba dengan lancar, karena menurut pengakuan informan pada saat penelitian berlangsung belum baiknya kegiatan dalam bidang pertanian, mulai dari produksi/budidaya, penanganan pascapanen, pengolahan, sarana produksi, pemasaran hasil, dan/atau jasa penunjang yang masih menghambat strategi ini dilakukan.

(48)

BAB VI

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian analisis yang telah peneliti kemukakan di bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini peneliti akan menarik sebuah kesimpulan berdasarkan penelitian lapangan yang telah dilakukan dan memberikan saran terkait dengan peranan pemerintah desa dalam pemberdayaan kelompok tani di Desa Kepala Sungai Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.

6.1 Kesimpulan

Adapun yang menjadi kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Pemberdayaan kelompok tani adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk para kelompok tani yang kemudian bergabung pada gapoktan untuk bisa menjadi lebih mandiri setelah dilakukan kegiatan penyuluhan serta bisa mengaplikasikan apa yang telah mereka dapatkan setelah kegiatan pemberdayaan kelompok tani tersebut dilakukan. Itu mengapa kegiatan ini sangat dibutuhkan di Desa Kepala Sungai. Karena kegiatan seperti dianggap dapat membuat para petani di desa tersebut dapat memiliki informasi dan wawasan yang lebih luas terutama pada sektor pertanian sehingga para kelompok tani di desa Kepala Sungai dapat mengembangkan sektor pertanian baik secara cepat ataupun lambat.

(49)

kabupaten/kota dan gapoktan yang terdiri dari kelompok tani yang ada di desa tersebut. Adapun peranan pemerintah desa dalam pemberdayaan kelompok tani yang ada di Desa Kepala Sungai hanya sebagai pendukung kegiatan tersebut dilakukan. Pemerintah desa Kepala Sungai tidak dapat terlibat begitu banyak karena sudah ada pihak yang lebih mengerti dan memahami bagaimana pelaksanaan kegiatan ini ketika diselenggarakan. Jika memerlukan bantuan pemerintah desa membantu sebisa mungkin agar kegiatan ini tetap dapat terlaksana dengan lancar.

3. Suatu kegiatan dapat berjalan dengan lancar didukung oleh program-program selama kegiatan tersebut berlangsung. Adapun program-program dalam melakukan kegiatan pemberdayaan kelompok tani di Desa Kepala Sungai adalah merubah cara tanam secara menyeluruh dari yang dulu lama menjadi lebih cepat panen, menambahkan tambahan kimia yang aman dan sesuai aturan pemakaian selain pengunaan pupuk agar tanaman yang ditanam menjadi lebih bagus, mengumpulkan uang kas secara rutin agar dana bukanlah hal yang menjadi penghambat berjalannya proses kegiatan ini berlangsung. Mengenai program-program ini, pemerintah desa Kepala Sungai tidak terlalu mengetahuinya secara detail, akan tetapi pada intinya mereka mengetahui bahwa seluruh program yang telah dibuat akan membuat sektor pertanian di desa Kepala Sungai lebih maju dan lebih berkembang.

(50)

Desa Kepala Sungai dapat berjalan dengan lancar adalah strategi yang berhubungan dengan mengembangkan sumber daya manusianya terlebih dahulu. Mereka meyakini, apabila para anggota kelompok tani sudah mengerti dan memahami apa yang telah disampaikan pada saat penyuluhan berlangsung itu akan sangat mempengaruhi bagaimana sektor pertanian kedepannya. Dengan begitu secara tidak langsung akan mempengaruhi strategi mereka selanjutnya yaitu strategi pengembangan kemampuan permodalan.

5. Suatu kegiatan dapat berjalan dengan lancar apabila kegiatan tersebut didukung oleh para anggota yang terlibat di dalam kegiatan tersebut. Begitu pula halnya pemberdayaan kelompok tani di desa Kepala Sungai. Secara umum, seluruh anggota yang terlibat dalam kegiatan ini sangat senang dan mendukung. Meskipun terkadang dalam pelaksanaannya masih ada anggota yang kurang memahami bagaimana praktek setelah penyuluhan berlangsung, akan tetapi pada akhirnya bisa teratasi dengan membicarakannya secara perlahan dan lebih jelas.

(51)

penggunaan pupuk dan bibit unggul yang kemudian ditambah dengan zat kimia yang membuat hasil panen menjadi lebi baik. Tentu saja penggunaan zat kimia tersebut sesuai aturan dan prosedur yang berlaku. 7. Ukuran pencapaian berkembang dan majunya suatu kegiatan dapat dilihat

dari keberhasilan dari sektor yang ingin dikembangkannya. Pada kegiatan pemberdayaan kelompok tani di desa Kepala Sungai, pada kenyataannya kegiatan itu belum mampu membawa sektor pertanian di desa Kepala Sungai dapat dikatakan berhasil. Hal ini dikarenakan masih belum teratasi sepenuhnya hambatan yang sejak dulu menjadi masalah pertanian di desa Kepala Sungai yaitu masalah pengairan atau irigasi. Itu dikarenakan kondisi tanah pertanian di desa Kepala Sungai adalah tanah tadah hujan yang sangat mengaharapkan hujan sebagai sumber air.

6.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti pada kegiatan ini adalah sebagai berikut :

(52)

tidak hanya mengharapkan cuaca hujan saja. Dengan begitu mungkin saja akan mempengaruhi masa panen yang terjadi dalam setahun dapat lebih banyak dari sebelumnya.

2. Pemberdayaan kelompok tani merupakan kegiatan yang dibutuhkan oleh para kelompok tani untuk menambah pengetahuan dan wawasan agar dapat menjadi lebih baik dan mandiri dalam pelaksanaan kegiatan bertani. Itu mengapa penjelasan yang sangat jelas saat penyuluhan sangat mempengaruhi kinerja para petani dan hasil dari pertanian setelah kegiatan tersebut berlangsung. Itu mengapa hendaknya penyuluhan dilakukan dengan sejelas mungkin hingga para anggota kelompok tani mengerti sehingga pada saat kegiatan berlangsung tidak ditemui lagi adanya kelompok masyarakat yang terkadang menjadi penghambat kegiatan tersebut berlangsung dengan lancar.

(53)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2012 : 35)41 metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menggabungkan antara variabel satu dengan yang lain. Bentuk deskriptif adalah bentuk penelitian yang memusatkan pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang besifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat (Nawawi, 1990 : 64)42

Bogdan dan Taylor dalam Lexy J. Moleong (2011 : 4)

. 43

menyatakan pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Pandangan ini juga di perkuat oleh Sugiyono (2012 : 287)44

41

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B, CV. Alfabeta, Bandung : 2012. Hlm.35

42

Hadari Nawawi, Administrasi Personel untuk Peningkatan Produktivitas Kerja, Haji Mas Agung, Jakarta : 1990. Hlm.64

43

Rachmadi dan Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi ), Remaja Rosda Karya, Bandung : 2011. Hlm.4

44

Sugiyono, 2012, op.cit., Hlm.287

bahwa dalam kualitatif, gejala itu bersifat

holistic (menyeluruh,tidak dapat dipisah-pisahkan) , sehingga peneliti kualitatif

(54)

keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Kepala Sungai Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.

2.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaskudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel (Suyanto, 2005 : 171)45

Menurut Suyanto (2005 : 172)

. Informan adalah seorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpecaya baik berupa pernyataan, keterangan atau data-data yang dapat membantu dalam memenuhi persoalan/permasalahan.

46

1. Informan kunci (Key Informan), merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian

informan penelitian meliputi beberapa macam, yaitu :

2. Informan utama, merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti

3. Informan tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

45

Bagong Suyanto dan Sutinah, op.cit., Hlm.171 46

(55)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan informan kunci (key

informan), informan utama, dan informan tambahan yang terdiri atas :

1. Informan kunci adalah Sekertaris Desa Kepala Sungai

2. Informan utama adalah Kepala Desa Periode 2010-2015 dan beberapa petani yang antara lain adalah Ketua GAPOKTAN, Ketua Kelompok Tani dan Anggota Kelompok Tani

3. Informan tambahan adalah Masyarakat di Desa Kepala Sungai

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Silalahi (2006 : 265)47

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

, teknik pengumpulan data ini terbagi menjadi dua yaitu :

Teknik pengumpulan data primer yaitu pengumpulan data yang diperoleh secara langsung pada saat melakukan penelitian di lapangan. Teknik pengumpulan data primer antara lain :

a. Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melakukan Tanya jawab secara langsung antara peneliti dengan informan yang telah dijadikan sumber data. Sehingga akan diperoleh informasi yang berkaitan dengan penelitian.

b. Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian kemudian mencatat gejala-gejala

47

(56)

yang terjadi di lapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data Skunder

Teknik pengumpulan data skunder dalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan bahan-bahan kepustakaan, arsip dan dokumen yang dapat mendukung data primer. Adapun teknik pengumpulan data skunder antara lain :

a. Studi Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumentasi-dokumentasi yang ada di lokasi penelitian atau sumber-sumber lain yang terkait dengan objek penelitian.

b. Studi Kepustakaan

Yaitu teknik pengumpulan data yang diproleh dari buku-buku, karya ilmiah, dan pendapat ahli yang berkompetensi, serta memilki relevansi dengan masalah yang diteliti.

2.5 Teknik Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman di dalam Sugiyono (2009:246)48, terdapat tiga teknik analisisi data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses ini berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul.

48

(57)

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak perlu diartikan sebagai kuantifikasi data.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. 3. Penarikan Kesimpulan

(58)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada umumnya, pertanian itu di identikkan dengan daerah pedesaan. Karena pertanian di Indonesia sebagian besar hanya ditemukan pada daerah pedesaan. Eratnya kaitan antara eksistensi desa dan pertanian ini menyebabkan orang cenderung mengidentifikasikan desa dengan pertanian dan menyatakan bahwa masyarakat desa adalah petani dan petani adalah masyarakat desa. Bukan hanya itu, mayoritas masyarakat desa juga mendapatkan penghasilan dari bertani. Maka diperlukan pembangunan pertanian karena hasil ini dapat meningkatkan mutu makanan penduduk dan kesejahteraan petani.

Desa sendiri menurut Undang-Undang No 6 Tahun 2014 adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan Petani adalah orang yang melakukan cocok tanam dari lahan pertaniannya atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatan itu (Anwas,1992:34)1

Dalam proses pembangunan pertanian pada hakikatnya adalah upaya mencapai taraf petani yang lebih berkualitas sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku. Sekarang ini, proses pembangunan pertanian telah sampai pada tahap

.

1

(59)

yang mensyaratkan adanya partisipasi petani yang lebih besar agar tujuan pembangunan pertanian tercapai. Dalam proses pembangunan pertanian yang berhasil peranan penyuluhan pertanian sangat besar, sehingga penyuluh pertanian disebut sebagai ujung tombak pembangunan pertanian (Mardikanto, 2003:151)2

Suatu pembangunan akan tepat mengenai sasaran, terlaksana dengan baik dan dimanfaatkan hasilnya apabila pembangunan yang dilakukan tersebut benar-benar memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Begitu pula dengan halnya pembangunan pertanian. Untuk memungkinkan hal itu terjadi, umumnya pembangunan pertanian mutlak diperlukan penyuluhan dan pemberdayaan kelompok tani mulai dari keikutsertaan dalam perencanaan sampai pada hasil akhir dar

Gambar

Gambar 3.1 Peta Desa Kepala Sungai
Tabel 3.1 Komposisi Penduduk Desa Kepala Sungai
Tabel 3.2 Susunan Pemerintahan Desa Kepala Sungai
Tabel 3.3 Kelompok Tani Di Desa Kepala Sungai
+3

Referensi

Dokumen terkait

Secara parsial, variabel tingkat pendapatan rumah tangga tidak berpengaruh nyata terhadap pola konsumsi pangan rumah tangga di Desa Kepala Sungai, Kecamatan Secanggang,

bentuk partisipasi masyarakat yang dapat dilihat dalam pembangunan desa adalah. bentuk pemikiran, tenaga, materi

Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

tiga teknik analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan

Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) Dalam Rangka Otonomi Daerah.. Studi Tentang Ilmu Administrasi Konsep, Teori dan

strata satu di Fakultas Pertanian dengan judul: Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga (Studi Kasus: Desa Kepala Sungai, Kecamatan

Skema Kerangka Pemikiran Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga di Desa Kepala Sungai, Kecamatan Secanggang, Kabupaten

Konsumsi Pangan Rata-rata Rumah Tangga per Kapita per Hari di Desa Kepala Sungai